Pembangunan konstruksi tidak terlepas dari penggunaan perancah atau sering disebut juga sebagai scaffolding. Sebagai struktur sementara yang digunakan untuk menopang manusia juga material, kekuatan scaffolding menjadi hal yang memerlukan kejelian sehingga tepat saat digunakan. Secara garis besar, luas scaffolding yang standar berukuran 1,2 x 1,8 m dengan tinggi 1,7 m atau dapat menyesuaikan jack-base (alas kaki dari scaffolding) dan u-head (bagian atas scaffolding yang berfungsi menyangga konstruksi di atasnya). Scaffolding pada penggunaan ringan (Light Duty), memiliki beban maksimum sebesar 225 kg/Bay. Berbeda dengan scaffolding penggunaan sedang (Medium Duty), beban maksimumnya sebesar 450 kg/Bay. Sedangkan pada scaffolding penggunaan berat (Heavy Duty), beban maksimumnya mencapai 675 kg/Bay. Bay merupakan luas bidang mendatar dibatasi 4 buah pipa tegak lurus pada perancah yang meneruskan berat beban terhadap lantai atau landasan yang saling berdekatan. Dalam pembangunan LRT Jabodebek pun scaffolding memiliki peran yang sangat penting. Karenanya, dengan mengetahui dasar dari kekuatan akan berdampak pada kelancaran proses pembangunan itu sendiri.
Thursday, February 27, 2020 Konstruksi
Kemajuan teknologi konstruksi yang semakin pesat telah mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas kerja, agar dapat menciptakan cara kerja yang lebih efisien dari segi biaya dan waktu dengan tanpa mengabaikan mutu pekerjaan. Salah satunya dengan ditemukannya perancah baja (scaffolding) yang menggantikan perancah yang terbuat dari bahan kayu atau bambu.
Pengertian PerancahPerancah merupakan komponen atau alat konstruksi yang sangat penting dan dibutuhkan mulai dari proyek kecil seperti bangunan rumah tinggal sederhana, hingga proyek besar seperti high rise building. Perancah adalah suatu konstruksi penopang yang terbuat dari batang bambu, kayu, atau pipa baja yang didirikan dan digunakan ketika saat sebuah bangunan sedang dibangun untuk menjamin tempat kerja yang aman bagi pekerja, memasang sesuatu, atau untuk mendukung pekerjaan bekisting pada pekerjaan beton. Seiring perkembangan teknologi konstruksi, saat ini perancah yang dibuat dari bahan kayu dan bambu mulai ditinggalkan oleh orang-orang. Apalagi didasari dengan alasan kekuatannya dan kepedulian manusia terhadap lingkungan, mereka mulai beralih menggunakan perancah yang terbuat dari besi/baja karena lebih praktis, mudah didapat, dapat digunakan berulang kali dan dapat digunakan untuk bangunan yang lebih tinggi. Berikut ini hal-hal yang harus dipenuhi dalam penggunaan perancah:
Jenis-jenis Bahan Perancah (Shore)Terdapat 2 jenis bahan perancah (shore) sebagai penopang yang telah digunakan di dalam pelaksanaan konstruksi bangunan, yaitu: a. Perancah kayu atau bambu Meskipun semakin sedikit yang menggunakan bambu atau kayu sebagai material pembuatan perancah, namun penggunanya masih ada saja, terlebih untuk pekerjaan konstruksi bangunan rumah ataupun bangunan yang tidak terlalu tinggi dan berat. Perancah bambu pada bagian pangkalnya haruslah berukuran > Ø 7 cm atau kayu berukuran 5 cm x 7 cm agar cukup mampu menahan faktor tekuk yang ditimbulkan. Bambu yang digunakan pun haruslah bambu tua dengan ciri-ciri bewarna kuning jernih atau hijau tua, berserat padat, berbintik-bintik putih pada pangkalnya, permukaannya mengkilap, dan khusus pada bagian buku-bukunya tidak boleh pecah. Untuk pemasangan perancah dari kayu atau bambu ini harus selalu ditanam ke dalam tanah bagian kaki-kaki tiangnya atau saling dihubungkan agar tidak mudah bergeser. Selain itu, tiang perancah diikat pada setiap batang pegangan/vertikal dan batang memanjang horizontal sehingga kekuatan perancah lebih terjamin. Untuk menopang pekerja dibutuhkan papan sebagai lantai kerja perancah yang harus dipotong sejajar dengan serat kayu agar mampu menahan beban dengan tebal minimal 8 mm. Untuk memudahkan pekerja menyelesaikan item pekerjaan konstruksinya, maka jarak antara papan lantai kerja dengan dinding bangunan dianjurkan tidak boleh melebihi 30 cm. Kelebihan penggunaan perancah kayu atau bambu untuk pekerjaan konstruksi bangunan adalah proses pemasangan tidak membutuhkan alat angkat dan harga cukup murah. Sedangkan kekurangannya adalah memiliki kemampuan daya topang tergolang rendah dan daya serap air tinggi sehingga mudah retak/patah/busuk serta kemungkinan untuk penggunaan berulang sangat kecil.
b. Perancah besi atau baja Perancah besi/baja merupakan perancah yang terbuat dari material pipa baja/besi yang lebih dikenal dengan istilah scaffolding. Scaffolding ini dibuat di pabrik, tetapi dapat dirangkai di lokasi proyek. Frame scaffolding merupakan salah satu tipe perancah besi/ baja atau yang sudah cukup banyak dipakai pada proyek-proyek konstruksi bangunan gedung dan infrastruktur. Frame scaffolding memiliki beberapa komponen yang harus dirangkai pada saat penggunaannya, yaitu sebagai berikut:
Sesuai dengan namanya, main frame merupakan bagian dari scaffolding yang berperan sebagai komponen utama. Main frame ini terdiri dari berbagai macam tipe dan ukuran. Jika ketinggian satu main frame belum mencukupi ketinggian yang dibutuhkan, maka dapat ditambahkan main frame lagi di atasnya (arah vertikal). Selain main frame, ada juga dikenal ladder frame dan beam frame yang fungsinya sama dengan main frame, namun hanya berbeda di ketinggian frame.
Sesuai dengan namanya, cross brace merupakan dua pipa yang salin bersilangan yang berfungsi untuk memberikan jarak horizontal antar main frame sekaligus memberikan daya dukung pada scaffolding agar tidak goyang dan dapat berdiri tegak. Selain itu, cross brace dapat mengurangi faktor tekuk yang terjadi pada standard scaffolding terutama ketika main frame disambungkan ke atas dengan main frame yang lain. Pemasangan cross brace relatif mudah yaitu dengan memasukkan pen yang ada pada tiap-tiap frame ke lubang yang tersedia pada ujung-ujung cross brace kemudian dikunci dengan brace locking yang ada di badan main frame.
Joint pin and lock pin merupakan komponen scaffolding yang berfungsi sebagai penyambung dan pengunci antar main frame dengan main frame di atasnya. Merupakan bagian dari scaffolding yang berfungsi sebagai kaki dari main frame yang dapat pula diatur ketinggiannya untuk menambah ketinggian scaffolding sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan. Selain itu, base jack juga berfungsi sebagai bagian yang meratakan ketinggian scaffolding agar antar main frame dapat berdiri dengan ketinggian yang rata.
Merupakan bagian teratas dari scaffolding karena fungsinya untuk menahan balok gelagar (balok yang menyalurkan beban-beban dari bekisting ke scaffolding) yang juga dapat diatur ketinggiannya sama seperti adjustable base jack. Bagian ini disebut U-head karena bentuknya yang menyerupai huruf ‘U’. Dalam pemasangannya, U-head disambungkan ke main frame, sedangkan bagian yang berbentuk U dipasangkan balok gelagar. Kelebihan pengunaan scaffolding adalah sebagai berikut:
Selain tipe frame scaffolding, ada juga perancah besi/ baja tipe Peri Up shoring yang memiliki kemampuan mendukung beban hingga 4 ton per kaki seperti pada gambar di bawah ini.
Selain frame scaffolding, ada juga peri up shoring yang memiliki lebih banyak ukuran dari mulai ukuran lebar 25 cm sampai 400 cm dan ukuran tinggi 50 cm sampai 400 cm sehingga sangat fleksibel di berbagai kondisi di lapangan. Ada juga perancah besi/ baja tipe PD-8 shoring yang sanggup memikul beban yang bekerja hingga 8 ton per kaki. PD-8 shoring memiliki model yang hampir sama dengan tipe frame scaffolding, namun dimensi yang dimilikinya lebih besar dari tipe frame scaffolding.
Untuk keselamatan kerja, semua sistem perancah harus diperiksa oleh HSE inspektur sebelum digunakan. HSE inspektur harus melakukan pemeriksaan mingguan pada semua perancah, kemudian melebali (sistem penandaan) setiap perancah sebagai identifikasi perancah yang aman dan tidak aman. Selanjutnya, HSE inspektur melaporkan kepada Supervisor/Manager dan HSE Coordinator mengenai kondisi keamanan perancah tersebut. Berikut ini adalah persyaratan umum yang harus dipenuhi ketika melakukan pemasangan dan penyetalan komponen-komponen scaffolding :
Cara Penyambungan atau Penyetelan Scaffolding
Berikut di bawah ini cara penyetelan komponen-kompenan scaffolding agar bisa digunakan oleh pekerja secara aman :
Cara Pembongkaran Scaffolding
Metode pembongkaran scaffolding harus memperhitungkan kekuatan atau umur beton, biasanya dilakukan setelah beton berumur 14 hingga 28 hari. Pembongkaran scaffolding juga harus memperhatikan kebutuhan pekerjaan berikutnya, apakah masih dibutuhkan untuk tahapan item pekerjaan konstruksi selanjutnya ataukah sudah selesai. Oleh sebab itu perlu dilakukan perawatan scaffolding secara berkala agar pada saat pembongkaran tidak terjadi masalah.
Berikut ini langkah-langkah pembongkaran scaffolding :
|