Setiap orang Kristen yang terlibat dalam kegiatan politik wajib

Apabila berbicara mengenai demokrasi, maka kita pasti membahas juga mengenai politik, pemerintahan, dan rakyat; karena elemen-elemen itu adalah bagian dari demokrasi. Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yakni “demos” (rakyat) dan “kratos” (pemerintahan, kekuatan). Oleh karena itu, demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai “suatu pemerintahan dimana kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat, sehingga demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.”

Dalam iman Kristen, demokrasi memiliki makna ketika kasih menjadi motivasi dan keadilan menjadi tujuan. Hal ini seharusnya tidak menjadi pemahaman bagi kalangan umat kristen saja, karena kasih dan keadilan adalah nilai universal yang tertanam dalam hati manusia. Dengan demikian, demokrasi diukur pada sesuatu yang lebih tinggi (Tuhan—red), bukan hanya pada dasar mayoritas-minoritas. Demokrasi sejati terjadi ketika semua orang, baik dari golongan mayoritas maupun minoritas, saling menghormati dan menghargai harkat, martabat, hak, serta menjalankan kewajiban masing-masing secara bertanggung jawab demi mewujudkan tatanan masyarakat yang dicita-citakan bersama (di dalam UUD).

Tradisi Kristen menekankan bahwa setiap manusia memiliki martabat untuk menjadi seorang pelaku moral yang bebas. Kebebasan itu diungkapakan dalam bentuk keputusan dan tindakan pribadi yang memungkinkan kehidupan bersama dapat berlangsung. Maka, setiap orang Kristen wajib berperan aktif dalam kehidupan berdemokrasi. Hal ini dapat diwujudkan, antara lain dengan turut berpartisipasi aktif dalam pemilu, menjadi anggota partai politik, turut secara akif dalam pengambilan keputusan yang mengatur kehidupan bersama, dan bentuk-bentuk kegiatan berdemokrasi lainnya. Dengan demikian, orang Kristen ikut mengontrol penggunaan kekuasaan oleh pemerintah, dan ikut serta bertanggung jawab menciptakan hidup yang lebih sejahtera di tengah masyarakat.

Iman Kristen menegaskan bahwa semua kuasa berasal dan hanya milik Allah. Kuasa adalah pemberian Allah yang harus dipertanggung jawabkan dalam pelayanan masyarakat. Oleh karena itu, setiap orang Kristen yang terlibat dalam berbagai kegiatan politik wajib menyuarakan suara kenabian. Suara kenabian itu didasarkan pada nilai-nilai yang universal, yaitu: menegakkan keadilan, menyatakan kebenaran, menghormati kebebasan yang bertanggung jawab, memperjuangkan kesejahteraan, dan mempraktekkan kasih kepada semua orang.

Yang selama ini terjadi adalah, orang Kristen cenderung menghindari keterlibatan dalam aktivitas yang “berbau” politik. Politik hanya dianggap sebagai urusan orang-orang tertentu saja, yang terlibat di partai politik (anggota DPR/DPRD), atau pemerintah. Warga gereja lainnya merasa sudah cukup menjadi “penonton” saja. Padahal, disadari atau tidak, di dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, semua warga Negara akan menanggung dampak dari setiap keputusan politik yang ditetapkan. Dengan berpartisipasi aktif dalam berdemokrasi, orang Kristen dapat turut menata kehidupan bersama yang mencerminkan kasih, kebenaran, dan keadilan Allah.

===============
Penulis adalah staf mahasiswa Perkantas Bandung

Jawaban

Jika ada sebuah topik yang bisa memicu perdebatan spontan ataupun perbedaan pendapat – bahkan di antara sesama orang-percaya – itu adalah diskusi mengenai politik. Sebagai pengikut Kristus, bagaimana seharusnya sikap dan keterlibatan kita dalam ranah politik? Ada sebuah pendapat bahwa “agama dan politik tidak bisa menyatu.” Apakah pendapat itu benar? Dapatkah kita memiliki pandangan politik yang bertentangan dengan iman Kristen kita? Jawabannya adalah tidak bisa. Alkitab menyatakan dua kebenaran mengenai sikap kita terhadap politik dan pemerintahan. Kebenaran yang pertama: adalah kehendak Allah meliputi dan mengambil alih setiap aspek dalam kehidupan kita. Kehendak Dia-lah yang harus diutamakan di atas segala sesuatu dan semua orang (Mat 6:33). Rencana dan tujuan Allah itu pasti dan kehendak-Nya tidak bisa diganggu gugat. Apapun yang Allah rencanakan, Dia akan melaksanakannya. Tidak ada satupun pemerintahan yang dapat menghalangi kehendak-Nya (Dan 4:34-35). Bahkan, Dialah yang “memecat raja dan mengangkat raja” (Dan 2:21) karena “Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya” (Dan 4:17). Pemahaman yang benar terhadap kebenaran ini akan membantu kita untuk melihat bahwa politik hanyalah sebuah cara yang Allah gunakan untuk menggenapi kehendak-Nya. Meskipun orang-orang jahat menyalahgunakan kekuasaan politik mereka, yang memanfaatkannya untuk melakukan hal-hal yang jahat, namun Allah memakainya untuk kebaikan, karena Dia turut bekerja “dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rm 8:28). Kedua, kita harus memahami fakta bahwa pemerintah tidak bisa menyelamatkan kita! Hanya Allah yang bisa. Alkitab tidak pernah mengindikasikan Yesus ataupun para rasul mencurahkan waktu dan tenaga untuk mengajar orang-percaya mengenai bagaimana mereformasi dunia tanpa iman melalui praktek penyembahan berhala, asusila dan korupsi dengan bantuan pemerintah. Para rasul tidak pernah memanggil orang-percaya supaya tidak taat, sebagai cara untuk memprotes ketidakadilan hukum atau rencana jahat Kerajaan Romawi. Sebaliknya, para rasul memerintahkan orang Kristen mula-mula, termasuk semua orang-percaya hari ini, untuk memberitakan Injil dan menjalani hidup yang menunjukkan bukti nyata dari kekuatan Injil yang mengubahkan. Sudah dipastikan bahwa tanggung jawab kita kepada pemerintah adalah untuk menaati hukum dan menjadi warga negara yang baik (Rom 13:1-2). Allah telah menetapkan semua otoritas. Dia melakukannya untuk kepentingan kita, “dan menghormati orang-orang yang berbuat baik” (1 Ptr 2:13-15). Paulus berkata di surat Roma 13:1-8 bahwa merupakan tanggung jawab pemerintah untuk berkuasa dengan penuh otoritas atas kita semua – semoga demi kebaikan kita – dengan memungut pajak, dan memelihara kedamaian. Ketika kita memiliki hak suara dan dapat memilih pemimpin sendiri, kita harus menggunakan hak tersebut untuk memilih mereka yang memiliki pandangan yang sama dengan kita. Salah satu dusta Setan yang terbesar adalah: kita bisa menaruh harapan kita mengenai moralitas budaya dan kehidupan yang saleh di tangan para pejabat politik dan pemerintahan. Sebuah bangsa tidak bisa berharap pihak penguasa yang akan mengadakan perubahan. Gereja melakukan kesalahan jika mengira para politikus yang bertugas untuk membela, mendahulukan, dan menjaga kebenaran Alkitab dan nilai-nilai Kekristenan. Tujuan Allah yang unik terhadap Gereja tidak berada di tangan kebijakan politik. Alkitab tidak pernah menyatakan bahwa kita harus mencurahkan energi, waktu dan uang kita dalam urusan pemerintahan. Misi kita bukan untuk mengubah bangsa melalui reformasi politik, namun untuk mengubah hati orang lain melalui Firman Allah. Ketika orang-percaya memiliki pemikiran bahwa penginjilan dan pemuridan terkait dengan kebijakan pemerintah, mereka merusak misi Gereja itu sendiri. Sebagai orang Kristen, kita diberikan amanat untuk mengabarkan Injil Kristus dan berkhotbah untuk menegur dosa di jaman ini. Sebuah budaya hanya bisa berubah jika hati para individunya telah diubahkan oleh Kristus. Orang-percaya, di sepanjang jaman telah hidup dan bahkan semakin bertambah, di bawah pemerintahan yang antagonis, penuh penindasan dan tak beriman. Hal ini benar-benar terjadi pada orang-percaya mula-mula yang, meskipun berada di bawah rezim politik yang tidak memiliki belas kasihan, tetap dapat memelihara iman mereka di bawah tekanan budaya yang sangat besar. Mereka memahami bahwa merekalah, dan bukan para penguasa, yang merupakan terang dan garam dunia. Mereka berpegang kepada ajaran Paulus untuk menaati otoritas pemerintah, bahkan menghormati, menghargai dan berdoa untuk mereka (Rom 13:1-8). Yang lebih penting, mereka memahami bahwa, sebagai orang percaya, harapan mereka terletak dalam perlindungan yang disediakan oleh Allah sendiri. Hal yang sama juga berlaku bagi kita pada hari ini. Ketika kita menaati apa yang diajarkan oleh Alkitab, kita menjadi terang dunia, sesuai dengan maksud Allah bagi diri kita. Para pelaku politik bukanlah juru selamat dunia ini. Keselamatan bagi seluruh umat manusia telah diwujudkan melalui Yesus Kristus. Allah mengetahui bahwa dunia ini memerlukan keselamatan, jauh sebelum ditemukannya sistem pemerintahan. Dia menunjukkan kepada dunia bahwa penyelamatan tidak bisa dilakukan oleh kekuatan manusia, baik melalui kekuatan ekonomi, kekuatan militer, atau kekuatan politik. Damai sejahtera, kepuasan, harapan dan sukacita – dan keselamatan umat manusia – hanya dapat digenapi melalui karya iman, kasih dan karunia Yesus Kristus.

English

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pendahuluan :                       

Bagaimanakah tanggungjawab dalam bidang politik ? Apabila kepada orang Kristen ditanyakan,  apakah orang Kristen boleh berpolitik ? Maka mungkin banyak orang Kristen akan menjawab, “tidak boleh”.  Mengapa  demikian ? Karena banyak yang berkeyakinan bahwa dunia politik itu banyak  menyerempet-nyerempet dosa.  Apalagi sampai membawa-bawa politik masuk ke dalam gereja, akan sangat berbahaya karena  dapat mengancam keutuhan dan kesatuan umat.   Sementara itu bukankah, gereja dan orang  Kristen dituntut untuk  memberitakan Firman Allah ke seluruh dunia,  termasuk segala  sisi kehidupa

n termasuk  bidang politik.  Dunia politik sangat memerlukan Firman Tuhan, mengingat kekuasaaan politik lah yang melaksanakan pemerintahan dan kekuasaan  di dalam negara,  dimana orang Kristen dan gereja  juga berada. 

Pengertian politik :

Istilah “politik” dalam Yunani πολιτικός (politikos) yang berarti “dari, oleh, dan untuk warga negara”, “sipil”, “kenegaraan”. Istilah lainnya dalam bahasa Yunani adalah πολίτης (polites) yang berarti “warga” dan πόλις (polis) yang berarti “kota”. Kemudian istilah politic diserap oleh Bahasa Indonesia sehingga menjadi “politik”. Menurut teori klasik Aristoteles politik adalah usaha yang ditempuh oleh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Jadi politik berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara dalam rangka memperoleh dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat.  Karenanya politik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan  urusan kenegaraan,

 bagaimana  terbentuknya kekuasaan dan pelaksanaan kekuasaan itu oleh pemerintah untuk  mencapai  kesejahteraan rakyatnya. Dari pemahaman yang seperti ini, maka politik  dilaksanakan  karena adanya  kepentingan bersama  rakyat untuk mencapai kesejahteraan bersama dalam satu wilayah atau negara. Kenyataannya definisi ini tidak mudah dilaksanakan karena faktanya banyak terjadi penyimpangan mulai dari penggalangan suara untuk pembentukan kekuasaan (melalui partai) sampai kepada terbentuknya suatu sistem pemerintahan dan pelaksanaan  satu sistem pemerintahan.

Alkitab sebagai pedoman berpolitik:

Dalam memahami politik, umat Kristen percaya bahwa Alkitab haruslah menjadi landasannya. Sebagai Kitab Suci yang didalamnya memuat fakta sejarah Kerajaan Allah di dunia, Alkitab memiliki banyak catatan bagaimana umat Allah menghidupi dunia Pemerintahan. Bukan saja kebijaksanaan masyarakat biasa terhadap pemerintah yang sedang berkuasa, tetapi juga bagaimana sikap seorang raja atau pejabat pemerintah yang memerintah dengan takut akan Tuhan. 

Hal ini antara lain dapat dipelajari dari bagaimana kebijaksanaan politik Yusuf sebelum dan sesudah menjadi Perdana Menteri pada kerajaan Firaun di Mesir.  Bagaimana kebijaksanaan politik Raja Daud dan Raja Salomo  selama mereka menjadi raja dan penguasa yang memerintah Kerajaan Israel. Demikian juga bagaimana Sikap Daniel terhadap raja Nebukadnezar sebagai penguasa yang lalim.  Bagaimana tindakan  Yesaya, Yeremia dan  Amos dalam Perjanjian Lama, Rasul Petrus dan dan  Paulus memperingatkan  tentang  kehendak Allah kepada para penguasa.

Disegala zaman, Firman Allah tidak pernah berubah, tetap konsisten dan menegaskan kesucian dan kekudusan, kebenaran dan keadilan  Allah dimana segala kuasa dan pemerintahan ditujuklan untuk menyatakan kehadiran Allah yang memerintah alam semesta dengan adil dan benar. Dan sejak penciptaan,  Tuhan sudah memerintahkan agar manusia hidup memelihara dunia dan berkebudayaan dan Tuhan memberikan dan menetapkan raja-raja dan para penguasa dalam mengatur rakyatnya untuk mewujudkan kesejahteraan sebagai wujud kehadiran pemerintahan  Allah didalam dunia.

Oleh karena itu,  Alkitab menjelaskan bahwa Tuhanlah yang  memeberikan dan menetapkan


Page 2

Pendahuluan :                       

Bagaimanakah tanggungjawab dalam bidang politik ? Apabila kepada orang Kristen ditanyakan,  apakah orang Kristen boleh berpolitik ? Maka mungkin banyak orang Kristen akan menjawab, “tidak boleh”.  Mengapa  demikian ? Karena banyak yang berkeyakinan bahwa dunia politik itu banyak  menyerempet-nyerempet dosa.  Apalagi sampai membawa-bawa politik masuk ke dalam gereja, akan sangat berbahaya karena  dapat mengancam keutuhan dan kesatuan umat.   Sementara itu bukankah, gereja dan orang  Kristen dituntut untuk  memberitakan Firman Allah ke seluruh dunia,  termasuk segala  sisi kehidupa

n termasuk  bidang politik.  Dunia politik sangat memerlukan Firman Tuhan, mengingat kekuasaaan politik lah yang melaksanakan pemerintahan dan kekuasaan  di dalam negara,  dimana orang Kristen dan gereja  juga berada. 

Pengertian politik :

Istilah “politik” dalam Yunani πολιτικός (politikos) yang berarti “dari, oleh, dan untuk warga negara”, “sipil”, “kenegaraan”. Istilah lainnya dalam bahasa Yunani adalah πολίτης (polites) yang berarti “warga” dan πόλις (polis) yang berarti “kota”. Kemudian istilah politic diserap oleh Bahasa Indonesia sehingga menjadi “politik”. Menurut teori klasik Aristoteles politik adalah usaha yang ditempuh oleh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Jadi politik berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara dalam rangka memperoleh dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat.  Karenanya politik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan  urusan kenegaraan,

 bagaimana  terbentuknya kekuasaan dan pelaksanaan kekuasaan itu oleh pemerintah untuk  mencapai  kesejahteraan rakyatnya. Dari pemahaman yang seperti ini, maka politik  dilaksanakan  karena adanya  kepentingan bersama  rakyat untuk mencapai kesejahteraan bersama dalam satu wilayah atau negara. Kenyataannya definisi ini tidak mudah dilaksanakan karena faktanya banyak terjadi penyimpangan mulai dari penggalangan suara untuk pembentukan kekuasaan (melalui partai) sampai kepada terbentuknya suatu sistem pemerintahan dan pelaksanaan  satu sistem pemerintahan.

Alkitab sebagai pedoman berpolitik:

Dalam memahami politik, umat Kristen percaya bahwa Alkitab haruslah menjadi landasannya. Sebagai Kitab Suci yang didalamnya memuat fakta sejarah Kerajaan Allah di dunia, Alkitab memiliki banyak catatan bagaimana umat Allah menghidupi dunia Pemerintahan. Bukan saja kebijaksanaan masyarakat biasa terhadap pemerintah yang sedang berkuasa, tetapi juga bagaimana sikap seorang raja atau pejabat pemerintah yang memerintah dengan takut akan Tuhan. 

Hal ini antara lain dapat dipelajari dari bagaimana kebijaksanaan politik Yusuf sebelum dan sesudah menjadi Perdana Menteri pada kerajaan Firaun di Mesir.  Bagaimana kebijaksanaan politik Raja Daud dan Raja Salomo  selama mereka menjadi raja dan penguasa yang memerintah Kerajaan Israel. Demikian juga bagaimana Sikap Daniel terhadap raja Nebukadnezar sebagai penguasa yang lalim.  Bagaimana tindakan  Yesaya, Yeremia dan  Amos dalam Perjanjian Lama, Rasul Petrus dan dan  Paulus memperingatkan  tentang  kehendak Allah kepada para penguasa.

Disegala zaman, Firman Allah tidak pernah berubah, tetap konsisten dan menegaskan kesucian dan kekudusan, kebenaran dan keadilan  Allah dimana segala kuasa dan pemerintahan ditujuklan untuk menyatakan kehadiran Allah yang memerintah alam semesta dengan adil dan benar. Dan sejak penciptaan,  Tuhan sudah memerintahkan agar manusia hidup memelihara dunia dan berkebudayaan dan Tuhan memberikan dan menetapkan raja-raja dan para penguasa dalam mengatur rakyatnya untuk mewujudkan kesejahteraan sebagai wujud kehadiran pemerintahan  Allah didalam dunia.

Oleh karena itu,  Alkitab menjelaskan bahwa Tuhanlah yang  memeberikan dan menetapkan


Setiap orang Kristen yang terlibat dalam kegiatan politik wajib

Lihat Politik Selengkapnya


Page 3

Pendahuluan :                       

Bagaimanakah tanggungjawab dalam bidang politik ? Apabila kepada orang Kristen ditanyakan,  apakah orang Kristen boleh berpolitik ? Maka mungkin banyak orang Kristen akan menjawab, “tidak boleh”.  Mengapa  demikian ? Karena banyak yang berkeyakinan bahwa dunia politik itu banyak  menyerempet-nyerempet dosa.  Apalagi sampai membawa-bawa politik masuk ke dalam gereja, akan sangat berbahaya karena  dapat mengancam keutuhan dan kesatuan umat.   Sementara itu bukankah, gereja dan orang  Kristen dituntut untuk  memberitakan Firman Allah ke seluruh dunia,  termasuk segala  sisi kehidupa

n termasuk  bidang politik.  Dunia politik sangat memerlukan Firman Tuhan, mengingat kekuasaaan politik lah yang melaksanakan pemerintahan dan kekuasaan  di dalam negara,  dimana orang Kristen dan gereja  juga berada. 

Pengertian politik :

Istilah “politik” dalam Yunani πολιτικός (politikos) yang berarti “dari, oleh, dan untuk warga negara”, “sipil”, “kenegaraan”. Istilah lainnya dalam bahasa Yunani adalah πολίτης (polites) yang berarti “warga” dan πόλις (polis) yang berarti “kota”. Kemudian istilah politic diserap oleh Bahasa Indonesia sehingga menjadi “politik”. Menurut teori klasik Aristoteles politik adalah usaha yang ditempuh oleh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Jadi politik berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara dalam rangka memperoleh dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat.  Karenanya politik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan  urusan kenegaraan,

 bagaimana  terbentuknya kekuasaan dan pelaksanaan kekuasaan itu oleh pemerintah untuk  mencapai  kesejahteraan rakyatnya. Dari pemahaman yang seperti ini, maka politik  dilaksanakan  karena adanya  kepentingan bersama  rakyat untuk mencapai kesejahteraan bersama dalam satu wilayah atau negara. Kenyataannya definisi ini tidak mudah dilaksanakan karena faktanya banyak terjadi penyimpangan mulai dari penggalangan suara untuk pembentukan kekuasaan (melalui partai) sampai kepada terbentuknya suatu sistem pemerintahan dan pelaksanaan  satu sistem pemerintahan.

Alkitab sebagai pedoman berpolitik:

Dalam memahami politik, umat Kristen percaya bahwa Alkitab haruslah menjadi landasannya. Sebagai Kitab Suci yang didalamnya memuat fakta sejarah Kerajaan Allah di dunia, Alkitab memiliki banyak catatan bagaimana umat Allah menghidupi dunia Pemerintahan. Bukan saja kebijaksanaan masyarakat biasa terhadap pemerintah yang sedang berkuasa, tetapi juga bagaimana sikap seorang raja atau pejabat pemerintah yang memerintah dengan takut akan Tuhan. 

Hal ini antara lain dapat dipelajari dari bagaimana kebijaksanaan politik Yusuf sebelum dan sesudah menjadi Perdana Menteri pada kerajaan Firaun di Mesir.  Bagaimana kebijaksanaan politik Raja Daud dan Raja Salomo  selama mereka menjadi raja dan penguasa yang memerintah Kerajaan Israel. Demikian juga bagaimana Sikap Daniel terhadap raja Nebukadnezar sebagai penguasa yang lalim.  Bagaimana tindakan  Yesaya, Yeremia dan  Amos dalam Perjanjian Lama, Rasul Petrus dan dan  Paulus memperingatkan  tentang  kehendak Allah kepada para penguasa.

Disegala zaman, Firman Allah tidak pernah berubah, tetap konsisten dan menegaskan kesucian dan kekudusan, kebenaran dan keadilan  Allah dimana segala kuasa dan pemerintahan ditujuklan untuk menyatakan kehadiran Allah yang memerintah alam semesta dengan adil dan benar. Dan sejak penciptaan,  Tuhan sudah memerintahkan agar manusia hidup memelihara dunia dan berkebudayaan dan Tuhan memberikan dan menetapkan raja-raja dan para penguasa dalam mengatur rakyatnya untuk mewujudkan kesejahteraan sebagai wujud kehadiran pemerintahan  Allah didalam dunia.

Oleh karena itu,  Alkitab menjelaskan bahwa Tuhanlah yang  memeberikan dan menetapkan


Setiap orang Kristen yang terlibat dalam kegiatan politik wajib

Lihat Politik Selengkapnya


Page 4

Pendahuluan :                       

Bagaimanakah tanggungjawab dalam bidang politik ? Apabila kepada orang Kristen ditanyakan,  apakah orang Kristen boleh berpolitik ? Maka mungkin banyak orang Kristen akan menjawab, “tidak boleh”.  Mengapa  demikian ? Karena banyak yang berkeyakinan bahwa dunia politik itu banyak  menyerempet-nyerempet dosa.  Apalagi sampai membawa-bawa politik masuk ke dalam gereja, akan sangat berbahaya karena  dapat mengancam keutuhan dan kesatuan umat.   Sementara itu bukankah, gereja dan orang  Kristen dituntut untuk  memberitakan Firman Allah ke seluruh dunia,  termasuk segala  sisi kehidupa

n termasuk  bidang politik.  Dunia politik sangat memerlukan Firman Tuhan, mengingat kekuasaaan politik lah yang melaksanakan pemerintahan dan kekuasaan  di dalam negara,  dimana orang Kristen dan gereja  juga berada. 

Pengertian politik :

Istilah “politik” dalam Yunani πολιτικός (politikos) yang berarti “dari, oleh, dan untuk warga negara”, “sipil”, “kenegaraan”. Istilah lainnya dalam bahasa Yunani adalah πολίτης (polites) yang berarti “warga” dan πόλις (polis) yang berarti “kota”. Kemudian istilah politic diserap oleh Bahasa Indonesia sehingga menjadi “politik”. Menurut teori klasik Aristoteles politik adalah usaha yang ditempuh oleh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Jadi politik berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara dalam rangka memperoleh dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat.  Karenanya politik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan  urusan kenegaraan,

 bagaimana  terbentuknya kekuasaan dan pelaksanaan kekuasaan itu oleh pemerintah untuk  mencapai  kesejahteraan rakyatnya. Dari pemahaman yang seperti ini, maka politik  dilaksanakan  karena adanya  kepentingan bersama  rakyat untuk mencapai kesejahteraan bersama dalam satu wilayah atau negara. Kenyataannya definisi ini tidak mudah dilaksanakan karena faktanya banyak terjadi penyimpangan mulai dari penggalangan suara untuk pembentukan kekuasaan (melalui partai) sampai kepada terbentuknya suatu sistem pemerintahan dan pelaksanaan  satu sistem pemerintahan.

Alkitab sebagai pedoman berpolitik:

Dalam memahami politik, umat Kristen percaya bahwa Alkitab haruslah menjadi landasannya. Sebagai Kitab Suci yang didalamnya memuat fakta sejarah Kerajaan Allah di dunia, Alkitab memiliki banyak catatan bagaimana umat Allah menghidupi dunia Pemerintahan. Bukan saja kebijaksanaan masyarakat biasa terhadap pemerintah yang sedang berkuasa, tetapi juga bagaimana sikap seorang raja atau pejabat pemerintah yang memerintah dengan takut akan Tuhan. 

Hal ini antara lain dapat dipelajari dari bagaimana kebijaksanaan politik Yusuf sebelum dan sesudah menjadi Perdana Menteri pada kerajaan Firaun di Mesir.  Bagaimana kebijaksanaan politik Raja Daud dan Raja Salomo  selama mereka menjadi raja dan penguasa yang memerintah Kerajaan Israel. Demikian juga bagaimana Sikap Daniel terhadap raja Nebukadnezar sebagai penguasa yang lalim.  Bagaimana tindakan  Yesaya, Yeremia dan  Amos dalam Perjanjian Lama, Rasul Petrus dan dan  Paulus memperingatkan  tentang  kehendak Allah kepada para penguasa.

Disegala zaman, Firman Allah tidak pernah berubah, tetap konsisten dan menegaskan kesucian dan kekudusan, kebenaran dan keadilan  Allah dimana segala kuasa dan pemerintahan ditujuklan untuk menyatakan kehadiran Allah yang memerintah alam semesta dengan adil dan benar. Dan sejak penciptaan,  Tuhan sudah memerintahkan agar manusia hidup memelihara dunia dan berkebudayaan dan Tuhan memberikan dan menetapkan raja-raja dan para penguasa dalam mengatur rakyatnya untuk mewujudkan kesejahteraan sebagai wujud kehadiran pemerintahan  Allah didalam dunia.

Oleh karena itu,  Alkitab menjelaskan bahwa Tuhanlah yang  memeberikan dan menetapkan


Setiap orang Kristen yang terlibat dalam kegiatan politik wajib

Lihat Politik Selengkapnya