Mengapa orang Kristen harus meneladani karakter dari Tuhan Yesus

You're Reading a Free Preview
Page 4 is not shown in this preview.

Bab 24: Mengikuti Teladan Yesus Kristus

Bab 24

“Kita hendaknya di setiap kesempatan bertanya kepada diri kita sendiri, ‘Apa yang akan Yesus lakukan?’ dan kemudian menjadi lebih berani menindaki jawabannya.”

Presiden Thomas S. Monson, yang melayani sebagai penasihat kedua untuk Presiden Hunter, mengatakan bahwa dia “hidup sesuai dengan yang dia ajarkan, berdasarkan pola Juruselamat yang dia layani.”1

Seorang teman dekat mengamati bahwa “sifat-sifat yang dicontohkan oleh Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, ditunjukkan dengan indahnya dalam kehidupan Presiden Hunter yang luar biasa dan tak mementingkan diri. Seluruh umat manusia adalah temannya.”2

Seorang rekan lainnya yang bekerja erat dengan Presiden Hunter selama lebih dari tiga puluh tahun berkata, “[Dia] secara naluri tahu jalan yang akan dia ikuti. Jalan itu adalah meniru karakter Juruselamatnya, Yesus Kristus.”3

Sepanjang pelayanannya, Presiden Hunter dengan penuh kasih mendorong anggota Gereja untuk mengikuti teladan Juruselamat. Dalam pernyataan pertamanya sebagai Presiden Gereja, dia berkata:

“Saya ingin mengajak semua anggota Gereja untuk hidup dengan perhatian yang lebih besar pada kehidupan dan teladan Tuhan Yesus Kristus, khususnya kasih dan pengharapan serta rasa iba yang Dia tunjukkan.

Saya berdoa agar kita dapat memperlakukan satu sama lain dengan lebih banyak kebaikan hati, lebih banyak sopan santun, lebih banyak kerendahan hati dan kesabaran serta pengampunan. Kita memang memiliki pengharapan yang tinggi terhadap satu sama lain, dan semua orang dapat memperbaiki diri. Dunia kita berseru untuk menjalankan perintah-perintah Allah dengan lebih disiplin. Tetapi cara kita mendorong itu, seperti yang Tuhan perintahkan kepada Nabi Joseph di sel tahanan yang dingin di Penjara Liberty, adalah ‘dengan bujukan, dengan kepanjangsabaran, dengan kelemahlembutan dan kelembutan hati, dan dengan kasih yang tidak dibuat-buat; … tanpa kemunafikan, dan tanpa tipu daya’ (A&P 121:41–42).”4

“Jika kita ingin mengikuti teladan Kristus dan berjalan di jejak-Nya, kita harus berupaya untuk melakukan hal-hal yang sama mengikuti pola yang telah Dia berikan.”

1

Yesus Kristus memberikan teladan sempurna bagi kita.

Menjadi terang adalah menjadi teladan—orang yang memberikan contoh dan merupakan model untuk orang lain ikuti .… [Kita telah membuat perjanjian] untuk mengikuti Kristus, teladan luar biasa itu. Kita memiliki tanggung jawab untuk belajari dari-Nya, apa yang Dia ajarkan dan apa yang Dia lakukan selama pelayanan-Nya di bumi. Setelah mempelajari pelajaran-pelajaran ini, kita diperintahkan untuk mengikuti teladan-Nya, dan ini adalah beberapa teladan yang Dia berikan bagi kita:

1. Kristus patuh dan gagah berani di kehidupan prafana, sehingga memperoleh hak istimewa untuk datang ke dalam kefanaan dan menerima tubuh berupa daging dan tulang.

2. Dia dibaptis agar pintu menuju kerajaan selestial akan dibukakan.

3. Dia memegang imamat dan menerima semua tata cara Injil yang menyelamatkan dan mempermuliakan.

4. Yesus melayani selama kira-kira tiga tahun dalam sebuah pelayanan mengajarkan Injil, memberikan kesaksian tentang kebenaran, dan mengajarkan kepada manusia apa yang harus mereka lakukan untuk menemukan sukacita dan kebahagiaan dalam kehidupan ini serta kemuliaan kekal di dunia yang akan datang.

5. Dia melaksanakan tata cara termasuk pemberkatan anak, pembaptisan, pemberkatan orang sakit, dan penahbisan pada imamat.

6. Dia melakukan mukjizat-mukjizat. Atas perintah-Nya yang buta diberikan penglihatan, yang tuli mendengar, yang lumpuh melompat, dan yang mati kembali hidup.

7. Selaras dengan pikiran dan kehendak Bapa, Yesus menjalankan kehidupan yang sempurna tanpa dosa dan memperoleh semua sifat ke-Allah-an.

8. Dia mengatasi dunia; yaitu, dia mengekang setiap nafsu dan telah bangkit melampaui kondisi badani dan hawa nafsu sehingga Dia hidup dan berjalan sebagaimana dibimbing oleh Roh.

9. Dia mendatangkan Pendamaian, dengan demikian menebus manusia dari kematian [rohani dan jasmani] yang disebabkan oleh kejatuhan Adam.

10. Sekarang, dibangkitkan dan dimuliakan, Dia telah memperoleh segala kuasa di surga dan di bumi, telah menerima kegenapan dan adalah satu dengan Bapa.

Jika kita ingin mengikuti teladan Kristus dan berjalan di jejak-Nya, kita harus berupaya melakukan hal-hal yang sama mengikuti pola yang telah Dia berikan.”5

Adalah penting untuk mengingat bahwa Yesus mampu berbuat dosa, bahwa Dia dapat menyerah pada godaan, bahwa rencana kehidupan dan keselamatan dapat digagalkan, tetapi Dia tetap setia. Seandainya tidak terdapat kemungkinan Dia menyerah pada bujukan Setan, akibatnya adalah tidak akan ada ujian yang sesungguhnya, tidak ada kemenangan yang murni sebagai hasilnya. Seandainya Dia dilucuti dari kemampuan untuk berdosa, Dia dilucuti dari hak pilihan-Nya. Justru Dialah yang telah datang untuk mengamankan dan memastikan hak pilihan manusia. Dia harus mempertahankan kesanggupan dan kemampuan untuk berdosa seandainya Dia ingin melakukannya.6

Hingga di akhir kehidupan fana-Nya Yesus menunjukkan keluhuran roh-Nya dan besarnya kekuatan-Nya. Bahkan pada menjelang akhir hidup-Nya, Dia tidak secara mementingkan diri memikirkan kesedihannya sendiri atau merenungkan rasa sakit yang segera datang. Dia dengan bersemangat mengurus kebutuhan saat ini dan masa depan dari para pengikut terkasih-Nya. Dia mengetahui keselamatan mereka masing-masing, secara individu dan sebagai gereja, bergantung hanya pada kasih mereka yang tanpa syarat terhadap satu sama lain. Seluruh energi-Nya tampaknya telah diarahkan pada kebutuhan mereka, sehingga mengajarkan melalui teladan apa yang Dia ajarkan melalui ajaran. Dia memberi mereka kata-kata penghiburan dan perintah serta peringatan.7

Selama pelayanan fana-Nya di antara pengikut-Nya di Tanah Suci maupun dalam pelayanan pascafana-Nya di antara domba-Nya yang tercerai-berai di Belahan Bumi Sebelah Barat, Tuhan menunjukkan kasih dan kepedulian-Nya bagi individu.

Di antara kerumunan banyak orang, Dia merasakan sentuhan tunggal seorang wanita yang meminta bantuan untuk penyakit yang telah dia derita selama kira-kira dua belas tahun (lihat Lukas 8:43–48). Pada kesempatan lain, Dia memandang melampaui prasangka sempit seperti orang banyak yang mengutuk dan dosa perempuan itu yang berdiri tertuduh. Barangkali merasakan kesediaan perempuan itu untuk bertobat, Kristus memilih untuk melihat nilai individunya dan meminta dia untuk tidak berbuat dosa lagi (lihat Yohanes 8:1–11). Pada kesempatan lain, “Dia mengambil anak-anak kecil mereka, satu demi satu, dan memberkati mereka, dan berdoa kepada Bapa untuk mereka.” (3 Nefi 17:21; cetak miring ditambahkan).

