Tata cara selapanan dalam bahasa jawa

Photo: Instagram @oceanagantari | Oceana Sovia Gantari

Pada awalnya tradisi selapanan bayi ini hanya di lingkup keluarga, sang ayah memotong rambut bayi sendiri dan memberi nama bayi langsung diumumkan. Lama kelamaan, tradisi potong rambut bayi, pemberian bedak dan pengumuman nama bayi menjadi tradisi di masyarakat luas.

Ketika mahalul qiyam, bayi akan dibawa sang ayah keliling meminta doa dari para hadirin. Ada yang memotong rambut, memberi bedak, berdoa dan meniup mbon-mbonan bayi (ubun-ubun), ada yang sekedar memberi bedak, dan ada juga yang mendoakan:

اللّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ، وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيلَ

“Ya Allah, pahamkanlah dia terhadap agama dan ajarkanlah (ilmu) tafsir kepadanya.” (HR. Ahmad dalam al-Musnad 1/328 dengan sanad yang hasan)

Masyarakat Jawa mempunyai berbagai macam selamatan. Salah satunya adalah selapanan. Selapanan berasal dari bahasa Jawa yang berarti 35 hari. Jadi, selapanan adalah ritual yang dilakukan pada bayi yang sudah menginjak usia 35 hari. Tradisi Selapanan merupakan pengingat bahwa sang anak sudah bertambah umur, yang berarti bahwa si anak mengalami suatu perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan batin atau mental. Anak yang mendekati hari kelahirannya, mengalami perubahan fisik berupa peningkatan suhu badan, gelisah, dan sering menangis.

Acara selamatan ini dilakukan saat sang bayi berusia 35 hari atau selapan. Perhitungan ini dihitung berdasarkan kalendar Jawa, sehingga masyarakat Jawa menghitung hari dalam hitungan minggu sebanyak tujuh hari (Senin-Minggu) dan hitungan pasaran dimana satu pasaran berjumlah lima hari (Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi). Perhitungan selapan berasal dari perkalian antara tujuh dan lima yang menghasilkan 35 hari. Pada hari ke 35 ini didapatkan pertemuan angka kelipatan antara tujuh dan lima. Pada hari ini juga, hari weton si bayi akan berulang. Sebagai contoh, bila sang bayi lahir pada Kamis Pahing, maka selapanannya akan jatuh tepat pada hari Kamis Pahing pula.

Lantas, bagaimana doa selapanan bayi dalam agama Islam?

Bacaan Doa Selapanan Bayi dalam Islam

Anak merupakan rezeki yang telah Allah SWT berikan kepada seorang pasangan suami istri. Berbagai cara dilakukan dalam merawat anak sedari kecil. Salah satunya adalah melaksanakan tradisi dari tanah Jawa yang bernama selapanan.

Tradisi selapanan berisi dengan rentetan kegiatan. Misalnya dengan mencukur rambut bayi. Memotong kukunya, sampai aqiqah.

Pada umumnya, selapanan juga diikuti dengan bancakan, seperti dengan tumpeng, sayur 7 macam yang dipotong-potong kecuali kangkung dan kacang panjang, telur rebus sebanyak 7, 11, sampai 17 butir, cabai merah, bawang merah, bumbu-bumu yang tidak pedas, saringan santan, buah-buahan sebanyak 7 macam yang diharuskan terdapat pisang raja, dan bubur 7 rupa.

Sebelum acara Selapanan dilakukan, pada sore hari warga bersama-sama bergotong royong membuat tumpeng yang berisi makanan (bancakan) untuk kemudian dibagi-bagikan kepada kerabat dan anak-anak kecil di Lingkungan rumah. Bancaan ini dibuat dengan harapan agar bayi nantinya bisa berguna, bermanfaat, dan membahagiakan masyarakat sekitar. Dalam bancaan ada menu makanan wajib yang harus ada yaitu nasi putih dan gudangan atau urap yang terdiri dari berbagai sayuran yang diberi bumbu parutan kelapa.

Selain itu, terdapat satu kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan dalam acara selapanan bayi, yakni berdoa.

Terdapat berbagai bacaan doa yang perlu amalkan ketika hendak melakukan selapanan bayi. Sebagaimana yang dikutip dari buku Panduan Lengkap Doa untuk Muslimah karya Fathuri Ahza Mumtaza (2021).

Doa Ketika Mencukur Bayi

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَللهم نُوْرُ السَّمَاوَاتِ وَنُوْرُالشَّمْسِ وَالْقَمَرِ, اللهم سِرُّ اللهِ نُوْرُ النُّبُوَّةِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm alhamdulillâhirabbil ‘âlamîna llâhumma nûrus samâwâti wa nûrusy syamsyi wal qamari, allâhumma sirrullâhi nûrun nubuwwati RasuluLlâhi shallaLlâhu ‘alaihi wasallam walhamduliLlâhi rabbil ‘âlamin

Artinya, “Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Ya Allah, cahaya langit, matahari dan rembulan. Ya Allah, rahasia Allah, cahaya kenabian, Rasululullah SAW, dan segala puji Bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

Doa Meniup Ubun-ubun

اللَّهُمَّ إِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Allâhumma innî u’îdzuhâ bika wa dzurriyyatahâ minasy syaithânir rajîm

Artinya, “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan untuk dia dan keluarganya dari setan yang terkutuk.”

Doa Walimah Aqiqah

Pada umumnya, masyarakat Jawa dalam mengadakan acara selapanan diikuti dengan aqiqah bayi. Adapun doa walimah aqiqah yaitu:

اللهم احْفَظْهُ مِنْ شَرِّالْجِنِّ وَالْإِنْسِ وَأُمِّ الصِّبْيَانِ وَمِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ وَالْعِصْيَانِ وَاحْرِسْهُ بِحَضَانَتِكَ وَكَفَالَتِكَ الْمَحْمُوْدَةِ وَبِدَوَامِ عِنَايَتِكَ وَرِعَايَتِكَ أَلنَّافِذَةِ نُقَدِّمُ بِهَا عَلَى الْقِيَامِ بِمَا كَلَّفْتَنَا مِنْ حُقُوْقِ رُبُوْبِيَّتِكَ الْكَرِيْمَةِ نَدَبْتَنَا إِلَيْهِ فِيْمَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ خَلْقِكَ مِنْ مَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ وَأَطْيَبُ مَا فَضَّلْتَنَا مِنَ الْأَرْزَاقِ اللهم اجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ وَأَهْلِ الْخَيْرِ وَأَهْلِ الْقُرْآنِ وَلَا تَجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ مِنْ أَهْلِ الشَّرِ وَالضَّيْرِ وَ الظُّلْمِ وَالطُّغْيَانِ

Allâhummahfadzhu min syarril jinni wal insi wa ummish shibyâni wa min jamî’is sayyiâti wal ‘ishyâni wahrishu bihadlânatika wa kafâlatika al-mahmûdati wa bidawâmi ‘inâyatika wa ri’âyatika an-nafîdzati nuqaddimu bihâ ‘alal qiyâmi bimâ kalaftanâ min huqûqi rububiyyâtika al-karîmati nadabtanâ ilaihi fîmâ bainanâ wa baina khalqika min makârimil akhlâqi wa athyabu mâ fadldlaltanâ minal arzâqi. Allâhummaj’alnâ wa iyyâhum min ahlil ‘ilmi wa ahlil khairi wa ahlil qur`âni wa lâ taj’alnâ wa iyyâhum min ahlisy syarri wadl dloiri wadz dzolami wath thughyâni

Artinya, “Ya Allah, jagalah dia (bayi) dari kejelekan jin, manusia ummi shibyan, serta segala kejelekan dan maksiat. Jagalah dia dengan penjagaan dan tanggungan-Mu yang terpuji, dengan perawatan dan perlindunganmu yang lestari. Dengan hal tersebut aku mampu melaksanakan apa yang Kau bebankan padaku, dari hak-hak ketuhanan yang mulia. Hiasi dia dengan apa yang ada diantara kami dan makhluk-Mu, yakni akhlak mulia dan anugerah yang paling indah. Ya Allah, jadikan kami dan mereka sebagai ahli ilmu, ahli kebaikan, dan ahli Al-Qur’an. Jangan kau jadikan kami dan mereka sebagai ahli kejelekan, keburukan, aniaya, dan tercela.”

Itulah ringkasan singkat tentang selapanan bayi dan kumpulan doa ketika melaksanakan selapanan bayi dalam agama Islam.

Penulis: Muji Wijaya | Editor: Muhammad Widad | Sumber Referensi: Kumparan

나와 내 블로그: SELAPANAN (dalam bahasa jawa) hallo suwe ora ketemu hehe

Sepasaran wenehi tanda utawa jeneng tumrape bayi sing lagi lair dianakake bancaan supaya bayi kang dibancakki kalis saka sak kabehing lelara lan goda rencana.Tegese selapan 35 dina sakwise bayi lair ing dina Rebo Pon kasebut dianakkake bancaan utawa syukuran amarga laire Rebo Pon.Wektu selapanan biasane bayi kasebut dicukur utawa digundul rambute supaya thukulane rambut apik.Tatacara koyo mangkono iku ora mung tumeko selapanan, isih ana lanjutane. Dadi wiwit sepasaran wujude syukuran utawa bancaan diwujudake kanggo wong tuwa jenenge kondangan, lan kanggo anak-anak jenenge bancaan. Perkara loro mau duwe ancas nyuwun keselametan.Sepasaran lan Selapanan bancaane gedhe + cilik sak banjure umume bancaan cah cilik nganti kurang luwih bayi umur setaun. Wujude bancaan mau sega gudhangan diwenehi endhog kangujubake para pini sepuh.

Sakwise bayi utawa bocah ngancik umur setaun, mulai di-ulang tauni saben taun. Ing dijupuk tanggal lairre bocah.

sory nak gor cendak

article ing nduwur kacopy saka mbak 나와 내 블로그:(//shiningstar-freelife.blogspot.com)

Page 2

Selamatan untuk kelahiran bayi sering dijumpai khususnya dalam adat Jawa. Kelahiran sang buah hati ke dunia sejatinya memang sesuatu yang pantas dirayakan. Bukan sebagai wadah pamer kekayaan maupun kesuburan, melainkan sebagai ajang saling mendoakan dan mensyukuri.

Selamatan adalah upacara sedekah makanan dan doa yang bertujuan untuk memohon keselamatan dan ketenteraman untuk keluarga yang menyelenggarakan. Selamatan atau slametan merupakan tradisi masyarakat Jawa yang masih dilaksanakan secara turun-temurun. Slametan sendiri adalah upacara atau proses yang bersifat spiritual dan bertujuan untuk mencari keselamatan (slamet). Oleh mayoritas masyarakat Jawa yang masih menganut tradisi leluhur, selamatan diikuti juga guna mendekatkan diri dengan Sang Pencipta. Selain itu, selamatan juga kerap dilakukan sebagai sarana bersedekah dan untuk menolak bala.

Berbagai tradisi selamatan kelahiran bayi Jawa

Sebagai sebuah komunitas masyarakat yang menganut tradisi leluhur, masyarakat Jawa memiliki segudang adat dan ritual. Salah satunya adalah selamatan untuk kelahiran bayi yang umum dilaksanakan di daerah-daerah Jawa, khususnya Jawa Tengah.

Selamatan untuk kelahiran bayi dalam adat Jawa umumnya meliputi ritual brokohan, sepasaran, dan selapanan. Sebenarnya, di zaman dulu terdapat banyak bentuk selamatan kelahiran bayi, mulai dari brokohan, sepasaran, puputan, selapanan, limang lapanan, dan setahunan. Namun karena kini banyak sesepuh terdahulu yang sudah tiada, akhirnya tata cara ritual dan budaya mulai hilang dan luput diajarkan ke generasi penerusnya. Selain itu, latar belakang finansial dan ekonomi juga menjadi alasan beberapa tradisi ini tidak diteruskan. Biaya pelaksanaan beberapa tradisi yang tidak murah lantas mendorong diperlukannya penyesuaian dengan keadaan sekarang.

Tradisi Brokohan

Selamatan brokohan di adat Jawa biasanya dilakukan sehari setelah kelahiran bayi. Kata brokohan sendiri diambil dari bahasa Arab, yakni barokah, yakni mengharapkan berkah. Ritual satu ini bertujuan untuk memohon keselamatan dan perlindungan untuk bayi yang baru lahir.

Dalam acara brokohan, biasanya diadakan acara berdoa bersama untuk si bayi, diselingi dengan hidangan yang disediakan oleh tuan rumah. Brokohan dipersiapkan dengan bantuan ibu-ibu tetangga yang datang sebagai rewang yang kemudian saling membagi tugas untuk menyiapkan hidangannya. Bapak-bapak bertugas untuk datang untuk berdoa untuk acara kenduri di malam harinya. Para tamu biasanya juga datang membaca macam-macam oleh-oleh untuk menunjukkan turut bahagia atas lahirnya si bayi.

Biasanya, acara brokohan dilanjutkan dengan budaya sewengenan. Dalam sewengenan, para bapak-bapak ikut terjaga semalaman dengan tujuan menjaga rumah si bayi.

Tradisi Sepasaran

Selamatan sepasaran di adat Jawa biasanya dilakukan 5 hari setelah kelahiran bayi. Sepasaran sendiri berasal dari kata sepasar, yang artinya lima hari. Tradisi sepasaran ini juga menjadi acara untuk mengumumkan pemberian nama bayi pada para tamu. Biasanya pihak keluarga mengundang tetangga sekitar dan keluarga besar untuk perayaan satu ini.

Acara sepasaran biasanya dilengkapi dengan kenduri dan bancakan. Seusai pihak tuan rumah memberi sambutan pada para tamu, acara dilanjutkan dengan panjatan doa bersama dan menyajikan hidangan gudhangan di tampah besar untuk anak-anak.

Tradisi Selapanan

Selamatan selapanan di adat Jawa biasanya dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi. Selapan merupakan istilah Jawa yang berarti tiga puluh lima hari. Angka 35 ini merupakan hasil perkalian dari 5 hari Jawa (Pahing, Pon, Wage, Kliwon, Legi) dan 7 hari Masehi (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu). Setiap 35 hari sekali, seseorang akan merayakan weton kelahirannya lagi.

Biasanya dalam acara selapanan dilakukan pengguntingan rambut dan kuku bayi. Pemotongan rambut untuk pertama kali dilakukan oleh Ayah dan Ibunya, kemudian dilanjutkan oleh para sepuh atau anggota keluarga lain yang lebih senior. Tujuan pemotongan rambut ini adalah agar rambut dan kuku jemari bayi yang tumbuh benar-benar bersih. Masyarakat Jawa percaya bahwa rambut bayi yang ada sejak lahir masih bawaan dari air ketuban. Itulah mengapa rambut bayi dipotong hingga gundul setidaknya 3 kali. Namun di zaman sekarang banyak orang tua yang tidak tega untuk menggunduli bayinya, sehingga dilakukan hanya untuk formalitas.

Semua bentuk tradisi selamatan kelahiran bayi dalam adat Jawa ini memiliki manfaat yang sama. Selain mempererat tali silaturahmi antar satu dan lainnya, tradisi ini juga bermanfaat mengenang hari lahir sang bayi, menjadi wadah harapan orang tua dan keluarga agar bayi selalu sehat sentosa, mendidik anak agar tumbuh menjadi anak yang berpribadi baik, agar anak selalu terlindungi, dan mengucap syukur pada Sang Pencipta.

Referensi

6 Upacara Kelahiran Bayi Dalam Adat Jawa. (2015, April 4). Diambil kembali dari Tumpi.id

Hambali, M. (2016, Agustus 10). BANCAKAN PADA ACARA SELAPANAN DALAM TRADISI JAWA. Diambil kembali dari Ny Melly Javanese Cuisine

Retnoningsih, D. (2014). KAJIAN FOLKLOR RANGKAIAN UPACARA ADAT KEHAMILAN SAMPAI DENGAN KELAHIRAN BAYI DI DESA BORONGAN, KECAMATAN POLANHARJO, KABUPATEN KLATEN. SKRIPSI FBS UNY.

Widyaningrum, L. (2017). TRADISI ADAT JAWA DALAM MENYAMBUT KELAHIRAN BAYI (Studi Tentang Pelaksanaan Tradisi Jagongan Pada Sepasaran Bayi) di Desa Harapan Harapan Jaya Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan. JOM FISIP, 4(2), 1-15.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA