1. Alibaba Gold Supplier
Berapa biaya ongkir di Alibaba? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Anda harus terlebih dahulu mengenal Supplier di Alibaba karena biaya ongkir seringkali sangat bergantung pada Supplier. Apabila Anda pernah mencari barang di Alibaba atau sekedar melihat websitenya, Anda akan menyadari bahwa ada 2 jenis supplier di website e-commerce ini. Kedua jenis Supplier di Alibaba yaitu Supplier biasa dan Alibaba Gold Suppliers. Biasanya, importir pemula mencari Supplier berdasarkan ada atau tidaknya logo Gold Supplier karena dianggap lebih trusted daripada Supplier biasa.
Namun, apakah sistem Gold Supplier Alibaba sama dengan sistem Power Merchant yang ada di Tokopedia? Jawabannya adalah tidak. Apabila di Tokopedia untuk menjadi Power Merchant diukur dari performa toko serta pendapatan, untuk menjadi Gold Supplier di Alibaba tidak sesulit itu. Berdasarkan website resmi Alibaba sendiri, untuk menjadi Gold Supplier hanya diperlukan paid membership dari Supplier tersebut. Artinya, gelar tersebut dapat dibeli dengan sangat mudah sehingga tidak selalu dapat dipercaya.
Lantas bagaimana cara mendapatkan Supplier yang tepat? Berikut adalah hal-hal yang harus Anda pertimbangkan ketika memilih Supplier:
- Harga produk yang dijual
- MOQ atau jumlah pembelian minimum
- Lama perusahaan Supplier tersebut berdiri di Alibaba
- Reputasi dan reviews Supplier tersebut
Apabila hal ini terlalu rumit dan memakan waktu, Anda dapat menggunakan layanan Fulfillment perusahaan pihak ketiga untuk membantu Anda melakukan Quality Control (QC). Dengan adanya Quality Control, pihak ketiga yang akan memastikan bahwa produk tersebut sudah sesuai dengan harga dan ekspektasi Anda. Salah satu perusahaan pihak ketiga yang dapat membantu Anda mengurangi banyak cost dan waktu adalah AsiaCommerce. Team AsiaCommerce menyediakan layanan pencarian barang dan Supplier pada para membernya. AsiaCommerce juga memiliki gudang di Guangzhou, China sehingga Anda tidak perlu mencemaskan penyimpanan dan pengiriman barang. Anda juga tidak perlu mengurus dokumen karena akan ada team yang mengurusnya untuk Anda. Apakah Anda tertarik untuk menjadi member kami? Yuk gabung menjadi member AsiaCommerce sekarang juga dan nikmati kemudahan berbisnis!
Biaya kirim barang domestik dinilai sangat mahal, apalagi ke wilayah terpencil. Misalnya, saja dari Jakarta ke wilayah timur Indonesia.
Menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti, hal itu terjadi karena kurangnya pembenahan pada transportasi laut di Indonesia. Angkutan laut nasional jumlahnya terlalu sedikit.
Dia bilang transportasi laut menjadi pekerjaan rumah besar untuk ditingkatkan oleh pemerintah. Salah satunya dalam rangka membentuk rantai pasok yang baik, hal ini dinilai dapat membentuk keseimbangan baru harga pengiriman barang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Transportasi laut mungkin harus jadi PR untuk ditingkatkan ke depan. Distribusi barang domestik memang lebih mahal," ungkap Destry dalam webinar yang diadakan Kementerian Perhubungan, Jumat (8/10/2021).
Baca juga: Jumlah Kapal Laut di RI Makin Dikit, Kirim Barang Bikin Kantong Jebol!
Saking mahalnya biaya pengiriman barang secara lokal, Destry menyinggung biaya kirim barang dari Jakarta ke daerah timur lebih mahal daripada biaya ekspor Jakarta ke China.
"Misalnya eksportir ekspor dari Jakarta ke China. Itu malah biayanya lebih murah daripada kirim dari Jakarta ke Indonesia timur," kata Destry.
Hal ini juga disoroti oleh ekonom senior Faisal Basri, dia mengatakan kian hari angkutan laut di Indonesia semakin sedikit jumlahnya. Padahal angkutan laut sangat dibutuhkan untuk distribusi barang khususnya ke daerah-daerah terpencil.
Baca juga: Pemerintah Genjot SDM Maritim Demi Daya Saing, Gimana Caranya?
Faisal Basri menilai sedikitnya jumlah angkutan laut membuat biaya kirim barang menjadi mahal.
"Kita keteteran di barangnya, manusia makin mobile, barangnya malah masih mahal diangkut lewat laut," kata Faisal Basri dalam acara yang sama.
Dalam paparannya, angkutan laut jumlahnya turun selama satu dekade. Di tahun 2010 kapasitas angkutan laut di Indonesia mencapai 8,96% sementara di tahun 2020 menjadi 6,94% saja dari total transportasi di Indonesia di semua moda.