Kemudahan yang diberikan Allah kepada manusia membuktikan sifat Allah

Rep: Kiki Sakinah Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam menekankan pada kebersihan diri, baik secara jasmani maupun rohani. Pembersihan itu di dalam Islam disebut dengan 'thaharah'. Tatacara bersuci atau pembersihan ini dilakukan terutama ketika hendak melaksanakan ibadah shalat.

Namun, Allah juga memberikan kemudahan dalam thaharah ini. Dalam keadaan darurat, seperti  tidak ada air atau dalam keadaan udzur yang tidak diperbolehkan terkena air, diperbolehkan untuk bersuci dengan cara tayamum. 

Hal itu seperti ditegaskan dalam Alquran surat Al-Maidah ayat 6 yang berbunyi, "Jika kalian tidak menemukan air, maka hendaklah kalian tayamum."

Tayamum merupakan cara bersuci dengan menggunakan suatu jenis tanah yang berupa debu, pasir, batu dan dinding. Adapun yang dimaksud dengan debu itu bisa termasuk debu apa saja. Bahkan, debu yang ada di atas punggung binatang (kendaraan), atau di atas tempat tidur yang terdapat debu-debu beterbangan.

Namun, tentunya tanah yang digunakan haruslah tanah yang bersih dan suci. Sedangkan tanah yang tidak bersih dan tidak suci tidak boleh digunakan sebagai media untuk tayamum.

Kemudahan yang diberikan Allah swt untuk bersuci dengan cara tayamum ini bukan tanpa sebab. Seperti dikutip dari buku berjudul "Panduan Sholat untuk Perempuan" yang ditulis oleh Nurul Jazimah, secara sosiologis dan geogafis, krisis air merupakan masalah yang kerap dihadapi oleh masyarakat Arab. Selain itu, perang juga kerap menyebabkan para sahabat di zaman Rasulullah saw kesulitan dalam mendapatkan air.

Karena itulah, tayamum diperkenankan sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya agar mereka bisa melaksanakan shalat dalam kondisi apapun. Bahkan, jika dalam kurun waktu 10 tahun seorang Muslim tidak mendapatkan air, maka diperkenankan untuk melaksanakan tayamum setiap kali hendak shalat. Sebagaimana Nabi saw bersabda, "Tanah yang baik adalah wudhu bagi orang Muslim, meskipun seorang Muslim tidak mendapatkan air selama 10 tahun. Jika mendapatkan air, maka ia hendaknya membersihkan kulitnya dengan air tersebut." (HR. Turmidzi dan Abu Daud).

Ada beberapa sebab atau syarat diperbolehkannya tayamum. Seperti dijelaskan dalam buku tersebut, tayamum diperkenankan bagi orang yang tidak menemukan air atau tidak mungkin mendapatkan air karena jauhnya jarak sumber air. Selain itu, tayamum diperkenankan dalam keadaan sakit atau terluka, sementara jika menggunakan air sakitnya bisa bertambah parah.

Selain itu, jika air terlalu dingin, sedangkan jika digunakan akan mengganggu kesehatan dan jika air yang dingin itu tidak bisa dipanaskan, maka diperbolehkan tayamum. Selanjutnya, jika air yang tersedia hanya cukup untuk kebutuhan minum, maka dipergunakan untuk melakukan tayamum.

Namun, adapula hal-hal yang dapat membatalkan tayamum itu sendiri. Orang yang sebelumnya dinyatakan sakit kemudian sembuh, ia harus kembali mengambil wudhu. Selain itu, jika air tersedia sebelum melaksanakan shalat, maka para ulama sepakat tayamum yang telah dilakukan menjadi batal. Selanjutnya, apabila tersedia air yang cukup untuk melaksanakan wudhu, meskipun sangat sedikit, maka diharuskan berwudhu.

Bersuci dengan cara tayamum dapat digunakan untuk mereka yang sedang dalam najis kecil maupun najis besar. Adapun cara melakukan tayamum ialah boleh dengan satu kali tepuk saja dengan kedua telapak tangan. Kemudian ditiup, lalu diusapkan pada wajah dan kedua tangan hingga siku. Boleh juga dilakukan dengan dua kali tepukan. Satu tepukan untuk diusapkan pada wajah dan satu kali tepukan diusapkan pada kedua lengan.

Sebagian orang berpandangan bahwa tayamum dilakukan seperti tata cara berwudhu. Yakni, mengusap kepala, kedua kaki, dan tangan serta wajahnya dengan debu. Namun, hal itu dikatakan sebagai kesalahan yang tidak sesuai sunnah.

Dikutip dari buku berjudul "400 Kesalahan dalam Shalat" oleh Mahmud Al-Mishri, bahwa tayamum dilakukan sesuai sunnah Rasulullah saw. Imam Ibnul Qayyim berkata, "Tidaklah benar bila Nabi saw bertayamum dengan dua kali usapan dan tidak pula sampai pada kedua siku."

Sementara itu, tata cara tayamum dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim ini. Dari Ammar, dia berkata, "Suatu ketika aku dalam keadaan junub dan tidak mendapatkan air, sedangkan aku merasa ragu cara bertayamum dengan debu. Lalu aku pun shalat. Setelah itu aku ceritakan hal itu kepada Nabi saw, lantas beliau bersabda, 'Bahwasannya engkau cukup melakukan demikian'. Beliau lalu menempelkan kedua telapak tangannya ke tanah, lalu meniupnya dan mengusapkannya pada wajah dan kedua tangannya."

Sedangkan dalam pelaksanaannya, tayamum dilakukan dengan mengucapkan basmalah terlebih dahulu, kemudian berniat tayamum. Adapun niat tayamum berbunyi seperti ini, "Ya Allah, aku berniat tayamum dalam rangka menghilangkan najis kecil untuk Allah Yang Maha Agung."

  • tayamum
  • cara bertayamum
  • syarat tayamum

Kemudahan yang diberikan Allah kepada manusia membuktikan sifat Allah

Cinta Allah itu adalah cinta yang tidak terbatas.

frontpagemag.com

Ini Bukti Cinta Allah kepada Hamba-Nya. Foto: Kaligrafi Allah

Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Cinta Allah itu adalah cinta yang tidak terbatas. Hakikat dan besarnya tidak bisa dipersamakan dengan kasih sayang siapa pun. Allah SWT berfirman, ''Rahmat (kasih sayang)-Ku meliputi segala sesuatu.'' (QS Al-A'raf [7]: 156).Untuk memberikan gambaran kepada umat tentang kasih sayang Allah, Rasulullah mengibaratkan kalau kasih sayang Allah itu berjumlah seratus, maka yang sembilan puluh sembilan disimpan dan satu bagian lagi dibagi-bagi. Yang satu bagian bisa mencukupi seluruh kebutuhan makhluk. Hal ini menunjukkan betapa luasnya cinta Allah. Ada beberapa bukti nyata-dari banyak bukti-tentang besarnya cinta Allah kepada manusia.

Bukti cinta yang pertama adalah diturunkannya Alquran. Allah SWT, Al Khaliq tidak membiarkan kita kebingungan dalam menjalani hidup. Dia menurunkan Alquran sebagai penuntun hidup, agar kita dapat meraih bahagia di dunia dan akhirat. Firman-Nya, ''Kitab ini tidak ada keraguan padanya; (merupakan) petunjuk bagi mereka yang bertakwa.'' (QS Al Baqarah [2] : 2).

Dalam ayat lain difirmankan pula, ''Sebenarnya Alquran itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; agar mereka mendapat petunjuk.'' (QS As-Sajdah [32]: 3).

Prof Dr Quraish Shihab mencatat ada tiga petunjuk penting yang diberikan Alquran. Pertama, petunjuk akidah yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Allah dan kepercayaan akan kepastian hari pembalasan. Kedua, petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan moral, baik yang menyangkut kehidupan pribadi maupun sosial. Ketiga, petunjuk mengenai syariat dan hukum, yaitu dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum dalam hubungannya dengan Allah dan sesama manusia.

Mengutus para rasul

Secara fitrah, setiap manusia membutuhkan teladan yang bisa dijadikan rujukan. Untuk memenuhi kebutuhan itulah, Allah mengutus para Rasul. Dalam QS Al An'am [6] ayat 48, Allah SWT berfirman, ''Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.''

Inilah bukti kecintaan Allah yang kedua. Dia tidak membiarkan manusia berjalan "sendirian". Dia mengaruniakan "teman terbaik" yang akan menemani manusia menuju jalan kebahagiaan, mengenalkan manusia kepada Tuhannya, sekaligus menjadi model manusia yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Firman-Nya, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (QS Al Ahzab [33]: 21).

Kita yang hidup tidak sezaman dengan Rasulullah SAW, dapat membuka warisannya berupa hadis dan sunah. Di dalamnya terdapat penjelasan yang rinci tentang semua ajaran Allah. Ajaran yang berisi tentang petunjuk menjalin hubungan dengan Allah (hablum minallah) dan dengan manusia (hablum minannas). Di dalamnya kita juga mendapati gambaran karakter mulia Rasulullah SAW sebagai teladan paling baik.

Diciptakannya alam semesta

Allah SWT tidaklah menciptakan alam semesta tanpa maksud. Dia menjadikan semua yang ada di bumi dan di langit untuk memenuhi kebutuhan manusia. Difirmankan, "Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu, kemudian Dia menuju langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS Al Baqarah [2]: 29).Seluruh potensi yang ada di dalam dan permukaan bumi dihamparkan untuk diambil manfaatnya oleh manusia. Tidak ada satu pun makhluk di alam ini yang tidak bermanfaat. Nyamuk misalnya. Walaupun menganggu, nyamuk dapat membangkitkan kreativitas manusia, obat nyamuk contohnya. Dengan adanya nyamuk, banyak orang yang tercukupi ekonominya.Allah telah menciptakan alam dengan sangat sempurna, sehingga manusia dapat hidup di dalamnya dengan nyaman. Semuanya telah ditata dengan akurat. Perjalanan siang dan malam, rantai makanan antara makhluk hidup sampai pada lingkungan tempat ia hidup, semuanya telah diatur dengan hukum-Nya.

Luasnya ampunan Allah

Bukti keempat adalah luasnya ampunan Allah SWT. Sebanyak apa pun dosa manusia, Allah pasti akan mengampuni, asalkan ia betul-betul bertobat. Allah SWT telah berjanji dalam Alquran, ''Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.'' (QS Hud [11]: 3)

Tangan Allah terbuka setiap saat bagi orang yang mau bertobat. Rasulullah SAW bersabda, "Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari agar orang yang berbuat keburukan di siang hari bertobat, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar orang yang berbuat keburukan di malam hari bertobat. (Ini akan terus berlaku) hingga matahari terbit dari arah Barat" (HR Muslim).

Dia akan mengampuni semua dosa, sekalipun dosanya sepenuh isi bumi, "Wahai manusia, sekiranya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa seisi bumi kemudian kamu bertemu Aku dengan dalam kedaan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu apa pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan membawa ampunan seisi bumi pula," demikian bunyi sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan Imam Tirmidzi.

Memberikan rezeki


Allah adalah Al Razzaq, Dzat Maha Pemberi Rezeki. Setiap makhluk diberi-Nya rezeki agar mereka dapat hidup dan beribadah kepada Allah SWT. Tidak ada satu pun makhluk yang tidak diberi rezeki, termasuk manusia. Firman-Nya, Katakanlah, 'Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)'. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah sebaik-baik pemberi rezeki.'' (QS Saba [34]: 39).

Demikian pula makhluk yang lain. ''Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz).'' (QS Hud [11]: 6)

Inilah tanda bukti cinta Allah yang kelima. Setiap kita telah diberi bagian rezeki. Yang perlu dilakukan adalah ikhtiar menjemput rezeki itu. Allah memberi kasih sayang-Nya yang tak terbatas agar kita bersyukur. Dan syukur yang paling utama adalah mengabdi dengan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun. Wallahu a'lam.

  • cinta Allah kepada makhluk
  • cinta Allah
  • Allah
  • Allah SWT
  • hikmah

Kemudahan yang diberikan Allah kepada manusia membuktikan sifat Allah

sumber : Harian Republika