Tokoh yang memiliki sifat jahat adalah tokoh protagonis

Tokoh dalam cerita yang menentang tokoh protagonis dan memiliki sifat jahat disebut:

  1. tritagonis.
  2. antagonis.
  3. figuran.
  4. protagonis.

Jawabannya adalah b. antagonis.

Tokoh dalam cerita yang menentang tokoh protagonis dan memiliki sifat jahat disebut antagonis.

Penjelasan dan Pembahasan

Jawaban a. tritagonis menurut saya ini salah, karena sudah menyimpang jauh dari apa yang ditanyakan.

Jawaban b. antagonis menurut saya ini yang benar, karena sudah tertulis dengan jelas pada buku dan catatan rangkuman pelajaran.

Jawaban c. figuran menurut saya ini juga salah, karena setelah saya cek di situs ruangguru ternyata lebih tepat untuk jawaban pertanyaan lain.

Jawaban d. protagonis menurut saya ini malah 100% salah, karena tadi saat coba cari buku catatan, jawaban ini cocok untuk pertanyaan lain.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan diatas, bisa kita simpulkan bahwa pilihan jawaban yang paling benar adalah b. antagonis..

Jika masih ada pertanyaan lain, dan masih bingung untuk memilih jawabannya. Bisa tulis saja dikolom komentar. Nanti saya bantu memberikan jawaban yang benar.

Lihat juga kunci jawaban pertanyaan berikut:

Tokoh yang memiliki sifat jahat adalah tokoh protagonis
Tokoh yang memiliki sifat jahat adalah tokoh protagonis

ilustrasi Tokoh Protagonis Adalah Orang Baik dan Antagonis Orang Jahat. Sebuah Kesesatan yang Layak Diselamatkan mojok.co

MOJOK.CO – Yang kita pelajari di sekolah: Tokoh protagonis adalah orang baik. Yang seharusnya kita tahu: kebaikan tak selalu membuat seseorang jadi tokoh utama.

Pelajaran Bahasa Indonesia yang saya pelajari ketika SD banyak membuat saya oleng ketika di bangku kuliah mempelajari soal film. Anggapan bahwa tokoh protagonis adalah orang baik dan antagonis adalah orang jahat justru merupakan suatu kalimat yang terlalu klise yang anehnya terus tertanam di otak saya selama ini. Saya merasa mual karena dibohongi masa kecil dan literatur sekolah dasar yang mengatakan hal demikian. Pelajaran yang kita terima di sekolah memang tidak bisa dimaknai secara lugu karena di beberapa poin, teorinya terasa begitu menyesatkan.

Tokoh protagonis adalah tokoh utama dalam suatu cerita. Titik. Seharusnya penjelasan yang diterima anak SD dulu begitu. Tidak perlu membawa embel-embel kata sifat soal baik dan jahat, kalimat ini sudah bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan saat ujian. 

Tokoh antagonis adalah tokoh yang berusaha menggagalkan tujuan tokoh utama. Ini juga amat cukup untuk membuat siswa-siswa memahami bahwa suatu cerita itu memang terbangun atas plot dan diakhiri dengan kesimpulan yang menunjukkan tercapai atau tidaknya tujuan si protagonis. 

Memang, sebagian besar literatur anak-anak memperlihatkan tokoh protagonis sebagai orang baik. Ini dibuat untuk kepentingan mendidik moral. Supaya pembuat cerita tidak perlu membuat bangunan plot yang rumit, terciptalah tokoh antagonis jahat untuk menggambarkan sifat tercela yang di akhir cerita bakal dapat “pelajaran”. Dengan begitu, anak-anak melihat tokoh antagonis sebagai sosok yang ia benci dan dari sini pelajaran moral bisa dipetik: punyailah sifat terpuji agar beruntung, dan hindari sifat tercela agar tidak celaka.

Namun, tanpa menjelaskan tokoh protagonis adalah orang baik pun, saya tetap yakin siswa SD mengerti jika dijelaskan protagonis adalah tokoh utama. Sepanjang cerita berlangsung, tokoh utama adalah karakter yang paling banyak muncul dan diceritakan terus menerus. Kebanyakan, cerita anak juga menggunakan sudut pandang tokoh protagonis dalam penceritaan. Bukankah pelajaran Bahasa Indonesia anak SD nggak mungkin mengkaji film yang penceritaannya sejenis Pulp Fiction?

Sebenarnya sih, kita memang sulit dan cenderung tidak perlu memetakan mana tokoh protagonis dan mana tokoh antagonis jika kita benar-benar hanya menjadi penyimak. Namun, kajian ini penting jika kita ingin membangun sebuah cerita. Tokoh protagonis adalah tokoh utama, dan dalam beberapa penceritaan yang kompleks, ia bisa menyamar menjadi tokoh pemeran pembantu. Bahkan tidak sedikit tokoh protagonis dan antagonis yang diperankan oleh satu karakter yang sama. Lagi-lagi, keduanya juga tidak harus manusia dan tidak harus diperankan oleh orang yang berbeda.

Film Psycho karya Alfred Hitchcock sebenarnya merupakan contoh baik bagaimana penokohan di dalamnya diciptakan dengan unik. Kita bakal menduga bahwa Marion Crane adalah tokoh protagonisnya. Lebih dari tiga puluh menit awal, film bercerita tentang Marion Crane dan ambisinya melarikan diri. Selanjutnya, Norman Bates muncul sebagai seorang psikopat yang membunuh Marion Crane dengan sadis. Sepanjang film kita akan turut geram menyaksikan aksi jahat Norman Bates yang begitu licik, namun bersembunyi di balik sikap luguya. Norman Bates adalah protagonis yang sebenarnya, ia bukan orang baik, ia adalah psikopat. Sedangkan tokoh antagonis adalah polisi dan kawan Marion Crane yang mencoba menggali kebenaran.

Dalam prequel serial Bates Motel, lagi-lagi Norman Bates menjadi tokoh protagonis. Sayangnya ia juga perlahan menjadi tokoh antagonis atas dirinya sendiri. Kita tidak bisa memaksakan sesuatu yang saklek bahwa yang ini protagonis, yang lainnya antagonis, yang lainnya cuma pemeran pembantu. Semua itu bahkan bisa dipermainkan oleh gaya penceritaan dan struktur cerita kompleks.

Maka, agak lucu jika hingga dewasa kamu tetap menganggap bahwa tokoh protagonis adalah orang baik, antagonis orang jahat. Nggak usah jauh-jauh, sinetron azab-azab di Indosiar juga sudah mempraktikkan bahwa tokoh protagonis mereka adalah orang yang secara nilai-nilai agama dianggap buruk. Mereka kerap mempertontonkan tokoh utama yang semasa hidupnya jahat dan meninggal kena azab, liang kuburannya terbakar, tersambar petir, bahkan jenazahnya juga sempat terbawa air sungai. Tapi, bagaimanapun, si orang yang kena azab dan jenazahnya itulah yang disebut sebagai tokoh protagonis. Tujuan (goals) cerita ini agar jenazah bisa dikuburkan selayaknya orang meninggal. Sayangnya, muncul tokoh antagonis yang berupa “azab ilahiah”, dibantu dengan alam dan semesta yang menghukum. Mau nggak mau “unsur religius” berperan jadi tokoh antagonis yang menggagalkan tujuan jenazah terlaknat itu. Memang antagonis nggak selalu diperankan oleh orang yang jahat kok.

Lain lagi dengan film-film superhero yang belakangan ini ramai. Loki, Venom, Deadpool, dan Joker adalah tokoh antihero. Mereka punya sifat yang secara standar moral bisa dibilang jahat. Nggak sebaik dan setulus Captain Amerika yang tujuan hidupnya untuk mengabdi pada masyarakat, mereka justru mengabdi pada kesenangan mereka sendiri. Tapi, lihat kan, mereka adalah tokoh protagonis di setiap film dan plot mereka sendiri. Jika kita perpanjang lagi, perdebatan bisa bergeser ke arah sejauh mana seseorang bisa dibilang jahat, antihero, dan mementingkan diri sendiri. Mengingat tokoh-tokoh antihero selalu punya banyak alasan masuk akal buat menciptakan kekacauan. Hasssh, pokoknya rumit.

BACA JUGA Tokoh Protagonis Tidak Selalu Baik dan Hal Abu-abu dari Plot ‘Attack on Titan’ atau artikel AJENG RIZKA lainnya. 

Tokoh yang memiliki sifat jahat adalah tokoh protagonis

Tokoh yang memiliki sifat jahat adalah tokoh protagonis
Lihat Foto

Istimewa

Teater Rumah Kenang yang digarap oleh Titimangsa Foundation.

KOMPAS.com - Setiap cerita pasti memiliki unsur tokoh di dalamnya. Tokoh tidak hanya sebatas peran yang dimainkan manusia.

Dalam cerita, tokoh dapat berupa hewan, benda, atau karaketer apapun yang mewakili jalannya sebuah cerita.

Tokoh dapat berupa kata ganti penunjuk orang, seperti aku, kamu, dia, mereka, dan sebagainya. Penggunaan kata ganti semacam ini memperjelas sudut pandang penceritaan.

Menurut Andi Wicaksono dalam Pengkajian Prosa Fiksi (2017), tokoh adalah pelaku cerita, sedangkan penokohan adalah sifat yang dilekatkan pada diri tokoh, penggambaran, atau pelukisan mengenai tokoh cerita.

Sementara, Burhan Nurgiyatoro dalam Teori Pengkajian Fiksi (1998) berpendapat, tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pada pembaca.

Jika dilihat dari fungsi penampilan, tokoh dibedakan ke dalam protagonis, antagonis, dan tirtagonis.

Baca juga: Watak Tokoh pada Drama Kisah Pemulung dan Penjual Bakso, Jawaban Soal TVRI SD 4-6, 4 Juni 2020

Protagonis merupakan tokoh yang menampilkan sesuatu sesuai pandangan dan harapan pembaca. Menggambarkan watak yang baik dan positif. Tokoh protagonis dapat menyita empati dan perhatian pembaca.

Lawan dari protagonis. Antagonis menjadi salah satu tokoh yang menimbulkan konflik dalam cerita. Ia merupakan penggambaran watak yang buruk dan negatif. Biasanya dibeci pembaca. Namun dalam beberapa cerita, pengarang juga memberikan porsi cukup banyak pada tokoh antagonis sehingga menyita perhatian pembaca.

Tritagonis disebut juga karakter ketiga atau penengah. Menggambarkan watak yang bijak. Berfungsi sebagai pendamai atau jembatan atas penyelesaian konflik. Biasanya muncul sebagai tokoh yang menyelesaikan permasalahan dalam sebuah cerita.

Figuran merupakan tokoh atau peran yang kurang berarti dalam penceritaan. Figuran disebut juga peran pembantu. Berbeda dari penggolongan tiga tokoh sebelumnya, figuran digolongkan ke dalam jenis tokoh berdasarkan tingkat pentingnya peran.

Baca juga: Seni Teater: Pengertian, Sejarah, Unsur dan Jenisnya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya