Jelaskan mengapa pembelajaran terpadu dan tematik sangat cocok diterapkan di sekolah dasar

bantu biar beda sama google dong kak ​

Humas merupakan salah satu profesi yang memilki kode etik. jika anda sebagai pimpinan suatu perusahaan, simulasikan tindakan anda jika ada humas yang … melanggar kode etik!​

2. Indonesia terletak antara 6°LU-11°LS dan 95°BT-141°BT. Selain itu, negara kita terletak di antara Samudra Pasifik dan Samudra Atlantik serta memili … ki relief dan topografi yang kompleks. Jelaskan peluang dan tantangan letak geografis Indonesia!​

jelaskan perbedaan jenis lembaga sosial yang secara mudah di temukan di lingkungan rumah​

batas wilayah sebelah tenggara Thailand adalah​

Lembar Aktivitas 4 Aktivitas Kelompok Apa Saja Unsur Budaya dalam Masyarakat? 1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 3-4 peserta didik. 2. Carilah perb … edaan budaya yang ada di Indonesia. 3. Identifikasikanlah masing-masing budaya menurut tujuh unsur kebudayaan. 4. Jawablah sesuai dengan tabel berikut ini! Nama Daerah: Unsur Budaya Bahasa Sistem pengetahuan Sistem organisasi masyarakat Sistem peralatan hidup dan teknologi Sistem pencaharian hidup dan ekonomi Penjelasan TEMA KONDISI GEOGRAFIS DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA ALAM​

Nama Daerah: Unsur Budaya Bahasa Sistem pengetahuan Sistem organisasi masyarakat Sistem peralatan hidup dan teknologi Sistem pencaharian hidup dan eko … nomi Penjelasan​

sebutkan aparat aparat yang berkerja di kecamatan​

Ikan apa yang bentuknyq kotak

jelaskan 5 klarifikasi makhluk hidup berdasarkan susunan sel dan cara memenuhi kebutuhan hidupnya​

A.   Pendahuluan

Pembelajaran terpadu merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat menjawab tantangan pendidikan di masa kini. Pendidikan terpadu sudah dikenal sejak lama di Indonesia dengan berbagai macam teori-teori dasar. Dalam penerapannya pembelajaran terpadu sudah diaplikasikan namun hanya di beberapa sekolah. Dalam meningkatkan mutu seorang calon tenaga pendidik, pendidikan terpadu juga sudah dijadikan sebagai mata kuliah jurusan pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) di beberapa perguruan tinggi.

Guru sebagai ujung tombak pendidikan harus mampu menguasai 4 kompetensi pendidik yaitu kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Sebagaimana yang dituangkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen nomor 14 tahun 2005 Bab 1 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berkaitan dengan hal tersebut guru juga harus mampu menguasai pembelajaran terpadu dengan efektif dan efisien bagi peserta didik sehingga mereka dapat berkembang serta dapat meningkatkan kemampuannya dengan baik. Sehingga kita menjadi guru yang benar-benar profesional bukan sekedar pekerjaan profesional.

B.    Hakikat Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu pada anak usia dini dalam hal ini murid SD kelas 1 sampai kelas 6 didasarkan pada keyakinan bahwa anak akan tumbuh dengan baik jika dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar.3 Istilah terpadu pada pembelajaran terpadu atau integrated adalah”………repositioning of earning experiences into meaningful contexs” (Collin, et,all, 1991:2). Maksudnya bahwa pembelajaran terpadu menekankan pengalaman belajar dalam konteks yang bermakna. Pembelajaran dalam hal ini bertolak dari tema-tema. Selain itu pembelajaran terpadu didefinisikan juga sebagai : Suatu konsep dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna pada anak (CRI Indonesia, 2000:17). Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami anak melalui kesempatannya mempelajari apa yang berhubungan dengan tema atau peristiwa otentik (alami). Dalam pembelajaran semacam itu, anak diharapkan selalu mendapatkan kesempatan untuk terlibat secara aktif sesuai dengan aspirasi dan minatnya, dimana dalam pembelajaran terpadu sangat menghargai keragaman.

Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan bertitik tolak dari suatu topik atau tema yang dipilih dan dikembangkan guru bersama anak, dengan cara mempelajari dan menjelajahi konsep-konsep dari tema tersebut. Disamping itu pembelajaran terpadu didasari pada pendekatan inkuiri yang melibatkan anak dalam perencanaan, eksplorasi, dan tukar menukar ide, serta anak didorong untuk bekerjasama dalam kelompok dan didorong untuk merefleksikan kegiatan belajarnya sehingga mereka dapat memperbaiki secara mandiri. Sementara itu menurut Joni R pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan dua konsep atau lebih yang relevan dari suatu rumpun mata pelajaran (intra) atau beberapa konsep yang relevan dari sejumlah mata pelajaran (antar) (Joni, 1996:25). Dalam hal ini pengkaitan beberapa konsep itu haruslah yang relevan dan tidak dapat dipaksakan atau sekedar dikaitkan. Artinya pengkaitan itu harus mempertimbangkan berbagai hal seperti kebutuhan siswa, menarik minat siswa, disesuaikan dengan kurikulum dan berfungsi untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran, sehingga siswa memperoleh pengetahuan baru dan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan pengetahuan yang baru diperolehnya itu dalam berbagai situasi baru yang semakin kaya ragamnya sesuai dengan prinsip belajar yang bermakna.

Selanjutnya Conny R Semiawan membatasi pembelajaran terpadu sebagai cara belajar yang wajar bagi anak (2002:74). Menurutnya proses integratif beranjak dari topik tertentu tetapi lebih bersifat longgar dalam mengaitkan topik sebagai center of interest (pusat perhatian) dengan unsur-unsur lain dari berbagai mata pelajaran guna membentuk keseluruhan yang lebih bermakna. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dengan menghubungkan konsep lain yang sudah mereka pahami. Keuntungannya dipandang dari perspektif anak maka bidang studi yang terpisah sangat sesuai. Ia membaca, menghitung, mencatat sesuatu dengan minat yang tidak langsung beranjak dari bidang studi tertentu.

Gillian, Collins dan Dixon mengatakatan bahwa pembelajaran terpadu akan terlaksana apabila terjadi peristiwa atau eksplorasi topik menjadi penggerak kurikulum (Gillian, 1991:6). Menurutnya berpartisipasi dalam peristiwa otentik atau topik anak belajar sekaligus mendapatkan isi yang lebih luas dari kurikulum yang telah disusun.  Beberapa pengertian lain dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa orang pakar pembelajaran terpadu di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core/ center of interest);
  2. Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada dua pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu dan IPA terpadu.

Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Langkah awal dalam melaksanakan pembelajaran terpadu adalah pemilihan/ pengembangan topik atau tema. Dalam langkah awal ini guru mengajak anak didiknya untuk bersama-sama memilih dan mengembangkan topik atau tema tersebut. Dengan demikian anak didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu ini diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dari penjejalan kurikulum akan berakibat buruk terhadap perkembangan anak. Hal tersebut terlihat dengan dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat kesempatan untuk belajar, untuk membaca dan sebagainya. Disamping itu mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran alamiah langsung, pengalaman sensorik dari dunia mereka yang akan membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak (Prabowo, 2000:3).

Menurut Oemar Hamalik bahwa, pembelajaran terpadu adalah sistem pengajaran yang bersifat menyeluruh, yang memadukan berbagai disiplin pembelajaran yang berpusat pada suatu masalah atau topik atau proyek, baik teoritis maupun praktis, dan memadukan kelembagaan sekolah dan luar sekolah yang mengembangkan program yang terpadu berdasarkan kebutuhan siswa, kebutuhan masyarakat dam memadukan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengembangan kepribadian siswa yang terintegrasi (Hamalik, 1991:145). Dalam pengertian diatas merupakan reaksi terhadap pembelajaran yang terpisah-pisah dimana antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya tidak dihubungkan tetapi bersifat terkotak-kotak. Disisi lain sistem ini pada hakikatnya merupakan pengembangan yang lebih luas dari pengejaran sistem bidang studi. Dengan demikian pembelajaran harus sesuai dengan minat dan kebutuhan anak yang betitik tolak dari suatu masalah atau proyek yang dipelajari oleh siswa baik secara individual maupun kelompok dengan metode yang bervariasi dan dengan bimbingan guru guna mengembangkan pribadi siswa sacara utuh dan terintegrasi.

Dari uraian pendapat diatas, maka pengertian pembelajaran terpadu dapat disimpulkan sebagai berikut.

  1. Pembelajaran beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi yang lainnya.
  2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata sekeliling dan dalam rentang kemampuan anak.
  3. Suatu cara untuk mngembangkan pengetahuan dan ketrampilan anak secara simultan.
  4. Merakit atau menghubungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda, dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.

Dengan demikian, suatu pendekatan pengajaran dengan menggunakan pembelajaran terpadu dapat membuka cakrawala guru-guru yang inovatif, produktif, dan demokratis serta dapat mengatasi kepasifan siswa yang kurang bergairah dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dengan pembelajaran terpadu siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran inkuiri, bekerja, berpikir, merefleksi, bertanya, dan merasakan. Hal ini sejalan dengan prinsip hand on activity yaitu kegiatan pembelajaran sebagai bagian yang menyatu dengan berbuat dan bermain, terutama bagi anak usia dini (learning by doing and learning by playing). Aktifitas belajar yang semacam ini dapat menghindarkan antusiasme siswa yang tinggi. Selain itu, pembelajaran terpadu dapat memberikan dampak langsung (intrucsional effects) melalui pencapaian tujuan pembelajaran khusus dan dampak tidak langsung atau dampak pengiring (nurturan effects) sebagai akibat dari keterlibatan siswa dalam berbagai ragam kegiatan belajar yang khas dirancang oleh guru (Joni, 1996:28).

Model pembelajaran terpadu berdasarkan lintas beberapa disiplin ilmu yang sering digunakan untuk Pendidikan Anak Usia dini adalah model Webbed. Model ini memadukan materi pembelajaran dari beberapa bidang studi dalam satu tema yang memiliki jaringan yang saling berhubungan dalam bentuk jaringan laba-laba (Jamaris, 2004:97). Tegasnya, Pembelajaran Terpadu merupakan sebuah pembelajaran yang menekankan agar seorang guru lebih kreatif. Kreativitas yang dimiliki seorang guru ini sebagai salah satu solusi penerapan dan pengembangan pembelajaran terpadu disekolah dasar yang sampai saat ini belum dapat diaplikasikan disetiap sekolah dasar. Guru juga harus lebih aktif dan mampu memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk mengembangkan model pembelajaran serta memanfaatkan media dan lingkungan sehingga mampu mengaplikasikan pembelajaran terpadu di sekolah dasar.

C.    Pentingnya Pembelajaran Terpadu Diterapkan Di Tingkat Sekolah Dasar

Berkaitan dengan pentingnya pembelajaran terpadu di sekolah dasar, Piaget mengemukakan bahwa

Perkembangan intelektual anak meliputi tahapan: (a) sensori-motor, (b) pra operasional, (c) operasional konkrit, dan (d) operasional formal. Anak-anak usia dini (2-8 th) berada pada tahapan pra operasional dan operasional konkrit, sehingga kalau kita merujuk pada teori ini, dalam praktik pembelajaran di kelas hendaknya guru memperhatikan ciri-ciri perkembangan anak pada tahapan ini. Secara khusus pula para ahli psikologi pendidikan anak mengemukakan bahwa perkembangan anak usia dini bersifat holistik; perkembangan anak bersifat terpadu, di mana aspek perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun sebaliknya, dan perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungannya.

Merujuk pada teori-teori belajar, di antaranya teori Piaget, maka dalam pembelajaran di jenjang SD kelas rendah hendaknya kita menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak (DAP atau Developmentally Appropiate Practice). Penggunaan pendekatan DAP ini mengacu pada beberapa asas yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu:

  1. asas kedekatan, pembelajaran dimulai dari yang dekat dan dapat dijangkau oleh anak,
  2. asas faktual, pembelajaran hendaknya menapak pada hal-hal yang faktual (konkrit) mengarah pada konseptual (abstrak),
  3. asas holistik dan integratif, pembelajaran hendaknya tidak memilah-milah topik pelajaran, guru harus memikirkan segala sesuatu yang akan dipelajari anak sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terpadu,
  4. asas kebermaknaan, pembelajaran hendaknya penuh makna dengan menciptakan banyak proses manipulatif sambil bermain.

Model pembelajaran terpadu tidak hanya cocok untuk peserta didik usia dini, namun bisa juga digunakan untuk peserta didik pada satuan pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, karena pada hakikatnya model pembelajaran ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud: 1996:3). Beberapa alasan pembelajaran terpadu cocok digunakan di tingkat SD sebagai berikut.

  1. Pendidikan di SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh, mereka belum dapat memisah-misahkan bahan kajian yang satu dengan yang lain.
  2. Di samping memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga haru mengurangi dampak dari fenomena ini di antaranya anak tidak mampu melihat dan memecahkan masalah dari berbagai sisi, karena ia terbiasa berfikir secara fragmentasi, anak dikhawatirkan tidak memiliki cakrawala pandang yang luas dan integratif. Cakrawala pandang yang luas diperlukan dalam memecahkan permasalahan yang akan mereka hadapi nanti di masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang sehat dalam memandang manusia secara utuh.

Integrated atau terpadu bisa mengacu pada integrated curricula (kurikulum terpadu) atau integrated approach (pendekatan terpadu) atau integrated learning (pembelajaran). Pada pelaksanaannya istilah kurikulum terpadu atau pembelajaran terpadu atau pendekatan terpadu dapat dipertukarkan, seperti dikatakan oleh pakar pendidikan dan guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Solo Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd. (Pikiran Rakyat, 11 April 2003) menyatakan bahwa :

Kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai. Istilah kurikulum terpadu dengan pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat saling dipertukarkan.

Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu startegi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson, 1989:9 dalam Ahmad). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri. Collins dan Dixon (1991:6 dalam Ahmad) menyatakan tentang pembelajaran terpadu sebagai berikut: integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the driving force in the curriculum. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama.

Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan program DAP yang dikemukakan Bredekamp (1992:7) dalam Ahmad,  pada proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan pilihan bagi siswa sehingga siswa dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinisiatif sendiri, melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya.  Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.

D.    Prinsip-prinsip Pembelajaran Terpadu

Berikut ini dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi : 1) prinsip penggalian tema, 2) prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu, 3) prinsip evaluasi dan 4) prinsip reaksi.

  1. Prinsip penggalian tema antara lain : a) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi, b) Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya c) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak. d) Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak, e) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar, f) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari masyarakat, g) Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
  2. Prinsip pelaksanaan terpadu di antaranya : a) guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar, b) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas  yang menuntut adanya kerjasarna kelompok, c) guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam poses perencanaan.
  3. Prinsip evaluatif adalah : a) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya, b) guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.
  4. Prinsip reaksi, dampak pengiring (nuturan efek) yang penting  bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua event yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna. Waktu pembelajaran terpadu bisa bermacam-macam yaitu : a) pembelajaran terpadu yang dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu apabila materi yang dijalankan cocok sekali diajarkan secara terpadu; b) Pembelajaran terpadu bersifat temporer, tanpa kepastian waktu dan bersifat situasional, dimana pelaksanaannya tidak mengikuti jadwal yang teratur, pelaksanaan pembalajaran terpadu secara spontan memiliki karakteristik dengan kegiatan belajar sesuai kurikulum yang isinya masih terkotak-kotak berdasarkan mata pelajaran. Walaupun demikian guru tetap harus merencanakan keterkaitan konseptual atau antar pelajaran, dan model jaring laba-laba memungkinkan dilaksanakan dengan pembelajaran terpadu secara spontan (tim pengembang PGSD, 1996); c) Ada pula yang melaksanakan pembelajaran terpadu secara periodik, misalnya setiap akhir minggu, atau akhir catur wulan. Waktu-waktunya telah dirancang secara pasti; d) Ada pula yang melaksanakan pembelajaran terpadu sehari penuh. Selama satu hari tidak ada pembelajaran yang lain, yang ada siswa belajar dengan yang diinginkan. Siswa sibuk dengan urusannya masing-masing.

Pembelajaran ini dikenal dengan istilah integrated day atau hari terpadu. Diawali dengan kegiatan pengelolaan kelas yang meliputi penyiapan aspek-aspek kegiatan belajar, alat-alat, media dan peralatan lainnya yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran terpadu. Dalam tahap perencanaan guru memberikan arahan kepada murid tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, cara pelaksanaan kegiatan, dan cara siswa memperoleh bantuan guru.

Implikasi dari pembelajaran terpadu, bentuk hari terpadu, guru harus menentukan waktu maupun jumlah hari untuk pelaksanaan kegiatan tersebut dan dapat diisi dengan kegiatan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba; (4) Pembelajaran terpadu yang terbentuk dari tema sentral. Implementasinya menuntut dilakukannya pengorganisasian kegiatan yang telah terstruktur. Pengorganisasian pada awal kegiatan mencakup penentuan tema dengan mempertimbangkan alat, bahan, dan sumber yang tersedia, jenis kegiatan serta cara guru membantu siswa. Untuk pelaksanaanya guru bekerjasama dengan guru kelas lainnya dalam merancang kegiatan belajar mengajar dengan memilih tema sentral transportasi dalam kehidupan.

E.    Ciri-ciri Pembelajaran Terpadu

Hilda Karli dan Margaretha (2002:15) mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut.

  1. Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.
  2. Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
  3. Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-inquiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.

Sejalan dengan pemikiran itu, Tim Pengembang PGSD (1977:7) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri berikut ini.

  1. Berpusat pada anak
  2. Memberikan pengalaman langsung pada anak
  3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas
  4. Memyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran.
  5. Bersikap luwes
  6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

F.    Faktor yang mempengaruhi Pembelajaran Terpadu

Kemampuan dalam penguasaan teori pembelajaran terpadu tidaklah cukup bagi seorang guru. Kemampuan dalam praktik juga sangat dibutuhkan. Berdasarkan hasil survey, dari sekian jumlah sekolah dasar di Indonesia belum banyak sekolah yang menerapkan pembelajaran terpadu. Akan tetapi apabila kita menelaah lebih dalam, pentingnya seorang guru menerapkan pembelajaran terpadu dapat dilihat dari fungsi dan manfaatnya. Pembelajaran terpadu juga memiliki kelebihan-kelebihan dalam pelaksanaannya, yaitu kegiatan pembelajaran terpadu akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak dan sesuai dengan bakat dan minat siswa. Apabila seorang guru paham mengenai pembelajaran terpadu dan dapat menerapkan didalam kegiatan pembelajaran disekolah, hasil belajar yang akan didapat lebih bertahan lama dikarenakan kegiatan yang dipilih sesuai bakat siswa sehingga potensi yang sudah ada dalam diri anak akan lebih berkembang lagi.

Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab guru belum mampu menerapkan pembelajaran terpadu di sekolah. Faktor-faktor tersebut di antaranya yaitu kurangnya pemahaman guru dalam mengaplikasikan pembelajaran terpadu, dan kecenderungan guru yang belum menguasai dalam mengembangkan pembelajaran. kurangnya pemahaman guru mengenai pembelajaran terpadu menjadi kendala utama bagi sekolah untuk menerapkan proses pembelajaran terpadu. Padahal sebagian guru sebelumnya sudah banyak mengenal tentang pembelajaran terpadu. Hal ini menunjukan banyak guru yang kurang paham dalam pengaplikasian pembelajaran terpadu sehingga menyebabkan sebagian besar sekolah belum mengaplikasikan pembelajaran terpadu.

Penerapan kurikulum tematik integratif membutuhkan kesiapan pemangku kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Venville (2009:4) mengidentifikasi hambatan dalam penerapan kurikulum tematik integratif yaitu: faktor guru yaitu pengetahuan dan kualifikasi materi pelajaran/subject matter, pengetahuan isi pedagogigal, kepercayaan tentang dan pengalaman sekolah, sebagaimana praktik pembelajaran selama ini; dan faktor kontekstual yaitu kebijakan administratif, panduan kurikulum, proses penilaian dan pelaporan, dan tradisi sekolah. Kesuksesan penerapan kurikulum tematik integratif ditentukan oleh kesiapan dalam mengeliminir hambatan tersebut.

Langkah dalam mengelimir hambatan dari faktor guru secara umum dilakukan dengan menyusun program peningkatan kompetensi secara terstruktur. Pendidikan dan pelatihan bagi guru menjadi penting maknanya. Materi pendidikan dan pelatihan secara garis besar terbagi dalam dua kelompok yaitu penguasaan materi ajar, atau diklat berbasis kompetensi mata pelajaran, dan kecakapan ilmu dan teknologi pendidikan. Ilmu pendidikan bicara tentang filosofi dan teori pendidikan, teknologi pendidikan bicara tentang metode, model, strategi, sumber, media, dan lingkungan pembelajaran.

Perkembangan ilmu dan teknologi pendidikan sudah sedemikian pesat. Di sekolah, sebagian besar guru sudah bertugas lebih dari sepuluh tahun. Sebagian besar guru selama menjadi guru kesempatan mengikuti pendidikan dan pelatihan yang secara khusus membahas dan mendalami ilmu dan teknologi pendidikan kurang. Semenjak tahun 2004, guru banyak disibukkan menyesuaikan dengan muatan kurikulum. Tahun 2004 muncul “piloting” kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Penerapan KBK belum mapan tahun 2006 muncul Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selama penerapan KTSP sudah mengalami dua kali intervensi muatan yaitu pendidikan IMTAQ (iman dan taqwa) dan pendidikan karakter. Penguasaan pedagogial guru ditingkatkan sehingga mampu mengembangkan strategi pembelajaran dengan lebih baik. Pengintegrasian teknologi informasi dan komunikasi sebagai bagian dari kebutuhan ketrampilan dalam dunia nyata menjadi bagian tidak terpisahkan.

Eliminasi faktor konstekstual, di sekolah dasar, dalam rancangan kurikulum 2013 sudah dilakukan. Secara konsep, pembelajaran didekati dengan tematik integratif. Persoalan yang sering mengemuka dan terjadi dalam tataran praktik adalah panduan kurikulum yang kurang tersedia. Hal ini ditambah dengan kemampuan pemangku kepentingan yang bertugas mengawal pelaksanaan kurikulum sangat beragam. Panduan kurikulu, pertama-tama yang harus paham dan menguasai adalah Widyaiswara LPMP dan Pengawas Sekolah. Dua pihak ini yang akan mengawal pelaksanaan kurikulum. Pemahaman tentang kurikulum juga mengandung arti penguasaan teori dan strategi penilaian pembelajaran tematik integratif.

G.    Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan dibandingkan dengan penerapan pendekatan konvensional, antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.
  2. Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
  3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
  4. Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan sosial peserta didik.
  5. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta didik.
  6. Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama, dapat meningkatkan kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.

Di samping ada kelebihan di atas, pembelajaran terpadu memiliki kelemahan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. Puskur, Balitbang Diknas (ttg:9) mengidentifikasi beberapa kelemahan pembelajaran terpadu antara lain dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut.

  1. Aspek Guru. Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja.
  2. Aspek Peserta Didik. Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terlambat.
  3. Aspek Kurikulum. Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
  4. Aspek Penilaian. Pembelajaran terpadu memerlukan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan.
  5. Aspek Suasana Pembelajaran. Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengerjakan sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

H.    Penerapan Model Tematik Integrated

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 secara tegas mengatakan pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Wacana perubahan pada kurikulum 2013 semua kelas pada sekolah dasar menggunakan pendekatan tematik integratif. Penerapan model tematik integratif tidak meninggalkan model dan metode pembelajaran yang lain. Tematik integratif merupakan model payung. Strategi pembelajaran lain yang bertujuan untuk meningkatkan kecakapan tertentu tetap dilaksanakan dengan pendekatan tematik integratif. Penerapan untuk kelas rendah (1, 2, dan 3) Sekolah Dasar dilakukan dengan pendekatan tematik webbed jaring labang-laba. Kelas atas (4, 5, dan 6) dengan pendekatan integrated atau terpadu beberapa mata pelajaran.

Persoalan yang muncul selama ini dalam penerapan pembelajaran tematik integratif adalah ketidakberanian dan kegamangan guru dalam menerapkan tematik integratif selain pendekatan standar isi yang masih pendekatan mata pelajaran juga karena kurangnya pengetahuan. Penerapan pendekatan tematik integratif membutuhkan persiapan dan kompetensi yang memadai. Clark (2005) menjelaskan untuk merancang dan melaksanakan kurikulum integartif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut: 1) filosofi, 2) mengembangkan staf, 3) komunitas pembelajar yang mendukung (supportive learning communities), dan 4) Kepemimpinan yang berdedikasi.

a.   Filosofi, perencana dan pelaksana kurikulum harus memahami filosofi dan teori yang melandasi pembelajaran integratif dan berpusat pada siswa; dan filofosi dan teori materi pelajaran. Penerapan sebuah metode pembelajaran harus didasari pada teorinya. Penguasaan filosofi dan teori yang kuat, memberi keyakinan keberhasilan pelaksanaannya. Perencanaan pembelajaran yang dimulai dari merumuskan indikator pembelajaran sebagai penjabaran standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) membutuhkan penguasaan filosofi dan teori atau isi mata pelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan memperhatikan isi materi, pencapaian kecakapan dan perilaku (afektif), serta ranah psikomotor. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan menyiapkan strategi pembelajaran yang tepat membutuhkan pemahaman terhadap strategi tersebut.

b.    Mengembangkan para staf. Staf dalam konteks ini adalah semua pemangku kepentingan pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan, LPMP, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan. Pada tataran pelaksanaan kegiatan persekolahan sehari-hari, yang terlibat secara langsung adalah LPMP (khususnya Widyaiswara); Pengawas Sekolah; Kepala Sekolah; dan Guru. Keempat unsur ini dituntut menguasai filosofi dan teori pembelajaran tematik integratif, dan strategi pembelajaran dari sisi keluasan dan kedalamannya. Mekanisme pemeliharaan dan pengembangan kompetensi yang seiring dengan jabatan fungsional yang diembanya dilakukan secara sistematis.

c.      Mengembangkan semua pemangku kepentingan pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan, LPMP, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan. Pada tataran pelaksanaan kegiatan persekolahan sehari-hari, yang terlibat secara langsung adalah LPMP (khususnya Widyaiswara); Pengawas Sekolah; Kepala Sekolah; dan Guru. Keempat unsur ini dituntut menguasai filosofi dan teori pembelajaran tematik integratif, dan strategi pembelajaran dari sisi keluasan dan kedalamannya. Mekanisme pemeliharaan dan pengembangan kompetensi yang seiring dengan jabatan fungsional yang diembanya dilakukan secara sistematis.

d.    Kepemimpinan yang berdedikasi. Peran pemimpin dalam sebuah organisasi adalah : menciptakan visi, membangun tim, memberikan penugasan, mengembangkan orang, dan memotivasi anak buah (Arjanti, 2012).

Menurut Fogarty (1991) terdapat sepuluh model kurikulum terpadu (integrated curriculum) dimulai dari eksplorasi dengan mata pelajaran tunggal (within single disciplines) yaitu model fragmented, connected, dan nested; terpadu beberapa mata pelajaran (across several disciplines) yaitu model sequenced, shared, webbed, threated, dan integrated); dioperasikan diantara pebelajar sendiri yaitu model immersed; dan jejaring di antara pebelajar yaitu model networked. Sedang menurut Drake & Burns (2004:8) terdapat tiga pendekatan kurikulum terpadu yaitu multidisciplinary, interdisciplinary, dan transdisciplinary.

1.      Pembelajaran Terpadu Menurut Fogarty

       Fogarty (1991) membedakan sepuluh pendekatan kurikulum terpadu yaitu Model Fragmented, Model Connected, Model Nested, Model Sequenced, Model Shared, Model Webbed, Model Integrated, Model Treaded, Model Immersed, dan Model Networked.

a.    Model Fragmented

Model ini merupakan model penggalan, yaitu memandang kurikulum dalam penggalan-penggalan mata pelajaran terpisah. Tipikalnya kurikulum terbagi dalam pelajaran utama yaitu matematika, sains, bahasa, dan ilmu sosial. Pendekatan fragmented dilakukan untuk memadukan konsep-konsep dan kompetensi dalam satu mata pelajaran. Antar kompetensi dipelajari secara bersamaan. Kompetensi mendengar, membaca, dan menulis dalam pelajaran bahasa dilakukan secara bersamaan.

Fragmented Model (model fragmen) yaitu model pembelajaran konvensional yang terpisah secara mata pelajaran atau model tradisional yang memisahkan secara diskrit masing-masing mata pelajaran. Keterpaduan model ini harus tercapai ketika satu satuan waktu telah ditempuh, misalnya pada satu catur wulan. Keterpaduan pada model fragmented terjadi jika siswa telah menyelesaikan seluruh runtutan kajian atau materi pelajaran yang pada akhirnya seluruh satuan-satuan konsep itu mencapai keutuhan, baik konsep, pemahaman suatu kajian, keterampilan dan nilai. Contoh: dalam satu pelajaran, terdapat materi perambatan cahaya (content), prediksi (thinking skill), dan peta konsep (organizing skill).

Menurut Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu melalui Kurikulum Terpadu dalam Satu Disiplin Ilmu, mengatakan bahwa pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu fragmented terjadi jika seorang guru memiliki keinginan agar siswa setelah menempuh pembelajaran satu kurun waktu tertentu memiliki kemampuan atau kecakapan tertentu. Keuntungan pembelajaran model ini adalah siswa menguasai secara penuh satu kemampuan tertentu untuk tiap mata pelajaran, ia ahli dan terampil dalam bidang tertentu. Sedangkan kekurangannya adalah Ia belajar hanya pada tempat dan sumber belajar dan kurang mampu membuat hubungan atau integrasi dengan konsep sejenis.

b.    Model Connected

Model connected (terhubung) memandang mata pelajaran dengan menggunakan kaca pembesar (opera glass, kaca pembesar yang dipakai oleh penonton opera yang hanya satu lensa), menyediakan secara detil, seluk beluk/rinci, dan interkoneksi dalam satu mata pelajaran.

Connected Model (Model Terhubung), yaitu dalam setiap mata pelajaran berisi konten yang berkaitan antara topik dengan topik dan konsep dengan konsep dalam satu mata pelajaran. Model ini penekanannya terletak pada perlu adanya integrasi inter bidang studi itu sendiri. Fogarti (1991) menyatakan bahwa di dalam mata pelajaran terdapat isi mata pelajaran yang dikaitkan, misalnya topik dengan topik, konsep dengan konsep, dan ide-ide yang berhubungan. Kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif. Dalam model connected ini secara sengaja menghubungkan kurikulum di dalam mata pelajaran melebihi dari apa yang diasumsi siswa-siswa yang akan memahami hubungan secara otomatis.

Keuntungan yang diperoleh dalam model connected ini adalah adanya hubungan antar ide-ide dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap. Kekurangan dalam model ini, model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran lain.

c.     Model Nested

Model Nested atau model sarang memandang kurikulum dari tiga dimensional kaca baca, sasaran dimensi ganda dari pembelajaran. Tujuan pembelajaran tidak hanya pada mata pelajaran semata, namun ada beberapa pemahaman dan/atau ketrampilan yang terkuasai.

Nested Model (Model Tersarang) yaitu model pembelajaran terpadu yang merupakan pengintegrasian kurikulum dalam satu disiplin ilmu dengan memfokuskan pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin dilatihkan oleh guru kepada siswa dalam satu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran (content) yang meliputi keterampilan berfikir (thinking skill), keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill) Fogarty (1991: 23).

Kelebihan model ini yaitu guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran, memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu dan guru dapat memadukan kurikulum secara luas. Kekurangannya adalah apabila taanpa perencanaan yang matang memadukan beberapa keterampilan yang menjadi targget dalam suatu pembelajaran akan berdampak pada siswa dimana prioritas pelajaran menjadi kabur.

d.    Model Sequenced

Model sequenced melihat kurikulum menggunakan kaca-mata, lensa terbagi dalam dua bagian, namun terhubung oleh sebuah bingkai atau frame. Topik atau mata pelajaran terpisah, namun dapat dihubungkan dengan sebuah bingkai konsep yang menaungi topik atau mata pelajaran tersebut.

Sequenced Model (Model Terurut) yaitu model pembelajaran dimana saat guru mengajarkan suatu mata pelajaran guru dapat menyusun kembali topik mata pelajaran lain dalam urutan pengajaran itu dalam topik yang sama atau relevan. Kelebihannya yaitu dengan menyusun kembali urutan topik, bagian dari unit, guru dapat mengutamakan prioritas kurikulum daripada hanya mengikuti urutan yang dibuat penulis dalam buku teks, membantu siswa memahami isi pembelajaran dengan lebih kuat dan bermakna. Sedangkan kekurangannya yaitu diperlukkan kolaborasi berkelanjutan dan fleksibilitas semua orang yang terlibat dalam content area dalam mengurutkan sesuai peristiwa terkini.

e.    Model Shared

Model shared melihat kurikulum menggunakan binoculars, menghubungkan dua mata pelajaran secara bersama untuk melihat sebuah topik. Keterhubungan antar dua mata pelajaran diorganisasi sehingga dapat dilakukan proses pembelajaran secara bersama-sama.

Shared Model (Model Terbagi) yaitu suatu model pembelajaran terpadu dimana pengembangan disiplin ilmu yang memayungi kurikulum silang. Misalnya Matematika dan IPA disejajarkan sebagai ilmu pengetahuan. Kelebihannya yaitu lebih mudah dalam menggunakannya sebagai langkah awal maju secara penuh menuju model terpadu yang mencakup empat disiplin ilmu, dengan menggabungkan disiplin ilmu serupa yang saling tumpang tindih akan memungkinkan mempelajari konsep yang lebih dalam. Sedangkan kekurangannya yaitu model integrasi antar dua disiplin ilmu memerlukan komitmen pasangan untuk bekerjasama dalam fase awal, untuk menemukan konsep kurikula yang tumpang tindih secara nyata diperlukan dialog dan percakapan yang mendalam.

f.     Model Webbed

Model webbed atau jaring laba-laba melihat kurikulum menggunakan teleskop, menangkap konstelasi pembuka dari mata pelajaran, yang membentuk sebuah tema. Tema yang ditentukan menjadi langkah awal dalam melakukan pembelajaran. Indikator masing-masing kompetensi ilmu dan pengetahuan terjabarkan dari tema tersebut.

Webbed Model (Model Jaring Laba-laba) yaitu merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Menurut Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu menyatakan Webbed menyajikan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan mata pelajaran. Satu tema yang subur dijaring laba-labakan untuk isi kurikulum dan mata pelajaran. Mata pelajaran menggunakan tema untuk menyelidiki keseuaian konsep, topik, dan ide-ide. Karakteristik pendekatan tema ini untuk mengembangkan kurikulum dimulai dengan satu tema misalnya transportasi, penyelidikan, dan lain-lain.

Contoh dari penggunaan pembelajaran model ini adalah: siswa dan guru menentukan tema misalnya air, maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema misalnya siklus air, kincir angin, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran Matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.

Keuntungan pendekatan jaring laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum adalah faktor motivasi sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling besar, faktor motivasi siswa juga dapat berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa. Sedangkan kelemahan model ini adalah banyak guru sulit memilih tema. Mereka cenderung menyediakan tema yang dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa, dan guru seringkali terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan.

g.    Model Treaded

Model treaded melihat kurikulum dengan menggunakan kaca pembesar (magnifying glass). Ide besar diperbesar melalui semua isi dengan pendekatan kurikulum-meta (metacurricular). Model ini menggabungkan ketrampilan berpikir, ketrampilan sosial, ketrampilan belajar, mengelola grafik, teknologi, dan pendekatan kecerdasan ganda (multiple intellegences).

Threaded Model (Model Pasang Benang) yaitu model pembelajaran yamg menfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau yang berpotongan dengan inti materi subjrk. Misalnya untuk melatih keterampilan berpikir (problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari materi yang merupakan bagian dari problem solving. Seperti pada komponen memprediksi, meramalkan kejadian yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuah bacaan dan sebagainya.

Keuntungan dari model ini antara lain: konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif; materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni, dan siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan datang sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi. Sedangkan kelemahannya yaitu hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan sehingga secara eksplisit siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya.

h.    Model Integrated

Model integrated (terpadu) melihat kurikulum menggunakan kaleidoskop. Topik interdisiplin (antar mata pelajaran) ditata kembali diantara konsep yang sama/mirip dan munculnya pola dan rancangan. Melalui pendekatan antar matapelajaran, model integrated memadukan/mencampurkan empat mata pelajaran utama dengan menemukan persamaan ketrampilan, konsep, dan sikap pada keseluruhannya.

Integrated Model (Model Integrasi) yaitu pembelajaran yang menggabungkan bidang studi denggan cara menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling berhubungan di dalam beberapa bidang studi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antar bidang studi. Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu mengatakan bahwa model integrated kurikulum menyajikan satu pendekatan penyebrangan mata pelajaran mirip dengan model Shared. Model integrated memadukan mata pelajaran dengan latar prioritas kurikulum pada tiap penemuan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, dan sikap-sikap yang tumpang tindih mata pelajaran tersebut.

Keuntungan dari model ini yaitu siswa saling mengaitkan, saling menghubungkan diantara macam-macam bagian dari mata pelajaran. Keterpaduan secara sukses diimplementasikan, pendekatan belajar yang lingkungan belajar yang ideal untuk hari terpadu (integrated day) secara eksternal dan untuk keterpaduan belajar untuk fokus internal. Selain itu model ini juga mendorong motivasi murid. Sedangkan kelemahannya yaitu model ini sulit dilaksanakan secara penuh; membutuhkan keterampilan tinggi,percaya diri dalam prioritas konsep, keterampilan dan sikap yang menembus secara urut dari mata pelajaran; dan membutuhkan model tim ahli pada bidang dan merencanakan dan mengajar bersama.

i.      Model Immersed

Model immersed melihat kurikulum menggunakan mikroskop. Melalui cara masing-masing keseluruhan konten disaring dengan menggunakan lensa ketertarikan dan keahlian yang dimiliki. Dengan menggunakan model ini, pebelajar sedikit atau sama sekali tidak ada intervensi atau bantuan dari pihak luar.

Immersed Model (Model Terbenam) yaitu model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia, Komputer, Ia juga harus mempelajari fisika dan setiap mata pelajaran tersebut ada kesatuannya. Model ini merupakan satu dari model yang memungkinkan pelajar menyeberang dan atau tetap di dalam mata pelajaran tenggelam dalam minat dan kemaunnya untuk belajar.

Kelebihan dari model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan kekurangan dari model ini adalah siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan untuk mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar.

j.      Model Networked

Model networked atau jejaring melihat kurikulum menggunakan prisma. Menciptakan dimensi dan pengarahan ganda terhadap fokus, dengan menggunakan berbagai cara eksplorasi dan eksplanasi.

Networked Model (Model Jaringan) yaitu model pembelajaran yang berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, TV, atau teman, kakak, orang tua dan sebagainya yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.

Kelebihan dari model ini adalah siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit sasarannya. Sedangkan kelemahannya adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber.

2.      Pembelajaran Terpadu Menurut Drake dan Burns

        Drake & Burns (2004:8) membedakan tiga pendekatan kurikulum terpadu yaitu multidisciplinary, interdisciplinary, dan transdisciplinary.

a.    Pendekatan multimatapelajaran terutama fokus pada mata pelajaran.

Penggunaan pendekatan ini dilakukan dengan mengorganisasi standar dari matapelajaran di sekitar sebuah tema. Multimatapelajaran terdiri atas pendekatan intradisiplinari, penggabungan/fusion, service learning (belajar melayani masyarakat), learning centers/parallel disciplines; Unit berbasis tema (theme-based units).

b.     Pendekatan Antar-matapelajaran (interdisciplinary)

Pendekatan antar-matapelajaran dilakukan dengan menggorganisasi kurikulum di sekitar materi bersama antar mata pelajaran. Pembelajaran dilakukan dengan mengidentifikasi potongan/irisan konsep dan ketrampilan antar matapelajaran. Masing-masing mata pelajaran masih teridentifikasi, namun agak samar dibanding pendekatan multi- matapelajaran.

c.     Pendekatan transdisciplinary

Pendekatan transdisiplinari dilakukan dengan membangun kurikulum di sekitar pertanyaan dan perhatian siswa. Siswa mengembangkan kecakapan hidup seperti yang diterapkan pada interdisiplinari dan ketrampilan mata pelajaran dalam konteks kehidupan nyata.

I.     Sistem Penilaian dan Evaluasi

Penilaian dan evaluasi dilakukan untuk mencari informasi tentang pencapaian pengetahuan dan pemahaman peserta didik, pengembangan skill, dan pengembangan sosial dan afektif peserta didik dengan memanfaatkan penilaian alternatif dan cara formal (Widodo, 2010). Penilaian pembelajaran terpadu menyangkut tiga ranah pembelajaran yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selain ketiga ranah tersebut dilakukan pengukuran dan penilaian terhadap kecakapan abad 21 dan karakter yang dikembangkan. Penilaian dilakukan dalam keseluruhan proses dan hasil pembelajaran.

Penilaian proses dilakukan pada waktu proses pembelajaran sedang berlangsung. Pada pendekatan proses produksi, baik produksi barang maupun jasa, pendidikan masuk dalam kategori jasa, maka penekanan pada kefektifan dan keefisienan proses menjadi yang utama. Keefektifan dan keefisienan proses berdampak pada hasil yang dicapai, dan ketercapaian tujuan sebuah proses. Penilaian proses pembelajaran dilakukan terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru-siswa dan keterlaksanaan proses belajar mengajar. Dalam konteks sistem pendidikan di Indonesia saat ini, maka penilaian proses digabungkan dengan penilaian hasil. Penilaian proses dilakukan untuk memantau ketercapaian kecakapan menyeluruh siswa, penilaian hasil dilakukan untuk memastikan pencapaian kompetensi seperti yang dimaksud dalam standar isi.

Pelaksanaan penilaian dalam pembelajaran terpadu meliputi : penguasaan materi ajar, karakter yang dikembangkan, pemikiran tingkat tinggi, kecakapan abad 21. Penilaian penguasaan materi ajar dilakukan dengan tes (formatif dan sumatif), dan non tes. Tes berarti secara periodik dilakukan pengecekan penguasaan materi. Non dilakukan dengan mengecek isi dari kegiatan siswa. Pemantauan karakter dilakukan dengan observasi dan wawancara. Pemantauan kemampuan berpikir tingkat tinggi dilakukan dengan pengamatan dan praktik penerapan pemahaman siswa terhadap materi ajar secara terpadu antar mata pelajaran. Pemantauan penguasaan abad 21 dilakukan dengan mengevaluasi kecakapan yang diperlukan dalam kehidupan nyata.

Daftar Pustaka

Aisyah, Siti, Studi pengkajian dan Perintisan Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Jalanan (Jurnal Pendidikan LPPM Universitas Terbuka, vol. 7, No. 2, September 2006)

Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for learning, teaching, and assesing. a revision of Bloom’s taxonomy of education objectives. New York: Addison Wesley Longman.

Arjanti, R. A. 2012. Lima Peranan Penting Pemimpin. Retrieved Januari 25, 2013, from Leadership Centre:

Atan, H. (2009, June 14). Teo-Education.com. Retrieved January 22, 2013, from Teo-Education.com: http://www.teo-education.com/teo/

BPS/Badan Pusat Statistik dan Depsos/Departemen Sosial, Penduduk Fakir Miskin Indonesia 2002. Jakarta: BPS

Children’s resources International, Inc. 2000. Menciptakan Bahan Ajar Yang Berpusat Pada Anak (Jakarta: CRI Indonesia.

Clark, E. (2005, May 1). Designing and implementing an integrated curriculum. Retrieved Januari 23, 2013, from Great Ideas: http://great-ideas.org

Collin, Gillian dan Hazel Dixon. 1991 Integrated Learning Planed Curriculum Units, (Australia Books Shelf Publising.

Drake, S. M., & Burns, R. C. 2004. Meeting standards through integrated curriculum. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD).

Fogarty, R. 1991. Ten ways to integrated curriculum. Educational Leadership, Oktober 1991 , 61-65.

Hamalik, Oemar. 1991. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara

Indrawati. 2009. Model Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).

Jamaris, Martini. 2004. Pembelajaran Terpadu dan aplikasinya di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,PPS vol 2 No 2, UNJ

Joni, R. 1996. Pembelajaran Terpadu, Makalah Untuk Program Pelatihan Guru Pamong. (Jakarta: Depdikbud/

Joni, R. 1996. Pembelajaran Terpadu, Makalah Untuk Program Pelatihan Guru Pamong. (Jakarta: Depdikbud

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi. (2006). Jakarta: Lembaran Negara.

Sahdan, Gregoris, Menanggulangi Kemiskinan, (Jakarta : artikel ekonomi rakyat dan kemiskinan Maret 2005)

Seksi PAUD dan Pendidikan Inklusif Divisi Pendidikan Dasar Sektor Pendidikan UNESCO, Laporan Kebijakan:

Semiawan, Conny R. 2002. Belajar dan Pembelajaran Dalam Taraf Usia Dini, (Jakarta : Ikrar Mandiri Abadi,.

Suharto, Edi, “Social Welfare Problems and Social Work in Indonesia: Trends and Issues” (Masalah Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial di Indonesia: Kecenderungan dan Isu), makalah yang disampaikan pada International Seminar on Curriculum Development for Social Work Education in Indonesia, Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial

Sumardi, Sandyawan, I. 2005. Melawan Stigma Melalui Pendidikan Alternatif. Jakarta : Grasindo,

Tim Pengembang PGSD. 1996. Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Venville, G. (2009, August). The Newcritic. Retrieved Januari 22, 2013, from Disciplinary versus integrated curriculum : the challenge for school science: http://www.jas.uwa.edu.au

Widodo, S. 2010. Evaluasi Dalam Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar. Jurnal Teknologi Pendidikan Universitas Surabaya , 8-15

Jelaskan mengapa pembelajaran terpadu dan tematik sangat cocok diterapkan di sekolah dasar