Walisongo mendapat gelar Sunan atau susuhunan dalam bahasa Jawa kuno yang berarti

30 April 2020 03:32

Pertanyaan

Mau dijawab kurang dari 3 menit? Coba roboguru plus!

Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Surabaya

24 Januari 2022 12:26

Halo Yulian C, Kakak bantu jawab ya, Sunan, dalam budaya suku-suku di Pulau Jawa, adalah sebutan bagi orang yang diagungkan dan dihormati, biasanya karena kedudukan dan jasanya di masyarakat. Kata ini merupakan penyingkatan dari susuhunan. Kata ini berarti tempat penerima "susunan" jari yang sepuluh, atau dengan kata lain "sesembahan". Agar kamu lebih paham, perhatikan penjelasan berikut ini ya, Pada periode sejarah Jawa pra-Islam gelar ini jarang dipakai atau tidak banyak didokumentasi. Pada awal-awal masuknya Islam di Jawa, gelar ini biasa diberikan untuk mubaligh atau penyebar agama Islam, khususnya di tanah Jawa pada abad ke-15 hingga abad ke-16. Selain sunan, ada pula mubaligh lainnya yang disebut syekh, kyai, ustadz, penghulu, atau tuan guru. Gelar "sunan" atau "susuhunan" juga diberikan kepada penguasa Kraton Surakarta Hadiningrat (Kasunanan Surakarta). Pemakaian lainnya untuk istilah "sunan" dan "susuhunan" adalah sebagai gelar bagi raja-raja dari Kesultanan Mataram semenjak Amangkurat I hingga suksesi pada Kasunanan Surakarta sampai sekarang. Ini adalah warisan Sultan Agung dari kerajaan Mataram Islam, yang mengklaim sebagai Sultan dan Sayidin Panatagama, yaitu raja dan pemimpin agama bagi masyarakat Jawa. Walisongo adalah sembilan orang penyebar agama Islam di pulau Jawa yang paling terkenal di antara mereka yang mendapat sebutan sunan. Istilah Walisongo berasal dari kata wali (bahasa Arab, yang berarti wakil, dan sanga (bahasa Jawa, yang berarti sembilan). Mereka dianggapnya sebagai mubaligh agung, baik dari segi ilmu agama Islam maupun bobot segala jasa dan karomahnya terhadap kehidupan masyarakat dan kenegaraannya. Berikut ini adalah daftar sembilan wali yang secara umum dianggap sebagai Walisongo tersebut: 1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim 2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat 3. Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim 4. Sunan Drajat atau Raden Qasim 5. Sunan Kudus atau Jaffar Shadiq 6. Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin 7. Sunan Kalijaga atau Raden Said 8. Sunan Muria atau Raden Umar Said 9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah Semoga membantu ya,

sunan adalah suatu ulama yang ada di daerah tersebut

sunan adalah.. orang yang menyebarkan agama islam diindonesia sebelum orang indonesia mengenal agama islam

04 Mei 2020 23:47

sunan adalah sebutan untuk gurunya para ulama tanah jawa ..

07 Mei 2020 01:32

Sunan adalah orang yang dihormati karena memiliki kedudukan maupun ilmu yang tinggi, biasanya terdapat di daerah Jawa. Dalam pemahaman agama sunan merupakan seseorang yang dihormati karena tingginya ilmu agama yang dimiliki.

Wali adalah sosok yang memiliki kelebihan, karena kedekatannya dengan Allah SWT. Wali dimanamkan juga sebagai wasilah atau perantara yang menghubungkan antara manusia dengan Allah. Untuk dapat menjadi perantara harus memiliki atau memenuhi persyaratan kedekatan dan kesucian atau menjadi orang suci. Kedekatan tersebut diperoleh melalui upaya upaya yang dilakukan seseorang dalam upaya mendekatkan diri dengan Allah lewat dzikir atau wirid. Melalui kedekatan (taqarrub) akan memunculkan aura yang disebut dengan kesucian. Walisanga atau walisongo sebagai penyebar agama Islam di Tanah Jawa, cukup menarik jika dilihat peranannya sebagai penyebar agama dengan memadukan tradisi cultural yang masih melekat di masyarakat, sehingga dakwahnya diterima dengan baik.

Walisongo menempati posisi penting dalam masyarakat muslim di Jawa terutama di daerah tempat mereka dimakamkan. Kata Walisongo terdiri atas dua kata Wali dan Songo. Disini terlihat adanya perpaduan dua kata yang berasal dari pengaruh budaya yang berbeda. Wali berasal dari bahasa Arab (pengaruh Al-Qur’an) dan songo (pengaruh buudaya Jawa). Wali berasal dari bahasa Arab, suatu bentuk dari Waliyullah, yang berarti orang yang mencintai dan dicintai Allah SWT. Sedangkan Songo berasal dari bahasa Jawa yang berarti sembilan. Dengan demikian, Walisongo berarti Wali Sembilan, yakni sembilan orang yang mencintai dan dicintai Allah.

Al-Qur’an Surat Yunus ayat 62 menjelaskan seorang Wali adalah orang yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah, mereka menyampaikan kebenaran dari Allah, dan dalam menyampaikan kebenaran itu karena mendapat karomah dari Allah, tiada rasa kawatir dan sedih. Keistimewaan ini sebenarnya sama dengan para rasul, yang membedakan terletak pada ada atau tidaknya wahyu yang diterima. Wali tidak menerima wahyu, dan juga tidak akan pernah menjadi Nabi atau rasul, tetapi wali mendapat karomah, suatu kemampuan diluar adat kebiasaan manusia.

Pandangan orang Jawa menyebut wali adalah orang suci, dekat dengan Tuhan, berakhlak baik, menyebarkan ajaran Islam dan dipandang memiliki kemampuan lebih dari pada orang-orang biasa. Jika demikiam, karena penyebutan ini tampaknya khas Jawa, maka Wali juga dapat dimaknai dalam sudut pandang budaya Jawa. Hal ini akan bertemu dengan konsep Sunan atau Susuhan. Kata tersebut bisa berasal dari Bahasa Arab “Sunah”, bahasa Cina “Suhu nan” juga berasal dari bahasa Jawa “Susuhunan” dan menjadi “Sunan”. Selain julukan Sunan, para Wali juga digelari Raden. Raden adalah julukan untuk keluarga raja, seperti Raden Patah dan Sunan Gunung Jati.

Menurut bahasa Jawa “Susuhunan” atau “Suhunan” artinya junjungan atau yang dijunjung tinggi. Hal ini di Yogyakarta untuk menyebut Sultan adalah Ingkang Sinuwun artinya yang dijunjung. Sebutan lain untuk menyebut para Wali adalah Panita dalam Babad Tanah Jawi, juga ada Sayt khususnya untuk Sunan Ampel. Istilah-istilah tersebut penting untuk dipahami secara komprehensif melalui budaya Jawa dalam hubungannya dengan Islam. Semoga kita dapat meneruskan perjuangan wali songo dalam mensyiarkan Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin.

Referensi: Anita, D. E. 2016. Walisongo: Mengislamkan Tanah Jawa (Suatu Kajian Pustaka). Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial, 1(2), 243-266.

Departemen Syiar UKM ASC

nike flex contact boys shoes gray – Nike Air Force 1 Shadow Cashmere/Pale Coral – Pure Violet CI0919 – 700 | nike cortez mens on feet women images 2017

Almunawwar.or.id – Kata sunan memang sangat lumrah di kenal oleh masyarakat indonesia sebagai seorang manusia yang tinggi ilmu agamanya, terutama ketika bisa berdakwah dan menyampaikan risalah islamiyaah bagi orang awwam terlebih khusus yang ada di daerah Jawa ini.

Perjalan dakwah dan syiar yang dilakukan oleh para Sunan ini memang sangatlah panjang dan berliku dalam mengajak orang-orang awam (non muslim) ke jalan yang sangat di ridhoi oleh Alloh S.W.T yaitu agama islam, sehingga jasa dan pengorbanannya kini sangat besar sekali.

Lalu bagaimana penjelasan mengenai istilah daripada sunan tersebut menurut literatur bahasa indonesia? Berikut penerangan yang di ambil dari beberapa sumber terpercaya.

Sunan, dalam budaya suku-suku di Pulau Jawa, adalah sebutan bagi orang yang diagungkan dan dihormati, biasanya karena kedudukan dan jasanya di masyarakat. Kata ini merupakan penyingkatan dari susuhunan[1]. Kata ini berarti tempat penerima “susunan” jari yang sepuluh, atau dengan kata lain “sesembahan”.

Pada periode sejarah Jawa pra-Islam gelar ini jarang dipakai atau tidak banyak didokumentasi. Pada awal-awal masuknya Islam di Jawa, gelar ini biasa diberikan untuk mubaligh atau penyebar agama Islam, khususnya di tanah Jawa pada abad ke-15 hingga abad ke-16. Selain sunan, ada pula mubaligh lainnya yang disebut syekh, kyai, ustadz, penghulu, atau tuan guru. Gelar “sunan” atau “susuhunan” juga diberikan kepada penguasa Kraton Surakarta Hadiningrat (Kasunanan Surakarta).

Gelar penguasa Jawa Pemakaian lainnya untuk istilah “sunan” dan “susuhunan” adalah sebagai gelar bagi raja-raja dari Kesultanan Mataram semenjak Amangkurat I hingga suksesi pada Kasunanan Surakarta sampai sekarang. Ini adalah warisan Sultan Agung dari kerajaan Mataram Islam, yang mengklaim sebagai Sultan dan Sayidin Panatagama, yaitu raja dan pemimpin agama bagi masyarakat Jawa.

Walisongo

Walisongo adalah sembilan orang penyebar agama Islam di pulau Jawa yang paling terkenal di antara mereka yang mendapat sebutan sunan. Istilah Walisongo berasal dari kata wali (bahasa Arab, yang berarti wakil, dan sanga (bahasa Jawa, yang berarti sembilan). Mereka dianggap sebagai mubaligh agung, baik dari segi ilmu agama Islam maupun bobot segala jasa dan karomahnya terhadap kehidupan masyarakat dan kenegaraannya. Berikut ini adalah daftar sembilan wali yang secara umum dianggap sebagai Walisongo tersebut:

Sunan Walisongo 1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim 2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat 3. Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim 4. Sunan Drajat atau Raden Qasim 5. Sunan Kudus atau Jaffar Shadiq 6. Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin 7. Sunan Kalijaga atau Raden Said 8. Sunan Muria atau Raden Umar Said

9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah

Sunan Sunan lain
Beberapa mubaligh lainnya selain Walisongo, khususnya yang terlibat dalam masa awal penyebaran agama Islam di Jawa, juga disebut sunan. Berikut ini adalah beberapa mubaligh lainnya yang mendapat gelar sunan:

1. Sunan Bangkalan 2. Sunan Bungkul 3. Sunan Dalem 4. Sunan Geseng, adalah murid Sunan Kalijaga 5. Sunan Ngadilangu 6. Sunan Ngerang 7. Sunan Ngudung, adalah ayah Sunan Kudus 8. Sunan Prawata, adalah putra sulung Sultan Trenggana 9. Sunan Sendang Duwur 10. Sunan Tembayat atau Sunan Pandanaran II, bupati kedua Semarang 11. Sunan Wilis

12. Sunan Lawu, Raden Gugur, putra Brawijaya-V

Penggunaan dalam masyarakat Sunda
Orang Sunda memakai “sunan” untuk menyebut orang yang memiliki kedudukan terhormat (Susuhunan). Salah satu contohnya adalah penyebutan tokoh Sunan Ambu, sosok perempuan mulia yang merupakan “ibu” dari kebudayaan dan peradaban Sunda.

Wallohu A’lamu Bishowaab
Semoga Bermanfaat.

Sumber: piss-ktb.com

almunawwar.or.id

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA