Jelaskan reaksi RI dan dunia termasuk PBB terhadap agresi Militer 2

Agresi Militer Belanda 1 bukanlah satu-satunya serangan yang pernah dilakukan Belanda kepada Indonesia. Satu tahun setelah kejadian tersebut, Belanda kembali melancarkan serangan yang kini dikenal dengan sebutan Agresi Militer Belanda 2. Bagaimana kronologi peristiwa tersebut? Simak ulasan berikut ini.

Latar Belakang Agresi Militer Belanda II

Mengutip dari skripsi “Agresi Militer Belanda I dan II (Periode 1947 – 1949) dalam Sudut Pandang Hukum Internasional”, yang berjudul diterangkan bahwa setelah Perjanjian Renville, Belanda kemudian mendirikan beberapa negara bagian di wilayah bekas Hindia Belanda. Wilayah tersebut berhasil dikuasai Belanda melalui Agresi Militer 1.

Perjanjian Renville sulit dilaksanakan kedua belah pihak. Keduanya bahkan saling menuduh terjadi pelanggaran. Belanda menuduh Indonesia melakukan penyusupan, penyerangan, dan penjarahan di wilayah dikuasai Belanda. Mereka menuduh pihak Indonesia tidak bisa mengurasi tentara rakyat.

Sementara itu, Indonesia menganggap Belanda tidak menghormati isi perjanjian yang sudah disepakati bersama. Indonesia menganggap Belanda tetap melakukan politik adu domba seperti pembentukan Negara Federal dan konferensi Federal Bandung. Belanda juga dituduh sering melanggar garis demarkasi militer yang sudah disetujui.

Dari latar belakang tersebut menyebabkan Belanda akhirnya melakukan operasi militer yang dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II. Setidaknya ada tiga tujuan Agresi Militer Belanda 2, yaitu:

  1. Menghancurkan status Indonesia sebagai negara kesatuan.
  2. Menguasai Yogyakarta yang pada saat itu ibu kota negara.
  3. Menangkap pemimpin Indonesia.

Baca Juga

Agerasi Militer Belanda terjadi pada tanggal 19 – 20 Desember 1948 yaitu saat Belanda menyerang Yogyakarta. Operasi tersebut dirancang oleh Letnan Jenderal Simon Spoor yang menerapkan strategi serangan seperti yang dilakukan Jepang saat menyerang Amerika Serikat.

Advertising

Advertising

Kekuatan militer Belanda yang cukup besar membuat perlawanan Indonesia tidak berarti. Hanya dalam hitungan jam, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta. Bahkan Belanda berhasil menawan pimpinan sipil seperti Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Sjahrir, dan beberapa tolih lain. Belanda mengasingkan tokoh tersebut ke Sumatra.

Sementara itu, pimpinan militer Indonesia memutuskan untuk melakukan Pering Gerilya. Jatuhnya Yogyakarta ke tangan Belanda menyebabkan terbentuknya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.

Pasukan Belanda segera melakukan operasi pembersihan pihak Indonesia dengan menangkap dan menawan ratusan orang yang dicurigai. Belanda mencoba membenarkan aksi militernya dengan beberapa alasan, antara lain:

  1. Terdapat infiltrasi yang dilakukan pasukan Indonesia ke daerah yang diduduki Belanda.
  2. Pemerintah Indonesia tidak berdaya untuk mengendalikan TNI yang merusak keamanan dan ketentraman Selain itu, pemerintah Indonesia dianggap tidal bisa memenuhi janji karena tidak berkuasa atas beberapa golongan di daerahnya.
  3. Pemerintah Indonesia tidak dapat menekan bahaya komunis.

Baca Juga

Beberapa saat setelah serangan militer Belanda ke Yogyakarta, Dr. Beel sekali Wakil Mahkota Agoeng di Batavia melakukan siara pers. Siaran tersebut berisi pernyataan bahwa Belanda tidak mau terikat lagi dengan perjanjian gencatan senjata dengan Indonesia lewat Perjanjian Renville.

Belanda menganggap bahwa pihak Indonesia tidak bersedia menghormati gencatan senjata dan sering melakukan pelanggaran ke wilayah yang diduduki Belanda.

Di lain sisi pihak Indonesia tidak pernah menyerah. Walaupun Soekarno dan Hatta sudah tertangkap, namun TNI masih gigih melakukan perlawan terhadap Belanda. Tanggal 1 Maret 1949, TNI melakukan serangan besar ke Yogyakarta.

Serangan balik tersebut dicanangkan oleh petinggi militer berdasarkan instruksi Panglima Besar Soedirman dengan mengikutsertakan beberapa pimpinan sipil setempat. Kecerdasan Panglima Besar Soedirman menjadikannya sebagai salah satu tokoh Agresi Militer Belanda II yang disegani hingga saat ini.

Serangan balik Indonesia dilakukan untuk membuktikan eksistensi TNI dan menunjukan bahwa Indonesia masih ada. Serangan tersebut sukses membuat moral Belanda menurun dan membuat posisi Indonesia semakin baik dalam perundingan di Dewan Keamanan PBB.

Baca Juga

Kejadian Agresi Militer Belanda 2 menuai banyak kecaman dari negara-negara di Asia. Atas inisiatif dari Burma, Perdana Menteri India, Jawaharlal Pandit Nehru, mengadakan Konferensi Asia di India yang dihadiri oleh 19 Negara (empat sebagai peninjau yaitu: China, Thailand, Nepal dan Selandia Baru; dan 15 sebagai peserta penuh yaitu: Afganistan, Australia, Burma, Sri Lanka, Mesir, Ethiopia,
India, Iran, Irak, Libanon, Pakistan, Filipina, Arab Saudi, Siria, dan Yaman).

Konferensi tersebut diselenggarakan dengan tujuan untuk memberi dukungan politik dan moril bagi perjuangan rakyat Indonesia yang sedang memperjuangkan kemerdekaannya. Tindakan Belanda juga dianggap menggangu perdamaian.

Dalam konferensi tersebut menghasilkan tiga butir resolusi untuk mengatasi perang yang sedang terjadi di Indonesia. Hasil konferensi tersebut disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB untuk dipertimbangkan dan ditindak lanjuti.

Dampak Agresi Militer Belanda 2

Peristiwa Agresi Militer Belanda 2 ternyata memberikan dampak bagi kedua belah pihak baik Indonesia atau Belanda. Berikut penjelasannya.

Baca Juga

  1. Serangan tersebut menyebabkan beberapa tokoh Indonesia tertangkap dan diasingkan di luar Jawa.
  2. Terbentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia.
  3. Banyak korban tewas dari kelompok TNI.
  4. Beberapa bangunan di Yogyakarta hancur akibat serangan Belanda.
  1. Pasukan Belanda tidak merasakan kemenangan sepenuhnya karena TNI berhasil melakukan serangan balik.
  2. Pasukan Belanda kewalahan menghadapi serangan balik TNI.
  3. Propraganda Belanda yang menyebutkan bahwa pemerintahan Indonesia sudah tidak ada tidak terbukti. Sebab TNI bisa melakukan serangan balik dan Indonesia berhasil membuat pemerintahan darurat.

Hai Sobat Zenius! Elo tahu kan kalau Belanda pernah menjajah negara kita dalam waktu yang sangat lama. Bahkan setelah Indonesia merdeka, Belanda sempat beberapa kali datang kembali dan menyerang Indonesia. Betah banget ya mereka bolak-balik ke Indonesia. Ada apa sih sebenarnya dengan Indonesia sampai-sampai Belanda susah banget nih move on dari negara kita? 

Nah, salah satu peristiwa penyerangan kembali Belanda di Indonesia adalah Agresi Militer 2 Belanda. Kali ini gue mau ngajak elo buat cari tahu lebih dalam tentang peristiwa ini. So, simak terus ya!

Latar Belakang Agresi Militer Belanda 2

Setelah kemerdekaan Indonesia, Belanda sempat beberapa kali kembali melakukan penyerangan ke Indonesia. Peristiwa ini disebut dengan Agresi Militer Belanda. Penyerangan yang dilakukan oleh Belanda ini nggak cuma sekali lho Sobat Zenius, melainkan dilakukan sebanyak dua kali. 

Agresi Militer Belanda I atau Operatie Product terjadi pada tanggal 21 Juli sampai 5 Agustus 1947. Cukup lama juga ya guys, kelihatannya memang Belanda ini nggak gampang menyerah.

Nah, setelah gagal dengan Agresi Militer pertama akhirnya Belanda datang lagi untuk melakukan Agresi Militer Belanda 2 atau Operatie Kraai alias Operasi Gagak.

Hah? Kok dinamakan Operasi Gagak ya? Jadi, ada alasannya guys. Agresi Militer 2 diberi nama Operasi Gagak karena dimulai dengan pelepasan pasukan penerjun dengan kondisi waktu Yogyakarta yang masih gelap, jadi diumpamakan sebagai gagak, gitu ceritanya.

Terus kapan terjadinya Agresi Militer 2? Agresi Militer Belanda 2 terjadi pada tanggal tanggal 19-20 Agustus 1948. Kenapa ya Belanda ngotot banget bolak-balik cuma buat nyerang Indonesia? 

Baca Juga: Latar Belakang dan Kronologi Perang Dunia 2 – Materi Sejarah Kelas 11 

Penyebab Agresi Militer Belanda 2

Di atas tadi gue udah ngasih tahu ke elo kalau Agresi Militer 2 Belanda terjadi pada tanggal 19-20 Desember 1948. Dimulai dengan pasukan Belanda yang sengaja diturunkan pertama kali yaitu tanggal 19 Desember di Yogyakarta.

Kira-kira apa ya alasan Belanda melakukan Agresi Militer di Yogyakarta? Jawabannya adalah karena pada saat itu Yogyakarta merupakan ibukota Indonesia. Nah, lalu apa sih yang membuat Belanda melakukan penyerangan kepada Indonesia lewat Agresi Militer 2?

Cuplikan Video Latar Belakang Agresi Militer Belanda 2 (Arsip Zenius)

Penyebab Agresi Militer Belanda 2 masih ada kaitannya dengan Perjanjian Renville. Dapat dikatakan setelah Belanda dan Indonesia menandatangani Perjanjian Renville bukannya berdamai namun kedua belah pihak malah merasa saling curiga satu sama lain. Mereka saling klaim kalau salah satu pihak mengkhianati hasil perundingan. Terus, Belanda juga merasa bahwa isi perjanjian Renville lebih banyak menguntungkan Indonesia. Alasan tersebut menjadikan Belanda kembali melancarkan agresi militer keduanya pada 19-20 Desember 1948.

Kalau elo mau lebih dalam tentang penyebab Agresi Militer Belanda 2, elo bisa klik banner di bawah, ya!

Kronologi Agresi Militer Belanda 2

Dalam Agresi Militer 2 Belanda, pasukan Belanda pada awalnya menyerang Pangkalan Udara Maguwo, Yogyakarta secara tiba-tiba melalui udara. Sangat disayangkan pada waktu itu Belanda dapat dengan cepat melumpuhkan Pangkalan Udara Maguwo yang kemudian membuat Belanda dapat menguasai Yogyakarta.

Setelah berhasil menguasai Yogyakarta, kemudian Belanda menangkap Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta, dan beberapa pejabat Indonesia. Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta dan beberapa pejabat Indonesia yang tertangkap kemudian diterbangkan untuk diasingkan di Bangka. 

Namun, ternyata presiden kita saat itu, yaitu Presiden Soekarno, sudah punya perkiraan nih kalau cepat atau lambat Belanda bakal melakukan penyerangan. Sehingga beliau sudah membuat rencana. Yaitu, membuat surat kuasa kepada Menteri Kemakmuran Syafruddin Prawiranegara untuk membuat pemerintahan darurat sementara yaitu Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatera Barat, dengan tujuan agar Indonesia akan terus menyusun strategi untuk melawan Belanda.

Presiden Soekarno juga sudah membuat rencana cadangan seandainya pemerintahan darurat yang dibentuk ini gagal menjalankan tugas pemerintahan. 

Syafruddin Prawiranegara (Sumber Wikimedia Commons)

PDRI yang diketuai oleh Syarifuddin Prawiranegara terus menyusun sejumlah perlawanan terhadap Belanda. Yaitu dengan membentuk lima wilayah pemerintahan militer di Sumatera yakni di Aceh, Tapanuli, Riau, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan, serta dibantu pula oleh berbagai laskar yang ada di Jawa. Keren banget kan guys kerjasama yang dilakukan rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan? 

Agresi Militer Belanda 2 (Sumber Wikimedia Commons)

Dampak Agresi Militer 2 Belanda

Agresi Militer 2 tersebut tentu saja menimbulkan dampak, di antaranya adalah:

  1. Belanda mendapatkan kecaman dari dunia Internasional karena terus menerus dengan gencar menyerang Indonesia, yang mengakibatkan PBB mendesak Belanda untuk membebaskan para pemimpin yang ditangkap dan kembali memenuhi Perjanjian Renville. 
  2. Terbentuknya pemerintah darurat Republik Indonesia (PDRI) yang sampai akhir membuktikan kuatnya kekuasaan Indonesia. Hal ini sekaligus membuktikan pada dunia Internasional bahwa Republik Indonesia masih ada.
  3. TNI melakukan perlawanan dengan cara gerilya, yang baru berakhir setelah ditandatanganinya Perjanjian Roem-Royen, yang menjadi tanda berakhirnya Agresi Militer 2 Belanda, yaitu pada tanggal 7 Mei 1949. 

Baca Juga: Latar Belakang dan Tokoh Agresi Militer Belanda I – Materi Sejarah Kelas 11

Contoh Soal Agresi Militer 2 dan Pembahasannya

Nah, setelah membaca tentang Agresi Militer II, sekarang coba deh elo jawab beberapa pertanyaan ini untuk melatih pemahaman terkait materi tersebut!

  1. Agresi Militer Belanda 2 dilatarbelakangi adanya perjanjian ….

A. Linggarjati.

B. Renville.

C. Roem-Royen.

D. PBB.

E. Restorasi.

Jawaban: B. Renville

Pembahasan: Agresi Militer Belanda 2 dilatarbelakangi oleh dilanggarnya perjanjian Renville oleh Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

2. Agresi Militer Belanda 2 membawa dampak dibentuknya PDRI yang diketuai oleh ….

A. Presiden Soekarno

B. Moh. Hatta

C. Syarifuddin Prawiranegara

D. AA. Maramis

E. Soedarsono

Jawaban: C. Syarifuddin Prawiranegara

Pembahasan: Presiden Soekarno memberi kuasa kepada Menteri Kemakmuran Syafruddin Prawiranegara untuk membuat pemerintahan darurat sementara yaitu Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatera Barat. 

Nah, itu tadi guys informasi yang gue bagi ke elo tentang Agresi Militer Belanda. Tenang, kalau elo masih pengen ngulik lebih dalem lagi, elo bisa banget kok akses aplikasi Zenius. Elo bisa dapet banyak informasi, nggak cuma Sejarah aja tapi juga ada Matematika, Biologi, Kimia, Bahasa Indonesia, Sosiologi, Ekonomi, Bahasa Inggris, Kimia, dan banyak lagi fitur-fitur yang bakal bikin elo lebih cerah. Jadi tunggu apalagi? Buruan daftar!

Baca Juga: Persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia – Materi Sejarah Kelas 11

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA