Mengapa materialitas menjadi hal yang penting dalam proses audit?

Menentukan materialitas dalam audit keuangan dapat dibilang gampang – gampang susah. Rekan – rekan tentu sudah banyak mendengar banyak kasus kecurangan laporan keuangan yang melibatkan salah judgment dari auditor. Auditor mendapatkan temuan namun menyatakan bahwa  temuannya tidak material, kemudian temuan diabaikan dan auditor memberikan opini wajar tanpa pengecualian, padahal ternyata temuannya material. Buntutya adalah auditor dipersalahkan dan bahkan dapat tersangkut kasus hukum.

Bila demikian maka bagaimana menentukan materialitas suatu salah saji tersebut? Terdapat dua pendekatan dalam menentukan materialitas, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif lebih banyak dipakai dalam standar audit yang dikeluarkan oleh American Institue of Certified Public Accountant (AICPA) yaitu Generally Accepted Auditing Standard (GAAP) sementara sebaliknya pendekatan kualitatif lebih banyak dipakai standard yang dikeluarkan oleh International Auditing and Assurance Standard Board (IIASB) yaitu International Standard on Auditing (ISA) (Eyo et al., 2018).

Pendekatan yang digunakan dalam metode kuantitatif adalah menggunakan batas atas atau threshold. Pertama – tama auditor menentukan dahulu berapa persen threashold yang ditetapkan. Threshold ditetapkan berdasarkan besar kecilnya resiko yang ditaksir auditor. Bila resiko besar maka threshold yang ditetapkan makin rendah atau kecil, begitupun sebaliknya bila resiko ayng ditaksir kecil maka threshold bisa lebih tinggi atau besar. Setelah menentukan threshold, maka auditor menghitung besarnya temuan salah saji. Apabila besarnya temuan salah saji lebih rendah dari threshold maka dianggap tidak material, tetapi apabila lebih tinggi dari threshold maka dianggap material (Askew & Jeffers, 2018).

Bila temuan salah saji lolos dari pengujian secara kuantitatif, artinya salah saji masih dibawah threshold, maka auditor perlu melakukan pengujian lagi dari sudut pandang kualitatif. Dalam tahap ini auditor perlu mengidentifikasi kepentingan atau concern dari pengguna laporan keuangan hasil auditannya. Maka disini penting bagi auditor untuk mengetahui siapa saja para identified user yang nantinya akan menggunakan laporan keuangan klien hasil auditannya. Misalnya penggunanya adalah sebuah bank yang telah lama menjadi kreditor dari klien tersebut. Apa yang menjadi concern dari bank? Contoh klien mempunyai utang modal kerja kepada bank dengan jaminan piutang usaha. Maka ketika auditor menemukan ada salah saji di piutang usaha, meskipun nilainya dibawah threshold secara kuamtitatif, namun dapat menjadi material secara kualitatif, akrena piutang usaha menjadi concern utama dari bank yang merupakan identified user. Pada situasi lain misalnya klien kita akan go public, yang mana harus melaporkan laba pada beberapa periode terakhir. Ketika ditemukan salah saji pada perhitungan laba di laporan laba rugi, meskipun nilainya dibawah threshold, namun tersebut bisa menjadi material secara kualitatif.

Jadi dapat disimpulkan bahwa menentukan materialitas terlebih dahulu adalah secara kuantitatif, apabila secara kuantitatif saja sudah melebihi threshold maka dapat dikatakan sudah memenuhi syarat material. Namun apabila secara kuantitatif masih dibawah threshold maka auditor perlu melihat lagi dari sudut pandang kualitatif. Hal ini juga mendukung prinsip kehati-hatian auditor untuk emlindungi kepentingan para pengguna laporan keuangan seperti investor dan kreditor (Christensen et al., 2020). Auditor harus memiliki sifat hati-hati dan menerapkan skeptisme professional agar dapat mendeteksi salah saji material pada laporan keuangan klien

Referensi:

  • Askew, S., & Jeffers, A. E. (2018). The Proposed Expansion in Auditors Responsibilities. International Journal of Data Modelling and Knowledge Management, 3(2), 39–47.
  • Christensen, B. E., Eilifsen, A., Glover, S. M., & Messier, W. F. (2020). The effect of audit materiality disclosures on investors’ decision making. Accounting, Organizations and Society, 87(xxxx), 101168. //doi.org/10.1016/j.aos.2020.101168
  • Eyo, B., Temitayo, D. E., & Anthony, A. (2018). The Effects of Materiality Concept on Auditing Practices and Decision Making. Research Journal of Finance and Accounting Www.Iiste.Org ISSN, 9(2), 7. www.iiste.org

Image Sources: Google Images

Bambang Leo Handoko, S.E., M.M., M.Si., Cert.DA.

MATERIALITAS

KONSEP MATERIALITAS Besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan/salah saji tersebut.

KONSEP MATERIALITAS PENTING DALAM AUDIT Auditor tidak memeriksa setiap transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan, maka ia harus bersedia menerima beberapa jumlah kekeliruan kecil. Konsep materialitas menunjukkan seberapa besar salah saji yang dapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut.

AUDITOR TIDAK MEMBERIKAN JAMINAN KEAKURATAN ASERSI YANG DISAJIKAN OLEH KLIEN Auditor tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang diaudit Auditor tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan & dikompilasi secara semestinya dalam laporan keuangan

Pertimbangan Awal Tentang Materialitas Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif & kualitatif. Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji.

Pertimbangan Materialitas Pertimbangan kuantitatif 1. Laba bersih sblm pajak dalam laporan keu. 2. Total aset dalam neraca 3. Total aset lancar dalam neraca 4. Total ekuitas pemegang saham dlm neraca Pertimbangan kualitatif 1. Kemungk. Terjd pembayaran melanggar hkm 2. Kemungk. Terjd kecurangan 3. Syarat penarikan kredit dr bank 4. Gangguan dlm trend laba 5. Sika p manajemen dalam integritas laporan keuangan

Pertimbangan Materialitas Contoh laba bersih sebelum pajak sebesar Rp100.000.000. Materialitas ditentukan 3% - 8% dari laba bersih sebelum pajak. Dari laba bersih sblm pajak sebesar Rp100juta, maka batas materialitas (materiality borders) utk laporan laba rugi berada dalam kisaran Rp3.000.000 sampai Rp8.000.000 Batas bawah dihitung 3%xRp100jt & batas atas dihitung 8%xRp100jt

Jika ada salah saji gabungan kurang dari 3% dianggap salah saji yang tidak material, namun jika ada salah saji gabungan lebih dari 8% dianggap salah saji material. Sedangkan untuk 3%-8% memerlukan pertimbangan auditor untuk memutuskan materialitasnya.

MATERIALITAS 1. Tingkat laporan keuangan, krn pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan keuangan sebagai keseluruhan 2. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan

Materialitas Tingkat Laporan Keuangan Laporan keuangan mengandung salah saji material jika berisi kekeliruan/kecurangan, yang dampaknya secara individual atau secara gabungan, sedemikian signifikan shg mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Contoh beberapa panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik : a. LK dipandang mengandung salah saji material jika trdpt salah saji 5%- 10% dr laba sblm pajak b. LK dipandang mengandung salah saji material jika terdpt salah saji 0,5%-1% dari total aktiva c. LK dipandang mengandung salah saji material jika trdpt salah saji 1% dari pasiva d. LK dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 0,5%-1% dari pendapatan bruto

ALOKASI MATERIALITAS LAPORAN KEUANGAN KE AKUN Taksiran materialitas harus dibagi-bagi ke akun-akun laporan keuangan secara individual. Pendekatan pengalokasian materialitas pada tingkat laporan keuangan ke akun secara individual sbb : dialokasikan secara proporsional materialitas lbh besar dilakukan pd akun2 ttt Contoh : excel. materialitas

Hubungan Materialitas & Bukti Audit Materialitas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti audit. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan (hubungan terbalik). Contoh : excel. Materialitas.

Reading Time: 4 minutes

Materialitas adalah salah satu istilah yang seringkali muncul dalam proses audit laporan keuangan. Apa itu materialitas dalam audit, tujuan dan contohnya? Simak selengkapnya dalam artikel berikut ini!

Materialitas audit adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan seberapa penting dan signifikannya sebuah jumlah, transaksi dan selisih yang mungkin terdapat di laporan keuangan.

Baca juga: 12 Konsep Dasar Akuntansi dalam Pelaporan Keuangan

Materialitas merupakan salah satu poin penting dalam proses audit. Dalam hal ini, sudah menjadi tugas auditor untuk membuat opini berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang telah disiapkan.

Opini auditor pasti akan melihat aspek material, termasuk berbagai sisi yang terdampak dan berhubungan dengan material. Bagi auditor, kegunaan konsep materialitas adalah untuk perencanaan dalam melakukan audit. Selain itu juga digunakan untuk mengevaluasi adanya kekeliruan di dalam laporan keuangan.

Materialitas adalah pilar dari laporan keuangan. Berikut merupakan beberapa ciri materialitas yang utama dalam laporan keuangan.

  • Kekeliruan dalam laporan keuangan dianggap sebagai material apabila berpotensi mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan.
  • Penilaian terhadap materialitas kemudian berdasarkan keadaan eksternal yang utamanya termasuk ukuran dan sifat kekeliruan tersebut.
  • Penilaian terhadap materialitas juga berdasarkan kebutuhan umum pengguna yang merupakan sebuah kelompok.

Untuk memahami lebih dalam tentang apa itu materialitas bisa dilihat dari langkah proses audit keuangan yang biasa dilakukan auditor.

  • Dalam proses perencanaan audit, para auditor akan memutuskan tingkat materialitas yang akan digunakan, dengan cara mempertimbangkan keseluruhan laporan keuangan yang akan diaudit.
  • Materialitas berkaitan dengan isi laporan keuangan perusahaan dan tingkat serta tipe pengujian yang akan dilakukan.
  • Keputusan didasarkan pada pertimbangan akan ukuran kekeliruan dalam laporan keuangan, sifat dan keadaan tertentu yang bisa mempengaruhi pengguna laporan keuangan tersebut.
  • Keputusan juga dipengaruhi oleh syarat-syarat legislatif, peraturan dan ekspektasi publik.
  • Jika selama proses audit para auditor mendapat informasi yang bisa mengakibatkan tingkat materialitas yang berbeda, maka opini auditor akan diubah sesuai informasi baru tersebut. Asalkan informasi tersebut akurat dan bisa dipertanggungjawabkan.

Lalu apa tujuan digunakannya materialitas dalam audit? Secara umum, tujuan materialitas dalam proses audit adalah untuk membantu pengguna laporan keuangan di tahap akhir untuk bisa membuat keputusan akhir. Pihak yang berkepentingan bisa memiliki informasi yang cukup sesuai dengan yang mereka butuhkan.

Informasi yang didapatkan mencakup transaksi antar pihak yang terkait dan setiap perubahan kebijakan akuntansi yang perlu diperhatikan kedepannya. Semuanya adalah informasi penting yang akan menjadi dasar pengguna laporan keuangan dalam membuat penilaian akan kondisi keuangan perusahaan. Untuk investor, informasi ini bisa membantu mereka memutuskan apakah mereka akan terus berinvestasi atau tidak. Butuh kebijakan baru atau tidak.

Materialitas dalam audit akan menjadi dasar bagi auditor untuk bisa merumuskan opini mereka mengenai keseluruhan tingkat jaminan yang kemudian dilaporkan ke pengguna akhir. Auditor memiliki kewajiban untuk melaporkan apakah ada kekeliruan dalam laporan keuangan atau tidak. Ini merupakan tugas utama dalam audit, karena itulah materialitas sangat penting dalam proses audit.

