Pengalaman apa saja yang dapat diperoleh siswa bila guru menggunakan metode eksperimen dalam pembelajarannya?

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Budi Utomo

Henny Dewi K

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar UKSW

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat penerapan metode pembelajaran eksperimen terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Tegalrejo 01.. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 5 SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga. Data penelitian diperoleh melalui observasi, dan tes. Data hasil observasi aktivitas guru dan siswa dianalisis dalam bentuk tabel. Data tes hasil belajar siswa dianalisis berdasarkan persentase ketuntasan belajar secara individu dan klasikal kemudian dijabarkan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan persentase hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II. Hasil belajar yang diperoleh siswa kelas 5 SD Negeri 3 Tegalrejo 01 mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa pada evaluasi mengacu pada kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan yaitu 70. Nilai rata-rata ketuntasan belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan sebesar 85% pada mata pelajaran IPA, dengan rincian pra siklus ketuntasan 51 % dari 20 siswa yang mencapai keberhasilan dengan rata-rata 68, siklus I menjadi 66,7% dari 26 siswa yang mencapai keberhasilan dengan rata-rata 73,4 dan menjadi 85% pada siklus II dari 33 siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata 80,07. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: metode eksperimen, pembelajaran IPA, Hasil Belajar.

PENDAHULUAN

Pembelajaran dalam suatu pendidikan khususnya disekolah-sekolah merupakan kegiatan inti dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Daryanto (2008: 58) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran yaitu tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan,keterampilan dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil belajar. Menurut Trianto (2007:102) IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya

IPA Dipandang sebagai cara mencari tahu tentang alam, untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Menurut Trianto (2007:102) IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Sehingga untuk menumbuhkan sikap ilmiah pada peserta didik diperlukan suatu pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk aktif.

Menurut Sri Sulistyorini (2007: 8) megatakan bahwa pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan..

Pada pelaksanaannya, pembelajaran IPA oleh guru masih menggunakan gaya mengajar konvensional, guru sebatas menerangkan materi yang ada dibuku, kemudian memberi contoh selain yang ada dalam buku selanjutnya memberikan soal evaluasi. Hal tersebut dapat menyebabkan siswa merasa bosan sehingga tidak memiliki motivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Disamping itu siswa juga tidak bearni untuk bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan

            Berdasarkan permasalahan tersebut untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga, diperlukan upaya untuk mengatasi dalam pembelajaran IPA, upaya untuk mengaktifkan siswa dengan penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran. Dalam penerapan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatannya itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru (Roestiyah 2012:80).

            Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan metode Eksperimen pada siswa kelas 5 SD Negeri Tegalrejo 01 Kota Salatiga.

KAJIAN PUSTAKA

Hakikat IPA

Menurut Trianto (2010:136). Ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntun sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala gejala alam untuk menemukan fakta fakta yang ada dialam. Dalam pengembangann IPA untuk mempelajari peristiwa peristiwa alam diperlukan pemikiran yang kritis, rasa tanggung jawab dan kerja sama yang baik,

Pembelajaran IPA

Menurut Sri Sulistyorini (2007: 8), mengatakan bahwa pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan. Jadi, pembelajaran IPA memberi kesempatan peserta didik untuk mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan pengetahuan , nilai-nilai dan pengalaman secara langsung.

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar akan menyebabkan perubahan yang sangatt mendasar bagi siswa

Suprijino (dalam Thobroni, 2015: 20) hasil belajar adalah pola,-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu. Perubahan tingkah laku siswa yang dapat diamati dan diukur ini akan terlihat pada saat evalusi, dimana siswa yang mengalami perubahan tingkah laku dari yang belum tahu menjadi tahu dan menunjukan pengembangan dan peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa yang dapat diamati dan diukur mencakup bisang kognitif, afektif dan psikomotor yang sanagat mendasar bagi siswa dimana siswa mengalami dari belum tahu menjadi tahu.

Metode Pembelajaran Eksperimen

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Djamarah (2010: 46 ).menjelaskan metode pembelajaran merupakan suatu cara yang dipergunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Wina Sanjaya (2010: 147) menyebutkan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau eksperimen. Sayiful Sagala (2005:220) berpendapat metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Menurut Djamarah (2010: 234) metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada peserta ddik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Metode eksperimen ini menekankan pada percobaan dan proses mengamati sehingga siswa berkesempatan langsung membangun dan menemukan sendiri fakta fakta yang terjadi dengan prinsip prosedur kerja yang sesuai.

Ramyulis (2005: 250) menyatakan langkah-langkah menggunakan metode eksperimen sebagai berikut: a) memberi penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam eksperimen. b) menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa dalam eksperimen. c) sebelum eksperimen dilaksanakan terlebih dahulu guru harus menetapkan: alat apa yang diperlukan, langkah-langkah apa yang harus ditempuh, hal-hal apa yang harus dicatat, variable-variabel mana yang harus dikontrol; d) setelah eksperimen guru harus menentukan apakah follow up atau tindak lanjut ekperimen tersebut contohnya: mengumpulkan laporan mengenai eksperimen tersebut, mengadakan Tanya jawab tentang proses, melaksanakan tes untuk menguji pengertian peserta didik.

Adapun kelebihan dan kekurangan metode eksperimen menurut Suyono dan Hariyanto (2015:128-129) Adapun kelebihan metode eksperimen diantaranya::a) Meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk mampu memecahkan masalah sendiri. b) Meningkatkan sikap skeptik siswa dan sikap ilmiah pada umumnya. c) Memudahkan siswa dalam memahami konsep ilmiah karena mengalami sendiri. d) Karena tidak setiap eksperimen akan berhasil, hal ini akan membiasakan siswa untuk belajar dari kegagalan sendiri, yang penting bukanlah putus asa tetapi justru bangkit untuk mencari jalan keluar yang lebih tepat dan lebih baik. e) Mengembangkan sikap teliti dan hati-hati serta tidak cepat mengambil simpulan.

Sedangkan kekurangan metode eksperimen sebagai berikut: a) Tidak setiap bidang studi memberikan keleluasaan penerapan metode eksperimen; b) Tidak semua guru mampu membimbing pelaksanaan metode eksperimen; c) Pada level sekolah yang lebih tinggi memerlukan penguasaan pembelajaran terhadap ilmu statistika; d) Tidak semua bahan dan alat yang diperlukan oleh siswa mudah tersedia, baik itu disekolah maupun dimasyarakat. e) Kadang-kadang terjadi pemelajar yang gagal dalam eksperimen.

Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng, (2003: 82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut: 1) Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. 2) Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. 3) Hipotesis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatan. 4) Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dan dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. 5) Aplikasi konsep setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. 6) Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahanan konsep dapat diketahui apabila siswa mampuh mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh dan menerapkan konsep yang terkait dengan pokok bahasan

Berdasarkan uraian diatas metode eksperimen adalah cara mengajar siswa dimana siswa terlibat langsung dalam suatu masalah dari percobaan, proses sampai menuliskan hasil percobaan dalam sprosedur kerja yang sesuai dengan metode ilmiah. Dalam pembelajaran dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya.

METODE

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dalam penelitian, peneliti akan berkolaborasi dengan guru kelas 5 SD Negeri Tegalrejo 01 Kota Salatiga dengan menerapkan metode Eksperimen dalam mata pelajaran IPA dengan pokok bahasan sifat-sifat cahaya. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan observasi di kelas 5 SD Negeri Tegalrejo 01 untuk menemukan masalah yang terjadi di kelas 5 saat pembelajaran IPA. Setelah permasalahan ditemukan, langkah selanjutnya peneliti berdiskusi dengan guru kelas 5 untuk penerapan metode eksperimen pada pembelajaran IPA. Kemudian merancang langkah-langkah yang akan diterapkan pada pembelajaran.

Subjek dan Setting penelitian

Penelitian ini mengambil subyek siswa kelas 5 SD Negeri Tegalrejo 01 semester II tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan yanng berasal dari latar belakang berbeda-beda, baik dari segi ekonomi, sosial, agama dan lainnya..

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Tegalrejo 01 Kota Salatiga dalam mata pelajaran IPA setelah memperoleh tindakan adalah: 1) Tes, 2) Observasi.

Hasil dan Pembahasan

Kondisi awal

Berdasarkan data kondisi awal penelitian ini, yang diperoleh dari wawancara terhadap guru kelas V SD Negeri Tegalrejo 01 Kota Salatiga, yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan kritera ketuntasan minimal (KKM) adalah 70. Dari 39 siswa ketuntasan hanya mencapai 49% atau sebanyak 19 siswa, sementara siswa yang tidak tuntas mencapai 51% atau 20 siswa dengan rata- rata kelas 68. Nilai tertinggi 93 dan terendah 46.

Kondisi ini disebabkan pembelajaran IPA oleh guru masih menggunakan gaya mengajar konvensional, guru sebatas menerangkan materi yang ada dibuku, kemudian memberi contoh selain yang ada dalam buku selanjutnya memberikan soal evaluasi. Hal tersebut dapat menyebabkan siswa merasa bosan sehingga tidak memiliki motivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Disamping itu siswa juga tidak bearni untuk bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan

Silus I

Hasil Belajar

            Setelah dilakukan pembelajaran selama 2 kali pertemuan, pada akhir siklus I dilakukan evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dengan tes tertulis dalam bentuk soal soal pilihan ganda mata pelajaran IPA. Data hasil belajar IPA diperoleh hasil sebagai berikut: dari 39 siswa yang belum tuntas sebanyak 13 siswa ( 33,3%) dan yang tuntas sebanyak 26 siswa (66,7%) dengan nilai terendah adalah 40 dan nilai tertinggi 100 dan rata-rata 73,4.

Siklus II

Hasil Belajar

Setelah dilakukan pembelajaran selama 2 kali pertemuan, pada akhir siklus II dilakukan tes tertulis dalam bentuk soal soal pilihan ganda mata pelajaran IPA. Data hasil belajar IPA diperoleh hasil sebagai berikut: dari 39 siswa yang belum tuntas sebanyak 6 siswa ( 15%) dan yang tuntas sebanyak 33 siswa (85%) dengan nilai terendah adalah 50 dan nilai tertinggi 100 dan rata-rata 80,07.

Komparasi Hasil penelitian

            Perbandingan hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I, siklus II yang dilakukan pada akhir diperoleh data sebagai berikut:

No

Hasil Belajar IPA

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

1.

Nilai Tertinggi

93

100

100

2.

Nilai Terendah

46

46

50

3.

Nilai Rata-rata

68

73,4

80,07

4.

Ketuntasan Hasil Belajar

49%

66,7%

85%

            Dari tabel diatas dapat dilihat dari kondisi pra siklus nilai rata-rata 68, pada siklus I rata-rata 73,4 dan pada siklus II rata-rata 80,07. Ketuntasan hasil belajar pada pra siklus 49%, pada siklus I 66,7% dan pada siklus II 85%. Hal ini menunjukan ada peningkatan ketuntasan hasil belajar pada siklus I dari 49% menjadi 66,7% meningkat 17,7%. Sedangkan pada siklus II ada peningkatan ketuntasan hasil belajar 18,3% yakni pada siklus I 66,7% menjadi 85%. Dengan demikian penerapan metode eksperimen pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajaran siswa 59% dari pra siklus menjadi 85% pada siklus II.

Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas 5 SD Negeri Tegalrejo 01, diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah. Hal ini berdasarkan hasil ulangan tengah semster genap, 20 siswa dari 39 siswa dengan persentase 51% mendapatkan nilai dibawah nilai KKM. Selain persentase ketidaktuntasan yang lebih dari 50%, pemerolehan nilai dikelas 5 juga masih rendah, meskipun nilai tertinggi mencapai 93 namun nilai terendah hanya 46. Hal ini membuktikan bahwa dalam pembelajaran terdapat beberapa kekurangan yang membuat pembelajaran kurang menarik bagi siswa, siswa kurang fokus dalam pembelajaran yang membuat siswa cepat bosan sehingga berdampak pada hasil belajarnya yang masih rendah.

Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan dalam mengajar IPA guru masih menggunakan gaya mengajar konvensional, guru sebatas menerangkan materi yang ada dibuku, kemudian memberi contoh selain yang ada dalam buku selanjutnya memberikan soal evaluasi. Sehingga banyak siswa yang sibuk dengan kegitannya sendiri, seperti bermain alat tulis, menghadap kebelakang, atau bahkan berbicara dengan teman lainnya.

Sedangkan seharusnya pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) harus dapat menciptakan kondisi yang dapat membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa tidak hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru, melaikan harus terlibat aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu dalam pembelajaran IPA diperlukan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa senang sehingga siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran

Penerapan metode eksperimen pada pembelajaran mempunyai dampak pada kondisi kelas dan siswa. perubahan kondisi siswa dapat dilihat dari keaktifan siswa, mulai aktif bertanya, aktif dalam menemukan hal yang didapatnya saat melakukan percobaan sehingga suasan pembelajaran menjadi lebih kondusif dan menyenangkan bagi siswa. Pada siklus I rerata 73,4 dengan presentase 66,7%. Hasil ini belum sesuai dengan indikator keberhasilan. Pada siklus II hasil belajar siswa rerata 80,07 dengan presentase 85%.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Teagrejo 01 Kota Salatiga semester II tahun pelajaran 2016/2017 Hal ini terlihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa pada tahap pra siklus, siklus I dan siklus II yang mengalami peningkatan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Oleh karena itu penulis menyarankan: 1) pihak sekolah diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan atau contoh bagi sekolah agar dapat menerapakan pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menarik. Sehingga, kedepan guru dapat menerpakan pembelajaran dengan menggunkan pendekatan yang kreatif, inovatif dan menarik. 2) kepada para guru dapat dijadikan referensi bagi guru dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan karakteristik siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Palendeng. 2003. Strategi Pembelajaran Aktif. Jakarta: Rineka Cipta.

Ramayulis. 2005. MetodologiPendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Sagala, Syaiful. 2005.. Konsep dan makna Pembelajaran Bandung: Alvabeta Sanjaya. Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sulistyorini, Sri. 2007. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Semarang: Tiara Wacana

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suyono dan Hariyanto, 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Thobroni. (2015). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

Trianto, 2011, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi Dan Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Bumi Aksara.