Limbah deterjen mengalir sampai ke perairan dapat mengakibatkan terjadinya

Mencuci dan mandi merupakan penggunaan air terbesar di rumah tangga Indonesia. Selain isu boros air, isu lain yang perlu kita perhatikan adalah bahaya deterjen konvensional terhadap lingkungan. Rata-rata konsumsi penggunaan detergen tiap rumah tangga sebesar 50 gram/hari. Dalam setahun terdapat 720 ton detergen yang digunakan dan berakhir menjadi limbah cair (1)! Yuk, kita belajar apa dampak yang ditimbulkan dari penggunaan deterjen terhadap lingkungan. 

#1 Bahaya Deterjen Mengandung Senyawa Turunan Minyak Bumi

Deterjen konvensional terbuat dari berbagai macam senyawa kimia seperti builder, Pewangi buatan, dan yang paling berbahaya adalah surfaktan. Surfaktan merupakan senyawa turunan minyak bumi yang berfungsi untuk menurunkan tegangan pada permukaan air atau membuat lebih permukaan menjadi lebih basah sehingga lebih mungkin untuk berinteraksi dengan minyak juga lemak. Kebanyakan deterjen konvensional menggunakan surfaktan yang berupa phosphat, alkyl benzene sulfonate, Diethanolamines , Alkyl phenoxy. Semua senyawa ini merupakan senyawa yang berasal dari sumber daya yang tidak dapat diperbarui (minyak bumi), beracun, dan berbahaya bagi lingkungan.

#2 Bahaya Deterjen Memicu Eutorfikasi dan Pencemaran Air

Senyawa phosphate merupakan salah satu penyebab pencemaran air terbesar. 42% dari penyakit manusia dan hewan disebabkan oleh senyawa ini. Menurut Prof Narinder K. Kauschik, Professor Emeritus untuk environmental biology di Canadian University of Guelph,masalah utama adalah senyawa phosphate yang menyebabkan eutrofikasi pada ekosistem air.

Eutrofikasi adalah suatu kondisi pesatnya pertumbuhan tanaman enceng gondok dan ganggang. Jika kondisi ini dibiarkan maka permukaan sungai atau rawa akan tertutup tanaman ini. Dampak negatif akan dirasakan oleh biota air dibawahnya karena eutrofikasi menghambat sirkulasi oksigen dan sinar matahari. Lalu tumbuhnya ganggang yang pesat dapat meningkatkan unsur hara di dalamnya. Lama kelamaan bukan tidak mungkin kondisi ini dapat menyebabkan biota di dalamnya mati atau bahkan mengalami kepunahan.

#3 Mengandung Bahan yang Sulit Terurai

Surfaktan yang bersal dari minyak bumi, akan sulit terurai di alam bebas. Senyawa seperti Alkyl Benzene Sulfonates (ABS) yang banyak digunakan pada deterjen anti noda. Sebagai alternatifnya, terdapat senyawa Alkyl Phenoxy, Polyethoxy Ethanol, dan Diethanolamines yang hanya sedikit lebih cepat untuk terurai dibandingkan dengan ABS.

#4 Penyebab Berbagai Penyakit

Berbagai senyawa buatan di deterjen dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti iritasi kulit, mata, bahkan memicu kanker.Laporan lengkap mengenai dampak deterjen terhadap lingkungan dan kesehatan bisa dilihat disini. 

#5 Kemasan Plastik tidak Ramah Lingkungan

Kebanyakan deterjen yang ada dipasaran saat ini, di kemas oleh kemasan botol plastik atau lebih buruknya adalah kemasan pouch daur ulang yang berbahan campuran antara aluminum foil dan plastik sehingga sangat sulit untuk di daur ulang. Hal ini menyebabkan permasalahan baru, selain deterjen yang berbahaya bagi lingkungan, kemasan deterjen pun tidak dapat terurai hingga 450 tahun.

Jadi, Yuk beralih ke deterjen ramah lingkungan, Kamu bisa buat resep DIY deterjenmu disini atau menggunakan buah lerak sebagai pengganti sabun / deterjen yang bisa kamu beli disini. 

Dwi Sasetyaningtyas, atau akrab dipanggil Tyas, memulai perjalanannya untuk hidup lebih berkelanjutan dan minim sampah di tahun 2018. Saat ini, Tyas sedang menulis buku tentang hidup berkelanjutan yang segera akan diterbitkan akhir tahun ini.

Andono menjelaskan detergen mengandung senyawa kimia fosfat yang biasa terkandung dalam pupuk. Menurut dia, senyawa tersebut dapat membebani kali atau waduk sehingga enceng gondok tumbuh subur. “Kalau dibiarkan saja, sudah tertutup Waduk Pluit dengan enceng gondok,” kata Andono.

Efek jangka panjangnya, kata Andono, bisa lebih besar dari hal tersebut. Menurut dia, limbah detergen di kali dan sungai pada ujungnya akan berlabuh ke laut dan mengganggu ekosistem di sana.

Senyawa fosfat yang tinggi di laut akan membuat ganggang atau alga tumbuh subur. Sampai pada suatu saat, bisa muncul ledakan pertumbuhan ganggang. “Kalau itu terjadi bisa mengakibatkan kematian massal ikan,” kata Andono.

Andono mengatakan ancaman dari limbah detergen sebenarnya telah berlangsung. Namun, tidak banyak warga yang menyadari dan peduli. “Kami menyebutnya silent danger, atau bahaya yang sunyi. Ketika suatu saat meledak, akan membuat kekagetan yang luar biasa,” ujarnya.

Sebagai gambaran, Andono mengatakan takaran limbah detergen di Kali Sentiong atau Kali Item telah melewati batas aman. “Di Kali Sentiong detergennya sudah 2500 miligram per liter, padahal batasnya hanya 200 miligram per liter,” kata dia.

Andono mengungkapkan, kondisi yang sama juga terjadi di hampir seluruh kali dan sungai yang ada di Ibu kota. Rata-rata unsur limbah detergen melebihi batas aman, yakni 200 miligram per liter.

“Data pemantauan kami di 90 titik di Jakarta, hanya dua titik yang dibawah 200 miligram per liter,” kata Andono. “Salah satu yang masih bagus atau tidak melebihi batas adalah Kalimalang”.

Baca: Busa di Kali Sentiong, Anies akan Batasi Pemakaian Detergen Keras

Menurut Andono, tingginya tingkat pencemaran limbah detergen di kali tidak terlepas dari perilaku warga. Menurut dia, kebanyakan warga membuang limbah detergen ke got, lantas mengalir di saluran air dan berakhir di kali hingga laut.

Karena itu, untuk mencegah resiko limbah detergen, Andono mengatakan perlu penanganan yang komprehensif dari hulu ke hilir. Di hilir, kata Andono, langkah yang bisa dilakukan adalah dengan memperbanyak pembangunan Instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Instalasi tersebut berfungsi mengolah limbah rumah tangga warga. “Tapi memang pembangunannya butuh waktu,” kata dia.

Sementara di hulu, Andono mengatakan perlu adanya standar baru untuk produksi detergen. Langkah ini sebelumnya pernah dinyatakan oleh Gubernur DKI Anies Baswedan. Anies berencana membicarakan pengaturan detergen yang lebih ramah lingkungan dengan Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan.

“Kita harap ada Standar Nasional Indonesia (SNI) yang lebih ramah lingkungan untuk detergen. Karena di Jakarta ini selain warganya banyak, kalinya juga bukan kali yang mengalir,” kata Andono.

TERAS.ID | TEMPO.CO

Tahukah kamu bahwa detergen yang kamu pakai setiap hari membahayakan lingkungan hidup? Bahkan permasalahan limbah detergen pernah muncul sebagai polemik di Jabodetabek pada tahun ini setelah temuan Kanal Banjir Timur (KLB) Kali Marunda, Jakarta Utara dan Kali Bekasi, Jawa Barat yang hampir seluruh permukaannya tertutup busa detergen. 

Rata-rata konsumsi penggunaan detergen tiap rumah tangga sebesar 50 gram/hari. Coba kamu bayangkan dengan jumlah penduduk di Indonesia sekitar 220 juta jiwa dan terdiri dari sekitar 40 rumah tangga maka dalam setahun terdapat 720 ton detergen yang digunakan dan berakhir menjadi limbah cair. Angka yang fantastis ya! 

Padahal detergen yang dibuat dari bahan kimia memiliki resiko bahaya yang besar bagi lingkungan hidup. Dengan menyimak 4 poin berikut ini akan membuat kamu memahami mengapa detergen sangat berbahaya bagi lingkungan dan ekosistem.

global24jam.com

Perairan sungai atau rawa yang tercemar limbah detergen dapat memicu timbulnya eutrofikasi. Eutrofikasi adalah suatu kondisi pesatnya pertumbuhan tanaman enceng gondok dan ganggang. Jika kondisi ini dibiarkan maka permukaan sungai atau rawa akan tertutup tanaman ini. 

Dampak negatif akan dirasakan oleh biota air dibawahnya karena eutrofikasi menghambat sirkulasi oksigen dan sinar matahari. Lalu tumbuhnya ganggang yang pesat dapat meningkatkan unsur hara di dalamnya. Lama kelamaan bukan tidak mungkin kondisi ini dapat menyebabkan biota di dalamnya mati atau bahkan mengalami kepunahan.

medcom.id

Kondisi limbah detergen yang tak terkendali akan menyebabkan pencemaran air di got-got yang mengalir ke sungai lalu bermuara di laut. Apabila debit limbah detergen semakin besar maka sangat memungkinkan terjadinya pencemaran terhadap air tanah. Padahal air tanah digunakan sebagai sumber air minum masyarakat, sehingga zat kimia berbahaya penyusun detergen secara tidak langsung akan ikut terminum. 

Selain itu, adanya busa sabun di permukaan perairan juga akan menghalangi cahaya matahari dan sirkulasi oksigen sehingga dapat menyebabkan kematian biota air di bawahnya.

Baca Juga: Pria Hindari Perilaku Ramah Lingkungan karena Takut Kurang Maskulin

greenpeace.org

Salah satu zat penyusun detergen adalah alkyl benzene sulfonate. Alkyl benzene sulfonate bersifat sulit terurai di alam sehingga banyak Negara yang sudah melarang penggunaan zat ini. Apabila jumlah limbah detergen terus bertambah maka kandungan alkyl benzene sulfonate juga akan semakin banyak mencemari lingkungan. 

Namun saat ini terdapat alternatif penggantinya yaitu linear alkyl sulfonate meskipun zat ini juga hanya mampu terurai 50 persennya saja.

irishtimes.com

Limbah detergen yang mengalir di sungai-sungai akan berujung di laut. Sementara itu, detergen mengandung banyak sekali bahan kimia berbahaya seperti zat pewangi, pemutih, alkyl benzene sulfonate, nonylphenol ethoxylates, surfaktan, dan fosfat. Semua zat kimia tersebut dapat mengancam kelangsungan hidup biota laut. 

Meskipun demikian, kamu bisa melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir dampak detergen terhadap kelestarian lingkungan dan ekosistem. Hal sederhana yang bisa kamu lakukan adalah mengurangi takaran jumlah penggunaan detergen dan jumlah air pencucian karena kondisi pakaian yang tidak terlalu kotor sebenarnya bisa menjadi bersih hanya dengan dikucek saja. Upaya lain yang bisa dilakukan yaitu dengan mengganti produk detergen dengan bahan alami seperti baking soda atau cuka yang dicampur dengan perasan air lemon. 

Mulai sekarang kamu sudah bisa mulai mempraktikkan beberapa solusi mudah tersebut untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan dari detergen. Atau mungkin kamu sudah pernah mencobanya? Kamu bisa sharing melalui kolom komentar di bawah ini ya.

Baca Juga: Lapisan Es Mencair, Para Ilmuwan Punya Ide Gila Mendongkrak Antartika

Baca Artikel Selengkapnya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA