Penulis Utama | : | Mulyono |
Penulis Tambahan | : | - |
NIM / NIP | : | |
Tahun | : | 2009 |
Judul | : | Ayat-Ayat Suci Al-Qur’an tentang Keesaan ALLAH SWT sebagai Sumber Ide dalam Penciptaan Karya Seni Lukis |
Edisi | : | |
Imprint | : | Surakarta - FKIP - 2009 |
Kolasi | : | xv, 52 hal. |
Sumber | : | UNS-FKIP Prog. Studi Pendidikan Seni Rupa-K3202010-2009 |
Subyek | : | |
Jenis Dokumen | : | Skripsi |
ISSN | : | |
ISBN | : | |
Abstrak | : | ABSTRAK AYAT-AYAT SUCI AL-QUR’AN TENTANG KEESAAN ALLAH SWT SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS.Tugas Akhir, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2008. Penciptaan karya tugas akhir ini dilakukan dengan tujuan: (1) Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan seseorang kepada Allah SWT melalui ayat-ayat keesaan-Nya. (2) Untuk mengekspresikan pengalaman penulis yang berkaitan dengan keesaan Allah SWT dengan dasar ayat-ayat Al-Qur’an, ke dalam bentuk visual. (3) Sebagai pendidikan agama Islam kepada seluruh masyarakat penikmat seni. Ayat-ayat tentang keesaan Allah dipilih karena memiliki makna yang indah sehingga bagus untuk dipelajari, dipahami, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Aliran yang dipilih yaitu Kaligrafi arab. Penciptaan karya tugas akhir ini dilaksanakan dari bulan Juni 2006 sampai dengan Januari 2009. Metode penciptaan yang dilakukan menggunakan pendekatan empiris. Bahan yang digunakan untuk pembuatan karya adalah kertas, cat minyak, cangkang telur atau pasir laut, minyak cat,dan kanvas. Alat yang digunakan adalah pensil, dan pena untuk membuat sketsa, kuas, kain lap, palet, tempat minyak tanah untuk mencuci kuas. Kuas yang digunakan berukuran 1-12 dan kuas cat tembok. Kuas yang digunakan untuk bagian yang sangat detail yaitu kuas berukuran 00. Teknik pertama yang digunakan adalah pembuatan sketsa dengan alat pensil dan kuas, teknik yang kedua pemberian warna dasar untuk menutup pori-pori pada kanvas sebelum dilukis, teknik ketiga pewarnaan cat minyak pada bagian background , teknik keempat penempelan cangkang telur atau pasir laut pada tulisan kaligrafi, teknik kelima pendetailan gambar dan finishing. Karya yang diciptakan berupa karya lukis dua dimensi dari bahan dasar cat minyak, cangkang telur atau pasir laut dan kanvas sebagai medianya. Karya yang dibuat ada 8 buah dengan ukuran terkecil adalah 100 x 120 cm dan yang terbesar 140 x 160 cm. Judul karya yaitu “Maha Pengasih dan Penyayang”, “Hanya Allah yang Patut Dipuji”, “Sang Penerima Taubat”, “Semua Beribadah”, Allah Maha Kuasa”, “Siapa Pencipta Sesungguhnya”, “Yang Maha Esa”, “Sesuatu yang Tidak Mungkin”. Karya-karya tersebut secara keseluruhan menampilkan bentuk ayat-ayat Al-Qur’an tentang keesaan Allah sebagai obyek dalam lukisan bertema kaligrafi. |
File Dokumen Tugas Akhir | : | abstrak.pdf Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download. BAB I.rtf BAB II.rtf BAB V.rtf DAFTAR PUSTAKA.rtf |
File Dokumen Karya Dosen | : | - |
Status | : | Public |
Pembimbing | : | 1. Drs. H. Edy Tri Sulistyo, M.Pd 2. Drs. S. Subiyantoro, M.Si |
Catatan Umum | : | |
Fakultas | : | Fak. KIP |
Surat Al Ikhlas mempunyai kandungan makna keesaan Allah SWT
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Surat Al Ikhlas adalah surat ke-112 dalam Alquran. Surat ini tergolong surat Makkiyah atau diturunkan di Kota Makkah.
Surat ini terdiri dari empat ayat yang pokok isinya menegaskan keesaan Allah SWT. Ayat pertama surat Al Ikhlas berbunyi:
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ “Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha-Esa.”
Mengutip Tafsir Ringkas Kementerian Agama, maksudnya adalah “Wahai Nabi Muhammad, katakanlah kepada kaum musyrik yang menanyakan sifat dan nasab Allah dengan tujuan mengejek. Dialah Allah, Yang Maha-Esa. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia tidak berbilang dalam nama, sifat dan ketuhanan-Nya.”
Dalam tafsir Kementerian Agama tersebut juga dijelaskan, pada ayat pertama ini, Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad SAW menjawab pertanyaan orang-orang yang menanyakan tentang sifat Tuhannya, bahwa Dia adalah Allah Yang Maha-Esa, tidak tersusun dan tidak berbilang, karena berbilang dalam susunan zat berarti bahwa bagian kumpulan itu memerlukan bagian yang lain, sedang Allah sama sekali tidak memerlukan suatu apapun.
Keesaan Allah itu meliputi tiga hal. Dia Maha-Esa pada zat-Nya, Maha-Esa pada sifat-Nya dan Maha-Esa pada perbuatan-Nya.
Pertama, Maha-Esa pada zat-Nya berarti zat-Nya tidak tersusun dari beberapa zat atau bagian. Kedua, Maha-Esa pada sifat-Nya berarti tidak ada satu sifat makhluk pun yang menyamai-Nya
Ketiga, Maha-Esa pada perbuatan-Nya berarti Dialah yang membuat semua perbuatan sesuai dengan firman-Nya.
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ “Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah." Maka jadilah sesuatu itu.” (QS Yasin 82).