Laporan keuangan yang lengkap menurut psak adalah harus memiliki pomponen-komponen

Jakarta, CNN Indonesia --

Laporan keuangan diartikan sebagai laporan kinerja suatu perusahaan dalam periode tertentu. Dari data-data tersebut, para pengguna informasi akuntansi dapat mengetahui secara pasti kondisi keuangan perusahaan.

Agar dapat terbaca dengan jelas, akurat, dan terstruktur, laporan keuangan harus dibuat sesuai dengan jenis-jenis laporan keuangannya.

Pembuatan laporan keuangan mengikuti Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Pedoman tersebut memudahkan akuntan dalam mengonsepkan dan membuat prosedur keuangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Standar akuntansi di Indonesia sendiri mengacu pada standar akuntansi internasional yang disebut International Financial Reporting Standards (IFRS).

Jenis Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang lengkap menurut psak adalah harus memiliki pomponen-komponen
5 jenis laporan keuangan yakni laporan laba rugi, neraca, perubahan modal, arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Foto: iStockphoto/Chainarong Prasertthai)

SAK menentukan 5 jenis laporan keuangan yang lazim digunakan di Indonesia, yakni laporan laba rugi, neraca, perubahan modal, arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Berikut penjelasannya.

1. Laporan Laba Rugi (Income Statement)

Laporan ini berfokus pada tiga hal yakni pendapatan, biaya, dan untung-rugi. Sesuai namanya, laporan ini membantu anda mengetahui apakah perusahaan atau bisnis anda untung atau rugi.

Laporan laba rugi kerap disebut sebagai laporan kinerja keuangan perusahaan atau bisnis.

Dalam laporan ini, Anda juga akan mendapatkan informasi pendapatan, pengeluaran, dan beban pajak. Informasi ini, dapat membantu anda dalam mengambil kebijakan atau keputusan terkait langkah selanjutnya dalam bisnis atau perusahaan.

  • Pendapatan: Mengacu pada keuntungan penjualan barang atau jasa dalam periode tertentu. Biasanya pendapatan yang disajikan dalam laporan adalah pendapatan yang dihasilkan dari penjualan tunai dan kredit.
  • Beban: Beban adalah biaya operasional yang terjadi di entitas dalam periode tertentu. Contoh dari beban adalah gaji, transportasi, anggaran pelatihan, utilitas, hingga pajak.
  • Untung rugi: Mengacu pada laba bersih setelah dikurangi biaya dari pendapatan. Semakin tinggi angka pendapatan dibanding beban, maka keuntungan juga tinggi begitupun sebaliknya.

2. Laporan Neraca (Balance Sheet)

Neraca bisa disebut juga sebagai Laporan Posisi Keuangan. Jenis laporan keuangan ini menyajikan informasi seputar aset, kewajiban, dan modal dalam satu periode secara menyeluruh dan terperinci.

Sederhananya, laporan neraca berfungsi sebagai penunjuk kondisi dan informasi keuangan perusahaan.

Informasi aset, kewajiban, dan modal adalah elemen penting dalam laporan neraca. Untuk mengetahuinya, dapat menggunakan rumus persamaan akuntansi: Aset = Kewajiban+Modal.

  • Aset/aktiva: Aset adalah sumber daya perusahaan yang terdaftar secara hukum dan bernilai ekonomi. Misalnya bangunan, tanah, mobil, dan uang. Aset terbagi menjadi dua kategori yaitu, aset lancar atau jangka pendek dan aset tak lancar.
  • Kewajiban: Kewajiban adalah utang perusahaan yang harus dibayarkan kepada pihak lain. Contoh kewajiban adalah pinjaman bank, pajak, piutang, pinjaman ke institusi finansial, dan overdraft.
  • Modal: Modal adalah harta kekayaan perusahaan yang dimiliki oleh pemilik perusahaan. Modal akan bertambah seiring dengan bertambahnya investasi ke dalam perusahaan. Yang termasuk dalam modal adalah pendapatan tetap, modal saham, dan sebagainya.

3. Laporan Perubahan Modal

Dalam perjalanan operasional perusahaan, modal awal dapat mengalami perubahan sesuai kinerja perusahaan. Laporan perubahan modal dibuat untuk mengetahui seberapa besar perubahan modal yang terjadi beserta penyebab perubahannya.

Data yang diperlukan untuk membuat laporan adalah modal awal, pengambilan dana dari periode yang diinginkan, dan total laba rugi bersih yang diperoleh. Namun, laporan perubahan modal hanya dapat dibuat setelah laporan laba rugi telah dikerjakan lebih dulu.

4. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)

Laporan ini membantu memahami perputaran arus uang perusahaan yang masuk dan keluar. Selain itu, laporan arus kas juga berfungsi sebagai indikator prediksi arus kas pada periode yang akan datang.

Arus kas masuk dapat dilihat dari hasil kegiatan operasional dan kas pendanaan atau pinjaman. Sedangkan arus kas keluar dilihat dari seberapa banyak biaya operasional atau investasi yang dikeluarkan perusahaan.

Laporan arus kas terbagi dalam 3 jenis, yakni aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.

  • Aktivitas operasi: Laporan kegiatan yang berkaitan dengan penjualan, pembelian, dan pengeluaran operasional perusahaan, meliputi penjualan produk atau jasa, pembayaran bunga dan pajak pendapatan, pembayaran sewa, gaji dan upah.
  • Aktivitas investasi: Berkaitan dengan aktivitas arus kas yang dihasilkan dari penjualan atau pembelian aktiva tetap. Contoh, pembelian atau penjualan properti, pabrik, peralatan, dan aset tidak lancar lainnya dan aset keuangan lainnya.
  • Aktivitas pendanaan: Merupakan aktivitas kas yang berasal dari penambahan modal perusahaan. Untuk menghitungnya, Anda dapat menambahkan atau mengurangi nilai kas dari kewajiban jangka panjang dan ekuitas pemilik.

Laporan arus kas sama pentingnya dengan laporan laba-rugi dan neraca saat menganalisis arus kas perusahaan. Tanpa laporan arus, sulit untuk mendeteksi baik-buruknya kinerja perusahaan.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK)

Catatan atas laporan keuangan disusun berdasarkan penjelasan rinci terkait jenis laporan keuangan neraca, laba rugi, perubahan modal, dan arus kas perusahaan. Hal ini dilakukan agar perusahaan memiliki pemahaman baik terkait pengelolaan dana secara menyeluruh.

Catatan atas laporan keuangan ini biasanya dibuat oleh perusahaan berskala besar guna pengungkapan informasi laporan keuangan yang memadai.

Demikian 5 jenis laporan keuangan dengan fungsinya masing-masing dalam pelaporan keuangan perusahaan.

(fef/fef)

[Gambas:Video CNN]

Oleh: Harry Andrian Simbolon SE., M.Ak., QIA

Semenjak dikeluarkannya PSAK No. 1 (Revisi 2009) pada tanggal 15 Desember 2009 dan berlaku efektif 1 Januari 2011, Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan di Indonesia harus berpedoman pada standar tersebut. Standar tersebut merupakan adopsi dari International Audit Standard (IAS) 1: Presentation of Financial Statements per 1 Januari 2009.

Dalam tulisan ini saya akan menyajikan paparan singkat mengenai kandungan yang terdapat dalam PSAK No. 1 tersebut.

Ada beberapa istilah baru atau penggantian istilah yang mungkin agak sedikit asing terdengar oleh kita, beberapa diantaranya adalah:

  • Liabilitas sebagai ganti dari istilah kewajiban
  • Ekuitas sebagai ganti dari istilah modal
  • Laporan posisi keuangan sebagai ganti dari Neraca
  • Laporan laba rugi komprehensif sebagai ganti dari laporan laba rugi
  • Aset dan liabilitas keuangan
  • Dll

Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:

  1. laporan posisi keuangan pada akhir periode;
  2. laporan laba rugi komprehensif selama periode
  3. laporan perubahan ekuitas selama periode;
  4. laporan arus kas selama periode;
  5. catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya; dan
  6. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

Informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan menjadi lebih informatif bagi pengambil keputusan, hal ini tampak nyata dari format laporan keuangan yang sedikit tampil beda dari sebelumnya, seperti:

  • Laporan laba rugi komprehensif disajikan secara tegas dengan langsung mengurangi Pendapatan dengan Beban dan beban pendanaaan sehingga diperoleh total laba rugi komprehensif, berbeda dengan format yang lama yg masih mengakomodir kepentingan internal dama memisahkan pendapatan dan laba operasi.
  • Tidak ada lagi komponen pendapatan dan beban lainnya atau pos luar biasa.
  • Total laba komprehensif langsung diatribusikan kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik berdasarkan dua katagori: kepentingan non-pengendali dan pemilik entitas induk. Demikian juga komponen ekuitas pemilik dalam laporan posisi keuangan disajikan berdasarkan dua katagori ini.
  • Terdapat laporan laba rugi komprehensif lainnya yang dapat dibuat satu dengan laporan laba rugi komprehensif atau dibuat terpisah masing-masing.
  •  Didalam laporan perubahan ekuitas menyajikan secara terinci masing-masing komponen yang terdapat dalam laoran laba rugi komprehensif lainnya.
  • Jika entitas melakukan penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya, maka entitas wajib membuat laporan posisi keuangan secara komparatif secara dua tahun ditambah awal periode komparatif. Contoh jika entitas melakukan reklasifikasi pada tahun 2011, maka laporan posisi keuangan dibuat untuk periode komparasi 31 Desember 2011, 31 Desember 2010 dan 1 Januari 2010.

Alasan yang masuk akal mengapa laporan laba rugi dibuat secara tegas seperti disebutkan diatas adalah karena pengguna laporan keuangan adalah bersifat umum sehingga dibuat sesimple dan segampang mungkin dimengerti oleh semua pengguna. Sementara format laporan sebelumnya lebih bersifat untuk keperluan internal manajemen yang memisahkan laba kotor dan laba operasi. Dalam IFRS semua pendapatan dan beban yang terjadi adalah akibat aktifitas operasi perusahaan. Demikian juga alasan logi mengapa tidak ada lagi pos-pos luar biasa sebagai mana format laporan yang lama adalah karena pos-pos luar biasa seharusnya tidak bisa terjadi lagi, karena manajemen dapat mengantisipasi terjadinya pos tersebut dengan asuransi.

Beberapa prinsip dalam menyajikan laporan keuangan masih sama seperti standar yang lama, Prinsip-prinsip tersebut adalah Kelangsungan usaha, Dasar Akrual, Materialitas dan Agregasi, Saling Hapus, Frekuensi Pelaporan, Informasi Komparatif dan Konsistensi Penyajian.

Kelangsungan usaha

Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Entitas menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen bertujuan untuk melikuidasi entitas atau menghentikan perdagangan, atau tidak mempunyai alternatif lainnya yang realistis selain melakukannya.

Dasar Akrual

Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Ketika akuntansi berbasis akrual digunakan, entitas mengakui pos-pos sebagai aset, laibilitas, ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika pos-pos tersebut memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsurunsur tersebut dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.

Materialitas dan Agregasi

Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material. Entitas menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos tersebut tidak material. Laporan keuangan merupakan hasil dari pemrosesan sejumlah transaksi atau peristiwa lain yang diklasifikasikan sesuai sifat atau fungsinya. Tahap akhir dari proses penggabungan dan pengklasifikasian adalah penyajian dalam laporan keuangan. Jika suatu klasifikasi pos tidak material, maka dapat digabungkan dengan pos lain yang sejenis dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan. Suatu pos mungkin tidak cukup material untuk disajikan terpisah dalam laporan keuangan tetapi cukup material untuk disajikan terpisah dalam catatan atas laporan keuangan.

Saling Hapus

Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan laibilitas atau pendapatan dan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh suatu PSAK. Entitas melaporkan secara terpisah untuk aset dan laibilitas serta pendapatan dan beban. Saling hapus dalam laporan laba rugi komprehensif atau laporan posisi keuangan atau dalam laporan laba rugi terpisah (jika disajikan) mengurangi kemampuan pengguna laporan keuangan baik untuk memahami transaksi, peristiwa dan kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk menilai arus kas entitas di masa depan, kecuali jika saling hapus mencerminkan substansi transaksi atau peristiwa. Pengukuran aset secara neto setelah dikurangi penyisihan penilaian (misalnya, penyisihan keusangan atas persediaaan dan penyisihan piutang tak tertagih) tidak termasuk kategori saling hapus.

Frekuensi Pelaporan

Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi komparatif) setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari periode satu tahun, sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, maka entitas mengungkapkan:

  • alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih pendek; dan
  • fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat diperbandingkan secara keseluruhan.

Informasi Komparatif

Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan lain oleh SAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

Konsistensi Penyajian

Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten kecuali:

  • setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau review atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria untuk penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam PSAK 25; atau
  • perubahan tersebut diperkenankan oleh suatu PSAK.

Dalam membedakan aset lancar dan tidak lancar, klasifikasi yang digunakan salah satunya adalah berdasarkan realisasi aset tersebut atau bermaksud untuk menjual atau menggunakannya dalam siklus operasi normal. Jadi yang dimaksud lancer itu belum tentu satu tahun, jika misalnya perusahaan produsen tebu dimana siklus usaha normalnya adalah enam bulan, maka asset lancarnya diklasifikasikan dalam enam bulan. Demikian pula dengan liabilitas, memiliki landasan berpikir yang sama.

Jika pinjaman jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam satu tahun akan diperpanjang lagi, atau dilakukan peminjaman kembali, maka klasifikasinya tidak dirubah menjadi pinjaman jangka pendek, sehingga tetap dalam klasifikasi pinjaman jangka panjang.

Pendapatan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban (termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi dari laporan pendapatan komprehensif sebagaimana dipersyaratkan oleh SAK lainnya. Komponen pendapatan komprehensif lain meliputi:

  1. perubahan dalam surplus revaluasi (lihat PSAK 16: Aset Tetap dan PSAK 19: Aset Tidak Berwujud);
  2. keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui sesuai dengan paragraf 94 PSAK 24: Imbalan Kerja;
  3. keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari entitas asing (lihat PSAK 11: Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing);
  4. keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali asset keuangan yang dikategorikan sebagai ’tersedia untuk dijual’ (lihat PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran);
  5. Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrument lindung nilai dalam rangka lindung nilai arus kas (lihat PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran)