Relief atau lukisan timbul perahu bercadik yang terdapat pada candi Borobudur adalah

di era digital banyak orang yang tidak memperdulikan orang di sekitarnya, bagaimana menurutmu tentang hal itu​

ada berapa ras/warna kulit di dunia​

contoh pesan dan kesan untuk Kaka OSIS ​

buatlah 5 soal mengenai lokasi relatif

buatlah 3 soal mengenai lokasi absolut!

sebutkan sumber daya alam yang langka minimal 5!​

contoh pesan dan kesan untuk Kaka OSIS ​

Untuk menciptakan ASEAN yang aman dan damai, negara-negara ASEAN menandatangani Perjanjian SEANWFZ (Southeast Asian Nuclear Weapon Free Zone) pada 15 … Desember 1997 di Bangkok, Thailand. Tujuan perjanjian ini adalah .... A. menciptakan ASEAN yang bebas dari narkoba B. menciptakan ASEAN yang bebas dari nuklir C. menciptakan ASEAN yang bebas dari pelanggara HAM D. menciptakan ASEAN yang demokrasi Alasan:. nesia HOTS (Highyg jawaban ku doain jerawat nya hilang​

Berikut ini adalah bentuk kerja sama ASEAN. 1. Pemerataan kesejahteraan sosial masyarakat 2. Mendirikan universitas ASEAN 3. Pembentukan Elang Malindo … 4. Membangun proyek industri bersama Kerja sama ASEAN dalam bidang sosial-budaya ditunjukkan oleh nomor .... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 2 dan 4 D. 3 dan 4​

Untuk menciptakan ASEAN yang aman dan damai, negara-negara ASEAN menandatangani Perjanjian SEANWFZ (Southeast Asian Nuclear Weapon Free Zone) pada 15 … Desember 1997 di Bangkok, Thailand. Tujuan perjanjian ini adalah .... A. menciptakan ASEAN yang bebas dari narkoba B. menciptakan ASEAN yang bebas dari nuklir C. menciptakan ASEAN yang bebas dari pelanggara HAM D. menciptakan ASEAN yang demokrasi Alasan:. nesia HOTS (High​

di era digital banyak orang yang tidak memperdulikan orang di sekitarnya, bagaimana menurutmu tentang hal itu​

ada berapa ras/warna kulit di dunia​

contoh pesan dan kesan untuk Kaka OSIS ​

buatlah 5 soal mengenai lokasi relatif

buatlah 3 soal mengenai lokasi absolut!

sebutkan sumber daya alam yang langka minimal 5!​

contoh pesan dan kesan untuk Kaka OSIS ​

Untuk menciptakan ASEAN yang aman dan damai, negara-negara ASEAN menandatangani Perjanjian SEANWFZ (Southeast Asian Nuclear Weapon Free Zone) pada 15 … Desember 1997 di Bangkok, Thailand. Tujuan perjanjian ini adalah .... A. menciptakan ASEAN yang bebas dari narkoba B. menciptakan ASEAN yang bebas dari nuklir C. menciptakan ASEAN yang bebas dari pelanggara HAM D. menciptakan ASEAN yang demokrasi Alasan:. nesia HOTS (Highyg jawaban ku doain jerawat nya hilang​

Berikut ini adalah bentuk kerja sama ASEAN. 1. Pemerataan kesejahteraan sosial masyarakat 2. Mendirikan universitas ASEAN 3. Pembentukan Elang Malindo … 4. Membangun proyek industri bersama Kerja sama ASEAN dalam bidang sosial-budaya ditunjukkan oleh nomor .... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 2 dan 4 D. 3 dan 4​

Untuk menciptakan ASEAN yang aman dan damai, negara-negara ASEAN menandatangani Perjanjian SEANWFZ (Southeast Asian Nuclear Weapon Free Zone) pada 15 … Desember 1997 di Bangkok, Thailand. Tujuan perjanjian ini adalah .... A. menciptakan ASEAN yang bebas dari narkoba B. menciptakan ASEAN yang bebas dari nuklir C. menciptakan ASEAN yang bebas dari pelanggara HAM D. menciptakan ASEAN yang demokrasi Alasan:. nesia HOTS (High​

Alat transportasi pada masa kuna sangat sederhana. Di sungai, danau atau laut digunakan perahu dalam berbagai ukuran dan model, terbuat dari bahan kayu bambu dan lain-lain, transportasi di darat digunakan gajah, onta, kuda, keledai, sapi dan kerbau, baik secara langsung ataupun dengan menarik kendaraan berupa kereta, gerobak atau sejenisnya. Di Candi Borobudur ada relief-relief perahu, anara lain berupa perahu cadik. Ini sangat menarik perhatian karena di tengah gambaran kehidupan agama Buddha dipahatkan pula perahu cadik, suatu jenis perahu rakyat yang menjadi alat perhubungan antar pulau di wilayah Nusantara pada masa silam. Pada masa lampau pernah terjadi migrasi, yaitu perpindahan penduduk dari satu negeri ke negeri lain. Orang India dan Cina datang ke Indonesia dengan berbagai maksud, umumnya untuk berdagang. Perjalanan mereka ke Indonesia menggunakan perahu, baik perahu India, perahu Cina, perahu Eropa ataupun perahu Asia Tenggara.

Perahu Cadik Borobudur

Konstruksi badan perahu cadik tidak berbeda dengan lainnya. Yang berbeda hanya cadik-nya, yaitu alat pengapung di kanan-kiri perahu yang fungsinya menjaga keseimbangan. Dengan tambahan cadik tersebut perahu tidak mudah tenggelam akibat hantaman gelombang laut. Keselamatan adalah tujuan utama pembuatan perahu. Karena ketangguhan perahu cadik maka jenis perahu ini banyak digunakan di zamannya. Di Candi Borobudur dipahatkan 11 gambar perahu [lihat Th. van Erp 1923]. Bentuk-bentuk perahu ini oleh van Erp dibagi menjadi tiga golongan: 1. Kano atau sampan sederhana yang dibuat dari sebatang kayu yang dilubangi; 2. Kano tersebut dengan tambahan dinding papan, tetapi tanpa cadik; 3. Sama dengan kano nomor 2, namun ditambah dengan cadik. Sementara itu van der Heide mengelompokkan perahu-perahu ini berdasarkan tiang layar dan cadiknya ke dalam lima golongan [lihat van der Heide 1927]. Mengenai perahu-perahu cadik itu dapat digambarkan demikian. Badannya dari kayu yang kuat dan di atas dinding dipasang pagar pengaman yang kokoh. Jika tidak ada angin maka perahu ini dikayuh lewat bawah pagar. Di anjungan dan buritan ada papan kayu besar seolah-olah sebagai lanjutan dari luas perahu. Perahu digerakkan dengan dua layar. Layar besar ditambatkan pada tiang utama, sedangkan layar kecil ditambatkan pada tiang ke dua yang letaknya dekat buritan. Cadik perahu dipasang pada masing-masing sisi perahu. Di candi Borobudur ditemukan lima relief perahu cadik, empat relief pertama dipahatkan pada dinding utama lorong pertama deretan bawah no. 53, 86, 88 dan 108. Satu relief lagi dipahatkan pada dinding utama lorong kedua deret bawah no. 41. Lima perahu cadik ini badannya serupa, tetapi tidak sama, demikian pula bentuk cadiknya. Pada relief no. 53 cadiknya berupa dua balok kayu yang diikat di tiga tempat dalam posisisejajar dengan badan perahu, lalu dua balok sejajar ini dirangkai dengan tiga balok yang keluar dari tiga tempat di badan perahu. Pada relief no. 86 cadiknya terdiri atas empat balok kayu; tiap dua balok diikat sendiri, lalu dua pasang ikatan balok ini dirangkai oleh tiga balok yang keluar dari badan perahu di tiga tempat. Pada relief no. 88 cadiknya juga terdiri atas empat balok kayu yang langsung dirangkai dengan balok yang keluar dari badan perahu di tiga tempat. Pada relief no. 88 cadiknya juga terdiri atas empat balok kayu yang langsung dirangkai dengan balok yang keluar dari badan perahu di tiga tempat. Pada relief no. 41 cadiknya terdiri atas tiga balok sejajar [dua balok yang disebelah luar berdekatan] yang langsung dirangkai dengan tiga balok yang keluar dari badan perahu di tiga tempat. Model cadik pada relief no. 41 ini sama dengan cadik pada relief no. 108. Kemudi, Perahu dan Awaknya Perahu yang tergolong besar tidak dapat dikemudikan dengan memegang dayung di samping perahu. Kemudian besar ditempatkan di buritan yang khusus untuk kemudi. Satu awak perahu bertugas memegang kemudi selama dilakukan pelayaran. Perahu-perahu cadik yang digambarkan pada relief lorong pertama tanpa atap: hanya relief no. 41 di lorong ke-dua digambarkan ada bagian yang diberi tutup yang mencakup sekitar seperempat bagian dari panjang perahu. Penumpang perahu tidak diketahui, tetapi jumlah awak perahu yang bekerja ditampakkan dalam relief. Pada relief no. 53 berawak enam orang: pada relief no. 86 berawak 17 orang, sedangkan pada relief no. 88 berawak 10 orang. Lucunya pada relief no. 88 ini seorang awaknya sedang buang air besar di luar buritan perahu sambil berpegangan pada balok kayu yang menjulur ke luar. Adapun awak perahu cadik no. 108 berawak sembilan orang. Ukuran panjang dan lebar perahu cadik tidak diketahui. Awak perahu yang tampak dalam relief tidak dapat dijadikan skala karena relief bukan gambar perspektif, melainkan gambar imajinatif. Perahu Nusantara Lain Di wilayah Nusantara dikenal berbagai macam bentuk perahu, antara lain perahu pinisi dari Bugis, perahu mayang dari Cirebon, perahu sampan dari Betawi, perahu jonggolan dari Semarang an Surabaya, perahu sekong dari Pasuruan dan perahu jukung dari Bali dan Lombok, Perahu sekong dan jukung juga dipasang cadik. Pada relief Borobudur juga dipahatkan perahu tanpa cadik, tetapi tidak dapat diidentifikasikan nama-namanya. Perahu biasa tersebut digambarkan pada balustrade lorong ke-empat deretan atas no. 54, pada balustrade lorong pertama deret no. 193 dan pada dinding utama lorong pertama deret bawah no. 108. Perahu-perahu ini digambarkan dengan satu layar saja. Perahu Sriwijaya Di kawasan Asia Tenggara sejak masa Sriwijaya di abad VII M sudah digunakan berbagai perahu. Prasasti Kedukan Bukit bertahun 605 Saka atau 683 M, yang ditemukan di tepi kota Palembang menyebutkan suatu ekspedisi kerajaan Sriwijaya yang dilakukan oleh Dapunta Hyang 200 orang menggunakan perahu dan lainnya berjalan kaki lewat jalan darat. Ada tiga tempat temuan perahu kuna, yaitu di Kolam Pinisi [1989]. Sungai Buah dari Samirejo [1988], semuanya dekat kota Palembang. Temuan preahu di situs Kolam Pinisi dan Samirejo dibuat dengan “teknik papan-ikat dan kupingan-pengikat”, dalam istilah asing disebut: “swen-plank and lashed-lug technique”, Teknik pembuatan perahu demikian berkembang di Asia Tenggara sehingga sering disebut: “teknik tradisi Asia Tenggara”. Sisa perahu di Samirejo disebut telah diperiksa di laboratorium dengan metode Carbon 14 dan menghasilkan keterangan bahwa sisa perahu tersebut berasal dari tahun 610-775 M. Keterangan prasasti Sriwijaya dan temuan artelak perahu di sekitar Palembang ini menunjukkan bahwa jauh sebelum perahu cadik Borobudur dipahatkan, telah banyak perahu lain dipergunakan sebagai sarana perhubungan di Asia Tenggara. Mungkin sekali masyarakat Kepulauan Riau yang disebut Orang Laut yang hidupnya di atas perahu, terus ikut berperan dalam mengembangkan armada laut bagi Kerjaan-kerajaan yang pernah tampil di Selat Malaka, termasuk kerajaan Sriwijaya.

Sumber:


Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1996. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara VII. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

KOMPAS.com - Candi Borobudur adalah candi Buddha terbesar di dunia yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Candi yang memiliki ketinggian 42 meter ini didirikan oleh Raja Wisnu dari Wangsa Syailendra pada 770 Masehi dan selesai pada 842 Masehi.

Bangunan yang sempat masuk dalam 7 keajaiban dunia ini ditemukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles pada 1814, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris di Jawa.

Sejak saat itu, Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran [perbaikan kembali].

Candi borobudur merupakan salah satu keajaiban dunia yang ternyata hasil akulturasi kebudayaan Buddha dengan kebudayaan asli Indonesia. Kebudayaan Indonesia tampak dari bentuk punden berundak-undak.

Candi ini berbentuk punden berundak yang terdiri dari sembilan teras bertumpuk, yang mencakup enam teras berbentuk bujur sangkar dan tiga pelataran berbentuk bundar.

Di atasnya terdapat stupa utama terbesar yang memahkotai monumen ini.

Stupa tersebut dikelilingi oleh tiga barisan 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca Buddha tengah duduk bersila.

Sementara pada bagian dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief yang indah.

Candi Borobudur dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah yang menuntun manusia dari nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.

Sampai saat ini, Borobudur masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan dan setiap tahunnya dijadikan tempat untuk memeringati Trisuci Waisak oleh umat Buddha dari seluruh penjuru dunia.

Baca juga: Candi Borobudur, Bangunan Indonesia asli yang Berupa Punden Berundak

Tingkatan Candi Borobudur

Bentuk dasar bangunan Candi Borobudur berupa punden berundak dengan tiga tingkatan yang melambangkan kosmologi Buddha Mahayana.

Tiga tingkatan tersebut adalah kamadhatu [kaki candi], rupadhatu [tubuh candi], dan arupadhatu [atas candi].

Kamadhatu

Tingkatan paling bawah pada Candi Borobudur disebut dengan kamadhatu, yang menggambarkan kehidupan manusia di dunia yang penuh keburukan, nafsu, dan bergelimang dosa.

Bagian ini sebagian besar tertutup tumpukan batu yang diduga digunakan untuk memperkuat konstruksi candi.

Rupadhatu

Rupadhatu atau bagian tengah melambangkan kehidupan manusia yang telah terbebas dari hawa nafsu, namun masih terikat dengan hal-hal bersifat duniawi.

Bagian ini terdiri dari empat undak teras berbentuk persegi yang dindingnya dihiasi relief.

Sedangkan pada pagar langkan terdapat sedikit perbedaan rancangan yang melambangkan peralihan dari kamadhatu menuju rupadhatu.

Baca juga: CIri Khas Candi Hindu dan Candi Buddha

Arupadhatu

Arupadhatu atau tingkatan atas melambangkan kehidupan religius dan spiritual tertinggi yang mengagungkan perdamaian penuh keselamatan jiwa.

Tingkatan ini menggambarkan kehidupan Sang Buddha yang telah mencapai kesempurnaan karena berani meninggalkan kehidupan dunia untuk mencapai pencerahan.

Oleh karena itu, dindingnya sama sekali tidak dihiasi relief.

Arupadhatu terdiri dari tiga tiga pelataran berbentuk bundar dan stupa paling atas yang besar.

Relief Candi Borobudur

Pada Candi Borobudur ditemukan relief-relief sangat indah yang menggambarkan kehidupan Sang Buddha Gautama.

Selain itu, terdapat relief yang menggambarkan suasana alam yang permai, perahu bercadik, bangunan tradisional nusantara, dan masih banyak lainnya.

Bahkan Borobudur diyakini memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia.

Relief-relief tersebut terdapat di hampir semua tingkatan dinding candi, kecuali pada arupadhatu.

Pahatan relief pada dinding Candi Borobudur termasuk kedalam jenis seni rupa murni, yang artinya tercipta untuk dinikmati keindahan dan keunikannya saja.

Baca juga: Tokoh di Balik Kemahsyuran Candi Borobudur

2.672 panel relief yang ada di Borobudur dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni panel naratif fan dekoratif.

Sebanyak 1.460 panel naratif tersusun dalam sebelas baris yang mengelilingi monumen dengan total panjang lebih dari 3.000 meter.

Sedangkan 1.212 panel dekoratif juga disusun dalam barisa, namun dianggap sebagai relief individu.

Relief-relief tersebut dibaca sesuai arah jarum jam, atau dalam bahasa Jawa Kuna disebut mapradaksina, yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya timur.

Oleh karena itu, pembacaan cerita-cerita relief ini dimulai dan berakhir di pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya.

Adapun susunan dan pembagian relief naratif pada Candi Borobudur adalah sebagai berikut:

Tingkat Posisi/letak Cerita Relief Jumlah Panel
Kaki candi asli Karmawibhangga 160 panel
Tingkat I dinding Lalitawistara 120 panel
jataka/awadana 120 panel
langkan jataka/awadana 372 panel
jataka/awadana 128 panel
Tingkat II dinding Gandawyuha 128 panel
langkan jataka/awadana 100 panel
Tingkat III dinding Gandawyuha 88 panel
langkan Gandawyuha 88 panel
Tingkat IV dinding Gandawyuha 84 panel
langkan Gandawyuha 72 panel
Total 1.460 panel

Baca juga: Candi Borobudur: Candi Terbesar di Dunia

Video yang berhubungan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA