Kapan terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api

tirto.id - Peristiwa Bandung Lautan Api akan kembali diperingati pada 24 Maret 2022. Peristiwa membumi hanguskan kota Bandung yang diinisiasi oleh rakyat dan tentara supaya Sekutu tidak dapat menjadikannya markas merupakan salah satu strategi paling ideal pada masa tersebut.

Pasalnya, kekuatan pasukan Republik Indonesia tidak sebanding dengan Sekutu, terlebih kedatanganya kembali dibersamai oleh NICA. Peristiwa ini kemudian terus dikenang oleh masyarakat Indonesia sejak saat ini. Tidak hanya itu, Bandung Lautan Api bahkan diabadikan dalam berbagai karya seperti dalam bentuk lagu dan film.

Latar Belakang Bandung Lautan Api

Latar belakang peristiwa Bandung Lautan Api dimulai dengan kedatangan pasukan Sekutu (Inggris) pada 12 Okrober 1945. Waktu ini adalah beberapa pekan semenjak Indonesia memproklamirkan kemerdekaan. Tidak hanya itu, waktu kedatangan tentara Sekutu ini juga hanya berjarak hitungan hari dari dibentuknya Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Indonesia sebelumnya sedang menyatukan perjuangan revolusi para pemuda melalui Badan Keamanan Rakyat sejak 22 Agustus 1945. Badan keamanan tersebut kemudian beralih nama menjadi TKR terhitung pada 5 Oktober 1945.

TKR ini dibentuk dari beberapa barisan militer meliputi Tentara Kolonial Hindia Belanda (KNIL), tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA), Pembantu Tentara (Heiho) dan bekas barisan pemuda (Seinendan).

Kedatangan tentara Sekutu ini tergabung dalam Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang baru saja memenangkan Perang Dunia II melawan Dai Nippon, Jepang. Mohammad Ully Purwasatria melalui Peranan Sukanda Bratamanggala dan Sewaka di Bandung Utara dalam Mempertahankan Kemerdekaan Tahun 1945-1948 (2014), menjelaskan bahwa kedatangan pasukan ini pada mulanya hanya untuk membebaskan tentara Sekutu dari tahanan Jepang.

Di samping itu, mereka juga mengantisipasi aksi amuk masa oleh orang-orang Indonesia terhadap orang-orang yang dianggap pro Belanda. Akan tetapi, Belanda justru membonceng pasukan Sekutu dan berkeinginan menguasai Indonesia kembali. Sehingga, terbakarlah perlawanan prajurit dan rakyat atas kedatangan Belanda tersebut.

Kronologi Bandung Lautan Api

Tentara Inggris yang datang terdiri dari orang-orang India (Sikh) dan Nepal (Gurkha) dari Brigade 37 pimpinan Kolonel McDonald. Mereka datang dengan membawa senjata lengkap kemudian menuntut senjata api yang berada di tangan rakyat Indonesia diserahkan.

Pada waktu tersebut, kekuatan militer Belanda di Indonesia belum pulih, sehingga Tentara Inggris yang bertugas bertempur dan melawan para pejuang Indonesia. Tuntutan pertama dari Tentara Inggris tidak digubris oleh para pejuang.

Dikutip dari Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (2008), orang-orang Belanda yng baru dibebaskan dari kamp-kamp tawanan mulai pula melakukan tindakan-tindakan yang mengganggu keamanan. Akibatnya, betrok senjata antara Belanda dan TKR pun tidak dapat dihindari.

Alih-alih menerima tuntutan penurunan senjata yang diimbaukan kepada rakyat Indonesia, TKR bersama laksar pejuang justru menyerang tempat kedudukan Inggris di Bandung Utara, termasuk markasnya di Hotel Savory Homann dan Hotel Preanger pada malam 24 November 1945.

Menanggapi serangan terhadap markasnya di Bandung, Kolonel Mc Donald kemudian mengeluarkan ultimatum kepada pihak Indonesia melalui Gubernur Jawa Barat, Mr. Datuk Djamin pada 24 November 1945. Ultimatum ini berisikan perintah untuk mengosongkan Bandung Utara dari para penduduk dan milisi Indonesia paling lambat 29 November 1945 pukul 12.00.

Akan tetapi, para milisi menolak ultimatum dan bertahan di Bandung Utara. Mereka bahkan mendirikan pos-pos gerilya di berbagai tempat. Pertempuran antara pihak Indonesia dan AFNEI kemudian terjadi di beberapa tempat seperti Cihaurgeulis, Sukjadi, Pasir Kaliki, dan Viaduct selama bulan Desember.

Ketegangan di Bandung terus terjadi hingga akhirnya pada 17 Maret 1946, Panglima Tertinggi AFNEI di Jakarta, Letnan Jenderal Montagu Stopford mengeluarkan ultimatum kedua yang memperingatkan kepada Soetan Sjahrir, Perdana Menteri RI untuk memerintahkan militernya mundur dari pusat kota Bandung Selatan sampai radius 11 kilometer.

Pihak TRI dibawah pimpinan Kolonel A.H. Nasution pada 24 Maret 1946 kemudian menindaklanjuti ultimatum kedua dengan memutuskan untuk membumi hanguskan kota Bandung. Rakyat pun mulai diungsikan, dengan gelombang terbesar bergerak melalui rel kereta api ke selatan sejauh 11 kilometer.

Warga juga mulai membakar rumah yang akan ditinggalkan. Di samping itu, pasukan TRI memiliki rencana yang lebih besar dengan membakar total pada pukul 24.00. Akan tetapi, rencana ini tidak berjalan lancar karena pada pukul 20.00, dinamit pertama telah meledak di Gedung Indische Retaurant.

Pasukan TRI pun akhirnya melanjutkan aksinya dengan meledakan gedung-gedung dan membakar rumah warga di Bandung Utara. Peristiwa ini yang kemudian dikenal oleh masyarakat Indonesia hingga kini sebagai Bandung Lautan Api.

Baca juga:

  • Teori Bangladesh Masuknya Islam ke Indonesia, Bukti Sejarah, Tokoh
  • Sejarah Hari Penghapusan Diskriminasi Rasial Sedunia 21 Maret 2022

Baca juga artikel terkait BANDUNG LAUTAN API atau tulisan menarik lainnya Syamsul Dwi Maarif
(tirto.id - sym/wta)


Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Nur Hidayah Perwitasari
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Sejarah Bandung Lautan Api – Tahukah kamu Peristiwa Bandung Lautan Api terjadi pada tanggal 23 Maret 1946. Ketika itu kondisi pertahanan dan keamanan setelah Indonesia merdeka belum Kembali stabil.

Pada beberapa daerah terjadi pertempuran memperebutkan kembali wilayah kekuasaan sekutu. Saat itu penduduk yang tinggal di Bandung kemudian diungsikan, sementara bangunan-bangunan penting dan rumah dibakar.

Kemudian peristiwa ini disebut juga sebagai Bandung Lautan Api. Pembakaran rumah serta bangunan ini sendiri dilakukan untuk mencegah sekutu serta tentara NICA Belanda menggunakan kota Bandung sebagai markas militer.

Monumen Bandung Lautan Api sendiri berada di lapangan Tegallega, Bandung. Monumen yang dibangun untuk mengenang peristiwa bersejarah perjuangan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan.

Penyebab Terjadinya Bandung Lautan Api sendiri bermula pada kedatangan sekutu dan NICA di Indonesia yang terjadi setelah Jepang menyerah kepada sekutu. Pada 16 Agustus 1945 saat rombongan dari perwakilan sekutu sedang berada di Tanjung Priok, Jakarta, Rombongan ini dipimpin oleh Laksamana Muda W.R. Patterson.

Pasukan yang pada awalnya menjadi sekutu ini disambut baik oleh masyarakat. Namun dengan kemunculan NICA yang kemudian membuat Indonesia curiga.

NICA yang memberikan senjata kepada bekas anggota Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL). Satuan KNIL ini kemudian dibebaskan oleh Jepang dan bergabung dengan NICA.

Penyebab terjadinya peristiwa ini sendiri dimulai pada 12 Oktober 1945. Mengutip dari kemdikbud.go.id, Brigade MacDonald yang datang bersamaan dengan pasukan sekutu. Ketika itu sekutu meminta senjata api yang dimiliki penduduk untuk diserahkan, kecuali kepada Polisi dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Orang-orang Belanda di kamp tahanan yang baru saja dikeluarkan mengacaukan keamanan hingga akhirnya terjadi bentrokan antara sekutu dan TKR.

Tanggal 24 November 1945, TKR kemudian mulai menyerang markas sekutu di Bandung bagian utara. Serangan ini sendiri dilakukan di Hotel Homan dan Hotel Preanger. Selain di Bandung, aksi serupa juga terjadi di Surabaya, Manado, Sukabumi, Medan, Ambarawa dan Biak.

Sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api

Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald yang tiba di Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945, dan dari semula sudah bersitegang dengan pemerintah RI. Mereka kemudian menuntut agar semua senjata api yang ada di tangan penduduk, kecuali TKR, diserahkan kepadanya.

Orang-orang Belanda yang baru saja dibebaskan dari kamp tawanan kemudian mulai melakukan tindakan-tindakan yang mengganggu keamanan. Akibatnya, bentrokan bersenjata kemudian di antara Inggris dan TKR.

Malam tanggal 21 November 1945, TKR serta badan-badan perjuangan melancarkan serangan kepada kedudukan-kedudukan Inggris bagian utara, termasuk di Hotel Homann serta Hotel Preanger yang mereka gunakan sebagai markas.

Tiga hari setelahnya MacDonald kemudian menyampaikan ultimatum pada Gubernur Jawa Barat agar Bandung Utara segera dikosongkan oleh penduduk Indonesia, termasuk dari pasukan bersenjata.

Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia (TRI) sebagai sebutan bagi TNI pada saat itu untuk meninggalkan kota Bandung kemudian mendorong TRI dalam melakukan operasi “bumi-hangus”.

Para pejuang pihak Republik Indonesia tidak rela jika Kota Bandung kemudian dimanfaatkan oleh pihak Sekutu serta NICA. Keputusan ini sendiri diambil untuk membumihanguskan Bandung melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan pihak RI, hingga akhirnya pada tanggal 23 Maret 1946 Kolonel Abdoel Haris Nasoetion sebagai Komandan Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah ini dan memerintahkan evakuasi Kota Bandung.

Pada hari yang sama rombongan besar penduduk Bandung kemudian mengalir panjang meninggalkan kota Bandung dan malam itu pembakaran kota tersebut segera berlangsung.

Bandung yang pada saat itu sengaja dibakar oleh TRI serta rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Di mana-mana asap hitam mengepul membubung tinggi hingga semua listrik mati.

Tentara Inggris kemudian mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran terbesar ini terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat sebuah Gudang dengan amunisi besar milik Tentara Sekutu.

Dalam pertempuran ini Ramdan dan Muhammad Toha sebagai dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) terjun dalam suatu misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut. Muhammad Toha yang meledakkan gudang tersebut dengan dinamit.

Gudang ini kemudian terbakar dan meledak bersamaan dengan kedua milisi tersebut di dalamnya. Staf pemerintah kota Bandung kemudian tetap tinggal di dalam kota, demi menjaga keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ia turut serta dalam rombongan yang mengevakuasi dari Bandung.

Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah dikosongkan dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api. Pembumi-hangusan Bandung ini dianggap sebagai strategi yang tepat dalam Perang Kemerdekaan Indonesia karena kekuatan TRI serta milisi rakyat tidak sebanding jika dibandingkan dengan kekuatan pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah besar.

Setelah peristiwa ini berlangsung TRI bersama milisi rakyat kemudian melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini mengilhami diciptakannya lagu Halo, Halo Bandung yang nama penciptanya masih menjadi bahan perdebatan.

Beberapa tahun setelahnya lagu “Halo, Halo Bandung” secara resmi ditulis dan menjadi kenangan akan emosi yang para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia alami saat itu, menunggu untuk kembali ke kota tercinta mereka yang telah menjadi lautan api.

Tokoh Bandung Lautan Api

Peristiwa Bandung Lautan Api (BLA) sebagai suatu peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia yang terjadi pada tanggal 23 Maret 1946 pukul tujuh jam, dimana sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumahnya serta meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan.

Hal ini sendiri dilakukan guna mencegah tentara Sekutu serta tentara NICA Belanda dalam menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam rangka Perang Kemerdekaan Indonesia.

Istilah Bandung Lautan Api kemudian digunakan sebagai istilah yang terkenal setelah peristiwa pembumihangusan ini terjadi. Jenderal A.H Nasution yang berperan sebagai Jenderal TRI dalam pertemuan di Regentsweg (kini sebagai Jalan Dewi Sartika), setelah kembali dari pertemuannya dengan Sutan Sjahrir di Jakarta, kemudian memutuskan strategi terhadap Kota Bandung usai menerima ultimatum dari Inggris tersebut.

Peristiwa Bandung Lautan Api sendiri menjadi inspirasi Ismail Marzuki untuk menciptakan lagu Halo-Halo Bandung. Lagu yang menggambarkan bagaimana semangat perjuangan masyarakat dalam peristiwa tersebut. Berikut di bawah ini adalah tokoh-tokoh penting peristiwa Bandung Lautan Api.

  • Kolonel Abdul Haris Nasution sebagai komandan divisi III kemudian menyampaikan musyawarah yang dilakukan pada 23 Maret 1946, juga memberi perintah dalam mengungsikan masyarakat Kota Bandung.
  • Mohammad Toha sebagai komandan pejuang dalam Bandung Lautan Api. Ia diberikan misi untuk menghancurkan amunisi serta senjata milik sekutu, di gudang senjata.
  • Sutan Sjahrir dan Abdul Haris Nasution yang melakukan rencana membumihanguskan kota Bandung.
  • Atje Bastaman sebagai wartawan muda yang menuliskan koran Suara Merdeka. Ade sendiri menuliskan peristiwa bersejarah ini untuk liputannya.
  • Mayor Rukana Mayor Rukana sebagai komandan polisi militer di kota Bandung. Ialah yang mencetuskan ide membakar kota Bandung untuk menyelamatkan wilayah dari kekuasaan sekutu.

Mengenang 10 Titik Stilasi dalam Peristiwa Bandung Lautan Api

Peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada 76 tahun silam atau 24 Maret 1946 merupakan momen penting bagi rakyat Indonesia, khususnya masyarakat Kota Bandung. Saat-saat tersebut masyarakatnya memilih membumihanguskan rumahnya dibanding menyerahkannya kepada militer sekutu guna mempertahankan bumi Sunda.

Sebagai bentuk penghormatan kepada perjuangan para pahlawan serta Warga Bandung, dibuatlah monumen Bandung Lautan Api (BLA) yang berlokasi di Lapangan Tegallega. Selain itu, Kota Bandung juga memiliki 10 stilasi atau bukti yang tersebar di 10 titik.

Sumber: kly.akamaized.net

Stilasi-stilasi ini sendiri digunakan sebagai penanda tempat pertama kalinya pembacaan teks proklamasi oleh rakyat Bandung. Lokasi peristiwa terjadinya perobekan bendera Belanda atau markas para pejuang Bandung Lautan Api. Berikut ini adalah 10 stilasi Bandung Lautan Api.

Jalan Ir H. Juanda – Sultan Agung

Stilasi ini berada di depan gedung bekas kantor berita Jepang, Domei yang telah ada sejak tahun 1937. Menurut catatan sejarah, di kantor berita inilah kemudian untuk pertama kalinya teks proklamasi dibacakan oleh rakyat Bandung. Kali ini bangunan ini adalah Kantor Bank BTPN.

Jalan Braga

Stilasi 2 ini berada persimpangan Jalan Braga serta Jalan Naripan yang terletak di gedung Bank Jabar dahulunya bernama Gedung Denis. Di gedung ini, pada Oktober 1945, pejuang Bandung Moeljono serta E. Karmas merobek bendera Belanda.

Jalan Asia-Afrika

Stilasi 3 berada di depan Gedung Asuransi Jiwasraya di Jalan Asia-Afrika atau tepatnya berada di seberang Masjid Raya Jawa Barat. Dulunya, gedung ini digunakan sebagai markas resimen 8 yang dibangun pada tahun 1922.

Jalan Simpang

Stilasi 4 ini berada pada sebuah rumah yang terletak di Jalan Simpang. Di tempat inilah dilakukannya perumusan keputusan pembumihangusan kota Bandung. Perintah meninggalkan kota Bandung sendiri kemudian dikomandoi dari rumah ini. Rumah tersebut kini dijadikan sebagai tempat tinggal dan masih sama dengan bentuk aslinya.

SD Dewi Sartika

Stilasi 5 tidak berada jauh dari Jalan Otto Iskandardinata – Jalan Kautamaan Istri. Tepatnya berada di depan SD Dewi Sartika.

Jalan Ciguriang

Stilasi 6 terletak di Jalan Ciguriang sebelah pusat perbelanjaan Yogya Kepatihan. Stilasi 6 ini terletak di dalam sebuah rumah yang juga difungsikan sebagai markas komando Divisi III Siliwangi pimpinan kol. A.H. Nasution.

Persimpangan Lengkong Tengah

Lengkong Dalam Stilasi ini kemudian berada di persimpangan Jalan Lengkong Tengah serta Jalan Lengkong Dalam, tepatnya berada belakang kampus Unpas. Tempat ini kemudian menjadi tempat bermukimnya masyarakat Indo – Belanda.

Jalan Jembatan Baru

Stilasi ke 8 selanjutnya berada di Jalan Jembatan baru yang digunakan sebagai salah satu garis pertahanan pejuang saat terjadinya pertempuran Lengkong.

Jalan Asmi

Stilasi 9 berada di SD ASMI, tepat di depan Jalan Asmi. Bangunan utama Gedung ini tidak mengalami banyak perubahan. Tempat ini kemudian digunakan sebagai markas pemuda pejuang, PESINDO dan BBRI sebelum kemudian terjadilah peristiwa Bandung Lautan Api.

Gereja Gloria

Stilasi berikutnya berada di depan sebuah gereja yang terletak di jalan ini. Gereja ini bernama Gloria, dulunya digunakan sebagai gedung pemancar NIROM yang berfungsi untuk menyebarluaskan proklamasi kemerdekaan ke seluruh Indonesia dan dunia. Di seberang stilasi inilah, di Taman Tegallega, sebuah tugu kokoh bernama tugu Bandung Lautan Api didirikan.

Buku-Buku Terkait

Ancaman di Bandung Utara

Kawasan Bandung Utara (KBU) membentang dari perbukitan Punclut, Kawasan Dago Resort (sekarang) hingga dari Lembang Cibodas.

Kawasan Bandung Utara seharusnya menjadi wilayah yang dikembangkan sebagai Kawasan Lindung atau Kawasan Konservasi berlandaskan pada kebijakan pemerintah Provinsi dan Kabupaten yaitu pada Surat Keputusan Gubernur No. 181 Tahun 1982 tentang Peruntukan Lahan Di Wilayah Inti Bandung Raya Bagian Utara ditetapkan sebagai Hutan Lindung, Pertanian Tanaman Keras, dan Pertanian Non Tanaman Keras.

Jejak Soekarno di Bandung

Di Bandunglah Soekarno mulai menabuh genderang perang melawan pemerintah kolonial Belanda; perjuangan yang membawanya ke sel Penjara Banceuy dan Sukamiskin, sebelum akhirnya dibuang jauh ke Ende, Flores.

Di Bandung pula Soekarno menemukan cinta sejatinya yang pertama pada diri Inggit Garnasih. Tanpa dukungan sepenuh hati dari perempuan yang ia juluki sebagai “Drupadi” ini, Soekarno mungkin tak akan mampu bertahan menghadapi berbagai kesulitan dalam perjuangan menuju Indonesia merdeka.

Kota Bandung sudah terkenal dengan destinasi alamnya yang cantik sehingga menjadi daya tarik sendiri bagi para wisatawan yang berkunjung ke kota kembang ini. Tidak ketinggalan juga aneka wisata kulinernya yang tidak boleh dilewatkan, karena tak lengkap rasanya jika tidak mencicipi aneka sajian kuliner yang ada disini.

Terdapat 50 tempat kuliner pilihan dihadirkan di dalam buku ini. Dimulai dari jajanan yang legendaris, hits hingga yang kekinian. Beraneka ragam jenis tempat makan yang dibahas dalam buku ini mulai dari kedai, warung kopi, cafe dan juga restoran.

Demikian ulasan terkait peristiwa Bandung Lautan Api. Grameds bisa mendapatkan buku-buku terkait Bandung di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas Garmedia selalu memberikan produk terbaik untuk Grameds.

Penulis: Sofyan

Baca juga:

Materi Terkait

Biografi RA Kartini Biografi Cut Nyak Dien Biografi Gus Dur Biografi Ki Hajar Dewantara Biografi Pattimura Biografi Ir. Soekarno Biografi WR Supratman

Biografi Jendral Soedirman

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA