Untuk mengurangi masuknya polusi ke dalam saluran pernapasan kita dapat menggunakan

Polusi udara menjadi sorotan banyak pihak di Indonesia karena kebakaran lahan dan hutan di Sumatera dan Kalimantan. Tak hanya itu, kualitas udara di Jakarta belakangan ini juga tak sehat akibat asap kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik.

Polusi udara merupakan salah satu pemicu peningkatan radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul tidak stabil yang mudah bereaksi dengan molekul penting dalam tubuh kita, termasuk DNA, lemak dan protein. 

Sebenarnya, metabolisme tubuh juga menghasilkan radikal bebas. Namun, tubuh juga memiliki antioksidan yang mampu menangkal efek negatif radikal bebas.

Namun dengan tingkat polusi udara yang tinggi, jumlah radikal bebas pun meningkat. Seperti yang terjadi di wilayah Sumatera dan Kalimantan saat ini. Jumlah radikal bebas yang berlebih dalam tubuh dapat menyebabkan antioksidan kewalahan, sehingga sedikit demi sedikit sel tubuh rusak. 

Dalam jangka pendek, polusi udara dan radikal bebas akan menyebabkan gangguan kesehatan pada organ tubuh yang terpapar langsung seperti pada saluran pernafasan.

Umumnya, gangguan pertama adalah timbul infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) mulai dari hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Kulit tubuh yang terpapar udara kotor secara terus-menerus akan cepat keriput. Kulit menjadi lebih kering, mudah jerawatan dan gangguan penyakit kulit lain.

Baca juga: Ini 5 Jenis Penyakit yang Bisa Muncul Akibat Polusi Udara

Sedangkan dalam jangka panjang, polusi udara dan radikal bebas bisa menyebabkan penyakit serius, seperti gumpalan kista, hingga timbulnya penyakit degeneratif mulai dari sakit jantung, kanker paru-paru, demensia (pikun), hingga berujung kematian. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2018 menyatakan 4,2 juta kematian terjadi setiap tahun akibat paparan polusi udara. 

Risiko polusi udara dan radikal bebas memang berbahaya. Namun, jangan khawatir, karena risiko itu bisa dicegah kok. Agar kita dijauhkan dari risiko-risiko akibat polusi udara dan radikal bebas, lakukan langkah-langkah berikut ini:

1. Gunakan masker

Penggunaan masker saat di jalan raya atau di daerah yang diselimuti kabut asap akan mencegah masuknya karbonmonoksida dan karbondioksida serta partikel-partikel halus ke dalam tubuh.

2. Pola hidup sehat

Menjalani pola hidup sehat mulai dari pola makan gizi seimbang, minum air putih minimal delapan gelas per hari, olah raga teratur dan cukup tidur akan menjadikan badan tetap fit sehingga tubuh bisa optimal menghasilkan antioksidan guna menandangkal radikal bebas. Lalu, jangan merokok dan konsumsi gula hingga kopi pada batas wajar.

Baca juga: 5 Langkah Mudah Memulai Gaya Hidup Sehat

3. Jaga kebersihan lingkungan

Lingkungan yang bersih meminimalkan paparan radikal bebas. Anda harus rajin menjaga kebersihan lingkungan, mulai dari tempat tidur hingga harus rutin mengganti seprei. Boneka dan bantal juga harus rutin dicuci. Lalu di tempat kerja, jangan biarkan barang, seperti kertas menumpuk sehingga bisa menimbulkan tumpukan debu.

4. Perbanyak makanan kaya antioksidan

Tubuh akan menghasilkan antioksidan secara optimal jika kita banyak konsumsi sayur dan buah yang kaya antioksidan. Buah kaya antioksidan antara lain lemon, almon, tomat, delima, sedangkan dari kelompok sayuran meliputi wortel, brokoli, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

5. Konsumsi suplemen

Sama seperti buah dan sayur di atas, suplemen juga berfungsi meningkatkan zat antioksidan dalam tubuh. Kini sudah banyak suplemen yang khusus untuk antioksidan, tapi sebelum konsumsi lebih baik konsultasikan dengan dokter kamu.

Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Sambil mencegah, akan lebih baik jika ada langkah antisipasi dengan memiliki asuransi untuk penyakit kronis dan berbahaya.

Lihat Foto

shutterstock

Ilustrasi bernafas

KOMPAS.com - Di tengah serangan wabah Covid-19 yang bisa menyebabkan gangguan pernapasan, kewajiban untuk menjaga kesehatan organ-organ di sistem ini jadi semakin terasa.

Apalagi saat ini belum tersedia obat maupun vaksin untuk mengatasi penyakit tersebut.

Dengan melakukan berbagai cara menjaga organ pernapasan, maka kita sudah berperan dalam pencegahan penyebaran virus corona yang semakin merajalela.

Ingat, organ pernapasan bukan hanya paru-paru. Mulut, hidung, hingga tenggorokan juga termasuk ke dalamnya. Sehingga, pencegahannya pun perlu dilakukan secara keseluruhan.

Cara menjaga organ pernapasan

Jangan langsung memikirkan cara rumit untuk menjaga organ pernapasan tetap sehat. Sebab ternyata, berbagai langkah berikut ini bisa kita lakukan untuk mendapatkannya

1. Rutin berolahraga

Rutin berolahraga adalah cara menjaga organ pernapasan yang sangat efektif. Sebab dengan aktif bergerak, sirkulasi di tubuh akan berjalan dengan lancar. Dengan begitu, organ pernapasan terutama paru-paru akan selalu terjaga kesehatannya.

Baca juga: Kenali, Olahraga yang Cocok untuk Jaga Imunitas di Masa Pandemi

2. Mengonsumsi makanan bergizi

Mengonsumsi makanan bergizi juga sangat berpengaruh pada kesehatan organ pernapasan. Orang yang kekurangan nutrisi, terbukti lebih rentan mengalami berbagai gangguan pernapasan.

Beberapa vitamin dan mineral yang penting untuk menjaga organ pernapasan antara lain adalah:

  • Vitamin A
  • Vitamin C
  • Vitamin E
  • Zinc
  • Kalium
  • Selenium
  • Magnesium
3. Minum banyak air putih

Banyak minum air putih adalah salah satu cara menjaga organ pernapasan paling sederhana.

Dengan banyak minum air, mukus atau lendir yang setiap harinya menumpuk di saluran pernapasan akan mudah larut sehingga tidak menyumbat maupun menimbulkan gejala gangguan pernapasan.

Editor: Wisnubrata

Bahaya polusi udara terhadap paru-paru bukanlah sesuatu yang dapat dianggap sepele. Paparan polusi udara yang berlebihan diketahui bisa meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit pada paru-paru, mulai dari infeksi saluran pernapasan, pneumonia, bronkitis, hingga kanker.

Polusi udara merupakan salah satu masalah lingkungan terbesar yang memberikan dampak signifikan terhadap kesehatan manusia. Tak hanya dapat menimbulkan berbagai penyakit, paparan polusi udara berlebih juga diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya kematian dini.

Data dari WHO menyebutkan bahwa terdapat sekitar 7 juta orang di dunia yang meninggal setiap tahunnya akibat paparan polusi udara, baik polusi udara yang berasal dari luar ruangan maupun dalam ruangan.

Sementara itu, di Indonesia sendiri, angka kematian akibat polusi udara diperkirakan mencapai lebih dari 60.000 kasus setiap tahunnya.

Beberapa Jenis Zat Berbahaya pada Polusi Udara

Berikut ini adalah beberapa jenis zat berbahaya yang terdapat di dalam polusi udara dan dampaknya terhadap kesehatan tubuh:

1. Nitrogen dioksida

Nitrogen dioksida (NO2) merupakan salah satu jenis gas berbahaya yang biasanya dihasilkan dari proses pembakaran, seperti pembakaran sampah, kebakaran hutan atau kabut asap, dan mesin kendaraan bermotor atau pembangkit listrik.

Paparan nitrogen dioksida dalam jangka panjang dapat menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan dan menurunkan fungsi paru-paru. Gas beracun ini juga bisa meningkatkan risiko terjadinya bronkitis, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.

2. Unsur-unsur partikel

Komponen partikel di udara terdiri atas sulfat, nitrat, amonia, natrium klorida, dan debu mineral. Paparan kombinasi unsur-unsur partikel tersebut dalam jangka panjang, dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan pernapasan, kanker paru-paru, dan penyakit kardiovaskuler, seperti penyakit jantung dan stroke.

3. Ozon

Lapisan ozon pada atmosfer memang memiliki peran penting sebagai penangkal sinar ultraviolet (UV) dari matahari. Namun, ozon yang berada di permukaan bumi merupakan salah satu gas berbahaya yang terkandung di dalam polusi udara.

Paparan ozon dalam waktu lama dapat menyebabkan sesak napas, memicu kambuhnya asma dan emfisema, serta membuat paru-paru lebih rentan terkena infeksi.

4. Sulfur dioksida

Sulfur dioksida (SO2) adalah polutan yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara dan bensin, serta peleburan biji mineral yang mengandung belerang.

Ketika terhirup, zat ini dapat menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan dan menyebabkan berbagai gejala, seperti batuk berdahak dan sesak napas. Selain itu, orang yang sering menghirup sulfur dioksida berisiko lebih tinggi terkena infeksi saluran pernapasan dan bronkitis, serta kambuhnya gejala asma.

5. Benzena

Benzena adalah cairan kimia yang sangat mudah mengalami penguapan sehingga dapat mencemari udara. Polusi udara yang mengandung benzena biasanya ditemukan pada asap rokok, asap kendaraan, asap pabrik, serta produk sehari-hari, seperti lem dan detergen.

Terpapar benzena dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pernapasan, kanker paru-paru, anemia, dan bahkan kematian.

6. Karbon monoksida

Karbon monoksida adalah gas yang dihasilkan dari proses pembakaran, misalnya pembakaran batu bara, kayu, dan bahan bakar pada kendaraan.

Ketika seseorang terlalu banyak menghirup gas karbon monoksida (CO), kemampuan darah untuk mengikat oksigen akan berkurang. Hal ini disebabkan gas CO lebih mudah terikat dengan hemoglobin daripada oksigen. Akibatnya, tubuh akan mengalami kekurangan oksigen atau hipoksia.

Penurunan kadar oksigen yang tidak segera diatasi bisa menimbulkan komplikasi berbahaya berupa rusaknya jaringan atau organ tubuh dan kematian.

7. Hidrokarbon

Hidrokarbon merupakan senyawa gabungan antara hidrogen dan karbon. Saat terhirup dalam jumlah banyak, gas hidrokarbon dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari batuk, sesak napas, pneumonia, gangguan irama jantung, hingga hipertensi pulmonal.

Meski udara yang Anda hirup terlihat bersih, berbagai jenis zat berbahaya mungkin saja masih terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, Anda perlu melindungi diri dari paparan polusi udara penyebab kerusakan paru-paru dan berbagai penyakit lainnya.

Untuk melindungi diri dari polusi udara, Anda bisa menggunakan masker saat beraktivitas, menggunakan penyaring udara atau air purifier di rumah, dan memelihara tanaman dalam rumah yang bisa membuat udara menjadi lebih bersih dan segar.

Tak hanya itu, kini penggunaan masker juga menjadi salah satu protokol kesehatan yang wajib dilakukan untuk mencegah penularan COVID-19.

Jika Anda sering terpapar polusi udara dan mengalami gejala tertentu, seperti batuk-batuk, pilek, sesak napas, sakit kepala, dan batuk berdarah, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk menjalani pemeriksaan dan mendapatkan penanganan yang tepat.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA