Manfaat bermain permainan tradisional dalam hubungannya dengan sikap antar individu adalah

51 yang masih dalam satu kelompok, tetapi jika jaraknya adalah 4 benthong maka kelompok 1 mendapat nilai 4 dan pemain A dapat bermain lagi. Berbeda halnya jika pemain A memukul dan janak jatuh ke tanah atau tidak ada yang mampu menangkap, maka janak dilempar kembali ke arah luwokan kemudian diukur bila kurang dari satu benthong maka matilah si pemain dan berganti dengan kelompok 2. Permainan dinyatakan menang apabila kelompok tersebut mendapat nilai sesuai dengan kesepakatan sebelumnya misalnya nilai 10. Dari uraian tentang pengertian dan macam-macam permainan tradisional dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan tradisional merupakan permainan yang wariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya dan memiliki unsur budaya diadalamnya. Adapun macam-macam permainan yang ada di Yogyakarta dibagi ke dalam 3 katagori permainan yaitu bermain dengan bernyanyi dan dialog, bermain dan olah pikir dan bermain dan adu ketangkasan. Adapun contoh permainan bermain dengan bernyanyi dan dialog meliputi permainan Bethet Thing Thong, Cublak-cublak Suweng, Dhingklik Oglak Aglik, Jamuran, dan Sliring Gendhing. Contoh permainan bermain dan olah pikir adalah Bas-basan Sepur dan Dhakon . Contoh permainan adu ketangkasan seperti Engklek dan Benthik.

2. Manfaat Permainan Tradisional Untuk Perilaku Moral

Dalam perkembangan bermain anak, anak usia dini mulai belajar untuk mentaati aturan yang disusun dan disepakati bersama. Permainan tradisional memiliki aturan-aturan tertentu dalam menjalankannya, melalui permainan tradisional diharapkan anak belajar mengembangkan respon moral realistik yang 52 disebut Piaget sebagai moral realism Maria J. Wantah, 2005: 126. Hurlock 1978: 322-326 menyatakan bahwa “bermain selama masa kanak-kanak mempunyai karakteristik tertentu yang membedakannya dari permainan remaja dan orang dewasa ”. Permainan tradisional memiliki karakteristik sebagai permainan yang dilakukan oleh anak-anak, dan permainan tradisional juga masuk kedalam karakteristik bermain yang dipengaruhi tradisi. Ki Hajar Dewantara 1948 dalam Slamet Suyanto 2005: 123 menyatakan bahwa “H. Overback telah menghimpun ragam permainan dan nyanyian anak-anak di Indonesia yang jumlahnya lebih dari 690 macam ”, karena perkembangan perilaku moral juga berkaitan dengan kekhususan budaya, maka memiliki nilai-nilai yang berbeda pula dalam pembentukan perilaku moral disetiap daerahnya Izzati, dkk., 2008: 98. Disimpulkan bahwa keberagaman yang ada di antar daerah memiliki potensi dan fungsi dalam membentuk perilaku moral melalui aturan dalam permainan tradisional yang dimiliki oleh suatu daerah agar sesuai dengan tata aturan yang berlaku dalam daerah tersebut. Bermain memiliki beberapa manfaat bagi anak usia dini, terlebih terhadap psikologis anak. Secara tidak langsung akan berkaitan dengan kemampuan anak merealisasikan nilai-nilai moral yang diwujudkan dalam perilaku moral seperti yang dinyatakan Zulkifli 1999 dalam Maria J. Wantah 2005: 114-115 menyatakan bebarapa manfaat bermain bagi anak: 53 a. Aktivitas bermain sebagai sarana untuk membawa anak ke alam kehiduan bermasyarakat Dari kegiatan bermain anak mulai mengenal, dan belajar untuk saling menghargai satu dengan yang lain. Bentuk belajar untuk saling menghargai ini dapat diwujudkan dalam bermain karena mereka tidak akan membeda-bedakan anak satu dengan yang lain, sehingga lama kelamaan akan memunculkan rasa saling peduli dan kebersamaan yang diwujudkan dalam sikap saling membantu anak satu dengan anak yang lain. b. Dari kegiatan bermain anak-anak akan belajar mengenai kekuatan, kelemahan, dan kedudukannya di kalangan teman-temanya Setiap individu pasti memiliki ciri khusus yang akan lebih menonjol dari anak lain. Misal anak A mampu dan lebih kuat untuk berlari dan mengejar teman lain, ia akan ditempatkan sebagai penjaga karena lebih cocok dan memiliki beberapa kriteria yang lebih dari teman lainnya. Dari hal itu anak akan belajar tentang menghargai teman, memahami kelemahan teman, memiliki pertimbangan yang adil dan saling menjaga diri. Dari kegiatan bermain anak akan mengenal lebih jauh tentang ciri-ciri alat yang dapat digunakan bagi mereka untuk bermain. c. Bermain merupakan sarana dan kesempatan anak untuk mengembangan fantasi kreativitas, dan menyalurkan kecenderungan pembawaan dan minat pada anak untuk bermain. Setiap anak pasti memiliki minat yang berbeda dari yang lain, misalnya anak perempuan dan laki-laki mungkin akan berbeda minat dan pembawaan mereka saat bermain, oleh karena itu anak diharapkan memunculkan sikap 54 menghargai antara satu dengan yang lain. Hal ini dapat dilihat ketika anak memberikan pendapat ketika bermain dan anak lain mendengarkan temannya. d. Melalui aktivitas bermain, anak-anak akan berlatih menempa perasaannya. Yang dimaksud dengan berlatih menempa perasaan adalah ketika bermain anak akan mengeksprsikan perasaan mereka tanpa dibuat-buat dan lebih spontan. Seperti anak yang menunjukan rasa gembira, kecewa, sedih, acuh atau bahkan tidak peduli dengan teman lainnya, sehingga melalui bermain dapat mempermudah untuk menilai tingkat perkembangan sosial dan moral anak secara utuh karena akan ditunjukan secara jelas oleh anak ketika kegiatan bermain berlangsung. Mengendalikan perasaan yang mungkin timbul seperti mengendalikan emosi ketika bermain, tidak boleh marah ketika kecewa, tidak mengolok-olok teman, dan tidak menyalahkan teman yang lain. Apabila ketika bermain menemukan masalah dengan teman maka diselesaikan dengan baik-baik. e. Dalam kegiatan bermain anak belajar mamatuhi aturan-aturan yang berlaku dalam permaianan serta belajar menerima hukuman jika seseorang bermain tidak mengikuri aturan atau bermain curang. Kegiatan bermain anak menuntut untuk bersikap jujur dan belajar untuk mentaati aturan atau kesepakatan. Jika menang anak tidak boleh sombong, dan jika kalah harus mau menerima kekalahannya. Kejujuran dapat dilihat dari kesesuaian cara bermain anak dengan aturan yang berlaku selama permainan. 55 f. Manfaat aktivitas bermain yang paling utama adalah mendapatkan kegembiaraan, kesenangan dan kepuasan sehingga menimbulkan energi baru yang ada dalam tubuh anak. Dari uraian manfaat bermain di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum bermain berfungsi sebagai sarana anak untuk mendapatkan pengalaman- pengalaman kehidupan yang nyata bagi anak. Mereka belajar untuk mengembangkan potensi-potensi diri yang berguna bagi kehidupannya kelak. Bermain erat kaitannya dengan permainan. Melalui permainan anak-anak anak-anak belajar bernegosiasi, memecahkan masalah dan menciptakan suasana kondusif, karena saat pengalaman bermain tercipta dalam suatu kelas maka akan timbul hubungan positif antar teman dan saling menghargai perbedaan yang ada Sofie Hartati, 2005: 104. Hubungan positif dan saling menghargai inilah yang menjadikan seorang individu memiliki rasa persahabatan dan kebersamaan sehingga memungkinkan suasana kelas menjadi lebih menyenangkan dan kondusif. Sukirman Dharmamulya 2008; 21-16 juga menyebutkan beberapa manfaat dan fungsi permainan tradisional yang dilihat dari perspektif fungsional, permainan, psikologis, dan adaptasi. a. Perspektif fungsional : Bermain sebagai “persiapan menjadi orang dewasa”. Permainan memiliki fungsi dalam proses sosialisasi pada anak. Kegiatan bermain mengandung proses penanaman nilai dari masyarakat diterima, dipahami, diyakini kebenarannya dan menjadi pedoman dalam berperilaku dan bertindak bagi anak. Bentuk sosialisasi pada anak adalah seperti pada proses memperkenalkan, membiasakan anak pada berbagai jenis individu lain, berbagai 56 kedudukan sosial dan peran, kategori sosial, kelompok, nilai, norma dan aturan yang berlaku dalam interaksi kelompok. Dapat disimpulkan bahwa secara tidak langsung permainan tradisional memberikan pelatihan bagi anak untuk belajar mengenal aturan-aturan yang ada dalam suatu kelompok masyarakat, serta mengenal kehidupan yang ada di lingkungannya. b. Perspektif permainan: Bermain play sebagai “permainan” game. Permainan anak tradisional hanya menggambarkan jenis-jenis permainan yang ada dengan berbagai macam peralatannya, sedangkan proses-proses sosial dari permainan tidak disebutkan. Berdasarkan pandangan seperti ini para ahli kemudian melakukan studi perbandingan untuk mengetahui hubungan permainan dengan keadaan masyarakat dan kebudayaan dimasa lalu, selain itu para ahli juga mengkaji persebaran permainan tradisional. c. Perspektif psikologis: “Bermain” sebagai wujud kecemasan dan kemarahan. Pandangan ini menyimpulkan bahwa sifat galak dan kecemasan-kecemasan yang terlihat dalam diri anak ketika bermain bersumber dari pola pengasuhan yang ada dalam suatu kebudayaan, selain itu hipotesa yang dapat diambil dari hubungan kedua variabel adalah keterlibatan individu akan membuat anak mewujudkan perilaku yang mempunyai nilai fungsional dan berguna dalam kebudayaannya Schwartzman, 1976 dalam Sukirman Dharmamulya, 2008: 24. Nilai fungsional adalah nilai-nilai yang terletak dalam kehidupan masyarakat, sehingga perilaku-perilaku anak yang dibentuk dalam proses bermain akan berguna bagi dirinya dalam hidup bermasyarakat sesuai dengan budaya yang ada di dalam masyarakat. 57 d. Perspektif adaptasi: “Bermain” sebagai peningkatan kemampuan beradaptasi. Permainan tradisional memiliki manfaat membekali anak-anak dengan kemampuan tertentu agar mereka dapat bertahan hidup dilingkungannya. Proses bermain pada suatu generasi akan membentuk kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan yang penting bagi keberlangsungan hidup, melalui kegiatan bermain mereka dapat belajar ketrampilan dan pengetahuan tanpa merasa bosan sehingga pencapaian hasil belajar lebih maksimal. Jadi berdasarkan beberapa pandangan manfaat atau fungsi permainan tradisional secara umum yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses bermain permainan tradisional seorang anak bisa belajar tentang berbagai hal, seperti sosialisasi dan pengalaman untuk menghargai yang diwujudkan melalui perilaku kepada teman sebaya ketika bermain. Perilaku yang muncul pada anak melalui proses bermain akan terbawa sampai pada lingkungan masyarakat, sehingga perilaku-perilaku yang terbentuk melalui bermain tersebut memudahkan anak berinteraksi dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Masing-masing permainan tradisional memiliki manfaat tersendiri bagi yang memainkannya, oleh karena itu ada baiknya mengetahui manfaat dari masing- masing permainan tradisional yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. Sukirman Dharmamulya 2008: 37 menjelaskan beberapa manfaat permainan yang lebih spesifik dalam permainan tradisional. Kategori permainan dengan bernyanyi atau dialog umumnya bersifat rekreatif, interaktif dan mengekspresikan pengenalan tentang lingkungan, hubungan sosial, dan tebak- tebakan. Permainan dengan bernyanyi dan berdialog juga melatih anak dalam 58 bersosialisasi, bersifat responsif, berkomunikasi dan menghaluskan budi. Menghaluskan budi adalah membentuk anak berperilaku santun atau lembut, sehingga mudah bergaul dan disenangi teman-temannya. Masing-masing permaianan dalam kategori bermain dengan bernyanyi dan berdialog juga memiliki manfaat yang berbeda-beda, antara lain: a. Bethet Thing-thong Permainan bethet thing-thong berfungsi sebagai alat untuk belajar bersosialisasi, serta menimbulkan perasaan gembira bagi pemain. Melalui permainan Bethet Thing-thong pemain dapat mengenal lebih baik teman sepermainan, serta dapat menghilangkan sifat malu dalam diri anak karena mereka akan saling mengenal satu sama lain lebih dekat Dharmamulya, 2008: 45. b. Cublak- cublak Suweng Permainan cublak-cublak suweng memiliki beberapa manfaat bagi perkembangan anak diantaranya adalah mendidik anak untuk tidak menjadi pemalu, berani, aktif, mengambil keputusan, serta mudah bergaul Dharmamulya, 2008: 57. Melalui permianan ini anak juga dapat belajar menyanyi, mencocokkan ritme lagu dengan gerakan tangan, mengenal kosa kata Bahasa Jawa, melatih motorik halus, belajar mengikuti aturan, melatih untuk kerjasama dengan orang lain, dan belajar menyimpan rahasia Asih Pujiarini, 2014. Permainan ini menekankan pada pembentukan perilaku yang santun dan lembut. 59 c. Dhingklik Oglak Aglik Permainan dhingklik oglak aglik melatih anak agar bertindak lincah, saling bekerjasama demi keutuhan kelompok serta melatih sosialisasi dengan teman sebayanya, bentuk sosialisasinya adalah interaksi anak dengan kelompok, fungsi sosial atau peran sosial, dan kekompakan Dharmamulya, 2005: 58. d. Jamuran Permainan jamuran dapat mengasah emosi sehingga timbul sikap toleran dan empati terhadap orang lain, mengembangkan gerak dan motorik kasar, menumbuhkan kepekaan dan kemampuan berekspresi dengan irama, kemampuan memahami dan mengendalikan diri sendiri serta kemampuan memahami dan memanfaatkan lingkungan Ika Safitri, 2014: 2. Kemampuan memahami dan mengendalikan diri dapat dilihat dari sikap anak terhadap aturan yang berlaku. Aturan yang disepakati merupakan dasar-dasar yang harus dilakukan oleh pemain, jika pemain melanggar berarti mereka tidak memahami serta tidak dapat mengendalikan dirinya. Kemampuan memahami dan memanfaatkan lingkungan adalah kemampuan anak dalam memandang lingkungan bermain, seperti alat dan tempat yang mereka temui untuk dijadikan bagian dalam permainan. e. Trim-triman Permainan Trim-triman atau Sliring Gendhing bermanfaat sebagai ajang sosialisasi dan komunikasi antar anak Dharmamulya, 2008: 115. Penentuan permainan melibatkan interaksi antar anak, sehingga memerlukan komunikasi untuk membuat keputusan. 60 Katagori permainan olah pikir bermanfaat untuk menstimulasi kognitif anak. Dalam permainan olah pikir membutuhkan konsentrasi berpikir, ketenangan, kecerdikan, dan strategi Sukirman Dharmamulya, 2008: 123. a. Bas-basan Sepur Permainan bas-basan sepur bermanfaat untuk melatih kecerdasan daya pikir, karena membutuhkan strategi dan perhitungan yang tepat untuk mendapatkan kemenangan Dharmamulya, 2008: 123. b. Dhakon Permainan dhakon bermanfaat untuk mendidik bagaimana mengelola rumah tangga yang baik, misalnya bersikap hemat, ulet dan teliti Dharmamulya, 2008: 129. Anak dapat belajar berpikir dalam membuat perencanaan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Kelompok permainan adu ketangkasan umumnya bersifat kompetitif karena kebanyakan mengandalkan ketahanan dan kekuatan fisik. Ketrampilan fisik diperlukan anak ketika mereka melakukan permainan kategori ini. a. Engklek Permainan Engklek bersifat kompetitif, mengandung unsur melatih ketrampilan dan ketangkasan, selain itu juga berguna untuk memupuk persahabatan antara sesama anak-anak sehingga mereka lebih dekat satu teman dengan yang lain Dharmamulya, 2008: 145. 61 b. Benthik Permainan benthik bersifat rekreatif, edukatif, melatih ketrampilan tangan dan ketahanan jasmani Dharmamulya, 2008: 157, karena permainan ini menuntut keaktifan anak dalam bermain. Berdasarkan beberapa uraian mengenai manfaat aktivitas bermain dan permainan tradisional dapat disimpulkan bahwa keberagaman permainan yang ada di setiap daerah memiliki fungsi tersendiri dalam pembentukan perilaku moral anak melalui aturan dalam permainan tradisional yang dimiliki oleh suatu daerah agar sesuai dengan tata aturan yang di daerah. Dan secara umum manfaat aktivitas bermain bagi anak terkait dengan peningkatan perilaku moral anak adalah belajar untuk menghormati orang lain, peduli dengan orang lain, kebersamaan dan saling membantu serta tidak membeda-bedakan orang lain. Anak juga belajar untuk bersikap jujur terhadap aturan permainan dan belajar disiplin. Adapun bentuk permainan yang mampu mengembangkan perilaku moral anak lebih banyak pada kategori permainan dengan bernyanyi dan dialog, diantaranya adalah pada permainan Jamuran, Trim-triman dan Dhingklik Oglak Aglik, karena permainan tersebut dapat menstimulasi anak untuk belajar bersosialisasi, menghargai dan memahami teman, belajar bekerjasama dan mempererat tali kebersamaan.

3. Alat dan Bahan Permaianan Tradisional