Istilah Total Protein Plasma (TPP) banyak yang sudah mendengar tetapi mungkin sedikit yang memahami arti penting dari total protein plasma bagi tubuh hewan. Banyak pemeriksaan klinis dilakukan untuk mengetahui abnormalitas yang terjadi pada tubuh hewan tetapi pemeriksaan kadar TPP jarang dilakukan. Apa itu Total Protein Plasma? Plasma protein menduduki posisi utama dan dominan dalam metabolisme protein karena erat hubungannya dengan proses metabolisme dalam organ hati dan interaksinya dengan jaringan seluruh tubuh. Total protein plasma merupakan semua jenis protein yang terdapat dalam serum atau plasma yang terdiri dari albumin, globulin, fibrinogen, glikoprotein, haptoglobulin, dan lipoptrotein. Total Protein Plasma (TPP) merupakan salah satu petunjuk akan metabolisme protein dalam hubungannya dengan aktivitas organ-organ tertentu misalnya hati dan ginjal. Setiap abnormalitas protein plasma merupakan petunjuk adanya perubahan patologik, fisiologik atau faktor lain yang mempengaruhi penyimpangan nilai protein plasma (Bambang Hariono, 1993). Apakah Peran dari Protein Plasma dalam Tubuh? Sebagaimana kita ketahui bahwa plasma protein terdiri dari albumin, globulin, fibrinogen, glikoprotein, haptoglobulin, dan lipoprotein yang mempunyai fungsi yaitu albumin berperan dalam membentuk tekanan osmotik di dalam plasma, yang akan mencegah hilangnya plasma dari kapiler, globulin berperan melakukan fungsi enzimatis dalam plasma dan imunitas tubuh, fibrinogen berperan dalam proses pembekuan darah, glikoprotein berperan dalam proses proliferasi sebagai respon terjadinya kerusakan jaringan, haptoglobulin berperan dalam membentuk ikatan protein kompleks guna mencegah hilangnya zat besi dan melindungi ginjal dari kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh pengendapah haemoglobin sedangkan lipoprotein berperan sebagai pembawa hormone hormone steroid, vitamin, yang larut lemak, gliserida, kolesterol, dan bentuk asternya (Bambang Hariono, 1993). Kapan Terindikasi Perlu Pemeriksaan TPP? Nilai TPP sering dibutuhkan dalam memperkirakan keadaan nutrisional hewan. Kondisi TPP yang rendah juga merupakan indikasi bahwa diperlukan peningkatan kualitas pakan. Keadaan nutrisional bisa tergantung pada pemasukan bahan bahan protein yang cukup dan tepat. Hal ini dapat merefleksikan perubahan perubahan dalam proses metabolisme. Jika protein tinggi dalam makanan maka penyerapan kalsium bisa mencapai 15% sedangkan jika makanan protein rendah maka penyerapan hanya 5% saja dari yang ada (A. A. Putu Wijaya, 2016). Apabila terjadi defisiensi protein maka akan merugikan bagi hati. Kekurangan diet protein akan sangat mempengaruhi level gamma globulin dan albumin. Penurunan gamma globulin akan berakibat hambatan resistensi tubuh terhadap agen-agen infeksius (Bambang Hariono, 1993). Kadar protein darah berpengaruh terhadap terjadinya kawin berulang (Boland and Lonergan, 2003). Berbagai laporan menunjukkan, bahwa pada ternak betina, kekurangan protein menyebabkan timbulnya birahi yang lemah, birahi tenang, anestrus, kawin berulang (repeat breeder), kematian embrio dini, absorbsi embrio yang mati oleh dinding uterus, kelahiran anak yang lemah atau kelahiran prematur (Boland and Lonergan, 2003; Anggordi, 1994). Kadar TPP juga dapat merupakan petunjuk akan metabolisme protein dalam hubungannya dengan aktivitas organ organ tertentu yaitu hati dan ginjal. Perubahan protein plasma secara drastis dapat dijumpai pada penyakit hati. Pada kejadian akibat syok, dehidrasi dan hemoragi adalah sangat penting untuk melihat kadar TPP sebagai pedoman pemberian cairan dalam keadaan darurat. Syok dan dehidrasi keduanya meningkatkan kadar TPP sedangkan hemoragi menyebabkan penurunan kadar TPP. Perubahan konsentrasi protein plasma mungkin dapat digunakan untuk indikasi penyakit (Bambang Hariono, 1993). Berapa Nilai Normal TPP pada Hewan?
Bilamana Pemeriksaan TPP dilakukan? Pemeriksaan TPP dapat dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik, Balai Besar Veteriner Wates. Pemeriksaan TPP merupakan salah satu pengujian di BBVet Wates yang sudah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Sampel yang dibutuhkan adalah serum dengan jumlah minimal 100 µl. Metode pemeriksaan yaitu dengan metode Refraktometrik. Metode Refraktometrik adalah metode pemeriksaan yang paling mudah dan cepat, sedangkan hasilnya diakui sebagai sebanding dengan cara kuantitatif kimiawi. Konsentrasi protein tercatat dalam satuan gr/dl, dapat langsung dibaca dengan alat refraktometer ini. Refraktometer Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/ konsentrasi bahan terlarut, misalnya gula, garam, protein, dan lainnya. Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya adalah memanfaatkan refraksi cahaya. Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe, seorang ilmuan dari Jerman pada permulaan abad ke-20. Penulis: drh. Siwi S, drh. Melia, M.Sc, Marina, A.Md Medik Veteriner dan Paramedik Veteriner Laboratorium Patologi Klinik, BBVet Wates Daftar Pustaka Anggorodi, R. (1994) Ilmu makanan ternak umum. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Boland, M.P. and Lonergan, P. (2003) Effects of nutrition on fertility in dairy cows. Advances Dairy Tech.15. Drh. Bambang Hariono, 1993, Hematologi, Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, 1993
Latar Belakang Program Studi/mayor Ilmu Nutrisi dan Pakan (PS-INP) berasal dari PS Ilmu Ternak (PS PTK). PS PTK diselenggarakan dari tahun 1975 - 2007. Sesuai dengan perkembangan ilmu dan kebutuhan sumberdaya manusia bidang nutrisi dan pakan, PS INP didirikan pada tanggal 22 Maret 2007. PS INP merupakan program unggulan dalam pendidikan pascasarjana magister sains (S2) dan doktor (S3) kelas dunia dengan kompetensi utama bidang nutrisi dan pakan tropika. Mahasiswa PS INP berasal dari berbagai instansi, baik pemerintah maupun swasta di dalam negeri, serta beberapa berasal dari luar negeri (Malaysia dan Belanda). Tujuan pendidikan program pascasarjana disesuaikan dengan visi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Peternakan, yaitu: Kemampuan Lulusan S2
Kemampuan Lulusan S3
Beban Studi dan lama Pendidikan Program Magister Sains (S2) mempunyai beban studi 39 SKS dengan lama pendidikan 4 semester (2 tahun) dan paling lama 8 semester (4 tahun), sedangkan program Doktor (S3) dapat ditempuh sekurang-kurangnya dalam 6 semester (3 tahun) dan selambat-lambatnya dalam 10 semester (5 tahun) dengan bobot pendidikan sekurang-kurangnya 41 SKS. Mata kuliah yang ditawarkan dan silabus lengkap dapat dilihat pada website: Tesis adalah karya ilmiah akhir mahasiswa Program Magister sedangkan disertasi merupakan karya ilmiah akhir mahasiswa Program Doktor. Karya ilmiah tersebut merupakan tulisan ilmiah berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh mahasiswa. Bidang penelitian sesuai minat mahasiswa maupun bidang pekerjaan tempat asal mahasiswa. Dalam melakukan penelitian, mahasiswa dibimbing oleh staf pengajar yang kompeten di bidangnya dan dapat dibimbing bersama dengan para ahli di bidang terkait baik dari birokrat maupun swasta/industri di bidang peternakan. Fasilitas yang dimiliki Departemen INTP, PS INP meliputi laboratorium (analisis, lapangan dan komputer) yang didukung peralatan modern, dan Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) seluas 169 Ha. Calon mahasiswa (S2) yang dapat diterima di Mayor Ilmu Nutrisi dan Pakan adalah lulusan sarjana di bidang Peternakan dengan IPK ≥ 2,75 (Skala 0-4), atau IPK ≥ 6,25 (skala 0-10), dan IPK ≤ 2,75 dengan mempertimbangkan prestasi kerja. Untuk Program Doktor, dari lulusan magister sains dengan IPK ≥ 3,50, dan 3,25 ≤ IPK< 3,50 dengan mempertimbangkan prestasi kerja. Departemen INTP, PS INP didukung oleh staf pengajar dan dengan kualifikasi Akademik yang sangat baik. Saat ini terdapat 23 orang staf dengan kualifikasi akademik bergelar Doktor dan profesor yang merupakan lulusan dari IPB, USA, Jepang, Australia, Jerman, Perancis, Denmark, Swedia dan Malaysia, diantaranya adalah :
Informasi dan Pendaftaran Calon Mahasiswa baru : Untuk melakukan Pendaftaran secara online
|