Tuhan menciptakan makhluk hidup ciptaan tersebut harus kita lestarikan dan di

Jum’at, 9 Maret 2018. Forum Silaturahmi Muslimah Universitas Gadjah Mada (Forsilam UGM) mengadakan kajian yang bertajuk “Menjaga dan Mencintai Anggrek Alam sebagai Ciptaan Allah SWT”, bertempat di Ruang Auditorium KPTU Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada pada pukul 11.00-13.00 WIB yang dihadiri oleh yang dihadiri oleh segenap dosen, keluarga mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada dan mahasiswi dari kelompok studi, Biology Orchid Study Club (BiOSC) dengan judul yang diangkat mengenai “Mengenal Anggrek dan Pembuatan Hibrida Anggrek”.Kajian ini diawali dengan pembukaan dan tilawah Al-Qur’an. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Wakil Dekan bidang Akademik, Ibu Rina Sri Kasiamdari, S.Si.,Ph.D. Acara inti pada kajian kali ini disampaikan oleh Ibu Dr. Endang Semiarti,M.S.,M.Sc selaku pembicara.

Bu Endang menyampaikan bahwa manusia harus senantiasa berusaha berbuat yang terbaik untuk mendapatkan ganjaran yang berlipat ganda dari Allah SWT, sesuai yang tertera dalam surah Al-Baqarah 2:261, ‘perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap tiap bulir seratus biji, Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunianya) lagi Maha Mengetahui.’ Surah Al-Baqarah tersebut menjelaskan bahwa barang siapa yang berbuat kebajikan dengan berjuang karena Allah maka pahala orang tersebut akan serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap tiap bulir seratus biji. Barang siapa yang menjaga ciptaan Allah dan memanfaatkan hartanya untuk keberlangsungan makhluk hidup lainnya maka ia telah berbuat kebaikan.

Tumbuhan merupakan makhluk Allah yang patut kita rawat, lindungi dan kita lestarikan. Keberadaan tumbuhan mendukung kehidupan makhluk lainnya dan sebagai tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berimanlagi berakal, seperti firman Allah dalam surah Al-An’am ayat 99 “Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”.Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup ciptaan Allah yang memiliki banyak sekali manfaat, senantiasa kita sebagai manusia patut memperhatikan ayat-ayat Allah di alam semesta, membenarkan ciptaan Allah lainnya agar timbul kecintaan dan rasa syukur, sebagaimana dalam surah Ar-Ra’d ayat 3-4. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat memunculkan beberapa zat untuk dimanfaatkan oleh makhluk hidup lainnya , misalnya mulai dari beberapa vitamin-vitamin, minyak, dan masih banyak yang lainnya.

Salah satu tumbuhan yang patut diperhatikan dan dijaga adalah anggrek, dalam setangkai anggrek terdapat hal-hal yang dapat

kita pelajari sebagai bentuk kecintaan manusia terhadap mahkluk Allah lainnya.Anggrek sudah dikenal dalam sejarah Cina 3000 tahun yang lalu. Sedangkan, bangsa Indian (Amerika) telah mengenal tanaman ini sejak ribuan tahun silam. Anggrek telah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan manusia sebagai tanaman hias, aroma makanan seperti vanila, kosmetik, obat, bunga potong, dan kerajinan. Tanaman anggrek memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan dapat bersaing di pasaran sebagai bunga yang menarik perhatian orang-orang yang memandangnya.Pada dasarnya banyak tanaman anggrek yang habitat alaminya berada di hutan hujan tropis. Anggrek menyukai wilayah dengan kelembaban,wilayah yang hangat dan ada naungan/kanopi.

Dewasa ini, anggrek biasanya dikenal sebagai tanaman hias yang ditanam untuk dinikmati keindahan bunganya. Bunga anggrek dalam rangkaian bunga atau sebagai tanaman dalam pot sering digunakan sebagai hiasan interior indoor maupun outdoor.Namun, dalam masa perawatan, permasalahan yang umum dialami setelah membeli tanaman anggrek berbunga terletak pada saatmasa mekar bunga habis. Ternyata, setelah masa mekar bunga habis, anggrek tidak mau berbunga lagi. Untuk itu, diperlukan ilmu dalam rangka pembudidayaan anggrek. Adapun, langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembudidayaan anggrek berbunga ialah, pertama perlu pemahaman dan pengenalan jenis anggrek yang hendak kita tanam atau budidaya, dasarnya dapat diperhatikan dalam tipe pertumbuhan batang dan habitat anggrek itu sendiri. Kedua perlu dilakukan perbanyakan tanaman kawin dan tak kawin. Penanaman anggrek dari botol ke com-pot, dari com-pot ke single pot pun perlu diperhatikan. Perawatan tanaman anggrek berbunga terdiri atas penempatan tanaman, penyiraman, pemupukan, pengendalian hama-penyakit

Pada bunga anggrek, seringkali penyilangan bunga dilakukan dan dibantu oleh manusia. Namun penyilangan tidak bisa dilakukan secara sembarangan, terdapat hal hal yang perlu diperhatikan dalam menyilangkan bunga anggrek adalah sebagai berikut, pertama pemilihan tanaman induk yang sehat harus dilakukan. Induk betina yang sehat memiliki ciri-ciri tanaman kuat dan bentuk bunga bagus, sedangkan induk jantan yang sehat memiliki warna bunga menarik dan dominan. Tipe pertumbuhan batang antara induk jantan dan betina haruslah sama (sympodial dengan sympodial atau monopodial dengan monopodial). Adapun, bunga betinadi haruskan telah mekar 4 hari dan untuk bunga jantan berumur mekar 4 hari sampai bunga tersebut sudah layu. Jumlah bunga yang boleh disilang hanya 1/3 dari jumlah keseluruhan bunga, misalnya 3 bunga dari 9-10 kuntum bunga dalam 1 tandan. Jika terlalu banyak bunga yang disilangkan, biji akan kosong/embrio tidak akan berkembang.

Selain bunga, tanaman anggrek memiliki buah. Buah anggrek berasal dari bakal buah yang terletak pada pangkal bunga. Setelah terjadi penyerbukan, buah anggrek akan berkembang. Buah anggrek memiliki ciri khas yaitu berusuk enam (6), terdiri dari 3 daun buah, jika pecah tidak diujung melainkan dibagian tengah buah dan disebut buah repium.

Sebagai kesimpulan, Bu Endang juga menyampaikan beberapa tips budidaya anggrek secara keseluruhan, hal yang harus dilakukan pertama kali adalah mengenali dengan baik anggrek yang hendak dibudidaya dan mencintai anggrek tersebut sebagai bentuk cinta kita kepada ciptaan Allah SWT, tanaman anggrek tersebut ditempatkan sesuai dengan habitat aslinya, lakukan selfing jika anggrek berbunga dan buat bastar atau persilangan, lakukan perbanyakan vegetatif (tak kawin) saat diperlukan, kemudian petunjuk perawatan seperti penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit harus diikuti dengan baik dan bila perlu membuat jadwal teratur. Kebersihan lingkungan harus dijaga sebagai bentuk pencegahan hama dan penyakit.

Setelah acara inti tersebut disampaikan, kajian ini diakhiri dengan penutup. Melalui kajian ini diharapkan peserta dapat lebih memperhatikan alam sekitar dan semakin banyak lagi anggrek-anggrek alam yang dapat dilestarikan serta dibudidayakan sebagai bentuk rasa syukur dan rasa cinta terhadap ciptaan Allah SWT.

“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat dzalim dan sangat bodoh”

(QS al-Ahzab [33]: 72)

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Dengan segala potensi yang dimiliki manusia mampu menciptakan (baca: menghasilkan) berbagai macam teknologi modern. Dengan segala kemampuannya manusia mampu menembus ruang angkasa yang jauh di sana atas kekuasaan Allah Yang Maha Mulia sebagaimana dalam firman-Nya, “Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (teknologi)”. (QS al-Rahmân [55]: 33).

Berkat karunia Tuhan manusia bisa memperoleh berbagai pengetahuan yang sangat berguna untuk kemaslahatannya di dunia. Dengan predikatahsanu taqwim (sebaik-baik ciptaan) yang ada padanya manusia berbeda dengan semua makhluk lain. Satu aspek penting yang membedakan manusia dengan yang lainnya adalah manusia dikaruniai akal sedangkan tidak demikian dengan makhluk lainnya. Sehingga menjadi sebuah keniscayaan jika manusia harus memaksimalkan potensi otaknya (akal) untuk mengarungi lautan kehidupan di dunia yang fana ini. Dengan demikian kesempurnaan manusia sebagai hamba Tuhan terealisasi dan termanifestasi melalui berbagai macam prestise dan pencapaian yang diperoleh.

Sebagai khalifah di muka bumi (khalifatun fi al-ardh) ini tentu manusia memiliki tanggung jawab yang besar. Manusia-lah yang mengatur kehidupannya di dunia ini, mereka yang berusaha melestarikan alam, tetapi tidak sedikit juga yang malah melakukan kerusakan (fasad). Semua itu akan dipertanggungjawabkan di sisi Tuhan kelak pada waktu perhitungan amal. Sedangkan makhluk selain manusia bebas dari tanggung jawab karena mereka hidup di dunia tanpa karunia akal dan apa yang mereka lakukan adalah sesuai dengan kehendak Allah (dalam kendali-Nya). Andaikata tidak ada hidup setelah mati, tidak ada tanggung jawab dibalik tindakan yang kita lakukan maka pasti kehidupan di dunia ini penuh dengan huru-hara, hampa dari kebenaran dan kebaikan. Namun karena pada hakikatnya manusia itu sadar akan tanggung jawab yang akan diperoleh di akhirat kelak maka dalam setiap perbuatannya, manusia memikirkan baik buruknya. Jika dinilai baik maka ia lakukan dan balasan kebaikan pula yang akan diperoleh dan sebaliknya jika dirasa buruk dan menimbulkan mudharat (bahaya) maka akan berusaha dijauhi dan ditinggalkan.

Manusia Makhluk yang Paling Ampuh

Ketika Allah menanyakan kepada langit, bumi dan pegunungan apakah mereka sanggup mengemban amanah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Tak satupun dari mereka yang meng-iyakan bahkan mereka khawatir tidak sanggup memikul amanah itu. Namun akhirnya manusia yang bersedia memikul amanah itu dan nantinya akan dipertanggungjawabkan di yaumul qiyamah (hari pembalasan). Hal ini terjadi sebelum penciptaan manusia, ketika Adam a.s ditanya, “Wahai Adam, apakah engkau sanggup memikul amanah itu (hidup dengan penuh ketaatan di jalan Allah) dan sanggup menjaganya dengan penjagaan yang sempurna (himayah tammah)?” tanya Allah Subhanuahu wa ta’ala. Lalu apa jawab Adam, “Maka tidak ada pilihan lain bagiku kecuali sanggup menerima amanah itu.” Jawab Adam. Kemudian Allah pun berkata, “Jika engkau berbuat baik, manaati perintahku dan memelihara amanat itu maka disisiku adalah kemulian, keutamaan, balasan yang baik (surga/jannah) tetapi jika engkau berbuat maksiat, tidak engkau jaga amanat itu, dan justru engkau menodainya maka sesungguhnya Aku akan mengadzab dan menghukum kalian (manusia) dengan aku masukkan ke neraka.” Lalu Adam a.s menjawab, “Aku ridha dengan putusan itu.” (terjemahan bebas dari tafsir Ibnu Katsir karangan Abu al-Fida’ ‘Ismail bin Katsir). Dengan demikian manusia-lah yang akhirnya mengemban amanah yang berat itu dari Allah SWT.

Disinilah sebenarnya letak keampuhan (kehebatan) manusia, manakala semua makhluk Tuhan tidak sanggup menerima amanat dari Tuhan karena khawatir tidak sanggup menjalankannya justru manusia menerima itu dengan segala konsekuensinya. Ketika semua makhluk Tuhan menolak untuk dijadikan khalifah di muka bumi, manusia datang dengan siap dan berkata bahwa ia sanggup mengemban amanah itu. Padahal kita tahu bahwa tabiat manusia tidak selamanya mengarah kepada kebaikan, pikiran mereka tidak selamanya tertuju kepada hal-hal positif, tindakan meraka tak selalu baik dan sesuai dengan aturan agama. Terkadang ia sadar akan amanat dan tanggung jawab yang ia emban dengan selalu berbuat kebajikan namun di sisi lain ia melalaikan itu dengan berbuat maksiat yang justru menjauhkan dirinya dari rahmat Tuhan.

Hal ini merupakan sesuatau yang wajar sebab manusia selain memiliki insting ilahiyah juga mewarisi sifat-sifat bahimiyah (hewan) dansyaithaniyah (setan). Sesuai dengan konsep iman yang dikemukakan oleh kaum salafiyah (salafiyyun) bahwa al-imanu yazidu wa yanqusu, yazidu bil al-thâ’ah wa yanqusu bi al-ma’shiyah (iman itu akan bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan). Maka akan wajar manakala manusia itu selalu berbuat baik dan ketaatan derajatnya akan lebih tinggi dari malaikat sekalipun ketika berbuat kemaksiatan bisa saja lebih hina dan nista dari hewan bahkan setan.

Di akhir surat al-Ahzab [33] ayat 72 di atas Allah SWT berfirman bahwa sesungguhnya manusia itu sangatlah dzalim dan bodoh (dhaluman jahulan). Hal ini karena kesedian manusia menerima amanah Tuhan yang sesungguhnya begitu berat untuk dilaksanakan sebab kita tahu akibatnya akan fatal andai saja manusia tidak bisa menjalankannya yaitu akan disiksa di neraka. Padahal seluruh makhluk yang ada di dunia menolak penawaran itu, manusia dengan lugunya ridha dengan putusan itu. Hingga sampai saat ini pun manusia masih tetap eksis di dunia dengan beragam tindakan dan perilaku mereka. Dan perlu direnungkan kembali bahwa nantinya perbuatan itu akan dipertanggungjawabkan di akhirat dan tak seorang manusiapun luput dari hisab (balasan amal manusia selama di dunia) itu.

Semua individu akan merasakan balasan amalnya di dunia, baik yang ia kerjakan kebaikan pula yang diterima, buruk yang ia kerjakan keburukan juga yang akan didapatkan. Begitulah kira-kira hal ihwal balasan amal manusia di akhirat nanti. Allah Maha Adil dalam segala sesuatunya dan tidak akan pernah mendzalimi hambanya, prinsip ini yang perlu kita pegang dan dijadikan pedoman. Sehingga predikat dzalim dan bodoh itu sedikit demi sedikit akan tereduksi dan yang tertinggal adalah adil pintar, bijak dan arif dalam segala hal dan tindakan.

Dalam kondisi tertentu Allah SWT memuji manusia (Muhammad SAW) karena keluhuran budi pekerti yang dimiliki namun di sisi lain mencela manusia karena kelalaian dan kebodohannya. Artinya memang pujian dan celaan itu ibarat dua sisi mata uang yang tiada pernah dapat dipisahkan, dimana kita temukan satu sisi mata uang disitu pula kita dapatkan sisi yang lain. Hal ini sesuai dengan sunnatullah (ketetapan Allah) yang menciptakan segala sesuatu dengan berpasang-pasangan, misalnya dalam konsep jodoh yang disana benar-benar terlihat sisi kebesaran Tuhan. Terkadang orang yang secara fisik jelek menikah dengan orang yang tampan atau cantik, tidak bisa kita kritisi karena memang itulah jodoh. Kalau kita paksakan orang tampan mesti menikah dengan wanita cantik, padahal jodohnya adalah wanita yang tidak cantik, sampai kapanpun tidak akan bisa karena sekali lagi itu bukan pasangannya (jodohnya), dan ini akan menyalahi kodrat Allah. Mungkin justru dengan wanita yang tidak cantik itu membuat hati sang pria tenang dan justru mampu menciptakan keluarga yang harmonis. Ini lagi-lagi merupakan salah satu dari tanda-tanda kebesaran Allah yang menciptakan sesuatu selalu berpasangan (azwajan) sekaligus sebagai bukti bahwa manusia itu adalah makhluk yang diistimewakan. Hal ini tentu akan memotivasi kita untuk tidak hanya sekadar merenung (kontemplasi) tetapi juga berintrospeksi diri (muhasabah)terhadap semua amal yang telah kita perbuat. Sudahkah kita menunaikan amanah yang diberikan Allah kepada kita atau justru selama ini kita lalai akan amanah itu.

Epilog

Manusia sebagai kita fahami dari uraian di atas adalah makhluk Tuhan yang paling ampuh, sebaik-baik ciptaan Tuhan dengan segala kelebihan dan keutaman yang diberikan Allah. Satu-satunya makhluk yang sanggup menerima amanah Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu marilah kita gunakan potensi yang diberikan Allah ini untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan. Jangan sampai nantinya kita menyesal karena telah berbuat kemaksiatan di dunia dan lalai akan amanah itu. Mulai saat ini kita renungkan baik-baik bahwa kita hidup di dunia ini tiada lain kecuali hanyalah untuk beribadah kepada Allah sesuai dengan amanah yang kita emban. Semua yang kita lakukan pasti ada akibatnya dan akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Dan mari kita jadikan amanah yang telah diberikan Tuhan kepada kita sebagai motivasi untuk terus mengabdi dan mengabdi demi sebuah kebahagian di dunia dan di akhirat serta memperoleh ridha Allah Yang Maha Agung. Semoga kita termasuk golongan orang yang selalu sadar akan amanah yang kita bawa dan dapat mempertanggungjawabkannya di akhirat kelak. Allahumma, hassin a’malana wa balligh ha ila imtiyaziha, amin ya Allah, ya mujiba du’ais sailin. Wallahu a’lamu bi al-shawâb[]

Samsul Zakaria, Mahasiswa Prodi Hukum Islam FIAI dan Santri PonPes UII angkatan 2009 loves-samsharing.blogspot.com,

Artikel ini dipublikasikan dalam Al-Rasikh Lembar Jumat Masjid Ulil Albab terbitan Direktorat Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam (DPPAI) Universitas Islam Indonesia (UII) Edisi 23 April 2010. Artikel dapat diakses di link ini.

Unduh Artikel

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA