Jelaskan bahaya - bahaya yang bisa ditimbulkan apabila seseorang terkena asam sulfat!

Kasus penyiraman air keras pekan lalu menghebohkan warga. Mari ketahui bahaya tersiram air keras dan pertolongan pertama yang harus dilakukan.

Jelaskan bahaya - bahaya yang bisa ditimbulkan apabila seseorang terkena asam sulfat!

Klikdokter.com, Jakarta Belum lama ini ramai kasus penyiraman air keras yang dilakukan seseorang di Jakarta Barat kepada beberapa orang. Padahal, air keras sangat berbahaya bagi manusia. Mari ketahui apa saja bahaya tersiram air keras dan pertolongan pertama bagi korban yang terkena.

Pekan lalu, warga Jakarta Barat digegerkan dengan kejadian teror air keras. Seorang pelaku yang belakangan berhasil ditangkap Polisi pada Sabtu (16/11) menyiram air keras kepada warga yang sedang beraktivitas.

Baca Juga

Korbannya diketahui tiga siswi SMPN 207 Kembangan, Jakbar. Lalu ada juga pedagang sayuran bernama Sakina yang terkena di Taman Aries Utama, Kembangan. Serta dua siswi SMPN 229 Jakbar atas nama Aurelia Estinov dan Prameswari.

Kasus penyiraman air keras yang baru terjadi pekan lalu ini mengingatkan banyak orang penyiraman yang menimpa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan yang belakangan ramai dibahas lagi.

Kasus air keras yang sampai mengganggu penglihatannya itu juga sampai sekarang belum ada ujungnya. Sampai saat ini pelakunya belum tertangkap.

Bahaya kalau tersiram air keras

Air keras sebenarnya dekat dengan kehidupan sehari-hari manusia. Menurut dr. Theresia Rina Yunita dari KlikDokter, air keras misalnya asam sulfat yang digunakan untuk menghidupkan aki kendaraan dan air raksa dalam thermometer.

"Dalam banyak hal, penggunaan air keras dalam kehidupan sehari-hari memang membantu. Namun penggunaan yang salah dan membuat Anda terpapar air keras dalam jumlah banyak dalam waktu lama akan menimbulkan kerusakan," katanya.

Berikut bahaya atau kerusakan akibat terkena air keras:

"Luka bakar yang ditimbulkan air keras akan menyebabkan kulit meleleh. Padahal kulit berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap dunia luar. Bila pertahanan tubuh terluar ini rusak, maka risiko infeksi akan meningkat,” kata dr. Theresia.

“Infeksi yang terjadi pada penderita luka bakar yang cukup parah dapat menyebabkan kematian," jelasnya lebih lanjut.

Nah, ini adalah yang dialami oleh Novel Baswedan. Diketahui, matanya rusak dan bola matanya sampai hilang alias berubah menjadi warna putih. Jika mengenai mata, air keras memang dapat menyebabkan kerusakan pada kornea. Ini akan menyebabkan kebutaan permanen.

Selain itu, organ lain yang berisiko mengalami kerusakan adalah organ pendengaran. Lubang telinga dapat tertutup akibat daerah kulit di sekitarnya yang meleleh. Hal ini tentu berpengaruh pada fungsi pendengaran korban.

"Selain itu lubang hidung juga dapat tertutup, akibatnya korban pun kesulitan bernafas. Aroma air keras yang terhirup juga dapat menimbulkan penyempitan pada saluran pernafasan yang berujung kematian," ungkap dr. Theresia.

Pertolongan pertama pada korban

Terkena air keras bisa merusak kulit dan segala yang ada di tubuh manusia. Oleh karena itu, ketahui pertolongan pertama jika sampai terkena air keras.

Kunci utama penanganan terkena air keras adalah dengan membilas bagian yang terkena dengan air sebanyak mungkin. Jika Anda menunda pertolongan pertama yang cepat dan tepat, maka hal terburuk pun bisa terjadi. 

"Apalagi jika bagian mata yang terkena, bisa-bisa Anda mengalami kebutaan. Gunakan air mineral dalam botol bila kesulitan menemui sumber air terdekat," saran dr. Theresia.

Pastikan juga Anda menggunakan air bersih, bersuhu normal (tidak panas atau terlalu dingin), serta dalam jumlah yang banyak. Lakukan minimal 30 menit hingga sensasi rasa terbakar berkurang.

Wajah biasanya target utama serangan air keras yang paling umum. Alasannya, kerusakan yang ditimbulkan pada wajah dapat sangat parah. Karena itu, sebisa mungkin tutup wajah dengan tangan atau benda lain untuk meminimalkan paparan air keras.

Penggunaan krim, minyak, atau obat lainnya justru harus dihindari. Hal ini akan mempengaruhi penanganan yang akan diberikan oleh dokter nantinya.

"Lepaskan segala benda yang terkena air keras. Misalnya, jika Anda memakai baju yang terkena air keras, segera lepas baju tersebut. Hal ini juga memudahkan proses pembilasan dengan air," tutur dr. Theresia.

Hindari menutup luka bakar akibat air keras dengan benda apa pun, apalagi kalau tidak steril. Kasa steril memang dapat digunakan untuk membungkus luka bakar, tapi tidak boleh terlalu kuat.

"Hal ini bertujuan untuk mencegah kontaminasi, misalnya selama perjalanan ke rumah sakit. Namun, jika tidak ada, biarkan saja tanpa ditutup dan segera ke rumah sakit," ungkap dr. Theresia.

Air keras memang sangat berbahaya kalau sampai terkena kulit atau bagian tubuh lainnya. Oleh karena itu, kenali bahayanya dan pertolongan pertama supaya nantinya kalau Anda terkena, dampaknya tidak sampai parah.

[RPA/ RH]

Asam Klorida (HCl), cairan yang dimuat dalam tandon plastik ukuran 5.000 literan dengan truk Colt Diesel yang terguling dan tumpah di Jalan Keret, Krembung, Sidoarjo, Minggu (13/6/2021) termasuk bahan berbahaya dan beracun (B3) yang boleh dipergunakan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan B3.

Cairan itu termasuk B3 karena sifatnya yang termasuk asam kuat yang sangat korosif terhadap benda apapun. Bahkan gas yang dihasilkan dari pertemuan cairan ini dengan bahan lainnya juga berbahaya bagi manusia maupun lingkungan hidup.

Berdasarkan sejumlah artikel di media, HCl biasa diidentikan dengan cairan lain sejenis seperti Asam Sulfat (H2SO4), juga Asam Fosfat (H3PO4). Ketiga asam kuat yang bisa dibeli di toko-toko bahan kimia itu biasa diidentikkan dengan Air Keras yang peruntukannya juga beragam.

Seperti dalam PP 74/2001 tentang B3, cairan HCl memang boleh digunakan tapi harus dengan menerapkan standar keselamatan yang memadai. Setidaknya, untuk HCl yang biasa dipakai untuk membersihkan permukaan logam, penggunanya setidaknya perlu memakai sarung tangan untuk melindungi kulit dari bahaya korosif zat itu.

Karena itu, kalau pemakaiannya harus menggunakan standar keselamatan tertentu, penanganan atas tumpahnya HCl yang termasuk B3 juga tidak bisa dilakukan dengan cara sembarangan. Dari sejumlah artikel dan jurnal yang ada, berikut ini antisipasi penanganan dampak terkena cairan ini atau bila tumpah ke jalan atau tempat umum.

Pertolongan Pertama Terhadap Korban Terkena Cairan HCl

Sejumlah artikel memastikan, apabila kulit terkena cairan HCl, dampaknya adalah luka bakar. Untuk meminimalisir luka bakar akibat terpapar cairan HCl ini perlu dilakukan penanganan yang tepat dan tidak terlalu sulit.

Pertama, dalam penanganan terhadap korban, si penolong perlu memakai sarung tangan untuk melindungi dirinya dari cairan yang ada di kulit penderita.

Jelaskan bahaya - bahaya yang bisa ditimbulkan apabila seseorang terkena asam sulfat!
Ilustrasi luka bakar di kulit yang terpapar asam klorida (HCl). Foto: sehatq

Kalau di atas kulit penderita ada kain atau pakaian yang kena, disarankan untuk melepas pakaian itu dengan segera tapi dengan hati-hati sehingga cairan di kain itu tidak menyebar ke bagian kulit lainnya.

Selanjutnya, langkah yang bisa dilakukan siapapun untuk menolong korban terkena asam klorida adalah dengan mengalirkan air bersih dan sejuk (suhu normal) ke kulit yang terkena cairan secara perlahan-lahan minimal selama 20 menit.

Tentu saja, penanganan ini dilakukan sembari menghubungi rumah sakit atau dokter yang berkompeten untuk melakukan penanganan lebih lanjut sesuai dampak luka bakar yang muncul.

Penanganan HCl yang Tumpah

Penanganan tumpahan larutan HCl atau asam klorida tidak bisa dilakukan sembarangan. Karena setidaknya, yang melakukan penanganan disarankan memakai alat pelindung diri, terutama pelindung pernafasan dan kulit karena zat itu sangat korosif.

Bukti bahaya HCl bisa dilihat dari dampak tumpahnya sebagian cairan HCl yang dimuat truk Colt Diesel yang terguling di Jalan Keret, Kecamatan Krembung, Sidoarjo, Minggu (13/6/2021) siang. Tiga warga yang terkena cairan ini mengalami luka ringan dan sesak napas karena menghirup gas akibat cairan itu.

Sementara, warga setempat menangani tumpahan HCl itu dengan cara menyiramnya dengan air sungai. Untuk penanganan terhadap kulit manusia, itu bisa dilakukan. Tapi untuk tumpahan di jalan atau tempat umum, cairan HCl perlu dinetralkan dengan zat lainnya sebelum dibuang ke sungai.

Dari sejumlah referensi di artikel ilmiah yang dikumpulkan suarasurabaya.net, zat paling tepat untuk menetralkan dampak berbahaya HCl adalah soda atau kapur.

Setidaknya, penanganan tumpahan bahan berbahaya ini tidak bisa langsung dengan cara disiram. Salah satu jawaban di situs brainly.co.id menyebutkan, penanganan cairan berbahaya yang tumpah bisa dengan menyerapnya dulu dengan bahan penyerap.

“Bisa dengan membersihkan tumpahan menggunakan bahan penyerap yang bersifat innert. Kalau diperlukan, bahan cair tersebut bisa dinetralisasi. Setelah perlu diterapkan sistem B3 untuk buangan bahan kimia, karena pembuangan secara langsung bisa merusak lingkungan,” demikian jawaban salah satu kontributor terverifikasi di Brainly pada 2016 silam.

Jelaskan bahaya - bahaya yang bisa ditimbulkan apabila seseorang terkena asam sulfat!
Truk bermuatan dua tandon plastik berisi 10 ribu liter cairan asal klorida (HCl) terguling di Jalan Raya Keret, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo pada Minggu (13/6/2021) pukul 11.30 WIB. Foto: Istimewa

Pernah terjadi peristiwa yang mirip dengan kejadian di Krembung, Sidoarjo, pada 2016 silam di Tol Angke, Jakarta. Bedanya, yang tumpah di Jalan Tol saat itu adalah asam sulfat (H2SO4). Bahkan peristiwa saat itu menyebabkan satu orang meninggal akibat menghirup uap carian berbahaya itu.

Dewi Tristantini, Dosen Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia saat itu menyatakan, masyarakat perlu tahu tindakan apa yang harus mereka lakukan ketika menghadapi situasi tumpahnya bahan berbahaya seperti Asam Sulfat maupun Asam Klorida.

“Jika sudah tahu ada cairan kimia berbahaya tumpah, sebaiknya langsung menjauh dan cepat hirup udara segar. Bagi yang di dalam mobil, lebih baik langsung tutup jendela. Jangan coba-coba mendekat kalau tanpa perlindungan, apalagi sampai menyentuhnya,” kata Dewi Desember 2016 silam di situs resmi Fakultas Teknik UI.

Untuk mengurangi dampak merusak dari cairan berbahaya ini, perlu penanganan cepat dengan pemberian kapur atau soda kue (atau zat yang terkandung di dalamnya) dalam jumlah banyak di bagian permukaan yang terpapar.

Menurut Dewi, hasil reaksi kedua zat itu akan menghasilkan garam dan asam lemah yang tidak berbahaya.(den)