Sewaktu pengadilan di Getsemani dan Kalvari semakin dekat, dengan banyak yang membebani benak-Nya, Juruselamat menyempatkan waktu untuk mencermati seorang janda yang memasukkan uang dua pesernya (lihat Markus 12:41–44). Dengan cara serupa, pandangan-Nya tertuju pada Zakheus yang berperawakan kecil yang, karena tidak dapat melihat karena banyaknya orang yang berkerumun di sekeliling Juruselamat, telah memanjat pohon ara agar dapat melihat Putra Allah (lihat Lukas 19:1–5). Sementara bergantung dalam keperihan di atas kayu salib, Dia mengabaikan penderitaan-Nya sendiri dan memberikan perhatian kepada perempuan yang sedang menangis yang telah memberi Dia kehidupan (lihat Yohanes 19:25–27).

Betapa teladan yang menakjubkan untuk kita ikuti! Bahkan di tengah dukacita dan rasa sakit pribadi yang luar biasa, Sang Teladan kita mengulurkan tangan untuk memberkati orang lain .… Kehidupan-Nya bukanlah kehidupan yang berfokus pada apa yang tidak Dia miliki. Itu adalah kehidupan yang mengulurkan tangan dalam pelayanan kepada orang lain.8

2

Marilah kita mengikuti Putra Allah dalam segala jalan dan cara hidup.

Salah satu pertanyaan paling penting yang pernah diajukan kepada manusia fana diajukan oleh Putra Allah sendiri, Juruselamat dunia. Kepada sekelompok murid di Dunia Baru, sekelompok orang yang bersemangat untuk diajar oleh-Nya dan bahkan lebih bersemangat lagi karena Dia akan segera meninggalkan mereka, Dia bertanya, “Orang macam apakah seharusnya kamu adanya?” Kemudian pada saat yang sama Dia memberikan jawaban ini: “Bahkan seperti Aku” (3 Nefi 27:27).

Dunia penuh dengan orang yang bersedia memberi tahu kita, “Lakukan seperti yang saya katakan.” Pastinya kita tidak kekurangan pemberi nasihat tentang setiap topik. Tetapi kita memiliki begitu sedikit orang yang siap mengatakan, “Lakukan seperti yang saya lakukan.” Dan, tentu saja, hanya Satu orang dalam sejarah manusia yang dapat secara sah dan pantas membuat pernyataan itu. Sejarah memberikan banyak contoh pria dan wanita yang baik, tetapi bahkan manusia fana terbaik sekalipun memiliki kelemahannya. Tak seorang pun dapat melayani sebagai teladan yang sempurna ataupun sebagai pola yang tanpa cela untuk diikuti, betapapun mereka mungkin berniat baik.

Hanya Kristus dapat menjadi teladan kita, “bintang timur [kita] yang gilang-gemilang” (Wahyu 22:16). Hanya Dia yang dapat mengatakan tanpa keraguan apa pun, “Ikutlah Aku, belajarlah pada-Ku, [dan] lakukanlah hal-hal yang telah kamu lihat Aku lakukan. Minumlah dari air-Ku dan makanlah dari roti-Ku. Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Aku adalah hukum dan terang. Lihatlah kepada-Ku dan engkau akan hidup. Kamu harus saling mengasihi seperti Aku telah mengasihi kamu” (lihat Matius 11:29; 16:24; Yohanes 4:13–14; 6:35, 51; 7:37; 13:34; 14:6; 3 Nefi 15:9; 27:21).

Wah, betapa itu panggilan yang jelas dan bergaung! Betapa itu merupakan kepastian dan teladan di zaman ketidakpastian dan ketiadaan teladan.

.… Betapa kita hendaknya bersyukur bahwa Allah telah mengutus Putra Tunggal-Nya ke bumi … untuk memberikan teladan sempurna tentang kehidupan yang benar, tentang kebaikan hati dan belas kasihan serta rasa iba, agar seluruh umat manusia dapat mengetahui caranya hidup, mengetahui caranya memperbaiki diri, dan mengetahui caranya menjadi lebih seperti Allah.

Marilah kita mengikuti Putra Allah dalam segala jalan dan dalam segala cara hidup. Marilah kita menjadikan Dia teladan kita dan penuntun kita. Kita hendaknya di setiap kesempatan bertanya kepada diri kita sendiri, “Apa yang akan Yesus lakukan?” dan kemudian menjadi lebih berani untuk menindaki jawabannya. Kita harus mengikuti Kristus, dalam arti terbaik dari kata tersebut. Kita harus melakukan pekerjaan-Nya seperti Dia melakukan pekerjaan Bapa-Nya. Kita hendaknya mencoba menjadi seperti Dia, bahkan seperti yang anak Pratama nyanyikan, “Coba, coba, coba” (Children’s Songbook, hlm. 55). Sejauh yang dimungkinkan oleh kekuatan fana kita, kita hendaknya melakukan setiap upaya untuk menjadi lebih seperti Kristus—satu-satunya teladan yang sempurna dan tanpa dosa yang pernah dilihat dunia ini.9

Berulang kali selama pelayanan fana Tuhan kita, Dia menyampaikan panggilan yang sekaligus merupakan undangan dan tantangan. Kepada Petrus dan saudaranya Andreas, Kristus berfirman, “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” (Matius 4:19). Kepada anak muda kaya yang menanyakan apa yang harus dia lakukan untuk memiliki kehidupan kekal, Yesus menjawab, “Pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin … kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.” (Matius 19:21). Dan kepada kita masing-masing Yesus berkata, “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku.” (Yohanes 12:26).10

Marilah kita menelaah setiap ajaran Guru dan membaktikan diri kita lebih sepenuhnya pada teladan-Nya. Dia telah memberi kita “segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh.” Dia telah “memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib” dan telah “menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar: supaya olehnya [kita] boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi” (2 Petrus 1:3–4).11

Mereka yang mengikuti Kristus berupaya mengikuti teladan-Nya. Penderitaan-Nya untuk dosa, kelemahan, dukacita, dan penyakit kita hendaknya memotivasi kita untuk dengan cara serupa mengulurkan tangan dalam kasih amal dan rasa iba kepada orang-orang di sekeliling kita .…

… Carilah kesempatan untuk melayani. Janganlah terlalu khawatir mengenai status. Ingatkah Anda nasihat Juruselamat tentang mereka yang mencari “tempat terdepan” atau “tempat terhormat”? “Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.” (Matius 23:6, 11). Adalah penting untuk diapresiasi. Tetapi fokus kita hendaknya pada kesalehan, bukan pengakuan; pada pelayanan, bukan status. Pengajar berkunjung yang setia, yang secara diam-diam melakukan tugasnya bulan demi bulan, adalah sama pentingnya bagi pekerjaan Tuhan dengan mereka yang menduduki apa yang sebagian orang pandang sebagai kedudukan yang lebih terkemuka di Gereja. Keterlihatan tidaklah setara dengan nilai.12

Salah satu cara kita dapat memolakan kehidupan kita mengikuti teladan Juruselamat adalah dengan mengikuti perintah-Nya kepada Petrus: “Gembalakanlah domba-domba-Ku .… Gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yohanes 21:15–17).

3

Keselamatan kita bergantung pada komitmen kita untuk mengikuti Juruselamat.

Ajakan Tuhan untuk mengikuti-Nya bersifat individu dan pribadi, dan itu mendesak. Kita tidak dapat berdiri selamanya di antara dua pendapat. Kita masing-masing pada suatu saat harus menghadapi pertanyaan teramat penting: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” (Matius 16:15). Keselamatan pribadi kita bergantung pada jawaban kita terhadap pertanyaan itu dan komitmen kita terhadap jawaban itu. Jawaban Petrus yang terungkap adalah “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Matius 16:16). Banyak saksi dapat memberikan jawaban yang sama dengan kekuatan yang sama, dan saya bergabung bersama mereka dalam rasa syukur yang rendah hati. Tetapi kita masing-masing harus menjawab pertanyaan itu bagi diri kita sendiri—jika tidak sekarang, maka kelak; karena pada hari terakhir, setiap lutut akan bertekuk dan setiap lidah akan mengaku bahwa Yesus adalah Kristus. Tantangan kita adalah untuk menjawab dengan benar dan hidup sesuai dengannya sebelum itu menjadi terlambat selamanya. Karena Yesus sesungguhnya adalah Kristus, apa yang harus kita lakukan?

Pengurbanan puncak Kristus dapat menghasilkan hasil sepenuhnya dalam kehidupan kita hanya ketika kita menerima ajakan untuk mengikuti-Nya [lihat A&P 100:2]. Panggilan ini bukanlah tak relevan, tak realistis, atau tak mungkin. Mengikuti seseorang berarti memerhatikan dia atau mendengarkan dia dengan saksama; menerima wewenangnya, menjadikan dia sebagai pemimpin, dan mematuhinya; mendukung dan membela gagasannya; serta menjadikan dia sebagai teladan. Kita masing-masing dapat menerima tantangan ini. Petrus berkata, “Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya (1 Petrus 2:21). Sama halnya ajaran-ajaran yang tidak selaras dengan ajaran Kristus adalah palsu, demikian pula kehidupan yang tidak selaras dengan teladan Kristus adalah salah arah, dan mungkin tidak mencapai takdirnya yang berpotensi tinggi .…

Kesalehan harus dimulai dengan kehidupan individu kita sendiri. Itu harus dipadukan ke dalam kehidupan keluarga. Orangtua memiliki tanggung jawab untuk mengikuti asas-asas Injil Yesus Kristus dan mengajarkannya kepada anak-anak mereka [lihat A&P 68:25–28]. Agama harus menjadi bagian dari cara hidup kita. Injil Yesus Kristus harus menjadi pengaruh yang memotivasi dalam segala yang kita lakukan. Harus ada lebih banyak upaya batiniah untuk mengikuti teladan luar biasa yang diberikan oleh Juruselamat jika kita ingin menjadi lebih seperti Dia. Ini menjadi tantangan besar kita.13

Jika kita dapat memolakan hidup kita mengikuti Sang Guru, serta menjadikan ajaran dan teladan-Nya sebagai pola utama bagi hidup kita sendiri, kita tidak akan kesulitan untuk menjadi konsisten dan loyal dalam semua segi kehidupan, karena kita akan berkomitmen pada standar tingkah laku dan keyakinan yang satu, yang sakral. Apakah di rumah ataupun di tempat berbelanja, apakah di sekolah ataupun lama setelah sekolah tinggal kenangan, apakah kita bertindak sama sekali sendirian ataupun dalam kebersamaan dengan serombongan orang lain, arah kita akan jelas dan standar-standar kita akan nyata. Kita akan telah bertekad, seperti yang Nabi Alma katakan, “untuk berdiri sebagai saksi bagi Allah di segala waktu dan dalam segala hal, dan di segala tempat di mana [kita] boleh berada, bahkan sampai kematian” (Mosia 18:9).14

4

Kita hendaknya menyediakan tempat bagi Kristus.

Pada malam itu di Betlehem tidak ada kamar bagi-Nya di penginapan, dan ini bukanlah satu-satunya saat selama tiga puluh tiga tahun perjalanan-Nya dalam kefanaan di mana tidak ada tempat bagi-Nya. Herodes mengutus serdadu ke Betlehem untuk membunuh anak-anak. Tidak ada tempat bagi Yesus dalam daerah kekuasaan Herodes, maka orangtua-Nya membawa-Nya ke Mesir. Selama pelayanan-Nya, ada banyak orang yang tidak menyediakan tempat bagi ajaran-ajaran-Nya—tidak ada tempat bagi Injil yang Dia ajarkan. Tidak ada tempat bagi mukjizat-mukjizat-Nya, bagi berkat-berkat-Nya, tidak ada tempat bagi kebenaran-kebenaran ilahi yang Dia firmankan, tidak ada tempat bagi kasih atau iman-Nya. Dia berfirman kepada mereka, “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Matius 8:20).

Bahkan di zaman kita, walaupun dua ribu tahun telah berlalu, ada banyak orang yang mengatakan hal yang sama dengan yang dikatakan pada malam itu di Betlehem. “Tidak ada tempat, tidak ada tempat” (lihat Lukas 2:7). Kita menyediakan tempat bagi pemberian-pemberian, tetapi kadang-kadang tempat tidak disediakan bagi si pemberi. Kita memiliki tempat untuk komersialisasi Natal dan bahkan pencarian kesenangan pada hari Sabat, tetapi ada kalanya ketika tidak ada tempat untuk ibadat. Pikiran kita dipenuhi dengan hal-hal lain—tidak ada tempat.15

Walaupun akan menjadi pemandangan yang indah melihat lampu-lampu Natal … , adalah lebih penting bila kehidupan manusia diterangi dengan suatu penerimaan akan Dia yang adalah terang dunia [lihat Alma 38:9; A&P 10:70]. Sungguhlah kita hendaknya menjunjung Dia sebagai penuntun dan teladan kita.

Pada malam menjelang kelahiran-Nya, malaikat bernyanyi, “Damai sejahtera di bumi di antara manusia” (Lukas 2:14). Jika manusia mau mengikuti teladan-Nya, ini akan menjadi dunia dengan kedamaian dan kasih bagi semua orang.16

Apa tanggung jawab kita dewasa ini sebagai anggota Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir? Yakni untuk memastikan bahwa kehidupan individu kita tercerminkan dalam perkataan dan perbuatan Injil sebagaimana yang diajarkan oleh Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Semua yang kita lakukan dan ucapkan hendaknya mengikuti pola teladan satu-satunya orang tanpa dosa yang pernah berjalan di bumi, yaitu Tuhan Yesus Kristus .17

  • Ulaslah kembali banyak cara Juruselamat telah memberikan teladan untuk kita, sebagaimana diuraikan di bagian 1. Bagaimana teladan Juruselamat telah memengaruhi Anda? Apa yang dapat kita pelajari dari teladan-Nya selama bagian terakhir kehidupan fana-Nya?

  • Presiden Hunter menasihati kita untuk “bertanya kepada diri kita sendiri, ‘Apa yang akan Yesus lakukan?’ dan kemudian menjadi lebih berani untuk menindaki jawabannya” (bagian 2). Pertimbangkan bagaimana Anda dapat menjadi lebih berani dalam mengikuti teladan Juruselamat. Bagaimana kita dapat mengajarkan asas ini dalam keluarga kita?

  • Ajaran-ajaran di bagian 3 dapat membantu kita memahami apa tentang mengikuti Yesus Kristus? Bagaimana kehidupan Anda mungkin berbeda jika Anda tidak memiliki pengaruh ajaran dan teladan Juruselamat? Bagaimana kita dapat menjadikan agama kita lebih menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari?

  • Renungkan apa yang Presiden Hunter katakan tentang “tidak ada tempat” bagi Juruselamat (bagian 4). Bagaimana kita dapat menyediakan lebih banyak tempat bagi Juruselamat dalam kehidupan kita? Bagaimana Anda diberkati sewaktu Anda menyediakan lebih banyak tempat bagi-Nya?

Matius 16:24–27; Yohanes 10:27–28; 14:12–15; 1 Petrus 2:21–25; 2 Nefi 31:12–13; 3 Nefi 12:48; 18:16; 27:20–22; A&P 19:23–24

Sediakan buku nyanyian untuk setiap orang. Ajaklah peserta untuk menemukan dan berbagi sebuah nyanyian pujian yang berkaitan dengan petikan tertentu yang mereka baca di dalam bab.

Catatan

  1. Thomas S. Monson, “President Howard W. Hunter: A Man for All Seasons,” Ensign, April 1995, 33.

  2. Jon M. Huntsman Sr., “A Remarkable and Selfless Life,” Ensign, April 1995, 24.

  3. Francis M. Gibbons, Howard W. Hunter: Man of Thought and Independence, Prophet of God (2011), 152.

  4. Dalam Jay M. Todd, “President Howard W. Fourteenth President of the Church,” Ensign, Juli 1994, 4–5.

  5. The Teachings of Howard W. Hunter, diedit Clyde J. Williams (1997), 40–41.

  6. “The Temptations of Christ,” Ensign, November 1976, 19.

  7. “His Final Hours,” Ensign, Mei 1974, 19.

  8. “The Church Is for All People,” Ensign, Juni 1989, 76–77.

  9. “What Manner of Men Ought Ye to Be?” Ensign, Mei 1994, 64; lihat juga “He Invites Us to Follow Him,” Ensign, September 1994, 2–5; “Follow the Son of God,” Ensign, November 1994, 87.

  10. “An Apostle’s Witness of Christ,” Ensign, Januari 1984, 69.

  11. “Exceeding Great and Precious Promises,” Ensign, November 1994, 8.

  12. “To the Women of the Church,” Ensign, November 1992, 96–97.

  13. “He Invites Us to Follow Him,” 2, 4; lihat juga “An Apostle’s Witness of Christ,” 69–71; Conference Report, Oktober 1961, 109.

  14. “Standing As Witnesses of God,” Ensign, Mei 1990, 60.

  15. The Teachings of Howard W. Hunter, 41–42.

  16. The Teachings of Howard W. Hunter, 44–45.

  17. The Teachings of Howard W. Hunter, 45.