Agar lebih mudah memahami tentang apa itu materialitas dalam audit, contoh materialitas adalah sebagai berikut.

Perusahaan XYZ meminjam modal ke bank sejumlah Rp 100 juta. Bank menyetujui pinjaman tersebut, dengan syarat bahwa PT XYZ mampu mempertahankan current ratio perusahaan tetap di atas level 1,0. PT XYZ setuju dan menandatangani persetujuan dengan bank.

Saat menjalankan audit terhadap PT XYZ, auditor menemukan fakta perjanjian dengan bank ini. Dalam hal ini, ternyata PT XYZ memiliki current ratio yang sedikit lebih tinggi dibandingkan batas yang sebelumnya ditentukan, yang mana 1,0. Oleh karena itu, adanya kekeliruan penghitungan dalam laporan keuangan sedikit saja bisa menjadi material.

Misalnya, jika terdapat nominal salah hitung sebesar Rp 3 juta saja, ini bisa mengarah ke pelanggaran terhadap perjanjian yang sudah dilakukan PT XYZ dengan bank. Karena jumlah Rp 3 juta ini bisa mengakibatkan current ratio PT XYZ berada di bawah angka 1,0.

Jadi, nilai sekecil ini juga bisa dianggap sebagai bagian dari materialitas audit. Alasannya karena berpotensi menyalahi aturan yang telah disetujui dengan pihak bank. Meski jumlahnya kecil, tapi tetap bisa sangat berpengaruh pada keputusan akhir yang dibuat oleh pengguna akhir laporan keuangan.

Adanya kekeliruan dalam laporan keuangan sendiri bisa bersifat material, bisa juga tidak.

Misalnyal, PT A memiliki keuntungan mencapai Rp100 juta, maka kekeliruan dalam pencatatan laporan keuangan sebesar Rp10 juta akan berdampak sangat besar. Sementara itu, PT B memiliki keuntungan mencapai Rp 10 miliar, dengan selisih laporan keuangan sebesar Rp10 juta bisa jadi tidak akan terlalu berpengaruh kepada perusahaan tersebut.

Namun, lain ceritanya jika selisih Rp10 juta itu berpotensi disebabkan karena terjadinya penggelapan oleh karyawan, maka bisa menjadi material juga karena potensi adanya tindakan kriminal di dalam perusahaan. Info ini, meski dianggap nilai kecil di PT B, namun tetap penting untuk diketahui pengguna laporan keuangan.

Contoh di atas menunjukkan bahwa tingkat materialitas tidak hanya dinilai dari nominalnya saja. Tapi perhatikan juga apa dampak kekeliruan tersebut bagi perusahaan. Dari sana, pengguna laporan keuangan bisa melakukan penilaian dan rencana mereka kedepannya.

Itu dia penjelasan lengkap mengenai apa itu materialitas dalam audit, tujuan, dan contohnya. Semoga informasi ini bermanfaat, ya!

Ingin mengetahui informasi lainnya seputar keuangan, ekonomi, dan investasi? Kunjungi Pintu Blog! Pintu adalah aplikasi crypto Indonesia yang telah terdaftar resmi di Bappebti di mana kamu bisa berinvestasi mulai dari Rp11.000 saja, lho.

Pintu juga menyediakan fitur Pintu Earn, di mana kamu bisa menyimpan aset crypto kamu dan mendapatkan bonus APY hingga belasan persen per tahun. Download Pintu sekarang di App Store dan Play Store kamu masing-masing!

Referensi:

Madhuri Thakur. Audit Materiality Definition. Diakses 12 Juli 2022

PWC. Materiality in audits. Diakses 12 Juli 2022

Wikiaccounting. What is Audit Materiality? Definition, Characteristics, Types And More. Diakses 12 Juli 2022

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA