Jelaskan peranan Pondok pesantren sebagai lembaga dakwah

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia sampai sekarang tetap memberikan kontribusi penting di bidang sosial keagamaan. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki akar kuat (indigenous) pada masyarakat muslim Indonesia, dalam perjalanannya mampu menjaga dan mempertahankan keberlangsungan dirinya (survival system) serta memiliki model pendidikan multi aspek. Berdasarkan bangunan fisik atau sarana pendidikan yang dimiliki, pesantren mempunyai lima tipe berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki pesantren itu sendiri. Sedangkan berdasarkan kurikulum, pesantren terbagi tiga, yaitu pesantren tradisional (salafiyah), pesantren modern (khalaf atau asriyah) dan pesantren komprehensif (kombinasi). Pesantren memiliki lima unsur atau elemen, yaitu masjid, kyai, pondok, santri, dan pengajian kitab kuning (tafaqquh fi al-din).

Peran Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Di Indonesia

Pondok Pesantren merupakan gabungan dari dua kata, yaitu kata “pondok” dan kata “pesantren”. Kata pondok berasal dari bahasa arab yaitu funduq ( فُوْنْدُوْقٌ) yang artinya : Hotel atau Asrama, dalam bahasa jawa, pondok berarti madrasah atau asrama yang digunakan untuk mengaji dan belajar agama islam.

Sedangkan kata “pesantren” sendiri adalah berasal dari kata santri yang mendapat awalan pe dan akhiran an. Kata santri sendiri berasal dari istilah shastri dan di ambil dari bahasa Sanskerta, yang bermakna : orang-orang yang mengetahui kitab suci agama hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci Hindu”.

Jadi pesantren dapat dimaknai sebagai sebuah tempat tinggal santri dan sebuah bentuk pendidikan Islam di Indonesia yang diselenggarakan secara tradisional, yang dilaksanakan dengan sistem asrama (pondok), dengan kiai sebagai sentral utama dan masjid sebagai pusat lembaganya.

Dengan demikian Pondok Pesantren merupakan model pendidikan tertua yang khas di indonesia sebagai salah satu bentuk kebudayaan asli. Sedangkan fungsi pondok pesantren adalah sebagai lembaga dakwah, pengabdian kepada masyarakat, pengembangan ilmu pengetahuan, dan penkaderan ulama.

Adapun elemen-elemen dasar yang membentuk pesantren, yaitu:

1. Pondok
Pondok adalah suatu bangunan yang digunakan sebagai tempat pembelajaran para santri, serta terdapat bangunan yang dibangun dengan bentuk kamar-kamar yang digunakan tempat tinggal santri, pondok juga merupakan ruang dimana nilai-nilai islam dipelajari. Di dalam pondok juga tempat berlangsungnya interaksi atara santri dengan kiai.

2. Masjid
Masjid merupakan tempat yang tepat untuk mendidik para santri,terutama dalam praktik salat jamaah 5 waktu, khutbah, pengajaran kitab-kitab klasik atau kitab kuning dan pembinaan moral keagamaan. Masjid sebagai rumah ibadah sekaligus menjadi komponen yang tidak dapat dipisahkan dari Pondok Pesantren.

3. Santri
Santri dapat dikatakan sebagai calon pemimpin yang akan menggantikan tugas Ulama untuk berdakwah dan membina umat. Santri merupakan sebutan bagi peserta didik yang belajar di pondok pesantren. Santri tidak hanya belajar tentang ilmu agama saja, tetapi sekaligus juga menjadikan ilmu yang dipelajari menjadi cara berpikir dan cara hidup di manapun dan kapanpun ia tinggal. Santri dikalangan pondok pesantren terkenal dengan ngabdi dengan para kiai, dengan demikian para santri akan mendapatkan keberkahan ilmu dari para kiainya.

4. Pengajaran Kitab-kitab Kuning (klasik)
Tujuan utama pengajaran kitab kuning adalah untuk mendidik calon-calon ulama. Sejak tumbuhnya pesantren, pengajaran kitab-kitab klasik atau kitab kuning karangan ulama mazhab Syafi’i yang dijadikan Sumber pembelajaran utama yang diberikan dalam pesantren.

dipondok pesantren pembelajaran kitab-kitab kuning dikelompokkan menjadi 8 yaitu :

Fiqih Ushul Fiqih Hadits Tafsir Tauhid Tasawuf atau akhlak Tarikh (sejarah)

Balaghah (sastra arab)

Terdapat dua metode dalam pengajaran kitab kuning, yaitu:

Sorogan
Sorogan adalah sistem pengajaran secara Individual, santri datang untuk membaca kitab tertentu sedangkan Kyai mendengarkan dan mengoreksi bacaan Santri.

Badongan
Bandongan adalah sistem pengajaran secara kolektif, sekelompok Santri mendengarkan Kyai yang membaca, menerjemahkan dan menerangkan kitab-kitab tertentu.

5. Kiai Peran Kyai di pesantren sangatlah penting, hal ini karena Kyai tidak sebatas sebagai pengajar saja, akan tetapi lebih dari itu, kiai berperan juga sebagai pendidik, pembina dan pemberi solusi dalam hampir setiap persoalan kehidupan santri dan masyarakat. Peran kiai juga tidak hanya sebatas dalam dunia pendidikan saja, namun juga menyangkut persoalan keagamaan, sosial, budaya hingga persoalan politik dan Kebangsaan sekalipun. Kyai adalah ulama yang menjadi sentral pengajaran di pesantren, ilmu pengetahuan dan sistem pengajaran di pesantren ditentukan oleh Kyai. Model-model pesantren Model Pesantren terbagi menjadi tiga, yaitu pesantren Salaf, Pesantren kholaf (modern) dan Pesantren perpaduan antara Salaf dan kholaf . 1. Pesantren Salaf Pesantren salaf/Salafi yaitu pesantren yang menyelenggarakan pendidikan berdasarkan kitab-kitab klasik atau kitab-kitab kuning yang disusun oleh para ulama-ulama Salaf dan Kyai sebagai figur Sentral. Pesantren ini tidak menyelenggarakan pendidikan formal, seperti SD/ MI, MTs/ SMP, SMA/ SMK/ MA atau bentuk pendidikan formal lainnya. 2. Pesantren kholaf (Modern) Yaitu pesantren yang menyelenggarakan pendidikan dengan pengelolaan manajemen modern. Central pendidikan Tidak berpusat pada seorang Kyai Tetapi lebih pada sistem dalam bentuk kurikulum dan administrasi pendidikan formal. 3. Pesantren perpaduan Salaf dan kholaf (Modern)

Yaitu pesantren yang masih menyelenggarakan pengajaran kitab-kitab klasik atau kitab kitab kuning dengan Kyai sebagai figur Sentral, tetapi juga menyelenggarakan pendidikan formal, seperti SD/ MI, MTs/ SMP, SMA/ SMK/ MA atau Bentuk pendidikan formal lainnya. Model inilah yang sekarang banyak dikembangkan oleh para ulama NU.

Peran Pondok Pesantren Dalam Dunia Pendidikan di Indonesia
Tuanaya dkk (2007: 145) mengamati bahwa di masa penjajah, pesantren telah memainkan peran penting sebagai conter culture bagi sistem pendidikan modern yang diperkenalkan penjajah Belanda. Ketika sistem pendidikan modern ini diteruskan penyelenggaraanya oleh bangsa Indonesia sesudah merdeka, dan kemudian menjadi salah satu pilar yang menyangga proses modernisasi yang berfungsi menyiapkan tenaga-tenaga terdidik untuk guru-guru yang menjadi salah satu sumber rujukan khazanah intelektual Islam bagi pendidikan. Sejak tahun 70-an pesantren telah memberikan andil dalam melakukan pendidikan bangsa, terutama pada penyelenggaraan pendidikan formal dengan memasukkan kurikulum nasional dan pesantren menjadi salah satu sub sistem pendidikan nasional. Depag RI (2001, hlm. 70) dalam Engku & Zubaidah (2014: 176-177) menyajikan bukti bahwa dalam kehidupan sosial keagamaan masyarakat Indonesia dan termasuk kehidupan politik, pondok pesantren memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan kehidupan di wilayah Indonesia. Bentuk perananperanan itu antara lain: Pertama, peranan instrumental yakni dalam tataran inilah peranan pondok pesantren sebagai alat pendidikan nasional tampak sangat partisipatif. Kedua, peranan keagamaan yakni dalam pelaksanaannya, pondok pesantren melaksanakan proses pembinaan pengetahuan, sikap dan kecakapan yang menyangkut segi keagamaan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran pondok pesantren bukan hanya sebagai lembaga keagamaan tetapi berperan juga sebagai lembaga pendidikan, keilmuan, pelatihan, pengembangan masyarakat, basis perlawanan terhadap penjajah dan sekaligus menjadi simpul budaya. Beberapa pesantren di Indonesia telah mengalami pembaruan, tetapi ada ciri khas tradisi pesantren dalam menghadapi pembaruan tersebut. Kalangan pesantren masih mempertahankan tradisi lama yang masih baik, tetapi tidak menutup untuk mengambil hal yang baru jika itu dianggap baik. Meskipun modernisme melanda dunia Islam, salah satunya yang terjadi di Indonesia, tetapi ada dari beberapa pesantren yang masih mempertahankan sistem pendidikan tradisional. tidak terbawa arus modernisme yang gencar dibawa oleh orang-orang Barat.

Oleh : nur rufaida mahasiswa ipmafa

Pesantren adalah lembaga pendidikan untuk mengetahui dan memahami ajaran-ajaran dalam Islam. Pesantren sendiri telah berperan penting dalam proses pembangunan moral dan akhlak masyarakat, dan berperan dalam proses perubahan sosial pada masyarakat. Di dalam pesantren juga diajarkan dasar-dasar ilmu untuk berdakwah, karena pada dasarnya berdakwah adalah kewajiban yang harus dilakukan ketika para santri sudah terjun ke masyarakat.

Di samping sebagai lembaga pendidikan khususnya agama Islam, pesantren juga berfungsi sebagai salah satu pusat penting bagi pembangunan masyarakat. Terbukti hingga saat ini bahwa pesantren telah berperan sebagai pelayan sosial kepada umat, atau yang sering kita kenal dengan sebutan Khodimul Ummah, antara lain pemberdayaan ekonomi, penguatan kerukunan nasional, peningkatan peran perempuan, serta pelayanan sosial lainnya.

Dengan adanya pelayanan sosial maka dari itu orang-orang yang memahami ilmu agama diharuskan mendakwahkan ilmunya dengan lewat lisan, tulisan maupun media sosial. Dan yang paling menonjol pada jaman sekarang ialah melalui media sosial. Dengan begitu siapa saja sekarang lebih mudah untuk melakukan kegiatan berdakwah. Dengan berkembangnya internet dan berbagai aplikasi media sosial membuat pendakwah lebih terbuka dalam berdakwah dan lebih menghemat waktu, dan menghemat biaya. Tetapi dengan memanfaatkan itu juga ada hal negatifnya seperti kurangnya simpati dan perhatian masyarakat, serta kurangnya penjelas akan menimbulkan kesalahpahaman ajaran yang hanya mana masyarakat hanya melihat secara tekstual tanpa ada pemahaman lebih lanjut.

Menyingkap Dakwah

Agenda umat Islam yang paling banyak dilakukan adalah dakwah, pendidikan, dan ekonomi. Agenda tersebut merambah ke berbagai bidang kehidupan yang lainnya, seperti pengobatan (baik yang konvesional maupun alernatif). Dakwah berusaha membimbing umat Islam agar kesadaran keagamaannya tumbuh dalam melaksanakan ajaran agama dengan cara yang bijak sehingga memberikan dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat luas. Pendidikan kamu muslim dikelola secara profesional dengan memberikan nuansa keagamaan untuk membentuk pribadi yang cerdas, berkarakter positif dan berakhlak mulia. (Bambang S. Ma’arif, Komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Aksi, 2010, hal. 1)

Dakwah Islam identik dengan risalah Islamiah yang diemban oleh para rasul. Dalam pengertiannya bahwa ajaran Islam diterima oleh para rasul untuk disebarluaskan kepada pengikutnya, dengan itu kegiatan berdakwah sudah ada sejak jaman Nabi Nuh, Nabi Adam dan Nabi Idris. Dakwah menawarkan pemahaman yang fleksibel artinya, dalam memahami pesan-pesan yang dikemukakan pendakwah, para audiens bebas menafsirkan akan ajaran Islam, mereka memiliki kapasitas yang tidak bisa diabaikan oleh pendakwah (da’i).

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengajak amal sholeh dan berkata: ‘sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerahkan diri’ dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba jika antaramu  dan dia ada permusuhan anggaplah seolah-olh teman yang setia.” (QS. Fussilat: 33-34).

Maksud dari ayat tersebut bahwa dakwah merupakan tugas yang mulia. Siapa yang melakukannya, memperoleh suatu penghargaan langsung dari Allah SWT. Barangsiapa yang gugur di medan dakwah, ia termasuk mati syahid, yang balasannya adalah surga. Dakwah Islam meliputi ajakan, keteladanan dan tindakan konkret untuk melakukan tindakan yang baik bagi keselamatan dunia akhirat. Oleh karena itu, dakwah sangat dianjurkan bagi setiap insan, tetapi harus berlandaskan al-Quran dan menjaga setiap pesan agar tidak menyinggung atau memaksa masyarakat.

Dalam perspektif ilmu sosial, dakwah berperan secara optimal bila masyarakat yang disentuh oleh dakwah berubah dari situasi yang kurang baik menjadi baik, yang sudah baik menjadi lebih baik, yang pasif menjadi aktif, dan yang sudah aktif menjadi lebih aktif. Kondisi tersebut dapat terlaksana apabila dakwah dapat memberdayakan masyarakat, tidak bergantung kepada pihak lain, seperti pemerintah atau lembaga-lembaga formal diluar masyarakat sendiri.

Akan tetapi, tidak harus berarti ia menutup diri memutuskan jalinan kerja sama dengan pihak-pihak luar. Sebaliknya, masyarakat yang sudah aktif itu menyebarluaskan keaktifannya kepada masyarakat yang masih tertinggal sehingga dapat diberdayakan dan tidak melahirkan goncangan-goncangan yang meurunkan martabat kaum muslim yang sudah dicapai oleh alam pembangunan.

Seseorang yang mempunyai ilmu harus berdakwah dan berjuang untuk Islam,terutama para santriatau masyarakat jebolan pesantren, apalagi pemuda yang semangatnya masih tinggi, jangan cuma segelintir masyarakat yang memahami tentang ajaran Islam. Tapi berusahalah membuat semua orang memahami Islam. Ungkapan tersebut tercermin di benak penulis dari ungkapan salah satu tokoh berpengaruh dari kalangan santri yakni KH. Zaini Mun’im (1906-1976) pendiri pondok pesantren Nurul Jadid di Probolinggo Jawa Timur yang menyatakan “Siapa yang hidup di Indonesia, kemudian dia tidak melakukan perjuangan, dia telah berbuat maksiat. Orang yang hanya memikirkan ekonominya saja dan pendidikannya sendiri, maka orang itu telah berbuat maksiat. Kita semua harus memikirkan rakyat banyak.” (Majalah Bangkit, Edisi 11, 2015).

Kyai Zaini Mun’im mengajak semua warga bangsa Indonesia untuk selalu terlibat dalam memikirkan rakyat banyak, bukan malah terjebak dalam kesendiriannya. Karena dalam sepanjang sejarahnya, pesantren selalu bergerak untuk terlibat dalam berbagai persoalan masyarakat. Bukan saja terkait dengan pendidikan agama, namun pesantren juga terlibat dalam pembangunan ekonomi, gerakan seni dan budaya, begitu pula kesehatan masyarakat. Ungkapan inilah yang kiranya sangat penting bagi penulis khususnya para penerus bangsa untuk bersama-sama berjuang dan mewakafkan dirinya demi bangsa dan negara agar supaya menjadi baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur dalam artian menjadi negeri yang baik dan mendapat pengampunan dari Tuhan semesta alam (Q.S. Saba’ ayat 15).

Namun dalam berdakwah, pendakwah atau da’i harus mempunyai sifat spirit yang kuat menyebarluaskan agama Islam, meskipun aral menghadang tetap memiliki stamina yang tinggi, selalu mengagungkan nama Allah Swt dalam berbagai kegiatan dakwahnya, menjauhkan diri dari perbuatan dosa, da’i perlu introspeksi diri dalam kehidupan sehari-hari, apa yang belum baik ia perbaiki jadi tidak hanya ngomong tetapi juga dengan bukti tingkah laku.

Dan lagi, da’i harus mempunyai sifat tanpa pamrih, maksut disini pendakwah dalam menyebarluaskan ilmu agama harus dengan ikhlas, tidak memikirkan duniawi. Serta yang paling penting ialah sifat sabar, karena di dalam dunia dakwah ada suka dan dukanya, yang terkadang audiens juga tidak simpatik atau tidak respon atas apa yang kita sampaikan. Da’i harus tetap sabar karena dapat melahirkan sikap optimis, masyarakat muslim selalu menunggu kehadiran da’i yang memenuhi kriteria tersebut.

Dari sini, tujuan dakwah ialah menciptakan suatu tatanan kehidupan individu dan masyarakat yang aman, damai, dan sejahtera yang dinaungi oleh kebahagiaan, baik jasmani maupun rohani.

(Penulis: Aldino Maulana Rifki, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran, Yogyakarta).

Jelaskan peranan Pondok pesantren sebagai lembaga dakwah