Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Nagari Mataram

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Show

Bendera

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Cakupan terluas Kesultanan Mataram dalam masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645)

IbukotaKota Gede (1588-1613)
Karta (1613-1647)
Pleret (1647-1681)
BahasaJawa
AgamaIslam, Kejawen
PemerintahanMonarki absolut
Panembahan, Susuhunan (Sunan), Sultan
 - 1588-1601; t. 1584Panembahan Senopati
 - 1677-1681Susuhunan Ing Ngalogo (Paku Buwono I);
Hamangku Rat II (pengasingan)
Sejarah 
 - wafat Sultan III Pajang1588
 - Pemberontakan Trunajaya/Penaklukan Susuhunan Ing Ngalogo28 November 1681

Kesultanan Mataram yaitu kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada masa seratus tahun ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Antara dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit. Asal-usulnya yaitu suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang, berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan untuk Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasanya. Raja berdaulat pertama yaitu Sutawijaya (Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan.

Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah mesti menerima bantuan VOC pada masa-masa akhir menjelang keruntuhannya.

Mataram yaitu kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim. Beliau meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat sampai sekarang, seperti kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat, penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta beberapa batas administrasi wilayah yang sedang berlangsung sampai sekarang.

Masa awal

Sutawijaya naik tahta sesudah beliau menguasai wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya dengan gelar Panembahan Senopati. Pada masa itu wilayahnya hanya di sekitar Jawa Tengah masa ini, mewarisi wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan berada di Mentaok, wilayah yang terletak kira-kira di timur Kota Yogyakarta dan selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang. Lokasi keraton (tempat kedudukan raja) pada masa awal terletak di Banguntapan, akhir dipindah ke Kotagede. Sesudah beliau meninggal (dimakamkan di Kotagede) kekuasaan diteruskan putranya Mas Jolang yang sesudah naik tahta bergelar Prabu Hanyokrowati.

Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tak berlangsung lama karena dia wafat karena kecelakaan masa sedang berburu di hutan Krapyak. Karenanya beliau juga dinamakan Susuhunan Seda Krapyak atau Panembahan Seda Krapyak yang berfaedah Raja (yang) wafat (di) Krapyak. Sesudah itu tahta berpindah sebentar ke tangan putra keempat Mas Jolang yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro menderita penyakit syaraf sehingga tahta berpindah ke putra sulung Mas Jolang yang bernama Mas Rangsangpada masa pemerintahan Mas Rangsang,Mataram mengalami masa keemasan.

Sultan Agung

Sesudah naik tahta Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo atau lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Pada masanya Mataram berekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa. Wilayah Mataram mencakup Pulau Jawa dan Madura (kira-kira gabungan Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur sekarang). Beliau memindahkan lokasi kraton ke Karta (Jw. "kertå", karenanya muncul sebutan pula "Mataram Karta"). Dampak terjadi gesekan dalam penguasaan perdagangan antara Mataram dengan VOC yang berpusat di Batavia, Mataram lalu berkoalisi dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon dan terlibat dalam beberapa peperangan antara Mataram melawan VOC. Sesudah wafat (dimakamkan di Imogiri), beliau digantikan oleh putranya yang bergelar Amangkurat (Amangkurat I).

Terpecahnya Mataram

Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered (1647), tak jauh dari Karta. Selain itu, beliau tak lagi memakai gelar sultan, melainkan "sunan" (dari "Susuhunan" atau "Yang Dipertuan"). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak ketidakpuasan dan pemberontakan. Pada masanya, terjadi pemberontakan agung yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat bersekutu dengan VOC. Beliau wafat di Tegalarum (1677) ketika mengungsi sehingga dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tak puas dan pemberontakan terus terjadi. Pada masanya, kraton dipindahkan lagi ke Kartasura (1680), sekitar 5km sebelah barat Pajang karena kraton yang lama diasumsikan sudah tercemar.

Pengganti Amangkurat II beruntun yaitu Amangkurat III (1703-1708), Pakubuwana I (1704-1719), Amangkurat IV (1719-1726), Pakubuwana II (1726-1749). VOC tak menyukai Amangkurat III karena menentang VOC sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I (Puger) sebagai raja. Akhir suatu peristiwanya Mataram ada dua raja dan ini mengakibatkan perpecahan internal. Amangkurat III memberontak dan menjadi "king in exile" sampai tertangkap di Batavia lalu dibuang ke Ceylon.

Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III sesudah pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta tanggal 13 Februari 1755. Pembagian wilayah ini tertuang dalam Akad Giyanti (nama diambil dari lokasi penandatanganan, di sebelah timur kota Karanganyar, Jawa Tengah). Berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah. Walaupun demikian beberapa warga Jawa beranggapan bahwa Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta yaitu "ahli waris" dari Kesultanan Mataram.

Peristiwa Penting

  • 1558 - Ki Ageng Pemanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan Pajang Adiwijaya atas jasanya mengalahkan Arya Penangsang.
  • 1577 - Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di Pasargede atau Kotagede.
  • 1584 - Ki Ageng Pemanahan meninggal. Sultan Pajang mengangkat Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan sebagai penguasa baru di Mataram, yang sebelumnya sebagai putra tinggikan Sultan Pajang bergelar "Mas Ngabehi Loring Pasar" (karena rumahnya di sebelah utara pasar). Beliau mendapat gelar "Senapati in Ngalaga" (karena sedang diasumsikan sebagai Senapati Utama Pajang di bawah Sultan Pajang).
  • 1587 - Pasukan Kesultanan Pajang yang akan menyerbu Mataram porak-poranda diterjang badai letusan Gunung Merapi. Sutawijaya dan pasukannya selamat.
  • 1588 - Mataram menjadi kerajaan dengan Sutawijaya sebagai Sultan, bergelar "Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama" berfaedah Panglima Perang dan Ulama Pengatur Kehidupan Beragama.
  • 1601 - Panembahan Senopati wafat dan digantikan putranya, Mas Jolang yang bergelar Panembahan Hanyakrawati dan akhir dikenal sebagai "Panembahan Seda ing Krapyak" karena wafat masa berburu (jawa: krapyak).
  • 1613 - Mas Jolang wafat, akhir digantikan oleh putranya Pangeran Aryo Martoputro. Karena sering sakit, akhir digantikan oleh kakaknya Raden Mas Rangsang. Gelar pertama yang dipergunakan yaitu Panembahan Hanyakrakusuma atau "Prabu Pandita Hanyakrakusuma". Sesudah Menaklukkan Madura dia memakai gelar "Susuhunan Hanyakrakusuma". Terakhir sesudah 1640-an dia memakai gelar bergelar "Sultan Agung Senapati Ingalaga Abdurrahman"
  • 1645 - Sultan Agung wafat dan digantikan putranya Susuhunan Amangkurat I.
  • 1645 - 1677 - Pertentangan dan perpecahan dalam keluarga kerajaan Mataram, yang dimanfaatkan oleh VOC.
  • 1677 - Trunajaya merangsek menuju Ibukota Pleret. Susuhunan Amangkurat I mangkat. Putra Mahkota dilantik menjadi Susuhunan Amangkurat II di pengasingan. Pangeran Puger yang diserahi tanggung jawab atas ibukota Pleret mulai memerintah dengan gelar Susuhunan Ing Ngalaga.
  • 1680 - Susuhunan Amangkurat II memindahkan ibukota ke Kartasura.
  • 1681 - Pangeran Puger diturunkan dari tahta Plered.
  • 1703 - Susuhunan Amangkurat III wafat. Putra mahkota dibawa ke atas menjadi Susuhunan Amangkurat III.
  • 1704 - Dengan bantuan VOC Pangeran Puger ditahtakan sebagai Susuhunan Paku Buwono I. Awal Perang Tahta I (1704-1708). Susuhunan Amangkurat III membentuk pemerintahan pengasingan.
  • 1708 - Susuhunan Amangkurat III ditangkap dan dibuang ke Srilanka sampai wafatnya pada 1734.
  • 1719 - Susuhunan Paku Buwono I meninggal dan digantikan putra mahkota dengan gelar Susuhunan Amangkurat IV atau Prabu Mangkurat Jawa. Awal Perang Tahta Jawa Kedua (1719-1723).
  • 1726 - Susuhunan Amangkurat IV meninggal dan digantikan Putra Mahkota yang bergelar Susuhunan Paku Buwono II.
  • 1742 - Ibukota Kartasura diduduki pemberontak. Susuhunan Paku Buwana II berada dalam pengasingan.
  • 1743 - Dengan bantuan VOC Ibukota Kartasura berhasil direbut dari tangan pemberontak dengan situasi luluh lantak. Suatu akad sangat berat (menggadaikan kedaulatan Mataram untuk VOC selama belum dapat melunasi hutang biaya perang) untuk Mataram dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai imbalan atas bantuan VOC.
  • 1745 - Susuhunan Paku Buwana II membangun ibukota baru di desa Sala di tepian Bengawan Beton.
  • 1746 - Susuhunan Paku Buwana II secara resmi menempati ibukota baru yang dinamai Surakarta. Konflik Istana mengakibatkan saudara Susuhunan, P. Mangkubumi, meninggalkan istana. Meletus Perang Tahta Jawa Ketiga yang berlangsung lebih dari 10 tahun (1746-1757) dan mencabik Kerajaan Mataram menjadi dua Kerajaan agung dan satu kerajaan kecil.
  • 1749 - 11 Desember Susuhunan Paku Buwono II menandatangani penyerahan kedaulatan Mataram untuk VOC. Namun secara de facto Mataram baru dapat ditundukkan sepenuhnya pada 1830. 12 Desember Di Yogyakarta, P. Mangkubumi diproklamirkan sebagai Susuhunan Paku Buwono oleh para pengikutnya. 15 Desember van Hohendorff mengumumkan Putra Mahkota sebagai Susuhunan Paku Buwono III.
  • 1752 - Mangkubumi berhasil menggerakkan pemberontakan di provinsi-provinsi Pasisiran (daerah pantura Jawa) mulai dari Banten sampai Madura. Perpecahan Mangkubumi-RM Said.
  • 1754 - Nicolas Hartingh menyerukan gencatan senjata dan perdamaian. 23 September, Nota Kesepahaman Mangkubumi-Hartingh. 4 November, PB III meratifikasi nota kesepahaman. Batavia walau keberatan tak punya pilihan lain selain meratifikasi nota yang sama.
  • 1755 - 13 Februari Puncak perpecahan terjadi, ditandai dengan Akad Giyanti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan atas Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing-Ngalaga Ngabdurakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah" atau lebih populer dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.
  • 1757 - Perpecahan kembali melanda Mataram. Akad Salatiga, akad yang lebih lanjut membagi wilayah Kesultanan Mataram yang sudah terpecah, ditandatangani pada 17 Maret 1757 di Kota Salatiga antara Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa) dengan Sunan Paku Buwono III,VOC dan Sultan Hamengku Buwono I. Raden Mas Said dibawa ke atas sebagai penguasa atas suatu kepangeranan, Praja Mangkunegaran yang terlepas dari Kesunanan Surakarta dengan gelar "Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangku Nagara Senopati Ing Ayudha".
  • 1788 - Susuhunan Paku Buwono III mangkat.
  • 1792 - Sultan Hamengku Buwono I wafat.
  • 1795 - KGPAA Mangku Nagara I meninggal.
  • 1799 - Voc dihentikan
  • 1813 - Perpecahan kembali melanda Mataram. P. Nata Kusuma dibawa ke atas sebagai penguasa atas suatu kepangeranan, Kadipaten Paku Alaman yang terlepas dari Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam".
  • 1830 - Akhir perang Diponegoro. Seluruh daerah Manca nagara Yogyakarta dan Surakarta dirampas Belanda. 27 September, Akad Klaten menentukan tapal yang tetap antara Surakarta dan Yogyakarta dan membagi secara permanen Kerajaan Mataram ditandatangani oleh Sasradiningrat, Pepatih Dalem Surakarta, dan Danurejo, Pepatih Dalem Yogyakarta. Mataram secara de facto dan de yure diduduki oleh Hindia Belanda.

Lihat pula

Pranala luar


edunitas.com


Page 2

Nagari Mataram

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Bendera

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Cakupan terluas Kesultanan Mataram dalam masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645)

IbukotaKota Gede (1588-1613)
Karta (1613-1647)
Pleret (1647-1681)
BahasaJawa
AgamaIslam, Kejawen
PemerintahanMonarki absolut
Panembahan, Susuhunan (Sunan), Sultan
 - 1588-1601; t. 1584Panembahan Senopati
 - 1677-1681Susuhunan Ing Ngalogo (Paku Buwono I);
Hamangku Rat II (pengasingan)
Sejarah 
 - wafat Sultan III Pajang1588
 - Pemberontakan Trunajaya/Penaklukan Susuhunan Ing Ngalogo28 November 1681

Kesultanan Mataram yaitu kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada masa seratus tahun ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Antara dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit. Asal-usulnya yaitu suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang, berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan untuk Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas afal yang bergunanya. Raja berdaulat pertama yaitu Sutawijaya (Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan.

Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah mesti menerima bantuan VOC pada masa-masa akhir menjelang keruntuhannya.

Mataram yaitu kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim. Beliau meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat dan diperhatikan sampai sekarang, seperti kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat, penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta beberapa batas administrasi wilayah yang sedang berlangsung sampai sekarang.

Masa awal

Sutawijaya naik tahta sesudah beliau menguasai wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya dengan gelar Panembahan Senopati. Pada masa itu wilayahnya hanya di sekitar Jawa Tengah masa ini, mewarisi wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan berada di Mentaok, wilayah yang terletak aturan di timur Kota Yogyakarta dan selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang. Lokasi keraton (tempat posisi raja) pada masa awal terletak di Banguntapan, akhir dipindah ke Kotagede. Sesudah beliau meninggal (dimakamkan di Kotagede) kekuasaan diteruskan putranya Mas Jolang yang sesudah naik tahta bergelar Prabu Hanyokrowati.

Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tak berlangsung lama karena dia wafat karena kecelakaan masa sedang berburu di hutan Krapyak. Karenanya beliau juga dinamakan Susuhunan Seda Krapyak atau Panembahan Seda Krapyak yang berfaedah Raja (yang) wafat (di) Krapyak. Sesudah itu tahta berpindah sebentar ke tangan putra keempat Mas Jolang yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro menderita penyakit syaraf sehingga tahta berpindah ke putra sulung Mas Jolang yang bernama Mas Rangsangpada masa pemerintahan Mas Rangsang,Mataram mengalami masa keemasan.

Sultan Agung

Sesudah naik tahta Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo atau semakin dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Pada masanya Mataram berekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa. Wilayah Mataram mencakup Pulau Jawa dan Madura (kira-kira gabungan Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur sekarang). Beliau memindahkan lokasi kraton ke Karta (Jw. "kertå", karenanya muncul sebutan pula "Mataram Karta"). Dampak terjadi gesekan dalam penguasaan perdagangan antara Mataram dengan VOC yang berpusat di Batavia, Mataram lalu berkoalisi dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon dan terlibat dalam beberapa peperangan antara Mataram melawan VOC. Sesudah wafat (dimakamkan di Imogiri), beliau dialihkan oleh putranya yang bergelar Amangkurat (Amangkurat I).

Terpecahnya Mataram

Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered (1647), tak jauh dari Karta. Selain itu, beliau tak lagi memakai gelar sultan, melainkan "sunan" (dari "Susuhunan" atau "Yang Dipertuan"). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak ketidakpuasan dan pemberontakan. Pada masanya, terjadi pemberontakan agung yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat bersekutu dengan VOC. Beliau wafat di Tegalarum (1677) ketika mengungsi sehingga dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tak puas dan pemberontakan terus terjadi. Pada masanya, kraton dipindahkan lagi ke Kartasura (1680), sekitar 5km sebelah barat Pajang karena kraton yang lama dianggap sudah tercemar.

Pengganti Amangkurat II beruntun yaitu Amangkurat III (1703-1708), Pakubuwana I (1704-1719), Amangkurat IV (1719-1726), Pakubuwana II (1726-1749). VOC tak menyukai Amangkurat III karena menentang VOC sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I (Puger) sebagai raja. Akhir suatu peristiwanya Mataram ada dua raja dan ini mengakibatkan perpecahan internal. Amangkurat III memberontak dan menjadi "king in exile" sampai tertangkap di Batavia lalu dibuang ke Ceylon.

Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III sesudah pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta tanggal 13 Februari 1755. Pembagian wilayah ini tertuang dalam Akad Giyanti (nama diambil dari lokasi penandatanganan, di sebelah timur kota Karanganyar, Jawa Tengah). Berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah. Walaupun demikian beberapa warga Jawa beranggapan bahwa Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta yaitu "ahli waris" dari Kesultanan Mataram.

Peristiwa Penting

  • 1558 - Ki Ageng Pemanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan Pajang Adiwijaya atas afal yang bergunanya mengalahkan Arya Penangsang.
  • 1577 - Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di Pasargede atau Kotagede.
  • 1584 - Ki Ageng Pemanahan meninggal. Sultan Pajang mengangkat Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan sebagai penguasa baru di Mataram, yang sebelumnya sebagai putra tinggikan Sultan Pajang bergelar "Mas Ngabehi Loring Pasar" (karena rumahnya di sebelah utara pasar). Beliau mendapat gelar "Senapati in Ngalaga" (karena sedang dianggap sebagai Senapati Utama Pajang di bawah Sultan Pajang).
  • 1587 - Pasukan Kesultanan Pajang yang akan menyerbu Mataram porak-poranda diterjang badai letusan Gunung Merapi. Sutawijaya dan pasukannya selamat.
  • 1588 - Mataram menjadi kerajaan dengan Sutawijaya sebagai Sultan, bergelar "Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama" berfaedah Panglima Perang dan Ulama Pengatur Kehidupan Beragama.
  • 1601 - Panembahan Senopati wafat dan dialihkan putranya, Mas Jolang yang bergelar Panembahan Hanyakrawati dan akhir dikenal sebagai "Panembahan Seda ing Krapyak" karena wafat masa berburu (jawa: krapyak).
  • 1613 - Mas Jolang wafat, akhir dialihkan oleh putranya Pangeran Aryo Martoputro. Karena sering sakit, akhir dialihkan oleh kakaknya Raden Mas Rangsang. Gelar pertama yang dipergunakan yaitu Panembahan Hanyakrakusuma atau "Prabu Pandita Hanyakrakusuma". Sesudah Menaklukkan Madura dia memakai gelar "Susuhunan Hanyakrakusuma". Terakhir sesudah 1640-an dia memakai gelar bergelar "Sultan Agung Senapati Ingalaga Abdurrahman"
  • 1645 - Sultan Agung wafat dan dialihkan putranya Susuhunan Amangkurat I.
  • 1645 - 1677 - Pertentangan dan perpecahan dalam keluarga kerajaan Mataram, yang dimanfaatkan oleh VOC.
  • 1677 - Trunajaya merangsek menuju Ibukota Pleret. Susuhunan Amangkurat I mangkat. Putra Mahkota dilantik menjadi Susuhunan Amangkurat II di pengasingan. Pangeran Puger yang diserahi tanggung jawab atas ibukota Pleret mulai memerintah dengan gelar Susuhunan Ing Ngalaga.
  • 1680 - Susuhunan Amangkurat II memindahkan ibukota ke Kartasura.
  • 1681 - Pangeran Puger diturunkan dari tahta Plered.
  • 1703 - Susuhunan Amangkurat III wafat. Putra mahkota dibawa ke atas menjadi Susuhunan Amangkurat III.
  • 1704 - Dengan bantuan VOC Pangeran Puger ditahtakan sebagai Susuhunan Paku Buwono I. Awal Perang Tahta I (1704-1708). Susuhunan Amangkurat III membentuk pemerintahan pengasingan.
  • 1708 - Susuhunan Amangkurat III ditangkap dan dibuang ke Srilanka sampai wafatnya pada 1734.
  • 1719 - Susuhunan Paku Buwono I meninggal dan dialihkan putra mahkota dengan gelar Susuhunan Amangkurat IV atau Prabu Mangkurat Jawa. Awal Perang Tahta Jawa Kedua (1719-1723).
  • 1726 - Susuhunan Amangkurat IV meninggal dan dialihkan Putra Mahkota yang bergelar Susuhunan Paku Buwono II.
  • 1742 - Ibukota Kartasura didiami pemberontak. Susuhunan Paku Buwana II berada dalam pengasingan.
  • 1743 - Dengan bantuan VOC Ibukota Kartasura sukses direbut dari tangan pemberontak dengan situasi luluh lantak. Suatu akad sangat berat (menggadaikan kedaulatan Mataram untuk VOC selama belum dapat melunasi hutang biaya perang) untuk Mataram diproduksi oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai imbalan atas bantuan VOC.
  • 1745 - Susuhunan Paku Buwana II membangun ibukota baru di desa Sala di tepian Bengawan Beton.
  • 1746 - Susuhunan Paku Buwana II secara resmi mendiami ibukota baru yang dinamai Surakarta. Konflik Istana mengakibatkan saudara Susuhunan, P. Mangkubumi, meninggalkan istana. Meletus Perang Tahta Jawa Ketiga yang berlangsung semakin dari 10 tahun (1746-1757) dan mencabik Kerajaan Mataram menjadi dua Kerajaan agung dan satu kerajaan kecil.
  • 1749 - 11 Desember Susuhunan Paku Buwono II menandatangani penyerahan kedaulatan Mataram untuk VOC. Namun secara de facto Mataram baru dapat ditundukkan sepenuhnya pada 1830. 12 Desember Di Yogyakarta, P. Mangkubumi diproklamirkan sebagai Susuhunan Paku Buwono oleh para pengikutnya. 15 Desember van Hohendorff mengumumkan Putra Mahkota sebagai Susuhunan Paku Buwono III.
  • 1752 - Mangkubumi sukses menggerakkan pemberontakan di provinsi-provinsi Pasisiran (daerah pantura Jawa) mulai dari Banten sampai Madura. Perpecahan Mangkubumi-RM Said.
  • 1754 - Nicolas Hartingh menyerukan gencatan senjata dan perdamaian. 23 September, Nota Kesepahaman Mangkubumi-Hartingh. 4 November, PB III meratifikasi nota kesepahaman. Batavia walau keberatan tak punya pilihan lain selain meratifikasi nota yang sama.
  • 1755 - 13 Februari Puncak perpecahan terjadi, ditandai dengan Akad Giyanti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan atas Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing-Ngalaga Ngabdurakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah" atau semakin populer dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.
  • 1757 - Perpecahan kembali melanda Mataram. Akad Salatiga, akad yang semakin lanjut membagi wilayah Kesultanan Mataram yang sudah terpecah, ditandatangani pada 17 Maret 1757 di Kota Salatiga antara Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa) dengan Sunan Paku Buwono III,VOC dan Sultan Hamengku Buwono I. Raden Mas Said dibawa ke atas sebagai penguasa atas suatu kepangeranan, Praja Mangkunegaran yang terlepas dari Kesunanan Surakarta dengan gelar "Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangku Nagara Senopati Ing Ayudha".
  • 1788 - Susuhunan Paku Buwono III mangkat.
  • 1792 - Sultan Hamengku Buwono I wafat.
  • 1795 - KGPAA Mangku Nagara I meninggal.
  • 1799 - Voc dihentikan
  • 1813 - Perpecahan kembali melanda Mataram. P. Nata Kusuma dibawa ke atas sebagai penguasa atas suatu kepangeranan, Kadipaten Paku Alaman yang terlepas dari Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam".
  • 1830 - Akhir perang Diponegoro. Seluruh kawasan Manca nagara Yogyakarta dan Surakarta dirampas Belanda. 27 September, Akad Klaten menentukan tapal yang tetap antara Surakarta dan Yogyakarta dan membagi secara permanen Kerajaan Mataram ditandatangani oleh Sasradiningrat, Pepatih Dalem Surakarta, dan Danurejo, Pepatih Dalem Yogyakarta. Mataram secara de facto dan de yure didiami oleh Hindia Belanda.

Lihat pula

Pranala luar


edunitas.com


Page 3

Nagari Mataram

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Bendera

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Cakupan terluas Kesultanan Mataram dalam masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645)

IbukotaKota Gede (1588-1613)
Karta (1613-1647)
Pleret (1647-1681)
BahasaJawa
AgamaIslam, Kejawen
PemerintahanMonarki absolut
Panembahan, Susuhunan (Sunan), Sultan
 - 1588-1601; t. 1584Panembahan Senopati
 - 1677-1681Susuhunan Ing Ngalogo (Paku Buwono I);
Hamangku Rat II (pengasingan)
Sejarah 
 - wafat Sultan III Pajang1588
 - Pemberontakan Trunajaya/Penaklukan Susuhunan Ing Ngalogo28 November 1681

Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada masa seratus tahun ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Antara dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit. Asal-usulnya adalah suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang, berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan untuk Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas afal yang bergunanya. Raja berdaulat pertama adalah Sutawijaya (Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan.

Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima bantuan VOC pada masa-masa akhir menjelang keruntuhannya.

Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim. Beliau meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat dan diperhatikan sampai kini, seperti kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat, penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta beberapa batas administrasi wilayah yang sedang berlangsung sampai sekarang.

Masa awal

Sutawijaya naik tahta setelah beliau menguasai wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya dengan gelar Panembahan Senopati. Pada saat itu wilayahnya hanya di sekitar Jawa Tengah saat ini, mewarisi wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan berada di Mentaok, wilayah yang terletak aturan di timur Kota Yogyakarta dan selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang. Lokasi keraton (tempat posisi raja) pada masa awal terletak di Banguntapan, akhir dipindah ke Kotagede. Sesudah beliau meninggal (dimakamkan di Kotagede) kekuasaan diteruskan putranya Mas Jolang yang setelah naik tahta bergelar Prabu Hanyokrowati.

Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tak berlangsung lama karena dia wafat karena kecelakaan saat sedang berburu di hutan Krapyak. Karena itu beliau juga disebut Susuhunan Seda Krapyak atau Panembahan Seda Krapyak yang gunanya Raja (yang) wafat (di) Krapyak. Setelah itu tahta berpindah sebentar ke tangan putra keempat Mas Jolang yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro menderita penyakit syaraf sehingga tahta berpindah ke putra sulung Mas Jolang yang bernama Mas Rangsangpada masa pemerintahan Mas Rangsang,Mataram mengalami masa keemasan.

Sultan Agung

Sesudah naik tahta Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo atau semakin dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Pada masanya Mataram berekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa. Wilayah Mataram mencakup Pulau Jawa dan Madura (kira-kira gabungan Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur sekarang). Beliau memindahkan lokasi kraton ke Karta (Jw. "kertå", maka muncul sebutan pula "Mataram Karta"). Dampak terjadi gesekan dalam penguasaan perdagangan antara Mataram dengan VOC yang berpusat di Batavia, Mataram lalu berkoalisi dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon dan terlibat dalam beberapa peperangan antara Mataram melawan VOC. Setelah wafat (dimakamkan di Imogiri), beliau dialihkan oleh putranya yang bergelar Amangkurat (Amangkurat I).

Terpecahnya Mataram

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Peta Mataram Baru yang sudah dipecah menjadi empat kerajaan pada tahun 1830, setelah Perang Diponegoro. Pada peta ini terlihat bahwa Kasunanan Surakarta memiliki banyak enklave di wilayah Kasultanan Yogyakarta dan wilayah Belanda. Mangkunagaran juga memiliki sebuah enklave di Yogyakarta. Kelak enklave-enklave ini dihapus.

Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered (1647), tak jauh dari Karta. Selain itu, beliau tak lagi memakai gelar sultan, melainkan "sunan" (dari "Susuhunan" atau "Yang Dipertuan"). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak ketidakpuasan dan pemberontakan. Pada masanya, terjadi pemberontakan agung yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat bersekutu dengan VOC. Beliau wafat di Tegalarum (1677) ketika mengungsi sehingga dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tak puas dan pemberontakan terus terjadi. Pada masanya, kraton dipindahkan lagi ke Kartasura (1680), sekitar 5km sebelah barat Pajang karena kraton yang lama dianggap sudah tercemar.

Pengganti Amangkurat II beruntun adalah Amangkurat III (1703-1708), Pakubuwana I (1704-1719), Amangkurat IV (1719-1726), Pakubuwana II (1726-1749). VOC tak menyukai Amangkurat III karena menentang VOC sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I (Puger) sebagai raja. Akhir suatu peristiwanya Mataram memiliki dua raja dan ini mengakibatkan perpecahan internal. Amangkurat III memberontak dan menjadi "king in exile" sampai tertangkap di Batavia lalu dibuang ke Ceylon.

Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta tanggal 13 Februari 1755. Pembagian wilayah ini tertuang dalam Akad Giyanti (nama diambil dari lokasi penandatanganan, di sebelah timur kota Karanganyar, Jawa Tengah). Berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah. Walaupun demikian sebagian warga Jawa beranggapan bahwa Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta adalah "ahli waris" dari Kesultanan Mataram.

Peristiwa Penting

  • 1558 - Ki Ageng Pemanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan Pajang Adiwijaya atas afal yang bergunanya mengalahkan Arya Penangsang.
  • 1577 - Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di Pasargede atau Kotagede.
  • 1584 - Ki Ageng Pemanahan meninggal. Sultan Pajang mengangkat Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan sebagai penguasa baru di Mataram, yang sebelumnya sebagai putra tinggikan Sultan Pajang bergelar "Mas Ngabehi Loring Pasar" (karena rumahnya di sebelah utara pasar). Beliau mendapat gelar "Senapati in Ngalaga" (karena sedang dianggap sebagai Senapati Utama Pajang di bawah Sultan Pajang).
  • 1587 - Pasukan Kesultanan Pajang yang akan menyerbu Mataram porak-poranda diterjang badai letusan Gunung Merapi. Sutawijaya dan pasukannya selamat.
  • 1588 - Mataram menjadi kerajaan dengan Sutawijaya sebagai Sultan, bergelar "Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama" gunanya Panglima Perang dan Ulama Pengatur Kehidupan Beragama.
  • 1601 - Panembahan Senopati wafat dan dialihkan putranya, Mas Jolang yang bergelar Panembahan Hanyakrawati dan akhir dikenal sebagai "Panembahan Seda ing Krapyak" karena wafat saat berburu (jawa: krapyak).
  • 1613 - Mas Jolang wafat, akhir dialihkan oleh putranya Pangeran Aryo Martoputro. Karena sering sakit, akhir dialihkan oleh kakaknya Raden Mas Rangsang. Gelar pertama yang digunakan adalah Panembahan Hanyakrakusuma atau "Prabu Pandita Hanyakrakusuma". Setelah Menaklukkan Madura dia memakai gelar "Susuhunan Hanyakrakusuma". Terakhir setelah 1640-an dia memakai gelar bergelar "Sultan Agung Senapati Ingalaga Abdurrahman"
  • 1645 - Sultan Agung wafat dan dialihkan putranya Susuhunan Amangkurat I.
  • 1645 - 1677 - Pertentangan dan perpecahan dalam keluarga kerajaan Mataram, yang dimanfaatkan oleh VOC.
  • 1677 - Trunajaya merangsek menuju Ibukota Pleret. Susuhunan Amangkurat I mangkat. Putra Mahkota dilantik menjadi Susuhunan Amangkurat II di pengasingan. Pangeran Puger yang diserahi tanggung jawab atas ibukota Pleret mulai memerintah dengan gelar Susuhunan Ing Ngalaga.
  • 1680 - Susuhunan Amangkurat II memindahkan ibukota ke Kartasura.
  • 1681 - Pangeran Puger diturunkan dari tahta Plered.
  • 1703 - Susuhunan Amangkurat III wafat. Putra mahkota dibawa ke atas menjadi Susuhunan Amangkurat III.
  • 1704 - Dengan bantuan VOC Pangeran Puger ditahtakan sebagai Susuhunan Paku Buwono I. Awal Perang Tahta I (1704-1708). Susuhunan Amangkurat III membentuk pemerintahan pengasingan.
  • 1708 - Susuhunan Amangkurat III ditangkap dan dibuang ke Srilanka sampai wafatnya pada 1734.
  • 1719 - Susuhunan Paku Buwono I meninggal dan dialihkan putra mahkota dengan gelar Susuhunan Amangkurat IV atau Prabu Mangkurat Jawa. Awal Perang Tahta Jawa Kedua (1719-1723).
  • 1726 - Susuhunan Amangkurat IV meninggal dan dialihkan Putra Mahkota yang bergelar Susuhunan Paku Buwono II.
  • 1742 - Ibukota Kartasura didiami pemberontak. Susuhunan Paku Buwana II berada dalam pengasingan.
  • 1743 - Dengan bantuan VOC Ibukota Kartasura sukses direbut dari tangan pemberontak dengan keadaan luluh lantak. Sebuah akad sangat berat (menggadaikan kedaulatan Mataram untuk VOC selama belum dapat melunasi hutang biaya perang) untuk Mataram diproduksi oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai imbalan atas bantuan VOC.
  • 1745 - Susuhunan Paku Buwana II membangun ibukota baru di desa Sala di tepian Bengawan Beton.
  • 1746 - Susuhunan Paku Buwana II secara resmi mendiami ibukota baru yang dinamai Surakarta. Konflik Istana mengakibatkan saudara Susuhunan, P. Mangkubumi, meninggalkan istana. Meletus Perang Tahta Jawa Ketiga yang berlangsung semakin dari 10 tahun (1746-1757) dan mencabik Kerajaan Mataram menjadi dua Kerajaan agung dan satu kerajaan kecil.
  • 1749 - 11 Desember Susuhunan Paku Buwono II menandatangani penyerahan kedaulatan Mataram untuk VOC. Namun secara de facto Mataram baru dapat ditundukkan sepenuhnya pada 1830. 12 Desember Di Yogyakarta, P. Mangkubumi diproklamirkan sebagai Susuhunan Paku Buwono oleh para pengikutnya. 15 Desember van Hohendorff mengumumkan Putra Mahkota sebagai Susuhunan Paku Buwono III.
  • 1752 - Mangkubumi sukses menggerakkan pemberontakan di provinsi-provinsi Pasisiran (daerah pantura Jawa) mulai dari Banten sampai Madura. Perpecahan Mangkubumi-RM Said.
  • 1754 - Nicolas Hartingh menyerukan gencatan senjata dan perdamaian. 23 September, Nota Kesepahaman Mangkubumi-Hartingh. 4 November, PB III meratifikasi nota kesepahaman. Batavia walau keberatan tak punya pilihan lain selain meratifikasi nota yang sama.
  • 1755 - 13 Februari Puncak perpecahan terjadi, ditandai dengan Akad Giyanti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan atas Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing-Ngalaga Ngabdurakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah" atau semakin populer dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.
  • 1757 - Perpecahan kembali melanda Mataram. Akad Salatiga, akad yang semakin lanjut membagi wilayah Kesultanan Mataram yang sudah terpecah, ditandatangani pada 17 Maret 1757 di Kota Salatiga antara Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa) dengan Sunan Paku Buwono III,VOC dan Sultan Hamengku Buwono I. Raden Mas Said dibawa ke atas sebagai penguasa atas sebuah kepangeranan, Praja Mangkunegaran yang terlepas dari Kesunanan Surakarta dengan gelar "Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangku Nagara Senopati Ing Ayudha".
  • 1788 - Susuhunan Paku Buwono III mangkat.
  • 1792 - Sultan Hamengku Buwono I wafat.
  • 1795 - KGPAA Mangku Nagara I meninggal.
  • 1799 - Voc dihentikan
  • 1813 - Perpecahan kembali melanda Mataram. P. Nata Kusuma dibawa ke atas sebagai penguasa atas sebuah kepangeranan, Kadipaten Paku Alaman yang terlepas dari Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam".
  • 1830 - Akhir perang Diponegoro. Seluruh kawasan Manca nagara Yogyakarta dan Surakarta dirampas Belanda. 27 September, Akad Klaten menentukan tapal yang tetap antara Surakarta dan Yogyakarta dan membagi secara permanen Kerajaan Mataram ditandatangani oleh Sasradiningrat, Pepatih Dalem Surakarta, dan Danurejo, Pepatih Dalem Yogyakarta. Mataram secara de facto dan de yure didiami oleh Hindia Belanda.

Lihat pula

Tautan luar


edunitas.com


Page 4

Nagari Mataram

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Bendera

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Cakupan terluas Kesultanan Mataram dalam masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645)

IbukotaKota Gede (1588-1613)
Karta (1613-1647)
Pleret (1647-1681)
BahasaJawa
AgamaIslam, Kejawen
PemerintahanMonarki absolut
Panembahan, Susuhunan (Sunan), Sultan
 - 1588-1601; t. 1584Panembahan Senopati
 - 1677-1681Susuhunan Ing Ngalogo (Paku Buwono I);
Hamangku Rat II (pengasingan)
Sejarah 
 - wafat Sultan III Pajang1588
 - Pemberontakan Trunajaya/Penaklukan Susuhunan Ing Ngalogo28 November 1681

Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada masa seratus tahun ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Antara dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit. Asal-usulnya adalah suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang, berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan untuk Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas afal yang bergunanya. Raja berdaulat pertama adalah Sutawijaya (Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan.

Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima bantuan VOC pada masa-masa akhir menjelang keruntuhannya.

Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim. Beliau meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat dan diperhatikan sampai kini, seperti kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat, penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta beberapa batas administrasi wilayah yang sedang berlangsung sampai sekarang.

Masa awal

Sutawijaya naik tahta setelah beliau menguasai wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya dengan gelar Panembahan Senopati. Pada saat itu wilayahnya hanya di sekitar Jawa Tengah saat ini, mewarisi wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan berada di Mentaok, wilayah yang terletak aturan di timur Kota Yogyakarta dan selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang. Lokasi keraton (tempat posisi raja) pada masa awal terletak di Banguntapan, akhir dipindah ke Kotagede. Sesudah beliau meninggal (dimakamkan di Kotagede) kekuasaan diteruskan putranya Mas Jolang yang setelah naik tahta bergelar Prabu Hanyokrowati.

Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tak berlangsung lama karena dia wafat karena kecelakaan saat sedang berburu di hutan Krapyak. Karena itu beliau juga disebut Susuhunan Seda Krapyak atau Panembahan Seda Krapyak yang gunanya Raja (yang) wafat (di) Krapyak. Setelah itu tahta berpindah sebentar ke tangan putra keempat Mas Jolang yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro menderita penyakit syaraf sehingga tahta berpindah ke putra sulung Mas Jolang yang bernama Mas Rangsangpada masa pemerintahan Mas Rangsang,Mataram mengalami masa keemasan.

Sultan Agung

Sesudah naik tahta Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo atau semakin dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Pada masanya Mataram berekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa. Wilayah Mataram mencakup Pulau Jawa dan Madura (kira-kira gabungan Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur sekarang). Beliau memindahkan lokasi kraton ke Karta (Jw. "kertå", maka muncul sebutan pula "Mataram Karta"). Dampak terjadi gesekan dalam penguasaan perdagangan antara Mataram dengan VOC yang berpusat di Batavia, Mataram lalu berkoalisi dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon dan terlibat dalam beberapa peperangan antara Mataram melawan VOC. Setelah wafat (dimakamkan di Imogiri), beliau dialihkan oleh putranya yang bergelar Amangkurat (Amangkurat I).

Terpecahnya Mataram

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Peta Mataram Baru yang sudah dipecah menjadi empat kerajaan pada tahun 1830, setelah Perang Diponegoro. Pada peta ini terlihat bahwa Kasunanan Surakarta memiliki banyak enklave di wilayah Kasultanan Yogyakarta dan wilayah Belanda. Mangkunagaran juga memiliki sebuah enklave di Yogyakarta. Kelak enklave-enklave ini dihapus.

Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered (1647), tak jauh dari Karta. Selain itu, beliau tak lagi memakai gelar sultan, melainkan "sunan" (dari "Susuhunan" atau "Yang Dipertuan"). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak ketidakpuasan dan pemberontakan. Pada masanya, terjadi pemberontakan agung yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat bersekutu dengan VOC. Beliau wafat di Tegalarum (1677) ketika mengungsi sehingga dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tak puas dan pemberontakan terus terjadi. Pada masanya, kraton dipindahkan lagi ke Kartasura (1680), sekitar 5km sebelah barat Pajang karena kraton yang lama dianggap sudah tercemar.

Pengganti Amangkurat II beruntun adalah Amangkurat III (1703-1708), Pakubuwana I (1704-1719), Amangkurat IV (1719-1726), Pakubuwana II (1726-1749). VOC tak menyukai Amangkurat III karena menentang VOC sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I (Puger) sebagai raja. Akhir suatu peristiwanya Mataram memiliki dua raja dan ini mengakibatkan perpecahan internal. Amangkurat III memberontak dan menjadi "king in exile" sampai tertangkap di Batavia lalu dibuang ke Ceylon.

Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta tanggal 13 Februari 1755. Pembagian wilayah ini tertuang dalam Akad Giyanti (nama diambil dari lokasi penandatanganan, di sebelah timur kota Karanganyar, Jawa Tengah). Berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah. Walaupun demikian sebagian warga Jawa beranggapan bahwa Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta adalah "ahli waris" dari Kesultanan Mataram.

Peristiwa Penting

  • 1558 - Ki Ageng Pemanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan Pajang Adiwijaya atas afal yang bergunanya mengalahkan Arya Penangsang.
  • 1577 - Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di Pasargede atau Kotagede.
  • 1584 - Ki Ageng Pemanahan meninggal. Sultan Pajang mengangkat Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan sebagai penguasa baru di Mataram, yang sebelumnya sebagai putra tinggikan Sultan Pajang bergelar "Mas Ngabehi Loring Pasar" (karena rumahnya di sebelah utara pasar). Beliau mendapat gelar "Senapati in Ngalaga" (karena sedang dianggap sebagai Senapati Utama Pajang di bawah Sultan Pajang).
  • 1587 - Pasukan Kesultanan Pajang yang akan menyerbu Mataram porak-poranda diterjang badai letusan Gunung Merapi. Sutawijaya dan pasukannya selamat.
  • 1588 - Mataram menjadi kerajaan dengan Sutawijaya sebagai Sultan, bergelar "Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama" gunanya Panglima Perang dan Ulama Pengatur Kehidupan Beragama.
  • 1601 - Panembahan Senopati wafat dan dialihkan putranya, Mas Jolang yang bergelar Panembahan Hanyakrawati dan akhir dikenal sebagai "Panembahan Seda ing Krapyak" karena wafat saat berburu (jawa: krapyak).
  • 1613 - Mas Jolang wafat, akhir dialihkan oleh putranya Pangeran Aryo Martoputro. Karena sering sakit, akhir dialihkan oleh kakaknya Raden Mas Rangsang. Gelar pertama yang digunakan adalah Panembahan Hanyakrakusuma atau "Prabu Pandita Hanyakrakusuma". Setelah Menaklukkan Madura dia memakai gelar "Susuhunan Hanyakrakusuma". Terakhir setelah 1640-an dia memakai gelar bergelar "Sultan Agung Senapati Ingalaga Abdurrahman"
  • 1645 - Sultan Agung wafat dan dialihkan putranya Susuhunan Amangkurat I.
  • 1645 - 1677 - Pertentangan dan perpecahan dalam keluarga kerajaan Mataram, yang dimanfaatkan oleh VOC.
  • 1677 - Trunajaya merangsek menuju Ibukota Pleret. Susuhunan Amangkurat I mangkat. Putra Mahkota dilantik menjadi Susuhunan Amangkurat II di pengasingan. Pangeran Puger yang diserahi tanggung jawab atas ibukota Pleret mulai memerintah dengan gelar Susuhunan Ing Ngalaga.
  • 1680 - Susuhunan Amangkurat II memindahkan ibukota ke Kartasura.
  • 1681 - Pangeran Puger diturunkan dari tahta Plered.
  • 1703 - Susuhunan Amangkurat III wafat. Putra mahkota dibawa ke atas menjadi Susuhunan Amangkurat III.
  • 1704 - Dengan bantuan VOC Pangeran Puger ditahtakan sebagai Susuhunan Paku Buwono I. Awal Perang Tahta I (1704-1708). Susuhunan Amangkurat III membentuk pemerintahan pengasingan.
  • 1708 - Susuhunan Amangkurat III ditangkap dan dibuang ke Srilanka sampai wafatnya pada 1734.
  • 1719 - Susuhunan Paku Buwono I meninggal dan dialihkan putra mahkota dengan gelar Susuhunan Amangkurat IV atau Prabu Mangkurat Jawa. Awal Perang Tahta Jawa Kedua (1719-1723).
  • 1726 - Susuhunan Amangkurat IV meninggal dan dialihkan Putra Mahkota yang bergelar Susuhunan Paku Buwono II.
  • 1742 - Ibukota Kartasura didiami pemberontak. Susuhunan Paku Buwana II berada dalam pengasingan.
  • 1743 - Dengan bantuan VOC Ibukota Kartasura sukses direbut dari tangan pemberontak dengan keadaan luluh lantak. Sebuah akad sangat berat (menggadaikan kedaulatan Mataram untuk VOC selama belum dapat melunasi hutang biaya perang) untuk Mataram diproduksi oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai imbalan atas bantuan VOC.
  • 1745 - Susuhunan Paku Buwana II membangun ibukota baru di desa Sala di tepian Bengawan Beton.
  • 1746 - Susuhunan Paku Buwana II secara resmi mendiami ibukota baru yang dinamai Surakarta. Konflik Istana mengakibatkan saudara Susuhunan, P. Mangkubumi, meninggalkan istana. Meletus Perang Tahta Jawa Ketiga yang berlangsung semakin dari 10 tahun (1746-1757) dan mencabik Kerajaan Mataram menjadi dua Kerajaan agung dan satu kerajaan kecil.
  • 1749 - 11 Desember Susuhunan Paku Buwono II menandatangani penyerahan kedaulatan Mataram untuk VOC. Namun secara de facto Mataram baru dapat ditundukkan sepenuhnya pada 1830. 12 Desember Di Yogyakarta, P. Mangkubumi diproklamirkan sebagai Susuhunan Paku Buwono oleh para pengikutnya. 15 Desember van Hohendorff mengumumkan Putra Mahkota sebagai Susuhunan Paku Buwono III.
  • 1752 - Mangkubumi sukses menggerakkan pemberontakan di provinsi-provinsi Pasisiran (daerah pantura Jawa) mulai dari Banten sampai Madura. Perpecahan Mangkubumi-RM Said.
  • 1754 - Nicolas Hartingh menyerukan gencatan senjata dan perdamaian. 23 September, Nota Kesepahaman Mangkubumi-Hartingh. 4 November, PB III meratifikasi nota kesepahaman. Batavia walau keberatan tak punya pilihan lain selain meratifikasi nota yang sama.
  • 1755 - 13 Februari Puncak perpecahan terjadi, ditandai dengan Akad Giyanti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan atas Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing-Ngalaga Ngabdurakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah" atau semakin populer dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.
  • 1757 - Perpecahan kembali melanda Mataram. Akad Salatiga, akad yang semakin lanjut membagi wilayah Kesultanan Mataram yang sudah terpecah, ditandatangani pada 17 Maret 1757 di Kota Salatiga antara Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa) dengan Sunan Paku Buwono III,VOC dan Sultan Hamengku Buwono I. Raden Mas Said dibawa ke atas sebagai penguasa atas sebuah kepangeranan, Praja Mangkunegaran yang terlepas dari Kesunanan Surakarta dengan gelar "Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangku Nagara Senopati Ing Ayudha".
  • 1788 - Susuhunan Paku Buwono III mangkat.
  • 1792 - Sultan Hamengku Buwono I wafat.
  • 1795 - KGPAA Mangku Nagara I meninggal.
  • 1799 - Voc dihentikan
  • 1813 - Perpecahan kembali melanda Mataram. P. Nata Kusuma dibawa ke atas sebagai penguasa atas sebuah kepangeranan, Kadipaten Paku Alaman yang terlepas dari Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam".
  • 1830 - Akhir perang Diponegoro. Seluruh kawasan Manca nagara Yogyakarta dan Surakarta dirampas Belanda. 27 September, Akad Klaten menentukan tapal yang tetap antara Surakarta dan Yogyakarta dan membagi secara permanen Kerajaan Mataram ditandatangani oleh Sasradiningrat, Pepatih Dalem Surakarta, dan Danurejo, Pepatih Dalem Yogyakarta. Mataram secara de facto dan de yure didiami oleh Hindia Belanda.

Lihat pula

Tautan luar


edunitas.com


Page 5

Nagari Mataram

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Bendera

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Cakupan terluas Kesultanan Mataram dalam masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645)

IbukotaKota Gede (1588-1613)
Karta (1613-1647)
Pleret (1647-1681)
BahasaJawa
AgamaIslam, Kejawen
PemerintahanMonarki absolut
Panembahan, Susuhunan (Sunan), Sultan
 - 1588-1601; t. 1584Panembahan Senopati
 - 1677-1681Susuhunan Ing Ngalogo (Paku Buwono I);
Hamangku Rat II (pengasingan)
Sejarah 
 - wafat Sultan III Pajang1588
 - Pemberontakan Trunajaya/Penaklukan Susuhunan Ing Ngalogo28 November 1681

Kesultanan Mataram yaitu kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada masa seratus tahun ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Antara dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit. Asal-usulnya yaitu suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang, berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan untuk Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas afal yang bergunanya. Raja berdaulat pertama yaitu Sutawijaya (Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan.

Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah mesti menerima bantuan VOC pada masa-masa akhir menjelang keruntuhannya.

Mataram yaitu kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim. Beliau meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat dan diperhatikan sampai sekarang, seperti kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat, penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta beberapa batas administrasi wilayah yang sedang berlangsung sampai sekarang.

Masa awal

Sutawijaya naik tahta sesudah beliau menguasai wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya dengan gelar Panembahan Senopati. Pada masa itu wilayahnya hanya di sekitar Jawa Tengah masa ini, mewarisi wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan berada di Mentaok, wilayah yang terletak aturan di timur Kota Yogyakarta dan selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang. Lokasi keraton (tempat posisi raja) pada masa awal terletak di Banguntapan, akhir dipindah ke Kotagede. Sesudah beliau meninggal (dimakamkan di Kotagede) kekuasaan diteruskan putranya Mas Jolang yang sesudah naik tahta bergelar Prabu Hanyokrowati.

Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tak berlangsung lama karena dia wafat karena kecelakaan masa sedang berburu di hutan Krapyak. Karenanya beliau juga dinamakan Susuhunan Seda Krapyak atau Panembahan Seda Krapyak yang berfaedah Raja (yang) wafat (di) Krapyak. Sesudah itu tahta berpindah sebentar ke tangan putra keempat Mas Jolang yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro menderita penyakit syaraf sehingga tahta berpindah ke putra sulung Mas Jolang yang bernama Mas Rangsangpada masa pemerintahan Mas Rangsang,Mataram mengalami masa keemasan.

Sultan Agung

Sesudah naik tahta Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo atau semakin dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Pada masanya Mataram berekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa. Wilayah Mataram mencakup Pulau Jawa dan Madura (kira-kira gabungan Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur sekarang). Beliau memindahkan lokasi kraton ke Karta (Jw. "kertå", karenanya muncul sebutan pula "Mataram Karta"). Dampak terjadi gesekan dalam penguasaan perdagangan antara Mataram dengan VOC yang berpusat di Batavia, Mataram lalu berkoalisi dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon dan terlibat dalam beberapa peperangan antara Mataram melawan VOC. Sesudah wafat (dimakamkan di Imogiri), beliau dialihkan oleh putranya yang bergelar Amangkurat (Amangkurat I).

Terpecahnya Mataram

Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered (1647), tak jauh dari Karta. Selain itu, beliau tak lagi memakai gelar sultan, melainkan "sunan" (dari "Susuhunan" atau "Yang Dipertuan"). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak ketidakpuasan dan pemberontakan. Pada masanya, terjadi pemberontakan agung yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat bersekutu dengan VOC. Beliau wafat di Tegalarum (1677) ketika mengungsi sehingga dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tak puas dan pemberontakan terus terjadi. Pada masanya, kraton dipindahkan lagi ke Kartasura (1680), sekitar 5km sebelah barat Pajang karena kraton yang lama dianggap sudah tercemar.

Pengganti Amangkurat II beruntun yaitu Amangkurat III (1703-1708), Pakubuwana I (1704-1719), Amangkurat IV (1719-1726), Pakubuwana II (1726-1749). VOC tak menyukai Amangkurat III karena menentang VOC sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I (Puger) sebagai raja. Akhir suatu peristiwanya Mataram ada dua raja dan ini mengakibatkan perpecahan internal. Amangkurat III memberontak dan menjadi "king in exile" sampai tertangkap di Batavia lalu dibuang ke Ceylon.

Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III sesudah pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta tanggal 13 Februari 1755. Pembagian wilayah ini tertuang dalam Akad Giyanti (nama diambil dari lokasi penandatanganan, di sebelah timur kota Karanganyar, Jawa Tengah). Berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah. Walaupun demikian beberapa warga Jawa beranggapan bahwa Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta yaitu "ahli waris" dari Kesultanan Mataram.

Peristiwa Penting

  • 1558 - Ki Ageng Pemanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan Pajang Adiwijaya atas afal yang bergunanya mengalahkan Arya Penangsang.
  • 1577 - Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di Pasargede atau Kotagede.
  • 1584 - Ki Ageng Pemanahan meninggal. Sultan Pajang mengangkat Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan sebagai penguasa baru di Mataram, yang sebelumnya sebagai putra tinggikan Sultan Pajang bergelar "Mas Ngabehi Loring Pasar" (karena rumahnya di sebelah utara pasar). Beliau mendapat gelar "Senapati in Ngalaga" (karena sedang dianggap sebagai Senapati Utama Pajang di bawah Sultan Pajang).
  • 1587 - Pasukan Kesultanan Pajang yang akan menyerbu Mataram porak-poranda diterjang badai letusan Gunung Merapi. Sutawijaya dan pasukannya selamat.
  • 1588 - Mataram menjadi kerajaan dengan Sutawijaya sebagai Sultan, bergelar "Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama" berfaedah Panglima Perang dan Ulama Pengatur Kehidupan Beragama.
  • 1601 - Panembahan Senopati wafat dan dialihkan putranya, Mas Jolang yang bergelar Panembahan Hanyakrawati dan akhir dikenal sebagai "Panembahan Seda ing Krapyak" karena wafat masa berburu (jawa: krapyak).
  • 1613 - Mas Jolang wafat, akhir dialihkan oleh putranya Pangeran Aryo Martoputro. Karena sering sakit, akhir dialihkan oleh kakaknya Raden Mas Rangsang. Gelar pertama yang dipergunakan yaitu Panembahan Hanyakrakusuma atau "Prabu Pandita Hanyakrakusuma". Sesudah Menaklukkan Madura dia memakai gelar "Susuhunan Hanyakrakusuma". Terakhir sesudah 1640-an dia memakai gelar bergelar "Sultan Agung Senapati Ingalaga Abdurrahman"
  • 1645 - Sultan Agung wafat dan dialihkan putranya Susuhunan Amangkurat I.
  • 1645 - 1677 - Pertentangan dan perpecahan dalam keluarga kerajaan Mataram, yang dimanfaatkan oleh VOC.
  • 1677 - Trunajaya merangsek menuju Ibukota Pleret. Susuhunan Amangkurat I mangkat. Putra Mahkota dilantik menjadi Susuhunan Amangkurat II di pengasingan. Pangeran Puger yang diserahi tanggung jawab atas ibukota Pleret mulai memerintah dengan gelar Susuhunan Ing Ngalaga.
  • 1680 - Susuhunan Amangkurat II memindahkan ibukota ke Kartasura.
  • 1681 - Pangeran Puger diturunkan dari tahta Plered.
  • 1703 - Susuhunan Amangkurat III wafat. Putra mahkota dibawa ke atas menjadi Susuhunan Amangkurat III.
  • 1704 - Dengan bantuan VOC Pangeran Puger ditahtakan sebagai Susuhunan Paku Buwono I. Awal Perang Tahta I (1704-1708). Susuhunan Amangkurat III membentuk pemerintahan pengasingan.
  • 1708 - Susuhunan Amangkurat III ditangkap dan dibuang ke Srilanka sampai wafatnya pada 1734.
  • 1719 - Susuhunan Paku Buwono I meninggal dan dialihkan putra mahkota dengan gelar Susuhunan Amangkurat IV atau Prabu Mangkurat Jawa. Awal Perang Tahta Jawa Kedua (1719-1723).
  • 1726 - Susuhunan Amangkurat IV meninggal dan dialihkan Putra Mahkota yang bergelar Susuhunan Paku Buwono II.
  • 1742 - Ibukota Kartasura didiami pemberontak. Susuhunan Paku Buwana II berada dalam pengasingan.
  • 1743 - Dengan bantuan VOC Ibukota Kartasura sukses direbut dari tangan pemberontak dengan situasi luluh lantak. Suatu akad sangat berat (menggadaikan kedaulatan Mataram untuk VOC selama belum dapat melunasi hutang biaya perang) untuk Mataram diproduksi oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai imbalan atas bantuan VOC.
  • 1745 - Susuhunan Paku Buwana II membangun ibukota baru di desa Sala di tepian Bengawan Beton.
  • 1746 - Susuhunan Paku Buwana II secara resmi mendiami ibukota baru yang dinamai Surakarta. Konflik Istana mengakibatkan saudara Susuhunan, P. Mangkubumi, meninggalkan istana. Meletus Perang Tahta Jawa Ketiga yang berlangsung semakin dari 10 tahun (1746-1757) dan mencabik Kerajaan Mataram menjadi dua Kerajaan agung dan satu kerajaan kecil.
  • 1749 - 11 Desember Susuhunan Paku Buwono II menandatangani penyerahan kedaulatan Mataram untuk VOC. Namun secara de facto Mataram baru dapat ditundukkan sepenuhnya pada 1830. 12 Desember Di Yogyakarta, P. Mangkubumi diproklamirkan sebagai Susuhunan Paku Buwono oleh para pengikutnya. 15 Desember van Hohendorff mengumumkan Putra Mahkota sebagai Susuhunan Paku Buwono III.
  • 1752 - Mangkubumi sukses menggerakkan pemberontakan di provinsi-provinsi Pasisiran (daerah pantura Jawa) mulai dari Banten sampai Madura. Perpecahan Mangkubumi-RM Said.
  • 1754 - Nicolas Hartingh menyerukan gencatan senjata dan perdamaian. 23 September, Nota Kesepahaman Mangkubumi-Hartingh. 4 November, PB III meratifikasi nota kesepahaman. Batavia walau keberatan tak punya pilihan lain selain meratifikasi nota yang sama.
  • 1755 - 13 Februari Puncak perpecahan terjadi, ditandai dengan Akad Giyanti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan atas Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing-Ngalaga Ngabdurakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah" atau semakin populer dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.
  • 1757 - Perpecahan kembali melanda Mataram. Akad Salatiga, akad yang semakin lanjut membagi wilayah Kesultanan Mataram yang sudah terpecah, ditandatangani pada 17 Maret 1757 di Kota Salatiga antara Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa) dengan Sunan Paku Buwono III,VOC dan Sultan Hamengku Buwono I. Raden Mas Said dibawa ke atas sebagai penguasa atas suatu kepangeranan, Praja Mangkunegaran yang terlepas dari Kesunanan Surakarta dengan gelar "Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangku Nagara Senopati Ing Ayudha".
  • 1788 - Susuhunan Paku Buwono III mangkat.
  • 1792 - Sultan Hamengku Buwono I wafat.
  • 1795 - KGPAA Mangku Nagara I meninggal.
  • 1799 - Voc dihentikan
  • 1813 - Perpecahan kembali melanda Mataram. P. Nata Kusuma dibawa ke atas sebagai penguasa atas suatu kepangeranan, Kadipaten Paku Alaman yang terlepas dari Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam".
  • 1830 - Akhir perang Diponegoro. Seluruh kawasan Manca nagara Yogyakarta dan Surakarta dirampas Belanda. 27 September, Akad Klaten menentukan tapal yang tetap antara Surakarta dan Yogyakarta dan membagi secara permanen Kerajaan Mataram ditandatangani oleh Sasradiningrat, Pepatih Dalem Surakarta, dan Danurejo, Pepatih Dalem Yogyakarta. Mataram secara de facto dan de yure didiami oleh Hindia Belanda.

Lihat pula

Pranala luar


edunitas.com


Page 6

Kertawarma (Sanskerta: कृतवर्म; Kṛtavarmā) atau Kritawarman adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan kelompok Wangsa Wresni atau Yadawa yang berada di pihak Korawa dalam perang Baratayuda.

Dalam versi pewayangan Jawa, Kertawarma bukan hanya sekutu Korawa, melainkan anggota Korawa asli.

Versi Mahabharata

Kertawarma merupakan putra dari Herdika raja Kerajaan Bhoja, yang juga sedang keturunan bangsa Wresni, sama halnya dengan Kresna dan Satyaki. Dalam perang Baratayuda, Kertawarma memihak Korawa, sedangkan Kresna dan Satyaki memihak Pandawa.

Setelah perang beres, sekutu Korawa yang tersisa hanya tinggal Kertawarma, Krepa, dan Aswatama. Aswatama menemukan ide bagi membalas kekalahan Korawa, yaitu dengan metode menyerbu perkemahan Pandawa pada malam hari.

Dalam serangan malam tersebut, Aswatama masuk ke dalam perkemahan, sedangkan Kertawarma dan Krepa menunggu di luar. Dalam serangan mendadak itu Aswatama berhasil membunuh Drestadyumna, Srikandi, Yudamanyu, Utamauja, dan kelima Pancakumara. Kertawarma dan Krepa belakang pulang ke tempat tinggal masing-masing.

Tiga puluh enam tahun belakang, Kertawarma ikut serta dalam pesta bangsa Wresni atau Yadawa. Dalam keadaan sama-sama mabuk, ia dan Satyaki saling mengejek. Satyaki mengejek Kertawarma sebagai pengecut karena pernah menyerang perkemahan Pandawa di malam hari. Sementara itu, Kertawarma mengejek Satyaki berbuat curang telah membunuh Burisrawa yang sedang dalam keadaan meditasi.

Satyaki yang sudah mabuk berat yang belakang sekalinya memenggal kepala Kertawarma. Pembunuhan Kertawarma inilah yang menyebabkan pesta berubah menjadi perang saudara yang menewaskan semua orang yang aci.

Versi Pewayangan Jawa

Dalam pewayangan Jawa, tokoh Kertawarma kadang dieja dengan Kartawarma atau Kartamarma. Menurut versi ini, Kartawarma adalah putra pasangan Dretarastra dan Gandari. Dengan kata lain, Kertawarma versi Jawa adalah salah satu di selang seratus orang Korawa.

Dalam pemerintahan Duryudana, Kartamarma menjabat sebagai Juru Panitisastra, atau semacam juru tulis Kerajaan Hastina. Tempat tinggalnya bernama Kasatriyan Tirtatinalang.

Setelah perang Baratayuda beres, Kartamarma kembali ke Hastina bagi mengambil kakak iparnya, yaitu istri Duryudana yang bernama Banowati. Di lain pihak, Aswatama juga datang bagi membunuh Banowati yang dianggapnya sebagai mata-mata para Pandawa. Maka terjadilah perkelahian di selang keduanya.

Perkelahian selang Aswatama dan Kartamarma bubar karena Banowati telah melarikan diri dan dijemput Arjuna. Mereka berdua pun kembali rukun dan bersua Krepa yang mengabarkan bahwa Duryudana telah tewas.

Aswatama memutuskan bagi menyerang perkemahan Pandawa pada malam hari. Kartamarma mendukung hal itu, sedangkan Krepa terpaksa mengikuti karena diancam mau dikeroyok oleh keduanya. Ketiganya belakang menyusup ke dalam perkemahan Pandawa dan berhasil membunuh Srikandi, Drestadyumna, Pancawala, dan juga Banowati.

Aswatama yang belakang sekalinya tewas ketika mau membunuh Parikesit, cucu Arjuna yang sedang bayi. Krepa tertangkap sedangkan Kartamarma berupaya melarikan diri. Bimasena berhasil mengejar Kartamarma dan memukulnya dengan gada sampai sekarat.

Kresna yang marah mengutuk Kartamarma akan terlahir kembali sebagai hewan hina. Kutukan Kresna pun menjadi kenyataan. Kartamarma meninggal karena luka yang ia derita dan belakang terlahir kembali sebagai cacing tanah.

Lihat pula

  • Satyaki
  • Mosalaparwa
  • Wresni
  • Burisrawa

edunitas.com


Page 7

Kertawarma (Sanskerta: कृतवर्म; Kṛtavarmā) atau Kritawarman yaitu seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata. Ia yaitu golongan Wangsa Wresni atau Yadawa yang mempunyai di pihak Korawa dalam perang Baratayuda.

Dalam versi pewayangan Jawa, Kertawarma bukan hanya sekutu Korawa, melainkan anggota Korawa asli.

Versi Mahabharata

Kertawarma yaitu putra dari Herdika raja Kerajaan Bhoja, yang juga sedang keturunan bangsa Wresni, sama halnya dengan Kresna dan Satyaki. Dalam perang Baratayuda, Kertawarma memihak Korawa, sedangkan Kresna dan Satyaki memihak Pandawa.

Setelah perang yang belakang sekalinya, sekutu Korawa yang tersisa hanya tinggal Kertawarma, Krepa, dan Aswatama. Aswatama menemukan ide bagi membalas kekalahan Korawa, yaitu dengan metode menyerbu perkemahan Pandawa pada malam hari.

Dalam serangan malam tersebut, Aswatama masuk ke dalam perkemahan, sedangkan Kertawarma dan Krepa menunggu di luar. Dalam serangan mendadak itu Aswatama berhasil membunuh Drestadyumna, Srikandi, Yudamanyu, Utamauja, dan kelima Pancakumara. Kertawarma dan Krepa selanjutnya pulang ke lokasi tinggal masing-masing.

Tiga puluh enam tahun selanjutnya, Kertawarma ikut serta dalam pesta bangsa Wresni atau Yadawa. Dalam keadaan sama-sama mabuk, ia dan Satyaki saling mengejek. Satyaki mengejek Kertawarma sebagai pengecut sebab pernah menyerang perkemahan Pandawa di malam hari. Sementara itu, Kertawarma mengejek Satyaki berbuat curang telah membunuh Burisrawa yang sedang dalam keadaan meditasi.

Satyaki yang telah mabuk berat yang belakang sekalinya memenggal kepala Kertawarma. Pembunuhan Kertawarma inilah yang mengakibatkan pesta berubah menjadi perang saudara yang menewaskan semua orang yang aci.

Versi Pewayangan Jawa

Dalam pewayangan Jawa, tokoh Kertawarma kadang dieja dengan Kartawarma atau Kartamarma. Menurut versi ini, Kartawarma yaitu putra pasangan Dretarastra dan Gandari. Dengan kata lain, Kertawarma versi Jawa yaitu salah satu di selang seratus orang Korawa.

Dalam pemerintahan Duryudana, Kartamarma menjabat sebagai Juru Panitisastra, atau semacam juru tulis Kerajaan Hastina. Lokasi tinggalnya bernama Kasatriyan Tirtatinalang.

Setelah perang Baratayuda yang belakang sekalinya, Kartamarma kembali ke Hastina bagi mengambil kakak iparnya, yaitu istri Duryudana yang bernama Banowati. Di lain pihak, Aswatama juga datang bagi membunuh Banowati yang dianggapnya sebagai mata-mata para Pandawa. Maka terjadilah perkelahian di selang keduanya.

Perkelahian selang Aswatama dan Kartamarma selesai sebab Banowati telah melarikan diri dan dijemput Arjuna. Mereka berdua pun kembali rukun dan bersua Krepa yang mengabarkan bahwa Duryudana telah tewas.

Aswatama memutuskan bagi menyerang perkemahan Pandawa pada malam hari. Kartamarma mendukung hal itu, sedangkan Krepa terpaksa mengikuti sebab diancam mau dikeroyok oleh keduanya. Ketiganya selanjutnya menyusup ke dalam perkemahan Pandawa dan berhasil membunuh Srikandi, Drestadyumna, Pancawala, dan juga Banowati.

Aswatama yang belakang sekalinya tewas ketika mau membunuh Parikesit, cucu Arjuna yang sedang bayi. Krepa tertangkap sedangkan Kartamarma berupaya melarikan diri. Bimasena berhasil mengejar Kartamarma dan memukulnya dengan gada sampai sekarat.

Kresna yang marah mengutuk Kartamarma akan terlahir kembali sebagai hewan hina. Kutukan Kresna pun menjadi kenyataan. Kartamarma meninggal sebab luka yang ia derita dan selanjutnya terlahir kembali sebagai cacing tanah.

Lihat pula

  • Satyaki
  • Mosalaparwa
  • Wresni
  • Burisrawa

edunitas.com


Page 8

Kertawarma (Sanskerta: कृतवर्म; Kṛtavarmā) atau Kritawarman yaitu seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata. Ia yaitu golongan Wangsa Wresni atau Yadawa yang mempunyai di pihak Korawa dalam perang Baratayuda.

Dalam versi pewayangan Jawa, Kertawarma bukan hanya sekutu Korawa, melainkan anggota Korawa asli.

Versi Mahabharata

Kertawarma yaitu putra dari Herdika raja Kerajaan Bhoja, yang juga sedang keturunan bangsa Wresni, sama halnya dengan Kresna dan Satyaki. Dalam perang Baratayuda, Kertawarma memihak Korawa, sedangkan Kresna dan Satyaki memihak Pandawa.

Setelah perang yang belakang sekalinya, sekutu Korawa yang tersisa hanya tinggal Kertawarma, Krepa, dan Aswatama. Aswatama menemukan ide bagi membalas kekalahan Korawa, yaitu dengan metode menyerbu perkemahan Pandawa pada malam hari.

Dalam serangan malam tersebut, Aswatama masuk ke dalam perkemahan, sedangkan Kertawarma dan Krepa menunggu di luar. Dalam serangan mendadak itu Aswatama berhasil membunuh Drestadyumna, Srikandi, Yudamanyu, Utamauja, dan kelima Pancakumara. Kertawarma dan Krepa selanjutnya pulang ke lokasi tinggal masing-masing.

Tiga puluh enam tahun selanjutnya, Kertawarma ikut serta dalam pesta bangsa Wresni atau Yadawa. Dalam keadaan sama-sama mabuk, ia dan Satyaki saling mengejek. Satyaki mengejek Kertawarma sebagai pengecut sebab pernah menyerang perkemahan Pandawa di malam hari. Sementara itu, Kertawarma mengejek Satyaki berbuat curang telah membunuh Burisrawa yang sedang dalam keadaan meditasi.

Satyaki yang telah mabuk berat yang belakang sekalinya memenggal kepala Kertawarma. Pembunuhan Kertawarma inilah yang mengakibatkan pesta berubah menjadi perang saudara yang menewaskan semua orang yang aci.

Versi Pewayangan Jawa

Dalam pewayangan Jawa, tokoh Kertawarma kadang dieja dengan Kartawarma atau Kartamarma. Menurut versi ini, Kartawarma yaitu putra pasangan Dretarastra dan Gandari. Dengan kata lain, Kertawarma versi Jawa yaitu salah satu di selang seratus orang Korawa.

Dalam pemerintahan Duryudana, Kartamarma menjabat sebagai Juru Panitisastra, atau semacam juru tulis Kerajaan Hastina. Lokasi tinggalnya bernama Kasatriyan Tirtatinalang.

Setelah perang Baratayuda yang belakang sekalinya, Kartamarma kembali ke Hastina bagi mengambil kakak iparnya, yaitu istri Duryudana yang bernama Banowati. Di lain pihak, Aswatama juga datang bagi membunuh Banowati yang dianggapnya sebagai mata-mata para Pandawa. Maka terjadilah perkelahian di selang keduanya.

Perkelahian selang Aswatama dan Kartamarma selesai sebab Banowati telah melarikan diri dan dijemput Arjuna. Mereka berdua pun kembali rukun dan bersua Krepa yang mengabarkan bahwa Duryudana telah tewas.

Aswatama memutuskan bagi menyerang perkemahan Pandawa pada malam hari. Kartamarma mendukung hal itu, sedangkan Krepa terpaksa mengikuti sebab diancam mau dikeroyok oleh keduanya. Ketiganya selanjutnya menyusup ke dalam perkemahan Pandawa dan berhasil membunuh Srikandi, Drestadyumna, Pancawala, dan juga Banowati.

Aswatama yang belakang sekalinya tewas ketika mau membunuh Parikesit, cucu Arjuna yang sedang bayi. Krepa tertangkap sedangkan Kartamarma berupaya melarikan diri. Bimasena berhasil mengejar Kartamarma dan memukulnya dengan gada sampai sekarat.

Kresna yang marah mengutuk Kartamarma akan terlahir kembali sebagai hewan hina. Kutukan Kresna pun menjadi kenyataan. Kartamarma meninggal sebab luka yang ia derita dan selanjutnya terlahir kembali sebagai cacing tanah.

Lihat pula

  • Satyaki
  • Mosalaparwa
  • Wresni
  • Burisrawa

edunitas.com


Page 9

Kertawarma (Sanskerta: कृतवर्म; Kṛtavarmā) atau Kritawarman adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan kelompok Wangsa Wresni atau Yadawa yang berada di pihak Korawa dalam perang Baratayuda.

Dalam versi pewayangan Jawa, Kertawarma bukan hanya sekutu Korawa, melainkan anggota Korawa asli.

Versi Mahabharata

Kertawarma merupakan putra dari Herdika raja Kerajaan Bhoja, yang juga sedang keturunan bangsa Wresni, sama halnya dengan Kresna dan Satyaki. Dalam perang Baratayuda, Kertawarma memihak Korawa, sedangkan Kresna dan Satyaki memihak Pandawa.

Setelah perang beres, sekutu Korawa yang tersisa hanya tinggal Kertawarma, Krepa, dan Aswatama. Aswatama menemukan ide bagi membalas kekalahan Korawa, yaitu dengan metode menyerbu perkemahan Pandawa pada malam hari.

Dalam serangan malam tersebut, Aswatama masuk ke dalam perkemahan, sedangkan Kertawarma dan Krepa menunggu di luar. Dalam serangan mendadak itu Aswatama berhasil membunuh Drestadyumna, Srikandi, Yudamanyu, Utamauja, dan kelima Pancakumara. Kertawarma dan Krepa belakang pulang ke tempat tinggal masing-masing.

Tiga puluh enam tahun belakang, Kertawarma ikut serta dalam pesta bangsa Wresni atau Yadawa. Dalam keadaan sama-sama mabuk, ia dan Satyaki saling mengejek. Satyaki mengejek Kertawarma sebagai pengecut karena pernah menyerang perkemahan Pandawa di malam hari. Sementara itu, Kertawarma mengejek Satyaki berbuat curang telah membunuh Burisrawa yang sedang dalam keadaan meditasi.

Satyaki yang sudah mabuk berat yang belakang sekalinya memenggal kepala Kertawarma. Pembunuhan Kertawarma inilah yang menyebabkan pesta berubah menjadi perang saudara yang menewaskan semua orang yang aci.

Versi Pewayangan Jawa

Dalam pewayangan Jawa, tokoh Kertawarma kadang dieja dengan Kartawarma atau Kartamarma. Menurut versi ini, Kartawarma adalah putra pasangan Dretarastra dan Gandari. Dengan kata lain, Kertawarma versi Jawa adalah salah satu di selang seratus orang Korawa.

Dalam pemerintahan Duryudana, Kartamarma menjabat sebagai Juru Panitisastra, atau semacam juru tulis Kerajaan Hastina. Tempat tinggalnya bernama Kasatriyan Tirtatinalang.

Setelah perang Baratayuda beres, Kartamarma kembali ke Hastina bagi mengambil kakak iparnya, yaitu istri Duryudana yang bernama Banowati. Di lain pihak, Aswatama juga datang bagi membunuh Banowati yang dianggapnya sebagai mata-mata para Pandawa. Maka terjadilah perkelahian di selang keduanya.

Perkelahian selang Aswatama dan Kartamarma bubar karena Banowati telah melarikan diri dan dijemput Arjuna. Mereka berdua pun kembali rukun dan bersua Krepa yang mengabarkan bahwa Duryudana telah tewas.

Aswatama memutuskan bagi menyerang perkemahan Pandawa pada malam hari. Kartamarma mendukung hal itu, sedangkan Krepa terpaksa mengikuti karena diancam mau dikeroyok oleh keduanya. Ketiganya belakang menyusup ke dalam perkemahan Pandawa dan berhasil membunuh Srikandi, Drestadyumna, Pancawala, dan juga Banowati.

Aswatama yang belakang sekalinya tewas ketika mau membunuh Parikesit, cucu Arjuna yang sedang bayi. Krepa tertangkap sedangkan Kartamarma berupaya melarikan diri. Bimasena berhasil mengejar Kartamarma dan memukulnya dengan gada sampai sekarat.

Kresna yang marah mengutuk Kartamarma akan terlahir kembali sebagai hewan hina. Kutukan Kresna pun menjadi kenyataan. Kartamarma meninggal karena luka yang ia derita dan belakang terlahir kembali sebagai cacing tanah.

Lihat pula

  • Satyaki
  • Mosalaparwa
  • Wresni
  • Burisrawa

edunitas.com


Page 10

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Keraton Surakarta atau lengkapnya dalam bahasa Jawa dikata Karaton Surakarta Hadiningrat merupakan istana Kasunanan Surakarta. Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun 1744 sebagai pengganti Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda dampak Geger Pecinan 1743. Istana terakhir Kerajaan Mataram didirikan di desa Sala (Solo), sebuah pelabuhan kecil di tepi barat Bengawan (sungai) Beton/Sala. Setelah resmi istana Kerajaan Mataram habis dibangun, nama desa itu diubah dijadikan Surakarta Hadiningrat. Istana ini pula dijadikan saksi bisu penyerahan kedaulatan Kerajaan Mataram oleh Sunan PB II kepada VOC pada tahun 1749. Setelah Kontrak Giyanti tahun 1755, keraton ini yang belakang sekali dijadikan istana resmi bagi Kasunanan Surakarta. Kompleks yang didirikan keraton ini sedang berfungsi sebagai tempat tinggal sunan dan rumah tangga istananya yang sedang menjalankan tradisi kerajaan hingga ketika ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Solo. Beberapa kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan beragam koleksi milik kasunanan, termasuk beragam pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari anggota yang didirikannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa tradisional yang terbaik.

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Keraton Surakarta

Arsitektur

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Pendopo Keraton pada zaman pemerintahan Susuhunan Pakubuwono X, foto diambil tahun 1910. Koleksi Tropenmuseum, Belanda.

Keraton (Istana) Surakarta merupakan salah satu yang didirikan yang eksotis di zamannya. Salah satu arsitek istana ini merupakan Pangeran Mangkubumi (kelak bergelar Sultan Hamengkubuwono I) yang juga dijadikan arsitek utama Keraton Yogyakarta. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika pola dasar kelola ruang kedua keraton tersebut (Yogyakarta dan Surakarta) jumlah memiliki persamaan umum. Keraton Surakarta sebagaimana yang dapat disaksikan sekarang ini tidaklah dibangun serentak pada 1744-45, namun dibangun secara bertahap dengan mempertahankan pola dasar kelola ruang yang tetap sama dengan awalnya. Pembangunan dan restorasi secara besar-besaran terakhir dimainkan oleh Susuhunan Pakubuwono X (Sunan PB X) yang bertahta 1893-1939. Beberapa luhur keraton ini bernuansa warna putih dan biru dengan arsitekrur gaya campuran Jawa-Eropa.

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Salah satu ruangan Keraton pada zaman Pakubuwono X, gaya arsitektur jawa dipertahankan dalam bentuk yang didirikan namun di dalamnya diisi dengan beragam macam perabotan Eropa, foto diambil tahun 1910. Koleksi Tropenmuseum, Belanda.

Secara umum pembagian keraton meliputi: Kompleks Alun-alun Lor/Utara, Kompleks Sasana Sumewa, Kompleks Sitihinggil Lor/Utara, Kompleks Kamandungan Lor/Utara, Kompleks Sri Manganti, Kompleks Kedhaton, Kompleks Kamagangan, Kompleks Srimanganti Kidul/Selatan (?) dan Kemandungan Kidul/Selatan, serta Kompleks Sitihinggil Kidul dan Alun-alun Kidul. Kompleks keraton ini juga dikelilingi dengan baluwarti, sebuah dinding pertahanan dengan tinggi semakin kurang tiga hingga lima meter dan tebal semakin kurang satu meter tanpa anjungan. Dinding ini melingkungi sebuah daerah dengan bentuk persegi panjang. Daerah itu mempunyai ukuran luas semakin kurang lima ratus meter dan panjang semakin kurang tujuh ratus meter. Kompleks keraton yang berada di dalam dinding merupakan dari Kemandungan Lor/Utara hingga Kemandungan Kidul/Selatan. Kedua kompleks Sitihinggil dan Alun-alun tidak dilingkungi tembok pertahanan ini.

Kompleks Alun-alun Lor/Utara

Kompleks ini meliputi Gladhag, Pangurakan, Alun-alun utara, dan Masjid Luhur Surakarta. Gladhag yang sekarang dikenal dengan perempatan Gladhag di Jalan Slamet Riyadi Surakarta, pada zaman dulu dipergunakan sebagai tempat mengikat hewan buruan yang ditangkap dari hutan. Alun-alun merupakan tempat diadakannya upacara-upacara kerajaan yang melibatkan rakyat. Selain itu alun-alunmenjadi tempat bersuanya raja dan rakyatnya. Di pinggir alun-alun ditanami sejumlah pohon beringin. Di tengah-tengah alun alun terdapat dua batang pohon beringin (Ficus benjamina; Famili Moraceae) yang diberi pagar. Kedua batang pohon ini dikata Waringin Sengkeran (harifah: beringin yang dikurung) yang diberi nama Dewodaru dan Joyodaru. Di sebelah barat alun-alun utara berdiri Mesjid Ageng (Masjid Raya) Surakarta. Masjid raya ini merupakan masjid resmi kerajaan dan didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono III (Sunan PB III) pada tahun 1750 (Kasunanan Surakarta merupakan kerajaan Islam). Yang didirikan utamanya terdiri dari atas serambi dan masjid induk.

Kompleks Sasana Sumewa dan kompleks Sitihinggil Lor/Utara

Sasana Sumewa merupakan yang didirikan utama terdepan di Keraton Surakarta. Tempat ini pada zamannya dipergunakan sebagai tempat bagi menghadap para punggawa (pejabat pertengahan ke atas) dalam upacara resmi kerajaan. Di kompleks ini terdapat sejumlah meriam diantaranya di beri nama Kyai Pancawura atau Kyai Sapu Jagad. Meriam ini dibuat pada masa pemerintahan Sultan Luhur. Di sebelah selatan Sasana Sumewa terdapat kompleks Sitihinggil.

Sitihinggil merupakan suatu kompleks yang dibangun di atas tanah yang bertambah tinggi dari semakin kurangnya. Kompleks ini memiliki dua gerbang, satu disebelah utara yang dikata dengan Kori Wijil dan satu disebelah selatan yang dikata dengan Kori Renteng. Pada tangga Sitihinggil sebelah utara terdapat sebuah batu yang dipergunakan sebagai tempat pemenggalan kepala Trunajaya yang dikata dengan Selo Pamecat.

Yang didirikan utama di kompleks Sitihinggil merupakan Sasana Sewayana yang dipergunakan para pembesar dalam menghadiri upacara kerajaan. Selain itu terdapat Bangsal Manguntur Tangkil, tempat tahta Susuhunan, dan Bangsal Witono, tempat persemayaman Pusaka Kebesaran Kerajaan selama berlangsungnya upacara. Bangsal yang terakhir ini memiliki suatu yang didirikan kecil di tengah-tengahnya yang dikata dengan Krobongan Bale Manguneng, tempat persemayaman pusaka keraton Kangjeng Nyai Setomi, sebuah meriam yang konon dirampas oleh tentara Mataram dari VOC ketika menyerbu Batavia. Sisi luar timur-selatan-barat kompleks Sitihinggil merupakan jalan umum yang dapat dilewati oleh penduduk yang dikata dengan Supit Urang (harfiah=capit udang).

Kompleks Kemandungan Lor/Utara

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Kori Kamandungan dilihat dari arah halaman Kemandungan Lor dengan Bale Roto didepannya dan Panggung Sangga Buwana yang menjulang tinggi sebagai latar belakang.

Kori Brajanala (brojonolo) atau Kori Gapit merupakan pintu gerbang masuk utama dari arah utara ke dalam halaman Kemandungan utara. Gerbang ini sekaligus dijadikan gerbang cepuri (kompleks dalam istana yang dilingkungi oleh dinding istana yang dikata baluwarti) yang menghubungkan jalan sapit urang dengan halaman dalam istana. Gerbang ini dibangun oleh Susuhunan Paku Buwono III dengan gaya Semar Tinandu. Di sisi kanan dan kiri (barat dan timur) dari Kori Brajanala sebelah dalam terdapat Bangsal Wisomarto tempat jaga pengawal istana. Selain itu di timur gerbang ini terdapat menara lonceng. Di tengah-tengah kompleks ini hanya terdapat halaman kosong. Yang didirikan yang terdapat dalam kompleks ini hanya di anggota tepi halaman. Dari halaman ini pula dapat dilihat sebuah menara megah yang dikata dengan Panggung Sangga Buwana (Panggung Songgo Buwono) yang terletak di kompleks selanjutnya, Kompleks Sri Manganti.

Kompleks Sri Manganti

Bagi memasuki kompleks ini dari sisi utara wajib melintasi sebuah pintu gerbang yang dikata dengan Kori Kamandungan. Di depan sisi kanan dan kiri gerbang yang bernuansa warna biru dan putih ini terdapat dua arca. Di sisi kanan dan kiri pintu luhur ini terdapat cermin luhur dan diatasnya terdapat suatu adunan yang terdiri dari senjata dan bendera yang diantaranya terdapat lambang kerajaan. Adunan ini dikata dengan Bendero Gulo Klopo. Di halaman Sri Manganti terdapat dua yang didirikan utama yaitu Bangsal Smarakatha disebelah barat dan Bangsal Marcukundha di sebelah timur.

Pada zamannya Bangsal Smarakatha dipergunakan bagi menghadap para pegawai pertengahan ke atas dengan pangkat Bupati Lebet ke atas. Tempat ini pula dijadikan tempat penerimaan kenaikan pangkat para pejabat senior. Sekarang tempat ini dipergunakan bagi latihan menari dan mendalang. Bangsal Marcukundha pada zamannya dipergunakan bagi menghadap para opsir prajurit, bagi kenaikan pangkat pegawai dan pejabat yunior, serta tempat bagi menjatuhkan vonis hukuman bagi kerabat raja. Sekarang tempat ini bagi menyimpan Krobongan Madirenggo, sebuah tempat bagi upacara sunat/kitan para putra Susuhunan.

Di sisi barat daya Bangsal Marcukundha terdapat sebuah menara bersegi delapan yang dikata dengan Panggung Sangga Buwana. Menara yang memiliki tinggi semakin kurang tiga puluhan meter ini sebenarnya terletak di dua halaman sekaligus, halaman Sri Manganti dan halaman Kedhaton. Namun demikian pintu utamanya terletak di halaman Kedhaton.

Kompleks Kedhaton

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Susuhunan Pakubuwono X (membelakangi kamera) mengucapkan salam perpisahan kepada Sultan Hamengkubuwono VII di halaman Kedhaton, foto diambil ketika Sultan Hamengkubuwono pergi ke Solo beserta dengan Putra Mahkota dan Sri Paku Dunia selang tahun 1910-30. Koleksi Tropenmuseum, Belanda

Kori Sri Manganti dijadikan pintu bagi memasuki kompleks Kedhaton dari utara. Pintu gerbang yang dibangun oleh Susuhunan Pakubuwono IV pada 1792 ini dikata juga dengan Kori Ageng. Yang didirikan ini memiliki kaitan dekat dengan Pangung Sangga Buwana secara filosofis. Pintu yang memiliki gaya Semar Tinandu ini dipergunakan bagi menunggu tamu-tamu resmi kerajaan. Anggota kanan dan kiri pintu ini memiliki cermin dan sebuah ragam hias diatas pintu. Halaman Kedhaton dialasi dengan pasir hitam dari pantai selatan dan ditumbuhi oleh beragam pohon langka selang lain 76 batang pohon Sawo Kecik (Manilkara kauki; Famili Sapotaceae). Selain itu halaman ini juga dihiasi dengan patung-patung bergaya eropa. Kompleks ini memiliki yang didirikan utama diantaranya merupakan Sasana Sewaka, nDalem Ageng Prabasuyasa, Sasana Handrawina, dan Panggung Sangga Buwana.

Sasana Sewaka aslinya merupakan yang didirikan peninggalan pendapa istana Kartasura. Tempat ini pernah mengalami sebuah kebakaran pada tahun 1985. Di yang didirikan ini pula Susuhunan bertahta dalam upacara-upacara kebesaran kerajaan seperti garebeg dan ulang tahun raja. Di sebelah barat Sasana ini terdapat Sasana Parasdya, sebuah peringgitan. Di sebelah barat Sasana Parasdya terdapat nDalem Ageng Prabasuyasa. Tempat ini merupakan yang didirikan isi dan terpenting dari seluruh Keraton Surakarta Hadiningrat. Di tempat inilah disemayamkan pusaka-pusaka dan juga tahta raja yang dijadikan simbol kerajaan. Di lokasi ini pula seorang raja bersumpah ketika mulai bertahta sebelum upacara pemahkotaan dihadapan khalayak di Sitihinggil utara.

Yang didirikan selanjutnya merupakan Sasana Handrawina. Tempat ini dipergunakan sebagai tempat perjamuan makan resmi kerajaan. Kini yang didirikan ini biasa dipergunakan sebagi tempat seminar maupun gala dinner tamu asing yang datang ke kota Solo. Yang didirikan utama yang lain merupakan Panggung Sangga Buwana. Menara ini dipergunakan sebagai tempat meditasi Susuhunan sekaligus bagi mengawasi benteng VOC/Hindia Belanda yang berada tidak jauh dari istana. Yang didirikan yang memiliki lima lantai ini juga dipergunakan bagi melihat kedudukan bulan bagi menentukan awal suatu bulan. Di puncak atap teratas terdapat ornamen yang melambangkan tahun dibangunnya menara tertua di kota Surakarta.

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Yang didirikan Sasana Sewaka di dalam halaman Kedhaton pada zaman Pakubuwono X, yang didirikan ini dikelilingi dengan patung-patung bergaya Eropa, foto diambil tahun 1910. Koleksi Tropenmuseum, Belanda.

Sebelah barat kompleks Kedhaton merupakan tempat tertutup bagi penduduk umum dan terlarang bagi dipublikasikan sehingga tidak jumlah yang mengetahui ketetapan sesungguhnya. Daerah ini merupakan tempat tinggal resmi raja dan keluarga kerajaan yang sedang dipergunakan hingga sekarang.

Kompleks-kompleks Magangan, dan Sri Manganti, Kemandungan, serta Sitihinggil Kidul (Selatan)

Kompleks Magangan dahulunya dipergunakan oleh para calon pegawai kerajaan. Di tempat ini terdapat sebuah pendapa di tengah-tengah halaman. Dua kompleks selanjutnya, Sri Manganti Kidul/Selatan dan Kemandungan Kidul/Selatan hanyalah berupa halaman yang dipergunakan ketika upacara pemakaman raja maupun permaisuri. Kompleks terakhir, Sitihinggil kidul termasuk alun-alun kidul, memiliki sebuah yang didirikan kecil. Kini kompleks ini dipergunakan bagi memelihara pusaka keraton yang berupa kerbau albino yang dikata dengan Kyai Slamet.

Warisan Adat

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Para tamu luhur pada perhelatan ke empat Pisowanan Luhur Tingalan Dalem Jumenengan SISKS. Pako Boewono XIII

Selain memiliki kemegahan yang didirikan Keraton Surakarta juga memiliki suatu warisan adat yang tak ternilai. Diantarannya merupakan upacara-upacara norma budaya, tari-tarian sakral, musik, dan pusaka. Upacara norma budaya yang terkenal merupakan upacara Garebeg, upacara Sekaten, dan upacara Malam Satu Suro. Upacara yang berasal dari zaman kerajaan ini hingga sekarang terus dimainkan dan merupakan warisan adat Indonesia yang wajib dilindungi.

Grebeg

Upacara Grebeg diadakan tiga kali dalam satu tahun kalender/penanggalan Jawa yaitu pada tanggal dua belas bulan Mulud (bulan ketiga), tanggal satu bulan Sawal (bulan kesepuluh) dan tanggal sepuluh bulan Luhur (bulan kedua belas). Pada hari hari tersebut raja mengeluarkan sedekahnya sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang dikata dengan Hajad Dalem, berupa pareden/gunungan yang terdiri dari gunungan kakung dan gunungan estri (lelaki dan perempuan).

Gunungan kakung berpotongan seperti kerucut terpancung dengan ujung sebelah atas lebih kurang membulat. Beberapa luhur gunungan ini terdiri dari sayuran kacang panjang yang berwarna hijau yang dirangkaikan dengan cabai merah, telur itik, dan beberapa perlengkapan kebutuhan hidup kering yang lain. Di sisi kanan dan kirinya dipasangi rangkaian bendera Indonesia dalam ukuran kecil. Gunungan estri berpotongan seperti keranjang bunga yang penuh dengan rangkaian bunga. Beberapa luhur disusun dari kebutuhan hidup kering yang terbuat dari beras maupun beras ketan yang berpotongan lingkaran dan runcing. Gunungan ini juga dihiasi bendera Indonesia kecil di sebelah atasnya.

Sekaten

Sekaten merupakan sebuah upacara kerajaan yang dimainkan selama tujuh hari bagi memperingati kelahahiran Nabi Muhammad. Konon asal-usul upacara ini sejak kerajaan Demak. Upacara ini sebenarnya merupakan sebuah perayaan hari lahir Nabi Muhammad. Menurut kisah rakyat kata Sekaten berasal dari istilah credo dalam agama Islam, Syahadatain. Sekaten dimulai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, Kyai Gunturmadu dan Kyai Guntursari, dari keraton bagi ditaruh di depan Masjid Luhur Surakarta. Selama enam hari, mulai hari keenam hingga kesebelas bulan Mulud dalam kalender Jawa, kedua perangkat gamelan tersebut dimainkan/dibunyikan (Jw: ditabuh) menandai perayaan sekaten. Belakangnya pada hari ketujuh upacara ditutup dengan keluarnya Gunungan Mulud. Ketika ini selain upacara tradisi seperti itu juga diadakan suatu pasar malam yang dimulai sebulan sebelum penyelenggaraan upacara sekaten yang sesungguhnya.

Kirab Mubeng Beteng utawa Malam Satu Suro

Malam satu suro dalam penduduk Jawa merupakan suatu perayaan tahun baru menurut kalender Jawa. Malam satu suro jatuh mulai terbenam matahari pada hari terakhir bulan terakhir kalender Jawa (30/29 Besar) hingga terbitnya matahari pada hari pertama bulan pertama tahun selanjutnya (1 Suro). Di Keraton Surakarta upacara ini diperingati dengan Kirab Mubeng Beteng (Perarakan Mengelilingi Benteng Keraton). Upacara ini dimulai dari kompleks Kemandungan utara melintasi gerbang Brojonolo yang belakang sekali mengitari seluruh daerah keraton dengan arah berkebalikan arah putaran jarum jam dan habis di halaman Kemandungan utara. Dalam prosesi ini pusaka keraton dijadikan anggota utama dan diposisikan di barisan depan yang belakang sekali baru didampingi para pembesar keraton, para pegawai dan belakangnya penduduk. Suatu yang unik merupakan di barisan terdepan ditaruh pusaka yang berupa sekawanan kerbau albino yang diberi nama Kyai Slamet yang selalu dijadikan pusat perhatian penduduk.

Pusaka (heirloom) dan tari-tarian sakral

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Tarian Sakral Bedhoyo Ketawang

Keraton Surakarta memiliki sejumlah koleksi pusaka kerajaan diantaranya berupa singgasana raja, perangkat musik gamelan dan koleksi senjata. Di selang koleksi gamelan merupakan Kyai Guntursari dan Kyai Gunturmadu yang hanya dimainkan/dibunyikan pada ketika upacara Sekaten. Selain memiliki pusaka keraton Surakarta juga memiliki tari-tarian khas yang hanya dipentaskan pada upacara-upacara tertentu. Sebagai contoh tarian sakral merupakan Bedaya Ketawang yang dipentaskan pada ketika pemahkotaan raja.

Pemangku Norma budaya Jawa Surakarta

Semula keraton Surakarta merupakan Lembaga Istana (Imperial House) yang mengurusi raja dan keluarga kerajaan disamping dijadikan pusat pemerintahan Kesunanan Surakarta. Setelah Kesunanan Surakarta disebutkan hapus oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1946, peran keraton Surakarta tidak bertambah sebagai Pemangku Norma budaya Jawa khususnya garis/gaya Surakarta. Begitu pula Susuhunan tidak lagi berperan dalam urusan kenegaraan sebagai seorang raja dala arti politik melainkan sebagai Yang Dipertuan Pemangku Tahta Norma budaya, pimpinan tidak resmi norma budaya istiadat. Fungsi keraton pun berubah dijadikan pelindung dan penjaga identitas adat Jawa khususnya gaya Surakarta. Walaupun dengan fungsi yang terbatas pada sektor tidak resmi namun keraton Surakarta tetap memiliki kharisma tersendiri di sekeliling yang terkait penduduk Jawa khususnya di kesan daerah Kesunanan Surakarta. Selain itu keraton Surakarta juga memberikan gelar kebangsawanan kehormatan (honoriscausa) pada mereka yang mempunyai perhatian kepada adat Jawa khususnya Surakarta disamping mereka yang berhak karena hubungan darah maupun karena kedudukan mereka sebagai pegawai (abdidalem) keraton.

Filosofi dan Mitologi seputar Keraton

Setiap nama yang didirikan maupun upacara, bentuk yang didirikan maupun benda-benda upacara, kedudukan yang didirikan, begitu juga prosesi suatu upacara dalam keraton memiliki arti atau guna filosofi masing-masing. Namun sungguh disayangkan makna-makna tersebut sudah tidak jumlah yang mengetahui dan kurang begitu mendapat perhatian. Beberapa diantaranya akan diperlihatkan dalam paragraf berikut.

Cermin luhur di kanan dan kiri Kori Kemadungan mengadung arti introspeksi diri. Nama Kemandungan sendiri berasal dari kata mandung yang memiliki guna berjeda. Nama bangsal Marcukundha berasal dari kata Marcu yang berarti api dan kundho yang berarti wadah/tempat, sehingga Marcukundho melambangkan suatu doa/harapan. Menara Panggung Sangga Buwana merupakan simbol Lingga dan Kori Sri Manganti di sebelah baratnya merupakan simbol Yoni. Simbol Lingga-Yoni dalam penduduk Jawa dipercaya sebagai suatu simbol kesuburan. Dalam upacara garebeg dikenal dengan beradanya sedekah raja yang berupa gunungan. Gunungan tersebut melambangkan sedekah yang bergunung-gunung.

Selain itu keraton Surakarta juga memiliki mistik dan mitos serta legenda yang mengembang di tengah penduduk. Seperti arti filosofi yang semakin lenyap, mistik dan mitos serta legenda inipun juga semakin menghilang. Sebagai salah satu contoh merupakan kepercayaan beberapa penduduk dalam memperebutkan gunungan ketika garebeg. Mereka mempercayai bagian-bagian gunungan itu dapat mendatangkan tuah berupa keuangan yang adun maupun yang yang lain.

Selain itu berada legenda mengenai usia Nagari Surakarta. Ketika istana habis dibangun muncul sebuah ramalan bahwa kerajaan Surakarta hanya akan berjaya selama dua ratus tahun. Setelah dua ratus tahun maka kekuasaan raja hanya akan selebar mekarnya sebuah payung (Jw: kari sak megare payung). Legenda inipun seakan mendapat pengesahan dengan kenyataan yang terjadi. Apabila dihitung dari penempatan istana secara resmi pada 1745/6 maka dua ratus tahun yang belakang sekali pada 1945 Indonesia merdeka kekuasaan Kesusnanan benar-benar merosot. Setahun yang belakang sekali pada 1946 Kesunanan Surakarta benar-benar dihapus dan kekuasaan Susuhunan benar-benar habis dan hanya tinggal atas kerabat tidak jauhnya saja.

Referensi

Aart van Beek (1990). Images of Asia: "Life in the Javanese Kraton". Singapore: Oxford University Press. ISBN 979-497-123-5. 

Periplus Edition Singapore (1997). Periplus Adventure Guide "Java Indonesia". Periplus Singapore. 

Perkara adat dengan judul Pocung dalam episode Wewangunan Karaton Surakarta Hadiningrat disiarkan oleh JogjaTV [1]

Lihat pula

Pranala luar


edunitas.com


Page 11

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Keraton Surakarta atau lengkapnya dalam bahasa Jawa dikata Karaton Surakarta Hadiningrat merupakan istana Kasunanan Surakarta. Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun 1744 sebagai pengganti Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda dampak Geger Pecinan 1743. Istana terakhir Kerajaan Mataram didirikan di desa Sala (Solo), sebuah pelabuhan kecil di tepi barat Bengawan (sungai) Beton/Sala. Setelah resmi istana Kerajaan Mataram habis dibangun, nama desa itu diubah dijadikan Surakarta Hadiningrat. Istana ini pula dijadikan saksi bisu penyerahan kedaulatan Kerajaan Mataram oleh Sunan PB II kepada VOC pada tahun 1749. Setelah Kontrak Giyanti tahun 1755, keraton ini yang belakang sekali dibuat dijadikan istana resmi bagi Kasunanan Surakarta. Kompleks yang didirikan keraton ini sedang berfungsi sebagai tempat tinggal sunan dan rumah tangga istananya yang sedang menjalankan tradisi kerajaan hingga ketika ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Solo. Beberapa kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kasunanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari anggota yang didirikannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa tradisional yang terbaik.

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Keraton Surakarta

Arsitektur

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Pendopo Keraton pada zaman pemerintahan Susuhunan Pakubuwono X, foto diambil tahun 1910. Koleksi Tropenmuseum, Belanda.

Keraton (Istana) Surakarta merupakan salah satu yang didirikan yang eksotis di zamannya. Salah satu arsitek istana ini merupakan Pangeran Mangkubumi (kelak bergelar Sultan Hamengkubuwono I) yang juga dijadikan arsitek utama Keraton Yogyakarta. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika pola dasar kelola ruang kedua keraton tersebut (Yogyakarta dan Surakarta) banyak memiliki persamaan umum. Keraton Surakarta sebagaimana yang dapat disaksikan sekarang ini tidaklah dibangun serentak pada 1744-45, namun dibangun secara bertahap dengan mempertahankan pola dasar kelola ruang yang tetap sama dengan awalnya. Pembangunan dan restorasi secara besar-besaran terakhir dilakukan oleh Susuhunan Pakubuwono X (Sunan PB X) yang bertahta 1893-1939. Beberapa luhur keraton ini bernuansa warna putih dan biru dengan arsitekrur gaya campuran Jawa-Eropa.

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Salah satu ruangan Keraton pada zaman Pakubuwono X, gaya arsitektur jawa dipertahankan dalam bentuk yang didirikan namun di dalamnya diisi dengan berbagai macam perabotan Eropa, foto diambil tahun 1910. Koleksi Tropenmuseum, Belanda.

Secara umum pembagian keraton meliputi: Kompleks Alun-alun Lor/Utara, Kompleks Sasana Sumewa, Kompleks Sitihinggil Lor/Utara, Kompleks Kamandungan Lor/Utara, Kompleks Sri Manganti, Kompleks Kedhaton, Kompleks Kamagangan, Kompleks Srimanganti Kidul/Selatan (?) dan Kemandungan Kidul/Selatan, serta Kompleks Sitihinggil Kidul dan Alun-alun Kidul. Kompleks keraton ini juga dikelilingi dengan baluwarti, sebuah dinding pertahanan dengan tinggi sekitar tiga hingga lima meter dan tebal sekitar satu meter tanpa anjungan. Dinding ini melingkungi sebuah daerah dengan bentuk persegi panjang. Daerah itu mempunyai ukuran luas sekitar lima ratus meter dan panjang sekitar tujuh ratus meter. Kompleks keraton yang berada di dalam dinding merupakan dari Kemandungan Lor/Utara hingga Kemandungan Kidul/Selatan. Kedua kompleks Sitihinggil dan Alun-alun tidak dilingkungi tembok pertahanan ini.

Kompleks Alun-alun Lor/Utara

Kompleks ini meliputi Gladhag, Pangurakan, Alun-alun utara, dan Masjid Luhur Surakarta. Gladhag yang sekarang dikenal dengan perempatan Gladhag di Jalan Slamet Riyadi Surakarta, pada zaman dulu dipergunakan sebagai tempat mengikat hewan buruan yang ditangkap dari hutan. Alun-alun merupakan tempat diselenggarakannya upacara-upacara kerajaan yang melibatkan rakyat. Selain itu alun-alunmenjadi tempat bersuanya raja dan rakyatnya. Di pinggir alun-alun ditanami sejumlah pohon beringin. Di tengah-tengah alun alun terdapat dua batang pohon beringin (Ficus benjamina; Famili Moraceae) yang diberi pagar. Kedua batang pohon ini dikata Waringin Sengkeran (harifah: beringin yang dikurung) yang diberi nama Dewodaru dan Joyodaru. Di sebelah barat alun-alun utara berdiri Mesjid Ageng (Masjid Raya) Surakarta. Masjid raya ini merupakan masjid resmi kerajaan dan didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono III (Sunan PB III) pada tahun 1750 (Kasunanan Surakarta merupakan kerajaan Islam). Yang didirikan utamanya terdiri dari atas serambi dan masjid induk.

Kompleks Sasana Sumewa dan kompleks Sitihinggil Lor/Utara

Sasana Sumewa merupakan yang didirikan utama terdepan di Keraton Surakarta. Tempat ini pada zamannya dipergunakan sebagai tempat bagi menghadap para punggawa (pejabat pertengahan ke atas) dalam upacara resmi kerajaan. Di kompleks ini terdapat sejumlah meriam diantaranya di beri nama Kyai Pancawura atau Kyai Sapu Jagad. Meriam ini dibuat pada masa pemerintahan Sultan Luhur. Di sebelah selatan Sasana Sumewa terdapat kompleks Sitihinggil.

Sitihinggil merupakan suatu kompleks yang dibangun di atas tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya. Kompleks ini memiliki dua gerbang, satu disebelah utara yang dikata dengan Kori Wijil dan satu disebelah selatan yang dikata dengan Kori Renteng. Pada tangga Sitihinggil sebelah utara terdapat sebuah batu yang dipergunakan sebagai tempat pemenggalan kepala Trunajaya yang dikata dengan Selo Pamecat.

Yang didirikan utama di kompleks Sitihinggil merupakan Sasana Sewayana yang dipergunakan para pembesar dalam menghadiri upacara kerajaan. Selain itu terdapat Bangsal Manguntur Tangkil, tempat tahta Susuhunan, dan Bangsal Witono, tempat persemayaman Pusaka Kebesaran Kerajaan selama berlangsungnya upacara. Bangsal yang terakhir ini memiliki suatu yang didirikan kecil di tengah-tengahnya yang dikata dengan Krobongan Bale Manguneng, tempat persemayaman pusaka keraton Kangjeng Nyai Setomi, sebuah meriam yang konon dirampas oleh tentara Mataram dari VOC ketika menyerbu Batavia. Sisi luar timur-selatan-barat kompleks Sitihinggil merupakan jalan umum yang dapat dilewati oleh penduduk yang dikata dengan Supit Urang (harfiah=capit udang).

Kompleks Kemandungan Lor/Utara

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Kori Kamandungan dilihat dari arah halaman Kemandungan Lor dengan Bale Roto didepannya dan Panggung Sangga Buwana yang menjulang tinggi sebagai latar belakang.

Kori Brajanala (brojonolo) atau Kori Gapit merupakan pintu gerbang masuk utama dari arah utara ke dalam halaman Kemandungan utara. Gerbang ini sekaligus dijadikan gerbang cepuri (kompleks dalam istana yang dilingkungi oleh dinding istana yang dikata baluwarti) yang menghubungkan jalan sapit urang dengan halaman dalam istana. Gerbang ini dibangun oleh Susuhunan Paku Buwono III dengan gaya Semar Tinandu. Di sisi kanan dan kiri (barat dan timur) dari Kori Brajanala sebelah dalam terdapat Bangsal Wisomarto tempat jaga pengawal istana. Selain itu di timur gerbang ini terdapat menara lonceng. Di tengah-tengah kompleks ini hanya terdapat halaman kosong. Yang didirikan yang terdapat dalam kompleks ini hanya di anggota tepi halaman. Dari halaman ini pula dapat dilihat sebuah menara megah yang dikata dengan Panggung Sangga Buwana (Panggung Songgo Buwono) yang terletak di kompleks selanjutnya, Kompleks Sri Manganti.

Kompleks Sri Manganti

Bagi memasuki kompleks ini dari sisi utara wajib melintasi sebuah pintu gerbang yang dikata dengan Kori Kamandungan. Di depan sisi kanan dan kiri gerbang yang bernuansa warna biru dan putih ini terdapat dua arca. Di sisi kanan dan kiri pintu luhur ini terdapat cermin luhur dan diatasnya terdapat suatu adunan yang terdiri dari senjata dan bendera yang diantaranya terdapat lambang kerajaan. Adunan ini dikata dengan Bendero Gulo Klopo. Di halaman Sri Manganti terdapat dua yang didirikan utama yaitu Bangsal Smarakatha disebelah barat dan Bangsal Marcukundha di sebelah timur.

Pada zamannya Bangsal Smarakatha dipergunakan bagi menghadap para pegawai pertengahan ke atas dengan pangkat Bupati Lebet ke atas. Tempat ini pula dijadikan tempat penerimaan kenaikan pangkat para pejabat senior. Sekarang tempat ini dipergunakan bagi latihan menari dan mendalang. Bangsal Marcukundha pada zamannya dipergunakan bagi menghadap para opsir prajurit, bagi kenaikan pangkat pegawai dan pejabat yunior, serta tempat bagi menjatuhkan vonis hukuman bagi kerabat raja. Sekarang tempat ini bagi menyimpan Krobongan Madirenggo, sebuah tempat bagi upacara sunat/kitan para putra Susuhunan.

Di sisi barat daya Bangsal Marcukundha terdapat sebuah menara bersegi delapan yang dikata dengan Panggung Sangga Buwana. Menara yang memiliki tinggi sekitar tiga puluhan meter ini sebenarnya terletak di dua halaman sekaligus, halaman Sri Manganti dan halaman Kedhaton. Namun demikian pintu utamanya terletak di halaman Kedhaton.

Kompleks Kedhaton

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Susuhunan Pakubuwono X (membelakangi kamera) mengucapkan salam perpisahan kepada Sultan Hamengkubuwono VII di halaman Kedhaton, foto diambil ketika Sultan Hamengkubuwono pergi ke Solo beserta dengan Putra Mahkota dan Sri Paku Dunia selang tahun 1910-30. Koleksi Tropenmuseum, Belanda

Kori Sri Manganti dijadikan pintu bagi memasuki kompleks Kedhaton dari utara. Pintu gerbang yang dibangun oleh Susuhunan Pakubuwono IV pada 1792 ini dikata juga dengan Kori Ageng. Yang didirikan ini memiliki kaitan dekat dengan Pangung Sangga Buwana secara filosofis. Pintu yang memiliki gaya Semar Tinandu ini dipergunakan bagi menunggu tamu-tamu resmi kerajaan. Anggota kanan dan kiri pintu ini memiliki cermin dan sebuah ragam hias diatas pintu. Halaman Kedhaton dialasi dengan pasir hitam dari pantai selatan dan ditumbuhi oleh berbagai pohon langka selang lain 76 batang pohon Sawo Kecik (Manilkara kauki; Famili Sapotaceae). Selain itu halaman ini juga dihiasi dengan patung-patung bergaya eropa. Kompleks ini memiliki yang didirikan utama diantaranya merupakan Sasana Sewaka, nDalem Ageng Prabasuyasa, Sasana Handrawina, dan Panggung Sangga Buwana.

Sasana Sewaka aslinya merupakan yang didirikan peninggalan pendapa istana Kartasura. Tempat ini pernah mengalami sebuah kebakaran pada tahun 1985. Di yang didirikan ini pula Susuhunan bertahta dalam upacara-upacara kebesaran kerajaan seperti garebeg dan ulang tahun raja. Di sebelah barat Sasana ini terdapat Sasana Parasdya, sebuah peringgitan. Di sebelah barat Sasana Parasdya terdapat nDalem Ageng Prabasuyasa. Tempat ini merupakan yang didirikan isi dan terpenting dari seluruh Keraton Surakarta Hadiningrat. Di tempat inilah disemayamkan pusaka-pusaka dan juga tahta raja yang dijadikan simbol kerajaan. Di lokasi ini pula seorang raja bersumpah ketika mulai bertahta sebelum upacara pemahkotaan dihadapan khalayak di Sitihinggil utara.

Yang didirikan selanjutnya merupakan Sasana Handrawina. Tempat ini dipergunakan sebagai tempat perjamuan makan resmi kerajaan. Kini yang didirikan ini biasa dipergunakan sebagi tempat seminar maupun gala dinner tamu asing yang datang ke kota Solo. Yang didirikan utama lainnya merupakan Panggung Sangga Buwana. Menara ini dipergunakan sebagai tempat meditasi Susuhunan sekaligus bagi mengawasi benteng VOC/Hindia Belanda yang berada tidak jauh dari istana. Yang didirikan yang memiliki lima lantai ini juga dipergunakan bagi melihat posisi bulan bagi menentukan awal suatu bulan. Di puncak atap teratas terdapat ornamen yang melambangkan tahun dibangunnya menara tertua di kota Surakarta.

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Yang didirikan Sasana Sewaka di dalam halaman Kedhaton pada zaman Pakubuwono X, yang didirikan ini dikelilingi dengan patung-patung bergaya Eropa, foto diambil tahun 1910. Koleksi Tropenmuseum, Belanda.

Sebelah barat kompleks Kedhaton merupakan tempat tertutup bagi penduduk umum dan terlarang bagi dipublikasikan sehingga tidak banyak yang mengetahui ketetapan sesungguhnya. Daerah ini merupakan tempat tinggal resmi raja dan keluarga kerajaan yang sedang dipergunakan hingga sekarang.

Kompleks-kompleks Magangan, dan Sri Manganti, Kemandungan, serta Sitihinggil Kidul (Selatan)

Kompleks Magangan dahulunya dipergunakan oleh para calon pegawai kerajaan. Di tempat ini terdapat sebuah pendapa di tengah-tengah halaman. Dua kompleks selanjutnya, Sri Manganti Kidul/Selatan dan Kemandungan Kidul/Selatan hanyalah berupa halaman yang dipergunakan ketika upacara pemakaman raja maupun permaisuri. Kompleks terakhir, Sitihinggil kidul termasuk alun-alun kidul, memiliki sebuah yang didirikan kecil. Kini kompleks ini dipergunakan bagi memelihara pusaka keraton yang berupa kerbau albino yang dikata dengan Kyai Slamet.

Warisan Adat

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Para tamu luhur pada perhelatan ke empat Pisowanan Luhur Tingalan Dalem Jumenengan SISKS. Pako Boewono XIII

Selain memiliki kemegahan yang didirikan Keraton Surakarta juga memiliki suatu warisan adat yang tak ternilai. Diantarannya merupakan upacara-upacara norma budaya, tari-tarian sakral, musik, dan pusaka. Upacara norma budaya yang terkenal merupakan upacara Garebeg, upacara Sekaten, dan upacara Malam Satu Suro. Upacara yang berasal dari zaman kerajaan ini hingga sekarang terus dilaksanakan dan merupakan warisan adat Indonesia yang wajib dilindungi.

Grebeg

Upacara Grebeg diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun kalender/penanggalan Jawa yaitu pada tanggal dua belas bulan Mulud (bulan ketiga), tanggal satu bulan Sawal (bulan kesepuluh) dan tanggal sepuluh bulan Luhur (bulan kedua belas). Pada hari hari tersebut raja mengeluarkan sedekahnya sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang dikata dengan Hajad Dalem, berupa pareden/gunungan yang terdiri dari gunungan kakung dan gunungan estri (lelaki dan perempuan).

Gunungan kakung berpotongan seperti kerucut terpancung dengan ujung sebelah atas lebih kurang membulat. Beberapa luhur gunungan ini terdiri dari sayuran kacang panjang yang berwarna hijau yang dirangkaikan dengan cabai merah, telur itik, dan beberapa perlengkapan konsumsi kering lainnya. Di sisi kanan dan kirinya dipasangi rangkaian bendera Indonesia dalam ukuran kecil. Gunungan estri berpotongan seperti keranjang bunga yang penuh dengan rangkaian bunga. Beberapa luhur disusun dari konsumsi kering yang terbuat dari beras maupun beras ketan yang berpotongan lingkaran dan runcing. Gunungan ini juga dihiasi bendera Indonesia kecil di sebelah atasnya.

Sekaten

Sekaten merupakan sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan selama tujuh hari bagi memperingati kelahahiran Nabi Muhammad. Konon asal-usul upacara ini sejak kerajaan Demak. Upacara ini sebenarnya merupakan sebuah perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad. Menurut kisah rakyat kata Sekaten berasal dari istilah credo dalam agama Islam, Syahadatain. Sekaten dimulai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, Kyai Gunturmadu dan Kyai Guntursari, dari keraton bagi ditaruh di depan Masjid Luhur Surakarta. Selama enam hari, mulai hari keenam hingga kesebelas bulan Mulud dalam kalender Jawa, kedua perangkat gamelan tersebut dimainkan/dibunyikan (Jw: ditabuh) menandai perayaan sekaten. Belakangnya pada hari ketujuh upacara ditutup dengan keluarnya Gunungan Mulud. Ketika ini selain upacara tradisi seperti itu juga diselenggarakan suatu pasar malam yang dimulai sebulan sebelum penyelenggaraan upacara sekaten yang sesungguhnya.

Kirab Mubeng Beteng utawa Malam Satu Suro

Malam satu suro dalam penduduk Jawa merupakan suatu perayaan tahun baru menurut kalender Jawa. Malam satu suro jatuh mulai terbenam matahari pada hari terakhir bulan terakhir kalender Jawa (30/29 Besar) hingga terbitnya matahari pada hari pertama bulan pertama tahun selanjutnya (1 Suro). Di Keraton Surakarta upacara ini diperingati dengan Kirab Mubeng Beteng (Perarakan Mengelilingi Benteng Keraton). Upacara ini dimulai dari kompleks Kemandungan utara melintasi gerbang Brojonolo yang belakang sekali mengitari seluruh daerah keraton dengan arah berkebalikan arah putaran jarum jam dan habis di halaman Kemandungan utara. Dalam prosesi ini pusaka keraton dijadikan anggota utama dan diposisikan di barisan depan yang belakang sekali baru didampingi para pembesar keraton, para pegawai dan belakangnya penduduk. Suatu yang unik merupakan di barisan terdepan ditaruh pusaka yang berupa sekawanan kerbau albino yang diberi nama Kyai Slamet yang selalu dijadikan pusat perhatian penduduk.

Pusaka (heirloom) dan tari-tarian sakral

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Tarian Sakral Bedhoyo Ketawang

Keraton Surakarta memiliki sejumlah koleksi pusaka kerajaan diantaranya berupa singgasana raja, perangkat musik gamelan dan koleksi senjata. Di selang koleksi gamelan merupakan Kyai Guntursari dan Kyai Gunturmadu yang hanya dimainkan/dibunyikan pada ketika upacara Sekaten. Selain memiliki pusaka keraton Surakarta juga memiliki tari-tarian khas yang hanya dipentaskan pada upacara-upacara tertentu. Sebagai contoh tarian sakral merupakan Bedaya Ketawang yang dipentaskan pada ketika pemahkotaan raja.

Pemangku Norma budaya Jawa Surakarta

Semula keraton Surakarta merupakan Lembaga Istana (Imperial House) yang mengurusi raja dan keluarga kerajaan disamping dijadikan pusat pemerintahan Kesunanan Surakarta. Setelah Kesunanan Surakarta disebutkan hapus oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1946, peran keraton Surakarta tidak lebih sebagai Pemangku Norma budaya Jawa khususnya garis/gaya Surakarta. Begitu pula Susuhunan tidak lagi berperan dalam urusan kenegaraan sebagai seorang raja dala arti politik melainkan sebagai Yang Dipertuan Pemangku Tahta Norma budaya, pemimpin tidak resmi kebudayaan. Fungsi keraton pun berubah dijadikan pelindung dan penjaga identitas adat Jawa khususnya gaya Surakarta. Walaupun dengan fungsi yang terbatas pada sektor tidak resmi namun keraton Surakarta tetap memiliki kharisma tersendiri di sekeliling yang terkait penduduk Jawa khususnya di kesan daerah Kesunanan Surakarta. Selain itu keraton Surakarta juga memberikan gelar kebangsawanan kehormatan (honoriscausa) pada mereka yang mempunyai perhatian kepada adat Jawa khususnya Surakarta disamping mereka yang berhak karena hubungan darah maupun karena posisi mereka sebagai pegawai (abdidalem) keraton.

Filosofi dan Mitologi seputar Keraton

Setiap nama yang didirikan maupun upacara, bentuk yang didirikan maupun benda-benda upacara, letak yang didirikan, begitu juga prosesi suatu upacara dalam keraton memiliki definisi atau guna filosofi masing-masing. Namun sungguh disayangkan makna-makna tersebut sudah tidak banyak yang mengetahui dan kurang begitu mendapat perhatian. Beberapa diantaranya akan diperlihatkan dalam paragraf berikut.

Cermin luhur di kanan dan kiri Kori Kemadungan mengadung definisi introspeksi diri. Nama Kemandungan sendiri berasal dari kata mandung yang memiliki guna berjeda. Nama bangsal Marcukundha berasal dari kata Marcu yang berarti api dan kundho yang berarti wadah/tempat, sehingga Marcukundho melambangkan suatu doa/harapan. Menara Panggung Sangga Buwana merupakan simbol Lingga dan Kori Sri Manganti di sebelah baratnya merupakan simbol Yoni. Simbol Lingga-Yoni dalam penduduk Jawa dipercaya sebagai suatu simbol kesuburan. Dalam upacara garebeg dikenal dengan beradanya sedekah raja yang berupa gunungan. Gunungan tersebut melambangkan sedekah yang bergunung-gunung.

Selain itu keraton Surakarta juga memiliki mistik dan mitos serta legenda yang mengembang di tengah penduduk. Seperti definisi filosofi yang semakin lenyap, mistik dan mitos serta legenda inipun juga semakin menghilang. Sebagai salah satu contoh merupakan kepercayaan beberapa penduduk dalam memperebutkan gunungan ketika garebeg. Mereka mempercayai bagian-bagian gunungan itu dapat mendatangkan tuah berupa keuangan yang adun maupun yang lainnya.

Selain itu berada legenda mengenai usia Nagari Surakarta. Ketika istana habis dibangun muncul sebuah ramalan bahwa kerajaan Surakarta hanya akan berjaya selama dua ratus tahun. Setelah dua ratus tahun maka kekuasaan raja hanya akan selebar mekarnya sebuah payung (Jw: kari sak megare payung). Legenda inipun seakan mendapat pengesahan dengan kenyataan yang terjadi. Apabila dihitung dari penempatan istana secara resmi pada 1745/6 maka dua ratus tahun yang belakang sekali pada 1945 Indonesia merdeka kekuasaan Kesusnanan benar-benar merosot. Setahun yang belakang sekali pada 1946 Kesunanan Surakarta benar-benar dihapus dan kekuasaan Susuhunan benar-benar habis dan hanya tinggal atas kerabat tidak jauhnya saja.

Referensi

Aart van Beek (1990). Images of Asia: "Life in the Javanese Kraton". Singapore: Oxford University Press. ISBN 979-497-123-5. 

Periplus Edition Singapore (1997). Periplus Adventure Guide "Java Indonesia". Periplus Singapore. 

Perkara adat dengan judul Pocung dalam episode Wewangunan Karaton Surakarta Hadiningrat disiarkan oleh JogjaTV [1]

Lihat pula

Pranala luar


edunitas.com


Page 12

Kertawarma (Sanskerta: कृतवर्म; Kṛtavarmā) atau Kritawarman yaitu seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata. Beliau merupakan golongan Wangsa Wresni atau Yadawa yang berada di pihak Korawa dalam perang Baratayuda.

Dalam versi pewayangan Jawa, Kertawarma bukan hanya sekutu Korawa, melainkan bagian Korawa asli.

Versi Mahabharata

Kertawarma merupakan putra dari Herdika raja Kerajaan Bhoja, yang juga masih keturunan bangsa Wresni, sama halnya dengan Kresna dan Satyaki. Dalam perang Baratayuda, Kertawarma memihak Korawa, sedangkan Kresna dan Satyaki memihak Pandawa.

Setelah perang kesudahannya, sekutu Korawa yang tersisa hanya tinggal Kertawarma, Krepa, dan Aswatama. Aswatama menemukan ide sebagai membalas kekalahan Korawa, yaitu dengan cara menyerbu perkemahan Pandawa pada malam hari.

Dalam penyerangan negara malam tersebut, Aswatama masuk ke dalam perkemahan, sedangkan Kertawarma dan Krepa menunggu di luar. Dalam penyerangan negara mendadak itu Aswatama berhasil membunuh Drestadyumna, Srikandi, Yudamanyu, Utamauja, dan kelima Pancakumara. Kertawarma dan Krepa akhir pulang ke tempat tinggal masing-masing.

Tiga puluh enam tahun akhir, Kertawarma ikut serta dalam pesta bangsa Wresni atau Yadawa. Dalam kondisi sama-sama mabuk, beliau dan Satyaki saling mengejek. Satyaki mengejek Kertawarma sbg pengecut karena pernah menyerang perkemahan Pandawa di malam hari. Sementara itu, Kertawarma mengejek Satyaki berbuat curang telah membunuh Burisrawa yang sedang dalam kondisi meditasi.

Satyaki yang sudah mabuk berat kesudahannya memenggal kepala Kertawarma. Pembunuhan Kertawarma inilah yang mengakibatkan pesta berubah menjadi perang saudara yang menewaskan seluruh orang yang hadir.

Versi Pewayangan Jawa

Dalam pewayangan Jawa, tokoh Kertawarma kadang dieja dengan Kartawarma atau Kartamarma. Menurut versi ini, Kartawarma yaitu putra pasangan Dretarastra dan Gandari. Dengan kata lain, Kertawarma versi Jawa yaitu salah satu di selang seratus orang Korawa.

Dalam pemerintahan Duryudana, Kartamarma menjabat sbg Juru Panitisastra, atau semacam juru tulis Kerajaan Hastina. Tempat tinggalnya bernama Kasatriyan Tirtatinalang.

Setelah perang Baratayuda kesudahannya, Kartamarma kembali ke Hastina sebagai mengambil kakak iparnya, yaitu istri Duryudana yang bernama Banowati. Di lain pihak, Aswatama juga datang sebagai membunuh Banowati yang diasumsikannya sbg mata-mata para Pandawa. Maka terjadilah perkelahian di selang keduanya.

Perkelahian selang Aswatama dan Kartamarma selesai karena Banowati telah melarikan diri dan dijemput Arjuna. Mereka berdua pun kembali rukun dan bertemu Krepa yang mengabarkan bahwa Duryudana telah tewas.

Aswatama memutuskan sebagai menyerang perkemahan Pandawa pada malam hari. Kartamarma mendukung hal itu, sedangkan Krepa terpaksa mengikuti karena diancam akan dikeroyok oleh keduanya. Ketiganya akhir menyusup ke dalam perkemahan Pandawa dan berhasil membunuh Srikandi, Drestadyumna, Pancawala, dan juga Banowati.

Aswatama kesudahannya tewas ketika akan membunuh Parikesit, cucu Arjuna yang masih bayi. Krepa tertangkap sedangkan Kartamarma berusaha melarikan diri. Bimasena berhasil mengejar Kartamarma dan memukulnya dengan gada hingga sekarat.

Kresna yang marah mengutuk Kartamarma akan terlahir kembali sbg binatang hina. Kutukan Kresna pun menjadi kenyataan. Kartamarma meninggal karena luka yang beliau derita dan akhir terlahir kembali sbg cacing tanah.

Lihat juga

  • Satyaki
  • Mosalaparwa
  • Wresni
  • Burisrawa

edunitas.com


Page 13

Kertawarma (Sanskerta: कृतवर्म; Kṛtavarmā) atau Kritawarman yaitu seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata. Beliau adalah golongan Wangsa Wresni atau Yadawa yang hadir di pihak Korawa dalam perang Baratayuda.

Dalam versi pewayangan Jawa, Kertawarma bukan hanya sekutu Korawa, melainkan bagian Korawa asli.

Versi Mahabharata

Kertawarma adalah putra dari Herdika raja Kerajaan Bhoja, yang juga masih keturunan bangsa Wresni, sama halnya dengan Kresna dan Satyaki. Dalam perang Baratayuda, Kertawarma memihak Korawa, sedangkan Kresna dan Satyaki memihak Pandawa.

Setelah perang kesudahannya, sekutu Korawa yang tersisa hanya tinggal Kertawarma, Krepa, dan Aswatama. Aswatama menemukan ide sebagai membalas kekalahan Korawa, yaitu dengan cara menyerbu perkemahan Pandawa pada malam hari.

Dalam penyerangan negara malam tersebut, Aswatama masuk ke dalam perkemahan, sedangkan Kertawarma dan Krepa menunggu di luar. Dalam penyerangan negara mendadak itu Aswatama berhasil membunuh Drestadyumna, Srikandi, Yudamanyu, Utamauja, dan kelima Pancakumara. Kertawarma dan Krepa akhir pulang ke tempat tinggal masing-masing.

Tiga puluh enam tahun akhir, Kertawarma ikut serta dalam pesta bangsa Wresni atau Yadawa. Dalam kondisi sama-sama mabuk, beliau dan Satyaki saling mengejek. Satyaki mengejek Kertawarma sbg pengecut karena pernah menyerang perkemahan Pandawa di malam hari. Sementara itu, Kertawarma mengejek Satyaki berbuat curang telah membunuh Burisrawa yang sedang dalam kondisi meditasi.

Satyaki yang sudah mabuk berat kesudahannya memenggal kepala Kertawarma. Pembunuhan Kertawarma inilah yang mengakibatkan pesta berubah menjadi perang saudara yang menewaskan seluruh orang yang hadir.

Versi Pewayangan Jawa

Dalam pewayangan Jawa, tokoh Kertawarma kadang dieja dengan Kartawarma atau Kartamarma. Menurut versi ini, Kartawarma yaitu putra pasangan Dretarastra dan Gandari. Dengan kata lain, Kertawarma versi Jawa yaitu salah satu di selang seratus orang Korawa.

Dalam pemerintahan Duryudana, Kartamarma menjabat sbg Juru Panitisastra, atau semacam juru tulis Kerajaan Hastina. Tempat tinggalnya bernama Kasatriyan Tirtatinalang.

Setelah perang Baratayuda kesudahannya, Kartamarma kembali ke Hastina sebagai mengambil kakak iparnya, yaitu istri Duryudana yang bernama Banowati. Di lain pihak, Aswatama juga datang sebagai membunuh Banowati yang diasumsikannya sbg mata-mata para Pandawa. Maka terjadilah perkelahian di selang keduanya.

Perkelahian selang Aswatama dan Kartamarma selesai karena Banowati telah melarikan diri dan dijemput Arjuna. Mereka berdua pun kembali rukun dan bertemu Krepa yang mengabarkan bahwa Duryudana telah tewas.

Aswatama memutuskan sebagai menyerang perkemahan Pandawa pada malam hari. Kartamarma mendukung hal itu, sedangkan Krepa terpaksa mengikuti karena diancam akan dikeroyok oleh keduanya. Ketiganya akhir menyusup ke dalam perkemahan Pandawa dan berhasil membunuh Srikandi, Drestadyumna, Pancawala, dan juga Banowati.

Aswatama kesudahannya tewas ketika akan membunuh Parikesit, cucu Arjuna yang masih bayi. Krepa tertangkap sedangkan Kartamarma berupaya melarikan diri. Bimasena berhasil mengejar Kartamarma dan memukulnya dengan gada hingga sekarat.

Kresna yang marah mengutuk Kartamarma akan terlahir kembali sbg binatang hina. Kutukan Kresna pun menjadi kenyataan. Kartamarma meninggal karena luka yang beliau derita dan akhir terlahir kembali sbg cacing tanah.

Lihat juga

  • Satyaki
  • Mosalaparwa
  • Wresni
  • Burisrawa

edunitas.com


Page 14

Kertawarma (Sanskerta: कृतवर्म; Kṛtavarmā) atau Kritawarman yaitu seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata. Beliau adalah golongan Wangsa Wresni atau Yadawa yang hadir di pihak Korawa dalam perang Baratayuda.

Dalam versi pewayangan Jawa, Kertawarma bukan hanya sekutu Korawa, melainkan bagian Korawa asli.

Versi Mahabharata

Kertawarma adalah putra dari Herdika raja Kerajaan Bhoja, yang juga masih keturunan bangsa Wresni, sama halnya dengan Kresna dan Satyaki. Dalam perang Baratayuda, Kertawarma memihak Korawa, sedangkan Kresna dan Satyaki memihak Pandawa.

Setelah perang kesudahannya, sekutu Korawa yang tersisa hanya tinggal Kertawarma, Krepa, dan Aswatama. Aswatama menemukan ide sebagai membalas kekalahan Korawa, yaitu dengan cara menyerbu perkemahan Pandawa pada malam hari.

Dalam penyerangan negara malam tersebut, Aswatama masuk ke dalam perkemahan, sedangkan Kertawarma dan Krepa menunggu di luar. Dalam penyerangan negara mendadak itu Aswatama berhasil membunuh Drestadyumna, Srikandi, Yudamanyu, Utamauja, dan kelima Pancakumara. Kertawarma dan Krepa akhir pulang ke tempat tinggal masing-masing.

Tiga puluh enam tahun akhir, Kertawarma ikut serta dalam pesta bangsa Wresni atau Yadawa. Dalam kondisi sama-sama mabuk, beliau dan Satyaki saling mengejek. Satyaki mengejek Kertawarma sbg pengecut karena pernah menyerang perkemahan Pandawa di malam hari. Sementara itu, Kertawarma mengejek Satyaki berbuat curang telah membunuh Burisrawa yang sedang dalam kondisi meditasi.

Satyaki yang sudah mabuk berat kesudahannya memenggal kepala Kertawarma. Pembunuhan Kertawarma inilah yang mengakibatkan pesta berubah menjadi perang saudara yang menewaskan seluruh orang yang hadir.

Versi Pewayangan Jawa

Dalam pewayangan Jawa, tokoh Kertawarma kadang dieja dengan Kartawarma atau Kartamarma. Menurut versi ini, Kartawarma yaitu putra pasangan Dretarastra dan Gandari. Dengan kata lain, Kertawarma versi Jawa yaitu salah satu di selang seratus orang Korawa.

Dalam pemerintahan Duryudana, Kartamarma menjabat sbg Juru Panitisastra, atau semacam juru tulis Kerajaan Hastina. Tempat tinggalnya bernama Kasatriyan Tirtatinalang.

Setelah perang Baratayuda kesudahannya, Kartamarma kembali ke Hastina sebagai mengambil kakak iparnya, yaitu istri Duryudana yang bernama Banowati. Di lain pihak, Aswatama juga datang sebagai membunuh Banowati yang diasumsikannya sbg mata-mata para Pandawa. Maka terjadilah perkelahian di selang keduanya.

Perkelahian selang Aswatama dan Kartamarma selesai karena Banowati telah melarikan diri dan dijemput Arjuna. Mereka berdua pun kembali rukun dan bertemu Krepa yang mengabarkan bahwa Duryudana telah tewas.

Aswatama memutuskan sebagai menyerang perkemahan Pandawa pada malam hari. Kartamarma mendukung hal itu, sedangkan Krepa terpaksa mengikuti karena diancam akan dikeroyok oleh keduanya. Ketiganya akhir menyusup ke dalam perkemahan Pandawa dan berhasil membunuh Srikandi, Drestadyumna, Pancawala, dan juga Banowati.

Aswatama kesudahannya tewas ketika akan membunuh Parikesit, cucu Arjuna yang masih bayi. Krepa tertangkap sedangkan Kartamarma berupaya melarikan diri. Bimasena berhasil mengejar Kartamarma dan memukulnya dengan gada hingga sekarat.

Kresna yang marah mengutuk Kartamarma akan terlahir kembali sbg binatang hina. Kutukan Kresna pun menjadi kenyataan. Kartamarma meninggal karena luka yang beliau derita dan akhir terlahir kembali sbg cacing tanah.

Lihat juga

  • Satyaki
  • Mosalaparwa
  • Wresni
  • Burisrawa

edunitas.com


Page 15

Kertawarma (Sanskerta: कृतवर्म; Kṛtavarmā) atau Kritawarman yaitu seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata. Beliau merupakan golongan Wangsa Wresni atau Yadawa yang berada di pihak Korawa dalam perang Baratayuda.

Dalam versi pewayangan Jawa, Kertawarma bukan hanya sekutu Korawa, melainkan bagian Korawa asli.

Versi Mahabharata

Kertawarma merupakan putra dari Herdika raja Kerajaan Bhoja, yang juga masih keturunan bangsa Wresni, sama halnya dengan Kresna dan Satyaki. Dalam perang Baratayuda, Kertawarma memihak Korawa, sedangkan Kresna dan Satyaki memihak Pandawa.

Setelah perang kesudahannya, sekutu Korawa yang tersisa hanya tinggal Kertawarma, Krepa, dan Aswatama. Aswatama menemukan ide sebagai membalas kekalahan Korawa, yaitu dengan cara menyerbu perkemahan Pandawa pada malam hari.

Dalam penyerangan negara malam tersebut, Aswatama masuk ke dalam perkemahan, sedangkan Kertawarma dan Krepa menunggu di luar. Dalam penyerangan negara mendadak itu Aswatama berhasil membunuh Drestadyumna, Srikandi, Yudamanyu, Utamauja, dan kelima Pancakumara. Kertawarma dan Krepa akhir pulang ke tempat tinggal masing-masing.

Tiga puluh enam tahun akhir, Kertawarma ikut serta dalam pesta bangsa Wresni atau Yadawa. Dalam kondisi sama-sama mabuk, beliau dan Satyaki saling mengejek. Satyaki mengejek Kertawarma sbg pengecut karena pernah menyerang perkemahan Pandawa di malam hari. Sementara itu, Kertawarma mengejek Satyaki berbuat curang telah membunuh Burisrawa yang sedang dalam kondisi meditasi.

Satyaki yang sudah mabuk berat kesudahannya memenggal kepala Kertawarma. Pembunuhan Kertawarma inilah yang mengakibatkan pesta berubah menjadi perang saudara yang menewaskan seluruh orang yang hadir.

Versi Pewayangan Jawa

Dalam pewayangan Jawa, tokoh Kertawarma kadang dieja dengan Kartawarma atau Kartamarma. Menurut versi ini, Kartawarma yaitu putra pasangan Dretarastra dan Gandari. Dengan kata lain, Kertawarma versi Jawa yaitu salah satu di selang seratus orang Korawa.

Dalam pemerintahan Duryudana, Kartamarma menjabat sbg Juru Panitisastra, atau semacam juru tulis Kerajaan Hastina. Tempat tinggalnya bernama Kasatriyan Tirtatinalang.

Setelah perang Baratayuda kesudahannya, Kartamarma kembali ke Hastina sebagai mengambil kakak iparnya, yaitu istri Duryudana yang bernama Banowati. Di lain pihak, Aswatama juga datang sebagai membunuh Banowati yang diasumsikannya sbg mata-mata para Pandawa. Maka terjadilah perkelahian di selang keduanya.

Perkelahian selang Aswatama dan Kartamarma selesai karena Banowati telah melarikan diri dan dijemput Arjuna. Mereka berdua pun kembali rukun dan bertemu Krepa yang mengabarkan bahwa Duryudana telah tewas.

Aswatama memutuskan sebagai menyerang perkemahan Pandawa pada malam hari. Kartamarma mendukung hal itu, sedangkan Krepa terpaksa mengikuti karena diancam akan dikeroyok oleh keduanya. Ketiganya akhir menyusup ke dalam perkemahan Pandawa dan berhasil membunuh Srikandi, Drestadyumna, Pancawala, dan juga Banowati.

Aswatama kesudahannya tewas ketika akan membunuh Parikesit, cucu Arjuna yang masih bayi. Krepa tertangkap sedangkan Kartamarma berusaha melarikan diri. Bimasena berhasil mengejar Kartamarma dan memukulnya dengan gada hingga sekarat.

Kresna yang marah mengutuk Kartamarma akan terlahir kembali sbg binatang hina. Kutukan Kresna pun menjadi kenyataan. Kartamarma meninggal karena luka yang beliau derita dan akhir terlahir kembali sbg cacing tanah.

Lihat juga

  • Satyaki
  • Mosalaparwa
  • Wresni
  • Burisrawa

edunitas.com


Page 16

Republik Botswana yaitu suatu negara di Afrika ronde selatan yang terkurung oleh daratan. Sebelumnya negara ini berupa protektorat Britania Raya yang bernama Bechuanaland. Hubungan ekonomi dengan Afrika Selatan sangatlah ketat. Produk utama yaitu peternakan hewan dan pertambangan.

Sejarah

Pada yang akhir sekali seratus tahun ke-19, permusuhan mulai menyeruak di selang masyarakat Tswana dari Botswana dan suku Ndebele yang pindah ke kawasan itu dari Gurun Kalahari. Ketegangan juga meningkat gara-gara pemukim Boer dari Transvaal. Setelah permohonan pemimpin Batswana Khama III, Bathoen dan Sebele demi bantuan, pada 31 Maret 1885 Pemerintah Britania menaruh "Bechuanaland" di bawah perlindungannya. Kawasan utara tetap di bawah pemerintahan langsung sebagai Protektorat Bechuanaland dan sekarang dibuat menjadi Botswana, sedangkan kawasan selatan dibuat menjadi ronde Koloni Tanjung dan sekarang dibuat menjadi ronde provinsi AfSel; manyoritas penutur Setswana sekarang tinggal di AfSel.

Ketika Uni Afrika Selatan diwujudkan pada 1910 dari koloni utama Britania di kawasan itu, Protektorat Bechuanaland, Basutoland (kini Lesotho), dan Swaziland ("Wilayah Komisi Tinggi") tak diisi, tapi ketetapan itu dibuat menjadi penggabungannya kelak. namun, suatu langkah samar diterapkan sebagai memeriksa masyarakatnya, dan meski pemerintah Afrika Selatan yang selalu saling berganti nampaknya rindu kawasan itu diserahterimakan, Britania tetap menunda, dan hal itu tak pernah terjadi. Pemilihan pemerintahan Partai Nasional pada 1948, yang mengundangkan apartheid, dan penarikan AfSel dari Persemakmuran pada 1961, mengakhiri keinginan penggabungan wilayah-wilayah itu ke AfSel.

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Anak-anak Palapye, 1987, setelah hujan pertama setelah bertahun-tahun.

Suatu ekspansi pemerintah pusat Britania dan perkembangan pemerintahan suku mengakibatkan pendirian 2 dewan penasihat pada 1920 yang mewakili orang Afrika dan Eropa. Proklamasi pada 1934 mengatur kekuasaan dan daya suku. Suatu dewan penasihat Eropa-Afrika diwujudkan pada 1951, dan konstitusi 1961 mendirikan dewan legislasi konsultatif.

Pada Juni 1964, Britania menyetujui usulan pemerintahan diri yang demokratis di Botswana. Kursi pemerintahan dipindahkan dari Mafikeng di AfSel, ke Gaborone yang baru didirikan pada 1965. Konstitusi 1965 itu menimbulkan pemilu pertama dan kemerdekaan pada 30 September 1966. Seretse Khama, pemimpin gerakan kemerdekaan dan penuntut sah posisi ketua Ngwato, ditinggikan sebagai presiden pertama, dipilih kembali 2 kali, dan meninggal pada 1980 ketika menjabat. Posisi presiden diberikan pada WaPres , Ketumile Masire, yang dipilih atas haknya sendiri pada 1984 dan dipilih kembali pada 1989 dan 1994. Masire mundur dari posisinya pada 1998. Lalu WaPres ketika itu menduduki posisi presiden, Festus Mogae, yang dipilih atas haknya sendiri pada 1999 dan dipilih kembali pada 2004.

Geografi dan ronde yang terkait

Botswana dibatasi oleh negara Zimbabwe, Afrika Selatan dan Namibia. Juga bisa pergi ke Botswana secara langsung dari Zambia dengan menyeberangi Sungai Zambesi naik feri.

Botswana tidak mempunyai pesisir di laut, maupun danau. Negeri ini disebut negara pedalaman, dan berfaedah semua perdagangan Botswana harus diterapkan lewat darat, atau pesawat.

2 ciri geografi terpenting di Botswana yaitu delta Okavango dan gurun Kalahari.

Politik dan pemerintahan

Politik Botswana terjadi dalam kerangkan republik demokrasi representatif presidensial, sedangkan Presiden Botswana yaitu kepala negara dan kepala pemerintahan, dan sistem multipartai. Kekuasaan eksekutif dilakukan oleh pemerintahan. Kekuasaan legislatif dilakukan oleh pemerintah dan Parlemen Botswana. Sejak kemerdekaan partai yang mendominasi yaitu Partai Demokrasi Botswana. Sistem peradilannya lepas sama sekali dari eksekutif dan legislatif.

Pembagian administratif

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Distrik-distrik di Botswana

Botswana terbagi atas 9 distrik:

  1. Tengah
  2. Ghanzi
  3. Kgalagadi
  4. Kgatleng
  5. Kweneng
  6. Timur Laut
  7. Barat Laut
  8. Tenggara
  9. Selatan

Distrik-distrik itu terbagi atas 28 subdistrik.

Pusat masyarakat utama (dalam urutan menurun)

Kota besar

Kota kecil dan desa

  • Molepolole
  • Selebi-Phikwe
  • Maun
  • Serowe
  • Kanye
  • Mahalapye
  • Mochudi
  • Mogoditshane
  • Lobatse
  • Palapye
  • Tlokweng
  • Ramotswa
  • Thamaga
  • Moshupa
  • Tonota
  • Jwaneng
  • Orapa
  • Letlhakane

Pertahanan

Di masa kemerdekaannya Botswana tak mempunyai angkatan bersenjata. Setelah agresi Pasukan Rhodesia Botswana membentuk Angkatan Pertahanan Botswana (BDF) sebagai pertahanan diri pada 1977. Presiden yaitu panglima tertinggi dan suatu dewan pertahanan ditinggikan oleh presiden. Sekarang BDF mempunyai sekitar 12.000 bagian.

BDF yaitu angkatan militer yang bicara dan berdisiplin patut. Menyusul perubahan politik yang positif di Afrika Selatan dan kawasan itu, misi BDF banyak berfokus pada perkara antipenerobosan, persiapan bencana, dan penjagaan perdamaian asing. AS yaitu penyumbang asing tunggal terbesar untuk BDF, dan ebagian besar segmen korps perwiranya telah dilatih di AS, yang diasumsikan sebagai lembaga apolitik dan profesional.aasdasds

Hubungan luar negeri

Botswana mengambil bayaran pada integrasi ekonomi dan politk di Afrika ronde selatan, yang sedang mencari kesempatan membuat SADC kendaraan kerja untuk pembangunan ekonomi, dan memajukan usaha membuat kebijakan diri di kawasan itu atas syarat diplomasi perwakilan, resolusi konflik, dan pemerintahan yang patut, sehingga telah menyambut AfSel pasca-apartheid sebagai mitra dalam usaha itu. Botswana bergabung dengan permufakatan Afrika pada beberapa besar masalah internasional utama dan bagian organisasi internasional seperti PBB, Persemakmuran dan Persatuan Afrika. Botswana juga bagian Pengadilan Kejahatan Internasional dengan Persetujuan Kekebalan Bilateral pada perlindungan militer Amerika Serikat (seperti yang termaktub dalam Artikel 98).

Ekonomi

Ekonomi Botswana telah mengembang pesat sejak dibuat menjadi negara merdeka pada 1966. Orang Botswana telah mempunyai perkembangan tercepat di dunia dalam standar hidup sejak ketika itu.

Beberapa besar ekonomi Botswana bertumpu pada pertambangan intan, juga logam seperti tembaga dan mineral seperti garam. Banyak orang datang ke Botswana tiap tahun sebagai menyaksikan kehidupan margasatwanya, sehingga pariwisata penting buat negeri itu.

Mata uang Botswana disebut Pula (yang berfaedah hujan), yang senilai 100 thebe (yang berfaedah perisai).

Adat

Orang Botswana disebut Batswana. Masyarakat Botswana sekitar 1,6 juta jiwa. Ini yaitu banyak yang kecil untuk negeri seukuran ini, sehingga kepadatan masyarakat Botswana amat rendah (2,7 jiwa per km²). Ini terjadi karena beberapa besar negeri ini terdiri atas gurun kering.

Bahasa yang dituturkan beberapa besar orang Batswana yaitu Inggris dan bahasa setempat yang disebut Setswana (juga disebut Tswana).

Botswana yaitu negara demokrasi dan masyarakatnya memilih pemimpin politik, yakni presiden. Presiden Botswana sekarang yaitu Festus Mogae.

Pendidikan

Botswana telah membuat langkah besar dalam pengembangan pendidikan sejak kemerdekaan pada 1966. Ketika itu hanya sedikit lulusan di negeri itu dan hanya sedikit persentase orang yang masuk sekolah menengah.

Dengan penemuan berlian dan lebihnya permintaan pemerintah membuat banyak pertambahan dalam syarat pndidikan di negeri ini. Semua murid diberikan 10 tahun pendidikan dasar, mendapatkan ijazah SD. Sekitar separuh dari murid sekolah mengikuti pendidikan lanjutan di sekolah menengah hingga diberikan sertifikat Botswana General Certificate of Education (BGCSE). Setelah meninggalkan sekolah, murid bisa masuk salah satu dari 6 perguruan tinggi teknik di negeri itu, atau mengambil pendidikan kejuruan dalam keguruan atau keperawatan. Murid terbaik masuk Universitas Botswana di Gaborone, suatu kampus modern dan kaya fasilitas dengan banyak mahasiswa lebih dari 10.000.

Perolehan kuantitatif tak selalu disamakan dengan kualitatif. SD sedang kekurangan fasilitas, dan gurunya diupah kurang daripada perguruan tinggi sekundernya. Pemerintah Botswana rindu bahwa dengan menginvestasikan banyak penerimaan nasional dalam pendidikan, negeri itu takkan bergantung lagi pada berlian sebagai kelangsungan ekonominya, dan tak bergantung lagi pada ekspatriat demi pekerja terlatihnya.

Pada Januari 2006, Botswana mengumumkan pengenalan kembali iuran sekolah setelah 2 dasawarsa pendidikannya lepas sama sekali biaya[1] meski pemerintah tetap menyediakan beasiswa penuh dengan pengeluaran banyak untuk tiap warganegara Botswana di perguruan tinggi, patut di University of Botswana maupun bila murid rindu mengikuti pendidikan di tiap ronde yang tak ditawarkan di tingkat lokal, seperti kedokteran, mereka disediakan beasiswa penuh sebagai berusaha bisa ke luar negeri.

Catatan dan referensi

  • Denbow, James and Thebe, Phenyo C., Culture and Customs of Botswana

Lihat juga

Pranala luar


edunitas.com


Page 17

Republik Botswana yaitu suatu negara di Afrika ronde selatan yang terkurung oleh daratan. Sebelumnya negara ini berupa protektorat Britania Raya yang bernama Bechuanaland. Hubungan ekonomi dengan Afrika Selatan sangatlah ketat. Produk utama yaitu peternakan hewan dan pertambangan.

Sejarah

Pada yang akhir sekali seratus tahun ke-19, permusuhan mulai menyeruak di selang masyarakat Tswana dari Botswana dan suku Ndebele yang pindah ke kawasan itu dari Gurun Kalahari. Ketegangan juga meningkat gara-gara pemukim Boer dari Transvaal. Setelah permohonan pemimpin Batswana Khama III, Bathoen dan Sebele demi bantuan, pada 31 Maret 1885 Pemerintah Britania menaruh "Bechuanaland" di bawah perlindungannya. Kawasan utara tetap di bawah pemerintahan langsung sebagai Protektorat Bechuanaland dan sekarang dibuat menjadi Botswana, sedangkan kawasan selatan dibuat menjadi ronde Koloni Tanjung dan sekarang dibuat menjadi ronde provinsi AfSel; manyoritas penutur Setswana sekarang tinggal di AfSel.

Ketika Uni Afrika Selatan diwujudkan pada 1910 dari koloni utama Britania di kawasan itu, Protektorat Bechuanaland, Basutoland (kini Lesotho), dan Swaziland ("Wilayah Komisi Tinggi") tak diisi, tapi ketetapan itu dibuat menjadi penggabungannya kelak. namun, suatu langkah samar diterapkan sebagai memeriksa masyarakatnya, dan meski pemerintah Afrika Selatan yang selalu saling berganti nampaknya rindu kawasan itu diserahterimakan, Britania tetap menunda, dan hal itu tak pernah terjadi. Pemilihan pemerintahan Partai Nasional pada 1948, yang mengundangkan apartheid, dan penarikan AfSel dari Persemakmuran pada 1961, mengakhiri keinginan penggabungan wilayah-wilayah itu ke AfSel.

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Anak-anak Palapye, 1987, setelah hujan pertama setelah bertahun-tahun.

Suatu ekspansi pemerintah pusat Britania dan perkembangan pemerintahan suku mengakibatkan pendirian 2 dewan penasihat pada 1920 yang mewakili orang Afrika dan Eropa. Proklamasi pada 1934 mengatur kekuasaan dan daya suku. Suatu dewan penasihat Eropa-Afrika diwujudkan pada 1951, dan konstitusi 1961 mendirikan dewan legislasi konsultatif.

Pada Juni 1964, Britania menyetujui usulan pemerintahan diri yang demokratis di Botswana. Kursi pemerintahan dipindahkan dari Mafikeng di AfSel, ke Gaborone yang baru didirikan pada 1965. Konstitusi 1965 itu menimbulkan pemilu pertama dan kemerdekaan pada 30 September 1966. Seretse Khama, pemimpin gerakan kemerdekaan dan penuntut sah posisi ketua Ngwato, ditinggikan sebagai presiden pertama, dipilih kembali 2 kali, dan meninggal pada 1980 ketika menjabat. Posisi presiden diberikan pada WaPres , Ketumile Masire, yang dipilih atas haknya sendiri pada 1984 dan dipilih kembali pada 1989 dan 1994. Masire mundur dari posisinya pada 1998. Lalu WaPres ketika itu menduduki posisi presiden, Festus Mogae, yang dipilih atas haknya sendiri pada 1999 dan dipilih kembali pada 2004.

Geografi dan ronde yang terkait

Botswana dibatasi oleh negara Zimbabwe, Afrika Selatan dan Namibia. Juga bisa pergi ke Botswana secara langsung dari Zambia dengan menyeberangi Sungai Zambesi naik feri.

Botswana tidak mempunyai pesisir di laut, maupun danau. Negeri ini disebut negara pedalaman, dan berfaedah semua perdagangan Botswana harus diterapkan lewat darat, atau pesawat.

2 ciri geografi terpenting di Botswana yaitu delta Okavango dan gurun Kalahari.

Politik dan pemerintahan

Politik Botswana terjadi dalam kerangkan republik demokrasi representatif presidensial, sedangkan Presiden Botswana yaitu kepala negara dan kepala pemerintahan, dan sistem multipartai. Kekuasaan eksekutif dilakukan oleh pemerintahan. Kekuasaan legislatif dilakukan oleh pemerintah dan Parlemen Botswana. Sejak kemerdekaan partai yang mendominasi yaitu Partai Demokrasi Botswana. Sistem peradilannya lepas sama sekali dari eksekutif dan legislatif.

Pembagian administratif

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Distrik-distrik di Botswana

Botswana terbagi atas 9 distrik:

  1. Tengah
  2. Ghanzi
  3. Kgalagadi
  4. Kgatleng
  5. Kweneng
  6. Timur Laut
  7. Barat Laut
  8. Tenggara
  9. Selatan

Distrik-distrik itu terbagi atas 28 subdistrik.

Pusat masyarakat utama (dalam urutan menurun)

Kota besar

Kota kecil dan desa

  • Molepolole
  • Selebi-Phikwe
  • Maun
  • Serowe
  • Kanye
  • Mahalapye
  • Mochudi
  • Mogoditshane
  • Lobatse
  • Palapye
  • Tlokweng
  • Ramotswa
  • Thamaga
  • Moshupa
  • Tonota
  • Jwaneng
  • Orapa
  • Letlhakane

Pertahanan

Di masa kemerdekaannya Botswana tak mempunyai angkatan bersenjata. Setelah agresi Pasukan Rhodesia Botswana membentuk Angkatan Pertahanan Botswana (BDF) sebagai pertahanan diri pada 1977. Presiden yaitu panglima tertinggi dan suatu dewan pertahanan ditinggikan oleh presiden. Sekarang BDF mempunyai sekitar 12.000 bagian.

BDF yaitu angkatan militer yang bicara dan berdisiplin patut. Menyusul perubahan politik yang positif di Afrika Selatan dan kawasan itu, misi BDF banyak berfokus pada perkara antipenerobosan, persiapan bencana, dan penjagaan perdamaian asing. AS yaitu penyumbang asing tunggal terbesar untuk BDF, dan ebagian besar segmen korps perwiranya telah dilatih di AS, yang diasumsikan sebagai lembaga apolitik dan profesional.aasdasds

Hubungan luar negeri

Botswana mengambil bayaran pada integrasi ekonomi dan politk di Afrika ronde selatan, yang sedang mencari kesempatan membuat SADC kendaraan kerja untuk pembangunan ekonomi, dan memajukan usaha membuat kebijakan diri di kawasan itu atas syarat diplomasi perwakilan, resolusi konflik, dan pemerintahan yang patut, sehingga telah menyambut AfSel pasca-apartheid sebagai mitra dalam usaha itu. Botswana bergabung dengan permufakatan Afrika pada beberapa besar masalah internasional utama dan bagian organisasi internasional seperti PBB, Persemakmuran dan Persatuan Afrika. Botswana juga bagian Pengadilan Kejahatan Internasional dengan Persetujuan Kekebalan Bilateral pada perlindungan militer Amerika Serikat (seperti yang termaktub dalam Artikel 98).

Ekonomi

Ekonomi Botswana telah mengembang pesat sejak dibuat menjadi negara merdeka pada 1966. Orang Botswana telah mempunyai perkembangan tercepat di dunia dalam standar hidup sejak ketika itu.

Beberapa besar ekonomi Botswana bertumpu pada pertambangan intan, juga logam seperti tembaga dan mineral seperti garam. Banyak orang datang ke Botswana tiap tahun sebagai menyaksikan kehidupan margasatwanya, sehingga pariwisata penting buat negeri itu.

Mata uang Botswana disebut Pula (yang berfaedah hujan), yang senilai 100 thebe (yang berfaedah perisai).

Adat

Orang Botswana disebut Batswana. Masyarakat Botswana sekitar 1,6 juta jiwa. Ini yaitu banyak yang kecil untuk negeri seukuran ini, sehingga kepadatan masyarakat Botswana amat rendah (2,7 jiwa per km²). Ini terjadi karena beberapa besar negeri ini terdiri atas gurun kering.

Bahasa yang dituturkan beberapa besar orang Batswana yaitu Inggris dan bahasa setempat yang disebut Setswana (juga disebut Tswana).

Botswana yaitu negara demokrasi dan masyarakatnya memilih pemimpin politik, yakni presiden. Presiden Botswana sekarang yaitu Festus Mogae.

Pendidikan

Botswana telah membuat langkah besar dalam pengembangan pendidikan sejak kemerdekaan pada 1966. Ketika itu hanya sedikit lulusan di negeri itu dan hanya sedikit persentase orang yang masuk sekolah menengah.

Dengan penemuan berlian dan lebihnya permintaan pemerintah membuat banyak pertambahan dalam syarat pndidikan di negeri ini. Semua murid diberikan 10 tahun pendidikan dasar, mendapatkan ijazah SD. Sekitar separuh dari murid sekolah mengikuti pendidikan lanjutan di sekolah menengah hingga diberikan sertifikat Botswana General Certificate of Education (BGCSE). Setelah meninggalkan sekolah, murid bisa masuk salah satu dari 6 perguruan tinggi teknik di negeri itu, atau mengambil pendidikan kejuruan dalam keguruan atau keperawatan. Murid terbaik masuk Universitas Botswana di Gaborone, suatu kampus modern dan kaya fasilitas dengan banyak mahasiswa lebih dari 10.000.

Perolehan kuantitatif tak selalu disamakan dengan kualitatif. SD sedang kekurangan fasilitas, dan gurunya diupah kurang daripada perguruan tinggi sekundernya. Pemerintah Botswana rindu bahwa dengan menginvestasikan banyak penerimaan nasional dalam pendidikan, negeri itu takkan bergantung lagi pada berlian sebagai kelangsungan ekonominya, dan tak bergantung lagi pada ekspatriat demi pekerja terlatihnya.

Pada Januari 2006, Botswana mengumumkan pengenalan kembali iuran sekolah setelah 2 dasawarsa pendidikannya lepas sama sekali biaya[1] meski pemerintah tetap menyediakan beasiswa penuh dengan pengeluaran banyak untuk tiap warganegara Botswana di perguruan tinggi, patut di University of Botswana maupun bila murid rindu mengikuti pendidikan di tiap ronde yang tak ditawarkan di tingkat lokal, seperti kedokteran, mereka disediakan beasiswa penuh sebagai berusaha bisa ke luar negeri.

Catatan dan referensi

  • Denbow, James and Thebe, Phenyo C., Culture and Customs of Botswana

Lihat juga

Pranala luar


edunitas.com


Page 18

Republik Botswana yaitu suatu negara di Afrika ronde selatan yang terkurung oleh daratan. Sebelumnya negara ini berupa protektorat Britania Raya yang bernama Bechuanaland. Hubungan ekonomi dengan Afrika Selatan sangatlah ketat. Produk utama yaitu peternakan hewan dan pertambangan.

Sejarah

Pada yang akhir sekali seratus tahun ke-19, permusuhan mulai menyeruak di selang masyarakat Tswana dari Botswana dan suku Ndebele yang pindah ke kawasan itu dari Gurun Kalahari. Ketegangan juga meningkat gara-gara pemukim Boer dari Transvaal. Setelah permohonan pemimpin Batswana Khama III, Bathoen dan Sebele demi bantuan, pada 31 Maret 1885 Pemerintah Britania menaruh "Bechuanaland" di bawah perlindungannya. Kawasan utara tetap di bawah pemerintahan langsung sebagai Protektorat Bechuanaland dan sekarang dibuat menjadi Botswana, sedangkan kawasan selatan dibuat menjadi ronde Koloni Tanjung dan sekarang dibuat menjadi ronde provinsi AfSel; manyoritas penutur Setswana sekarang tinggal di AfSel.

Ketika Uni Afrika Selatan diwujudkan pada 1910 dari koloni utama Britania di kawasan itu, Protektorat Bechuanaland, Basutoland (kini Lesotho), dan Swaziland ("Wilayah Komisi Tinggi") tak diisi, tapi ketetapan itu dibuat menjadi penggabungannya kelak. namun, suatu langkah samar diterapkan sebagai memeriksa masyarakatnya, dan meski pemerintah Afrika Selatan yang selalu saling berganti nampaknya rindu kawasan itu diserahterimakan, Britania tetap menunda, dan hal itu tak pernah terjadi. Pemilihan pemerintahan Partai Nasional pada 1948, yang mengundangkan apartheid, dan penarikan AfSel dari Persemakmuran pada 1961, mengakhiri keinginan penggabungan wilayah-wilayah itu ke AfSel.

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Anak-anak Palapye, 1987, setelah hujan pertama setelah bertahun-tahun.

Suatu ekspansi pemerintah pusat Britania dan perkembangan pemerintahan suku mengakibatkan pendirian 2 dewan penasihat pada 1920 yang mewakili orang Afrika dan Eropa. Proklamasi pada 1934 mengatur kekuasaan dan daya suku. Suatu dewan penasihat Eropa-Afrika diwujudkan pada 1951, dan konstitusi 1961 mendirikan dewan legislasi konsultatif.

Pada Juni 1964, Britania menyetujui usulan pemerintahan diri yang demokratis di Botswana. Kursi pemerintahan dipindahkan dari Mafikeng di AfSel, ke Gaborone yang baru didirikan pada 1965. Konstitusi 1965 itu menimbulkan pemilu pertama dan kemerdekaan pada 30 September 1966. Seretse Khama, pemimpin gerakan kemerdekaan dan penuntut sah posisi ketua Ngwato, ditinggikan sebagai presiden pertama, dipilih kembali 2 kali, dan meninggal pada 1980 ketika menjabat. Posisi presiden diberikan pada WaPres , Ketumile Masire, yang dipilih atas haknya sendiri pada 1984 dan dipilih kembali pada 1989 dan 1994. Masire mundur dari posisinya pada 1998. Lalu WaPres ketika itu menduduki posisi presiden, Festus Mogae, yang dipilih atas haknya sendiri pada 1999 dan dipilih kembali pada 2004.

Geografi dan ronde yang terkait

Botswana dibatasi oleh negara Zimbabwe, Afrika Selatan dan Namibia. Juga bisa pergi ke Botswana secara langsung dari Zambia dengan menyeberangi Sungai Zambesi naik feri.

Botswana tidak mempunyai pesisir di laut, maupun danau. Negeri ini disebut negara pedalaman, dan berfaedah semua perdagangan Botswana harus diterapkan lewat darat, atau pesawat.

2 ciri geografi terpenting di Botswana yaitu delta Okavango dan gurun Kalahari.

Politik dan pemerintahan

Politik Botswana terjadi dalam kerangkan republik demokrasi representatif presidensial, sedangkan Presiden Botswana yaitu kepala negara dan kepala pemerintahan, dan sistem multipartai. Kekuasaan eksekutif dilakukan oleh pemerintahan. Kekuasaan legislatif dilakukan oleh pemerintah dan Parlemen Botswana. Sejak kemerdekaan partai yang mendominasi yaitu Partai Demokrasi Botswana. Sistem peradilannya lepas sama sekali dari eksekutif dan legislatif.

Pembagian administratif

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Distrik-distrik di Botswana

Botswana terbagi atas 9 distrik:

  1. Tengah
  2. Ghanzi
  3. Kgalagadi
  4. Kgatleng
  5. Kweneng
  6. Timur Laut
  7. Barat Laut
  8. Tenggara
  9. Selatan

Distrik-distrik itu terbagi atas 28 subdistrik.

Pusat masyarakat utama (dalam urutan menurun)

Kota besar

Kota kecil dan desa

  • Molepolole
  • Selebi-Phikwe
  • Maun
  • Serowe
  • Kanye
  • Mahalapye
  • Mochudi
  • Mogoditshane
  • Lobatse
  • Palapye
  • Tlokweng
  • Ramotswa
  • Thamaga
  • Moshupa
  • Tonota
  • Jwaneng
  • Orapa
  • Letlhakane

Pertahanan

Di masa kemerdekaannya Botswana tak mempunyai angkatan bersenjata. Setelah agresi Pasukan Rhodesia Botswana membentuk Angkatan Pertahanan Botswana (BDF) sebagai pertahanan diri pada 1977. Presiden yaitu panglima tertinggi dan suatu dewan pertahanan ditinggikan oleh presiden. Sekarang BDF mempunyai sekitar 12.000 bagian.

BDF yaitu angkatan militer yang bicara dan berdisiplin patut. Menyusul perubahan politik yang positif di Afrika Selatan dan kawasan itu, misi BDF banyak berfokus pada perkara antipenerobosan, persiapan bencana, dan penjagaan perdamaian asing. AS yaitu penyumbang asing tunggal terbesar untuk BDF, dan ebagian besar segmen korps perwiranya telah dilatih di AS, yang diasumsikan sebagai lembaga apolitik dan profesional.aasdasds

Hubungan luar negeri

Botswana mengambil bayaran pada integrasi ekonomi dan politk di Afrika ronde selatan, yang sedang mencari kesempatan membuat SADC kendaraan kerja untuk pembangunan ekonomi, dan memajukan usaha membuat kebijakan diri di kawasan itu atas syarat diplomasi perwakilan, resolusi konflik, dan pemerintahan yang patut, sehingga telah menyambut AfSel pasca-apartheid sebagai mitra dalam usaha itu. Botswana bergabung dengan permufakatan Afrika pada beberapa besar masalah internasional utama dan bagian organisasi internasional seperti PBB, Persemakmuran dan Persatuan Afrika. Botswana juga bagian Pengadilan Kejahatan Internasional dengan Persetujuan Kekebalan Bilateral pada perlindungan militer Amerika Serikat (seperti yang termaktub dalam Artikel 98).

Ekonomi

Ekonomi Botswana telah mengembang pesat sejak dibuat menjadi negara merdeka pada 1966. Orang Botswana telah mempunyai perkembangan tercepat di dunia dalam standar hidup sejak ketika itu.

Beberapa besar ekonomi Botswana bertumpu pada pertambangan intan, juga logam seperti tembaga dan mineral seperti garam. Banyak orang datang ke Botswana tiap tahun sebagai menyaksikan kehidupan margasatwanya, sehingga pariwisata penting buat negeri itu.

Mata uang Botswana disebut Pula (yang berfaedah hujan), yang senilai 100 thebe (yang berfaedah perisai).

Adat

Orang Botswana disebut Batswana. Masyarakat Botswana sekitar 1,6 juta jiwa. Ini yaitu banyak yang kecil untuk negeri seukuran ini, sehingga kepadatan masyarakat Botswana amat rendah (2,7 jiwa per km²). Ini terjadi karena beberapa besar negeri ini terdiri atas gurun kering.

Bahasa yang dituturkan beberapa besar orang Batswana yaitu Inggris dan bahasa setempat yang disebut Setswana (juga disebut Tswana).

Botswana yaitu negara demokrasi dan masyarakatnya memilih pemimpin politik, yakni presiden. Presiden Botswana sekarang yaitu Festus Mogae.

Pendidikan

Botswana telah membuat langkah besar dalam pengembangan pendidikan sejak kemerdekaan pada 1966. Ketika itu hanya sedikit lulusan di negeri itu dan hanya sedikit persentase orang yang masuk sekolah menengah.

Dengan penemuan berlian dan lebihnya permintaan pemerintah membuat banyak pertambahan dalam syarat pndidikan di negeri ini. Semua murid diberikan 10 tahun pendidikan dasar, mendapatkan ijazah SD. Sekitar separuh dari murid sekolah mengikuti pendidikan lanjutan di sekolah menengah hingga diberikan sertifikat Botswana General Certificate of Education (BGCSE). Setelah meninggalkan sekolah, murid bisa masuk salah satu dari 6 perguruan tinggi teknik di negeri itu, atau mengambil pendidikan kejuruan dalam keguruan atau keperawatan. Murid terbaik masuk Universitas Botswana di Gaborone, suatu kampus modern dan kaya fasilitas dengan banyak mahasiswa lebih dari 10.000.

Perolehan kuantitatif tak selalu disamakan dengan kualitatif. SD sedang kekurangan fasilitas, dan gurunya diupah kurang daripada perguruan tinggi sekundernya. Pemerintah Botswana rindu bahwa dengan menginvestasikan banyak penerimaan nasional dalam pendidikan, negeri itu takkan bergantung lagi pada berlian sebagai kelangsungan ekonominya, dan tak bergantung lagi pada ekspatriat demi pekerja terlatihnya.

Pada Januari 2006, Botswana mengumumkan pengenalan kembali iuran sekolah setelah 2 dasawarsa pendidikannya lepas sama sekali biaya[1] meski pemerintah tetap menyediakan beasiswa penuh dengan pengeluaran banyak untuk tiap warganegara Botswana di perguruan tinggi, patut di University of Botswana maupun bila murid rindu mengikuti pendidikan di tiap ronde yang tak ditawarkan di tingkat lokal, seperti kedokteran, mereka disediakan beasiswa penuh sebagai berusaha bisa ke luar negeri.

Catatan dan referensi

  • Denbow, James and Thebe, Phenyo C., Culture and Customs of Botswana

Lihat juga

Pranala luar


edunitas.com


Page 19

Republik Botswana yaitu suatu negara di Afrika ronde selatan yang terkurung oleh daratan. Sebelumnya negara ini berupa protektorat Britania Raya yang bernama Bechuanaland. Hubungan ekonomi dengan Afrika Selatan sangatlah ketat. Produk utama yaitu peternakan hewan dan pertambangan.

Sejarah

Pada yang akhir sekali seratus tahun ke-19, permusuhan mulai menyeruak di selang masyarakat Tswana dari Botswana dan suku Ndebele yang pindah ke kawasan itu dari Gurun Kalahari. Ketegangan juga meningkat gara-gara pemukim Boer dari Transvaal. Setelah permohonan pemimpin Batswana Khama III, Bathoen dan Sebele demi bantuan, pada 31 Maret 1885 Pemerintah Britania menaruh "Bechuanaland" di bawah perlindungannya. Kawasan utara tetap di bawah pemerintahan langsung sebagai Protektorat Bechuanaland dan sekarang dibuat menjadi Botswana, sedangkan kawasan selatan dibuat menjadi ronde Koloni Tanjung dan sekarang dibuat menjadi ronde provinsi AfSel; manyoritas penutur Setswana sekarang tinggal di AfSel.

Ketika Uni Afrika Selatan diwujudkan pada 1910 dari koloni utama Britania di kawasan itu, Protektorat Bechuanaland, Basutoland (kini Lesotho), dan Swaziland ("Wilayah Komisi Tinggi") tak diisi, tapi ketetapan itu dibuat menjadi penggabungannya kelak. namun, suatu langkah samar diterapkan sebagai memeriksa masyarakatnya, dan meski pemerintah Afrika Selatan yang selalu saling berganti nampaknya rindu kawasan itu diserahterimakan, Britania tetap menunda, dan hal itu tak pernah terjadi. Pemilihan pemerintahan Partai Nasional pada 1948, yang mengundangkan apartheid, dan penarikan AfSel dari Persemakmuran pada 1961, mengakhiri keinginan penggabungan wilayah-wilayah itu ke AfSel.

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Anak-anak Palapye, 1987, setelah hujan pertama setelah bertahun-tahun.

Suatu ekspansi pemerintah pusat Britania dan perkembangan pemerintahan suku mengakibatkan pendirian 2 dewan penasihat pada 1920 yang mewakili orang Afrika dan Eropa. Proklamasi pada 1934 mengatur kekuasaan dan daya suku. Suatu dewan penasihat Eropa-Afrika diwujudkan pada 1951, dan konstitusi 1961 mendirikan dewan legislasi konsultatif.

Pada Juni 1964, Britania menyetujui usulan pemerintahan diri yang demokratis di Botswana. Kursi pemerintahan dipindahkan dari Mafikeng di AfSel, ke Gaborone yang baru didirikan pada 1965. Konstitusi 1965 itu menimbulkan pemilu pertama dan kemerdekaan pada 30 September 1966. Seretse Khama, pemimpin gerakan kemerdekaan dan penuntut sah posisi ketua Ngwato, ditinggikan sebagai presiden pertama, dipilih kembali 2 kali, dan meninggal pada 1980 ketika menjabat. Posisi presiden diberikan pada WaPres , Ketumile Masire, yang dipilih atas haknya sendiri pada 1984 dan dipilih kembali pada 1989 dan 1994. Masire mundur dari posisinya pada 1998. Lalu WaPres ketika itu menduduki posisi presiden, Festus Mogae, yang dipilih atas haknya sendiri pada 1999 dan dipilih kembali pada 2004.

Geografi dan ronde yang terkait

Botswana dibatasi oleh negara Zimbabwe, Afrika Selatan dan Namibia. Juga bisa pergi ke Botswana secara langsung dari Zambia dengan menyeberangi Sungai Zambesi naik feri.

Botswana tidak mempunyai pesisir di laut, maupun danau. Negeri ini disebut negara pedalaman, dan berfaedah semua perdagangan Botswana harus diterapkan lewat darat, atau pesawat.

2 ciri geografi terpenting di Botswana yaitu delta Okavango dan gurun Kalahari.

Politik dan pemerintahan

Politik Botswana terjadi dalam kerangkan republik demokrasi representatif presidensial, sedangkan Presiden Botswana yaitu kepala negara dan kepala pemerintahan, dan sistem multipartai. Kekuasaan eksekutif dilakukan oleh pemerintahan. Kekuasaan legislatif dilakukan oleh pemerintah dan Parlemen Botswana. Sejak kemerdekaan partai yang mendominasi yaitu Partai Demokrasi Botswana. Sistem peradilannya lepas sama sekali dari eksekutif dan legislatif.

Pembagian administratif

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Distrik-distrik di Botswana

Botswana terbagi atas 9 distrik:

  1. Tengah
  2. Ghanzi
  3. Kgalagadi
  4. Kgatleng
  5. Kweneng
  6. Timur Laut
  7. Barat Laut
  8. Tenggara
  9. Selatan

Distrik-distrik itu terbagi atas 28 subdistrik.

Pusat masyarakat utama (dalam urutan menurun)

Kota besar

Kota kecil dan desa

  • Molepolole
  • Selebi-Phikwe
  • Maun
  • Serowe
  • Kanye
  • Mahalapye
  • Mochudi
  • Mogoditshane
  • Lobatse
  • Palapye
  • Tlokweng
  • Ramotswa
  • Thamaga
  • Moshupa
  • Tonota
  • Jwaneng
  • Orapa
  • Letlhakane

Pertahanan

Di masa kemerdekaannya Botswana tak mempunyai angkatan bersenjata. Setelah agresi Pasukan Rhodesia Botswana membentuk Angkatan Pertahanan Botswana (BDF) sebagai pertahanan diri pada 1977. Presiden yaitu panglima tertinggi dan suatu dewan pertahanan ditinggikan oleh presiden. Sekarang BDF mempunyai sekitar 12.000 bagian.

BDF yaitu angkatan militer yang bicara dan berdisiplin patut. Menyusul perubahan politik yang positif di Afrika Selatan dan kawasan itu, misi BDF banyak berfokus pada perkara antipenerobosan, persiapan bencana, dan penjagaan perdamaian asing. AS yaitu penyumbang asing tunggal terbesar untuk BDF, dan ebagian besar segmen korps perwiranya telah dilatih di AS, yang diasumsikan sebagai lembaga apolitik dan profesional.aasdasds

Hubungan luar negeri

Botswana mengambil bayaran pada integrasi ekonomi dan politk di Afrika ronde selatan, yang sedang mencari kesempatan membuat SADC kendaraan kerja untuk pembangunan ekonomi, dan memajukan usaha membuat kebijakan diri di kawasan itu atas syarat diplomasi perwakilan, resolusi konflik, dan pemerintahan yang patut, sehingga telah menyambut AfSel pasca-apartheid sebagai mitra dalam usaha itu. Botswana bergabung dengan permufakatan Afrika pada beberapa besar masalah internasional utama dan bagian organisasi internasional seperti PBB, Persemakmuran dan Persatuan Afrika. Botswana juga bagian Pengadilan Kejahatan Internasional dengan Persetujuan Kekebalan Bilateral pada perlindungan militer Amerika Serikat (seperti yang termaktub dalam Artikel 98).

Ekonomi

Ekonomi Botswana telah mengembang pesat sejak dibuat menjadi negara merdeka pada 1966. Orang Botswana telah mempunyai perkembangan tercepat di dunia dalam standar hidup sejak ketika itu.

Beberapa besar ekonomi Botswana bertumpu pada pertambangan intan, juga logam seperti tembaga dan mineral seperti garam. Banyak orang datang ke Botswana tiap tahun sebagai menyaksikan kehidupan margasatwanya, sehingga pariwisata penting buat negeri itu.

Mata uang Botswana disebut Pula (yang berfaedah hujan), yang senilai 100 thebe (yang berfaedah perisai).

Adat

Orang Botswana disebut Batswana. Masyarakat Botswana sekitar 1,6 juta jiwa. Ini yaitu banyak yang kecil untuk negeri seukuran ini, sehingga kepadatan masyarakat Botswana amat rendah (2,7 jiwa per km²). Ini terjadi karena beberapa besar negeri ini terdiri atas gurun kering.

Bahasa yang dituturkan beberapa besar orang Batswana yaitu Inggris dan bahasa setempat yang disebut Setswana (juga disebut Tswana).

Botswana yaitu negara demokrasi dan masyarakatnya memilih pemimpin politik, yakni presiden. Presiden Botswana sekarang yaitu Festus Mogae.

Pendidikan

Botswana telah membuat langkah besar dalam pengembangan pendidikan sejak kemerdekaan pada 1966. Ketika itu hanya sedikit lulusan di negeri itu dan hanya sedikit persentase orang yang masuk sekolah menengah.

Dengan penemuan berlian dan lebihnya permintaan pemerintah membuat banyak pertambahan dalam syarat pndidikan di negeri ini. Semua murid diberikan 10 tahun pendidikan dasar, mendapatkan ijazah SD. Sekitar separuh dari murid sekolah mengikuti pendidikan lanjutan di sekolah menengah hingga diberikan sertifikat Botswana General Certificate of Education (BGCSE). Setelah meninggalkan sekolah, murid bisa masuk salah satu dari 6 perguruan tinggi teknik di negeri itu, atau mengambil pendidikan kejuruan dalam keguruan atau keperawatan. Murid terbaik masuk Universitas Botswana di Gaborone, suatu kampus modern dan kaya fasilitas dengan banyak mahasiswa lebih dari 10.000.

Perolehan kuantitatif tak selalu disamakan dengan kualitatif. SD sedang kekurangan fasilitas, dan gurunya diupah kurang daripada perguruan tinggi sekundernya. Pemerintah Botswana rindu bahwa dengan menginvestasikan banyak penerimaan nasional dalam pendidikan, negeri itu takkan bergantung lagi pada berlian sebagai kelangsungan ekonominya, dan tak bergantung lagi pada ekspatriat demi pekerja terlatihnya.

Pada Januari 2006, Botswana mengumumkan pengenalan kembali iuran sekolah setelah 2 dasawarsa pendidikannya lepas sama sekali biaya[1] meski pemerintah tetap menyediakan beasiswa penuh dengan pengeluaran banyak untuk tiap warganegara Botswana di perguruan tinggi, patut di University of Botswana maupun bila murid rindu mengikuti pendidikan di tiap ronde yang tak ditawarkan di tingkat lokal, seperti kedokteran, mereka disediakan beasiswa penuh sebagai berusaha bisa ke luar negeri.

Catatan dan referensi

  • Denbow, James and Thebe, Phenyo C., Culture and Customs of Botswana

Lihat juga

Pranala luar


edunitas.com


Page 20

[+] Ekonomi menurut kawasan

[+] Daftar bertopik ekonomi

[+] Ekonomi internasional

[×] Ekonomi Keynesianisme

[+] Ekonomi menurut negara

[+] Profesi dan organisasi ekonomi

[+] Sekolah pengajaran dan metodologi ekonomi

[+] Rintisan bertopik ekonomi


Page 21

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Elektronika yaitu ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol arus elektron atau partikel bermuatan listrik dalam suatu alat seperti komputer, alat elektronik, termokopel, semikonduktor, dan pautan sbgnya. Ilmu yang mempelajari alat-alat seperti ini yaitu cabang dari ilmu fisika, sementara wujud desain dan pembuatan sirkuit elektroniknya yaitu anggota dari teknik elektro, teknik komputer, dan ilmu/ teknik elektronika dan instrumentasi.

Alat-alat yang memakai landasan kerja elektronika ini kebanyakan disebut sbg alat elektronik (electronic devices). Contoh peralatan/ piranti elektronik ini: Tabung Sinar Katoda (Cathode Ray Tube, CRT), radio, TV, perekam kaset, perekam kaset video (VCR), perekam VCD, perekam DVD, kamera video, kamera digital, komputer pribadi desk-top, komputer Laptop, PDA (komputer saku), robot, smart card, dan lain-lain.

Selengkapnya....


Page 22

Portal Film

Selamat datang di Portal Film

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie (semula pelesetan untuk 'berpindah gambar'). Film, secara kolektif, sering disebut 'sinema'. Gambar-hidup adalah wujud seni, wujud populer dari hiburan, dan juga bidang usaha.

Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi.

Selengkapnya...

Artikel pilihan

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Final Destination adalah sebuah film horor tahun 2000 tentang sekelompok pelajar yang 'menipu kematian' setelah terhindar dari kecelakaan pesawat ketika sebelumnya seorang dari mereka melihat pertanda kematian mereka, tetapi tak lama setelah itu, mereka mulai mati satu per satu dalam kecelakaan misterius yang mengerikan. Skripsi film ini awalnya ditulis oleh Jeffrey Reddick sebagai catatan spekulasi untuk X-Files. (Sutradara James Wong memainkan pekerjaan sebagai penulis, direktur dan produsen serial itu). Kisah ini memiliki beberapa kesesuaian dengan episode The Twilight Zone berjudul "Twenty-Two". Film dihasilkan oleh New Line Cinema. DVDnya diresmikan pada 26 September 2000.

Selengkapnya...

Gambar pilihan

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Pirates of the Caribbean: On Stranger Tides adalah film fantasi petualangan 2011 dan angsuran keempat dalam seri Pirates of the Caribbean. Dalam film tersebut, Kapten Jack Sparrow (Johnny Depp) bergabung dengan Angelica (Penélope Cruz) untuk mencari Cairan Mancur Awet Muda, menghadapi bajak laut Blackbeard terkenal (Ian McShane). Penggambaran plot terinspirasi dari novel On Stranger Tides oleh Tim Powers, yang juga terinspirasi permainan LucasArts The Secret of Monkey Island. Film ini disutradarai oleh Rob Marshall, yang ditulis oleh Ted Elliott dan Terry Rossio, dan dihasilkan oleh Jerry Bruckheimer.

Selengkapnya...

Tahukah anda...

Biografi pilihan

Kategori


Page 23

Portal Film

Selamat datang di Portal Film

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie (semula pelesetan untuk 'berpindah gambar'). Film, secara kolektif, sering disebut 'sinema'. Gambar-hidup adalah wujud seni, wujud populer dari hiburan, dan juga bisnis.

Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi.

Selengkapnya...

Artikel pilihan

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Final Destination adalah sebuah film horor tahun 2000 tentang sekelompok pelajar yang 'menipu kematian' sesudah terhindar dari kecelakaan pesawat ketika sebelumnya seorang dari mereka melihat pertanda kematian mereka, tetapi tak lama sesudah itu, mereka mulai mati satu per satu dalam kecelakaan misterius yang mengerikan. Skripsi film ini awalnya ditulis oleh Jeffrey Reddick sebagai catatan spekulasi untuk X-Files. (Sutradara James Wong melakukan pekerjaan sebagai penulis, direktur dan produsen serial itu). Kisah ini ada beberapa kesesuaian dengan episode The Twilight Zone berjudul "Twenty-Two". Film diproduksi oleh New Line Cinema. DVDnya diresmikan pada 26 September 2000.

Selengkapnya...

Gambar pilihan

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Pirates of the Caribbean: On Stranger Tides adalah film fantasi petualangan 2011 dan angsuran keempat dalam seri Pirates of the Caribbean. Dalam film tersebut, Kapten Jack Sparrow (Johnny Depp) bergabung dengan Angelica (Penélope Cruz) untuk mencari Cairan Mancur Awet Muda, menghadapi bajak laut Blackbeard terkenal (Ian McShane). Penggambaran plot terinspirasi dari novel On Stranger Tides oleh Tim Powers, yang juga terinspirasi permainan LucasArts The Secret of Monkey Island. Film ini disutradarai oleh Rob Marshall, yang ditulis oleh Ted Elliott dan Terry Rossio, dan diproduksi oleh Jerry Bruckheimer.

Selengkapnya...

Tahukah anda...

Biografi pilihan

Kategori


Page 24

Portal Film

Selamat datang di Portal Film

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie (semula pelesetan untuk 'berpindah gambar'). Film, secara kolektif, sering disebut 'sinema'. Gambar-hidup adalah wujud seni, wujud populer dari hiburan, dan juga bisnis.

Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi.

Selengkapnya...

Artikel pilihan

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Final Destination adalah sebuah film horor tahun 2000 tentang sekelompok pelajar yang 'menipu kematian' sesudah terhindar dari kecelakaan pesawat ketika sebelumnya seorang dari mereka melihat pertanda kematian mereka, tetapi tak lama sesudah itu, mereka mulai mati satu per satu dalam kecelakaan misterius yang mengerikan. Skripsi film ini awalnya ditulis oleh Jeffrey Reddick sebagai catatan spekulasi untuk X-Files. (Sutradara James Wong melakukan pekerjaan sebagai penulis, direktur dan produsen serial itu). Kisah ini ada beberapa kesesuaian dengan episode The Twilight Zone berjudul "Twenty-Two". Film diproduksi oleh New Line Cinema. DVDnya diresmikan pada 26 September 2000.

Selengkapnya...

Gambar pilihan

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Pirates of the Caribbean: On Stranger Tides adalah film fantasi petualangan 2011 dan angsuran keempat dalam seri Pirates of the Caribbean. Dalam film tersebut, Kapten Jack Sparrow (Johnny Depp) bergabung dengan Angelica (Penélope Cruz) untuk mencari Cairan Mancur Awet Muda, menghadapi bajak laut Blackbeard terkenal (Ian McShane). Penggambaran plot terinspirasi dari novel On Stranger Tides oleh Tim Powers, yang juga terinspirasi permainan LucasArts The Secret of Monkey Island. Film ini disutradarai oleh Rob Marshall, yang ditulis oleh Ted Elliott dan Terry Rossio, dan diproduksi oleh Jerry Bruckheimer.

Selengkapnya...

Tahukah anda...

Biografi pilihan

Kategori


Page 25

Portal Film

Selamat datang di Portal Film

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie (semula pelesetan untuk 'berpindah gambar'). Film, secara kolektif, sering disebut 'sinema'. Gambar-hidup adalah wujud seni, wujud populer dari hiburan, dan juga bidang usaha.

Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi.

Selengkapnya...

Artikel pilihan

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Final Destination adalah sebuah film horor tahun 2000 tentang sekelompok pelajar yang 'menipu kematian' setelah terhindar dari kecelakaan pesawat ketika sebelumnya seorang dari mereka melihat pertanda kematian mereka, tetapi tak lama setelah itu, mereka mulai mati satu per satu dalam kecelakaan misterius yang mengerikan. Skripsi film ini awalnya ditulis oleh Jeffrey Reddick sebagai catatan spekulasi untuk X-Files. (Sutradara James Wong memainkan pekerjaan sebagai penulis, direktur dan produsen serial itu). Kisah ini memiliki beberapa kesesuaian dengan episode The Twilight Zone berjudul "Twenty-Two". Film dihasilkan oleh New Line Cinema. DVDnya diresmikan pada 26 September 2000.

Selengkapnya...

Gambar pilihan

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Pirates of the Caribbean: On Stranger Tides adalah film fantasi petualangan 2011 dan angsuran keempat dalam seri Pirates of the Caribbean. Dalam film tersebut, Kapten Jack Sparrow (Johnny Depp) bergabung dengan Angelica (Penélope Cruz) untuk mencari Cairan Mancur Awet Muda, menghadapi bajak laut Blackbeard terkenal (Ian McShane). Penggambaran plot terinspirasi dari novel On Stranger Tides oleh Tim Powers, yang juga terinspirasi permainan LucasArts The Secret of Monkey Island. Film ini disutradarai oleh Rob Marshall, yang ditulis oleh Ted Elliott dan Terry Rossio, dan dihasilkan oleh Jerry Bruckheimer.

Selengkapnya...

Tahukah anda...

Biografi pilihan

Kategori


Page 26

Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar

Elektronika adalah ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah yang dioperasikan dengan aktivitas yang dipekerjakan mengontrol arus elektron atau partikel bermuatan listrik dalam suatu alat seperti komputer, peralatan elektronik, termokopel, semikonduktor, dsb. Ilmu yang mempelajari alat-alat seperti ini merupakan cabang dari ilmu fisika, sementara wujud desain dan pembuatan sirkuit elektroniknya adalah ronde dari teknik elektro, teknik komputer, dan ilmu/ teknik elektronika dan instrumentasi.

Alat-alat yang memakai dasar kerja elektronika ini kebanyakan disebut sebagai peralatan elektronik (electronic devices). Contoh peralatan/ piranti elektronik ini: Tabung Sinar Katoda (Cathode Ray Tube, CRT), radio, TV, perekam kaset, perekam kaset video (VCR), perekam VCD, perekam DVD, kamera video, kamera digital, komputer pribadi desk-top, komputer Laptop, PDA (komputer saku), robot, smart card, dan lain-lain.

Selengkapnya....