Mengapa sukuk lebih menguntungkan daripada surat berharga negara

Beberapa investasi surat berharga negara seperti ORI, sukuk tabungan, juga sukuk ritel, saat ini makin banyak diburu para investor. 

Dengan risiko minim dan imbal hasilnya yang lebih tinggi dibanding deposito, juga tingkat keamanannya yang dijamin penuh oleh negara membuat banyak orang yang mempercayakan dananya untuk disimpan pada instrumen investasi tersebut. 

Untuk lebih mengenal ketiga investasi surat negara, berikut penjelasan seputar investasi ORI, sukuk tabungan, dan sukuk ritel bisa dijadikan pilihan investasi untuk kebutuhan masa depan. 

Kalau deposito menurut kamu imbal hasilnya masih belum terlalu tinggi, mungkin kamu bisa mencoba berinvestasi dengan instrumen ORI yaitu Obligasi Negara Ritel atau Obligasi Ritel Indonesia. Biasanya investasi ORI memiliki jangka waktu sekitar tiga hingga empat tahun dan memiliki bunga yang lebih tinggi dari deposito. 

Pada dasarnya, ORI adalah surat utang yang bisa memberikan penghasilan pada pada pemegangnya. Surat ini berupa pernyataan yang diberikan oleh pihak penerbit surat kepada pemegang surat dan berfungsi sebagai jaminan atas pembayaran utang kepada pemegang surat bila sudah jatuh tempo.

Tapi berinvestasi di ORI tidak sefleksibel investasi saham yang bisa beli dan jual saham kapan saja. Kalau ingin membeli ORI langsung dari pemerintah, kamu harus menunggu jadwal penerbitan ORI yang resmi dari pemerintah. Saat ada penawaran kamu juga harus langsung membelinya saat itu juga tanpa ditunda-tunda.  

Nah, kalau kamu termasuk orang yang suka dengan investasi aman namun mendatangkan keuntungan yang lumayan menggiurkan, investasi ORI layak kamu pertimbangkan. Untuk memulai investasi ORI, para investor bisa membelinya dengan modal awal Rp 1 juta. 

Sukuk Ritel Salah Satu Investasi Syariah  

Sepintas, sukuk ritel atau sukri mirip dengan konsep dari ORI. Bedanya, sukuk ritel menganut prinsip syariah. Jadi secara umum, sukuk ritel diartikan sebagai surat berharga berbasis syariah yang diterbitkan oleh negara dan dijual kepada individu Warga Negara Indonesia. Karena berbasis syariah, maka semua kebijakan dan ketentuan yang dibuat di dalamnya diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah. 

Sukuk ritel juga memberikan imbalan kepada investornya dengan jumlah tetap yang dibayarkan tiap bulan. Besarannya pun cukup menguntungkan, yaitu sekitar 8% per tahun, jauh lebih besar dari investasi deposito. Dengan besarnya imbalan dan modal investasi yang terjangkau, Sukuk ritel ini nggak hanya diminati investor senior tapi juga para milenial yang baru mulai berinvestasi. Untuk modal awal, instrumen sukuk ritel ini biasanya ditawarkan dengan harga Rp 5 juta. Tertarik untuk investasi? 

Sukuk Tabungan buat yang bermodal pas-pasan

Kalau modal kamu terbatas, bisa beralih ke sukuk tabungan. Secara prinsip, sukuk tabungan ini mirip dengan deposito namun bisa memberikan keuntungan lebih banyak. Jangka waktunya pun cukup singkat yaitu hanua 2 tahun saja. Dan karena Sukuk Tabungan memang dirancang untuk masyarakat yang punya modal terbatas, maka nilai pemesanannya juga terjangkau, yaitu mulai dari Rp1 juta per orang selama masa penawaran.  

Nah, sudah nggak ragu lagi kan untuk berinvestasi. Kamu juga nggak perlu khawatir terjadi resiko dan kehilangan uang karena investasi Sukuk juga dijamin pemerintah. Ini sudah diatur sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).  

Dengan melihat beberapa pilihan instrumen investasi di atas, kamu pun bisa menyesuaikannya dengan kebutuhan dan tujuan finansial.

Kita sering mendengar mengenai istilah APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Setiap tahunnya, jumlah belanja tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan.

Pada 2019, misalnya, defisit anggaran tersebut mencapai Rp353 triliun. Dari mana pemerintah mendapatkan dana untuk menutup defisit anggaran tersebut? Salah satunya adalah penerbitan Surat Berharga Negara (SBN).

Dengan penerbitan SBN, pemerintah “meminjam” dana dari para investor yang akan digunakan untuk kebutuhan APBN. Sebaliknya, investor akan mendapatkan keuntungan yang disebut sebagai kupon (bunga) dari penempatan dana di SBN tersebut.

Tidak hanya investor skala besar yang dapat memiliki SBN, investor skala kecil dengan modal minimal Rp1 juta juga dapat terlibat dalam kegiatan investasi ini.

SBN terdiri dari berbagai jenis. Sebelum mengenal lebih jauh mengenai jenis-jenis SBN tersebut, kita kenali dulu mengenai surat berharga atau yang juga dikenal dengan istilah obligasi atau surat utang.

Obligasi

Secara umum, obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan. Secara khusus, SBN adalah surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.

Dalam penerbitan SBN tersebut, pemerintah sebagai penerbit menjamin pembayaran keuntungan (kupon) secara berkala dan pengembalian nilai pokok investasi pada saat jatuh tempo.

SBN terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Berdasarkan Undang-undang No.24 Tahun 2002 tentang SUN, SUN terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi Negara (ON).

SPN adalah surat berharga yang memiliki jangka waktu (tenor) selama 12 bulan dengan pembayaran bunga (kupon) secara diskonto. Sementara itu, ON memiliki jangka waktu yang lebih lama dari SPN yaitu lebih dari 12 bulan dengan pembayaran kupon secara diskonto.

Sementara itu, SBN memiliki versi syariah yaitu SBSN. SBSN memiliki beberapa jenis mulai dari SBSN Ijarah sampai Istishna’. Dalam istilah yang lebih populer, SBSN dikenal dengan istilah sukuk.

Jenis-jenis Surat Berharga Negara

JenisSurat Utang NegaraSurat Berharga Syariah Negara
Kategori Dapat diperdagangkan Tidak dapat diperdagangkan Dapat diperdagangkan Tidak dapat diperdagangkan
Contoh Obligasi Negara Ritel (ORI), seri FR (dalam Rupiah), seri INDON (non-Rupiah) Savings Bond Ritel (SBR) Sukuk Ritel
(SR), Seri IFR
Sukuk Tabungan
(ST), Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI)

Secara umum, obligasi memiliki sejumlah skema pembayaran kupon seperti fixed rate (bunga tetap) dan floating rate (bunga mengambang). Sesuai namanya, fixed rate berarti besaran kupon tetap atau tidak berubah hingga jatuh tempo.

Sementara itu, floating rate berarti besaran kupon dapat berubah menyesuaikan dengan perubahan suku bunga dalam kurun waktu tertentu. Pembayaran kupon dapat dilakukan satu bulan sekali hingga enam bulan sekali tergantung dari jenis obligasi tersebut. 

Sebagai instrumen investasi, obligasi dapat diperjualbelikan di sebuah market yang bernama pasar sekunder. Berikut ini sejumlah jenis obligasi yang dapat diperjualbelikan di pasar sekunder:

Obligasi Seri FR

Obligasi FR (fixed rate) adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh pemerintah. Setiap obligasi FR yang diterbitkan oleh pemerintah memiliki kode "FR" diikuti dengan digit angka, misalnya, FR0053 atau FR0074.

Sesuai namanya, obligasi FR menawarkan kupon tetap (fixed) kepada investor sampai jatuh tempo. Besaran kupon tersebut tergantung dari jangka waktu obligasi FR yang diterbitkan oleh pemerintah.

Pembayaran kupon obligasi FR dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali. Kupon tersebut dikenakan pajak sebesar 15%. Selain kupon, investor memiliki potensi mendapatkan keuntungan dari capital gain di pasar sekunder apabila harga jual obligasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan harga beli.

Obligasi Seri INDON

Berbeda dari obligasi FR, obligasi INDON adalah surat berharga dalam mata uang valuta asing yang diterbitkan oleh pemerintah dimana pembayaran bunga dan nilai pokoknya dijamin oleh undang-undang.

Obligasi seri INDON menawarkan kupon tetap (fixed) kepada investor sampai jatuh tempo. Besaran kupon tersebut tergantung dari jangka waktu obligasi INDON yang diterbitkan oleh pemerintah.

Pembayaran kupon obligasi FR dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali serta kupon tersebut dikenakan pajak sebesar 15%. Selain kupon, investor memiliki potensi mendapatkan keuntungan dari capital gain dari proses penjualan obligasi di pasar sekunder.

ORI

ORI (Obligasi Negara Ritel) adalah surat berharga yang diterbitkan secara khusus oleh pemerintah untuk investor ritel. ORI adalah instrumen investasi yang dapat diperjualbelikan di pasar sekunder.

ORI menawarkan pengembalian tetap (fixed rate) kepada investor. Dengan kata lain, tingkat kupon tidak akan berubah sampai jatuh tempo. Sistem ini berbeda dengan jenis SBN ritel lainnya yaitu Savings Bond Ritel (SBR) yang memiliki skema floating rate.

Sampai semester I/2020, pemerintah telah menerbitkan 17 seri ORI dengan jumlah kupon yang bervariasi. Pada umumnya, ORI memiliki jangka waktu 3 tahun dan dapat dibeli di dengan nilai minimal Rp1 juta dan maksimal Rp3 miliar. Pembayaran kupon ORI dilakukan setiap bulan.

Sukuk Ritel

SR (Sukuk Ritel) adalah surat berharga syariah yang diterbitkan secara khusus oleh pemerintah untuk ritel. SR adalah instrumen investasi yang dapat diperjualbelikan di pasar sekunder.

SR merupakan produk investasi syariah yang pembayaran uang pokok dan imbalannya dijamin oleh negara berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.

Salah satu perbedaan antara SR dan ORI adalah penggunaan akad ijarah. Sukuk Ritel menggunakan akad dan dikelola berdasarkan prinsip syariah, tidak mengandung unsur riba (usury), maysir (judi) dan gharar (ketidakjelasan).

Keuntungan dari berinvestasi di SR disebut dengan imbalan. Tingkat imbalan tersebut tetap hingga jatuh tempo. Pembayaran imbalan kepada investor sukuk dilakukan oleh pemerintah setiap bulan.

Imbalan tetap tersebut membedakan SR dengan SBSN ritel lainnya yaitu Sukuk Tabungan (ST) yang menggunakan konsep imbalan mengambang yang menyesuaikan tingkat suku bunga acuan.


Darimana keuntungan sukuk?

Keuntungan atau imbal hasil yang diberikan sukuk ialah berupa uang sewa (ujrah) dengan persentase tertentu sesuai dengan prinsip syariah Islam yang tidak mengandung unsur riba.

Apakah sukuk termasuk surat berharga?

Sukuk negara atau dikenal juga dengan nama Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) adalah Surat Berharga Negara yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Keuangan berdasarkan prinsip syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan suatu aset.

Apa yang membedakan antara obligasi dengan sukuk?

Obligasi sendiri berisi janji dari pihak penerbit untuk membayar bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang ditentukan. Sedangkan sukuk adalah obligasi yang halal berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan diperdagangkan di pasar modal.

Apa kelebihan sukuk dibanding obligasi konvensional?

Tiga hal yang mendasar mengapa sukuk lebih baik dibanding obligasi konvensional:.
Risiko gagal bayar sangat kecil, sehingga jelas investasinya lebih menguntungkan. ... .
Dari segi keuntungan pun jauh lebih tinggi, karena bunga deposito bisa saja fluktuatif (fluktuatif)..