Jelaskan bagaimana cara untuk memperoleh Bahan baku yang mau dipakai dalam proses produksi

Banyak perusahaan-perusahaan baik perusahaan dari skala kecil, menengah, maupun besar yang sudah mulai berkembang dan berlomba-lomba untuk menciptakan inovasi-inovasi baru pada produk atau jasa yang mereka berikan kepada masyarakat yang menikmati produk atau jasa mereka, baik itu dari jenis perusahaan dagang, perusahaan jasa, maupun perusahaan manufaktur. Pada perusahaan manufaktur dimana kegiatan utamanya yaitu menghasilkan produk atau barang jadi, pasti di dalam proses produksinya membutuhkan yang namanya bahan baku sebagai bahan awal sebelum diubah menjadi sebuah produk atau barang jadi. 

Bahan baku dapat diartikan sebagai bahan yang digunakan dalam proses atau kegiatan produksi dengan tujuan untuk memperlancar proses produksi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan manufaktur. Secara umum, bahan baku dibagi menjadi dua kelompok yaitu bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Bahan baku langsung memiliki pengertian yaitu bahan baku yang biayanya langsung dibebankan dalam kelompok biaya bahan baku. Sedangkan bahan baku tidak langsung memiliki pengertian yaitu bahan baku yang biayanya langsung dibebankan dalam biaya overhead pabrik. Bahan baku merupakan bahan yang sangat penting bagi perusahaan manufaktur karena bahan baku itu sendiri yang menentukan kelancaran proses produksi yang dilakukan. Oleh karena itu, dibutuhkan pengendalian terhadap bahan baku untuk memastikan apakah bahan baku yang tersedia di perusahaan manufaktur mencukupi atau tidak untuk kegiatan produksi pada tahun berjalan. Jangan sampai bahan baku yang tersedia kelebihan karena jika hal tersebut terjadi, maka biaya yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan akan semakin besar untuk membayar biaya penyimpanan gudang dan juga jangan sampai pula bahan baku yang tersedia terjadi kekurangan karena hal tersebut akan mempengaruhi pendapatan pada sebuah perusahaan atas penjualan produk pada periode tersebut. 

Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur wajib melakukan yang namanya pengendalian atas bahan baku yang tersedia yang nantinya akan digunakan untuk proses atau kegiatan produksi. Pengendalian terhadap bahan baku tersebut dilakukan agar bahan baku dapat tersedia pada waktu yang tepat serta jumlah, kualitas, dan harga bahan baku yang ada sesuai dengan apa yang diharapkan. Tujuan adanya pengendalian terhadap bahan baku pada proses produksi adalah agar proses produksi berjalan dengan lancar dan biaya atas bahan baku yang digunakan dapat lebih efisien sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan manufaktur nantinya. 

Berikut terdapat 7 cara atau metode yang dapat digunakan oleh perusahaan manufaktur untuk melakukan pengendalian atas bahan baku pada proses produksi yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut: 

Merupakan metode pengendalian bahan baku yang dilakukan dengan cara melakukan review secara periodik atas bahan baku yang tersedia misalnya satu bulan sekali atau tiga bulan sekali. Jangka waktu untuk me-review bahan baku sebaiknya disesuaikan dengan jenis bahan baku tersebut. Bahan baku yang cepat kadaluarsa dapat dilakukan review secara sering atau dalam jangka waktu pendek misalnya dalam jangka waktu setiap dua minggu sekali atau setiap satu bulan sekali. Untuk bahan baku yang dapat bertahan lama, dapat dilakukan review setiap tiga bulan sekali. Sewaktu melakukan review pada bahan baku, perusahaan juga dapat membuat daftar pemesanan bahan baku sehingga bahan baku yang dipesan akan sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga hal tersebut akan menghemat biaya bahan baku yang dikeluarkan nantinya. 

Merupakan metode pengendalian bahan baku yang persediaan bahan bakunya terbagi menjadi dua tingkat yaitu tingkat minimum dan tingkat maksimum. Perusahaan harus dapat menentukan bahan baku mana saja yang termasuk pada tingkat minimum dan mana yang berada pada tingkat maksimum. Jika sudah ditentukan, maka pada saat persediaan bahan baku sudah berada pada tingkat minimum, perusahaan dapat melakukan pemesan ulang atas bahan baku sehingga nantinya bahan baku akan menuju pada tingkat maksimum.

Metode The Two-Bin diterapkan untuk jenis bahan baku yang harganya relatif murah. Metode ini membagi bahan baku menjadi dua bagian yaitu yang pertama adalah bahan baku yang akan dipakai selama masa periode saat bahan baku diterima dan saat pemesanan bahan baku dilakukan, dan yang kedua adalah bahan baku yang akan dipakai selama masa periode saat pemesanan dan pengiriman bahan baku dilakukan. Pemesanan ulang bahan baku akan dilakukan pada saat bahan baku pada bagian pertama sudah habis digunakan. 

Metode The Automatic Order System disebut juga dengan metode pemesanan otomatis. Metode ini merupakan metode pengendalian bahan baku yang dilakukan secara otomatis dengan bantuan komputer. Pada metode ini, pemesanan ulang bahan baku akan dilakukan secara otomatis jika persediaan bahan baku yang ada sudah mencapai limit atau jumlah tingkat pemesanan kembali.

Metode ABC kebanyakan digunakan oleh perusahaan-perusahaan dengan skala besar yang memiliki jumlah persediaan yang banyak dan dengan nilai yang berbeda-beda. Metode ini membagi persediaan menjadi 3 kelompok yaitu:

  • Kelompok A – Kelompok dengan persediaan yang memiliki nilai tinggi. Pengendalian bahan bakunya memiliki karakteristik yaitu: jumlah persediaan berskala kecil, sering melakukam review, tingkat pemesanan dan pengawasan tinggi, dan membutuhkan pencatatan yang rinci.

  • Kelompok C – Kelompok dengan persediaan yang memiliki nilai rendah. Pengendalian bahan bakunya memiliki karakteristik yaitu: jumlah persediaan berskala besar, review yang dilakukan tidak terlalu sering, tingkat pemesanan dan pengawasan rendah, dan tidak membutuhkan pencatatan yang rinci.

  • Kelompok B - Kelompok dengan persediaan yang memiliki nilai sedang. Pengendalian persediaan dapat berjalan dengan lancar jika jumlah persediaan yang ada sesuai dengan jadwal produksi dan jadwal penjualan.   

Merupakan metode dimana posisi barang-barang yang ada di dalam gudang dianggap sama dengan posisi persediaan barang dalam sistem deterministik (dimana permintaan terhadap barang telah diketahui secara pasti). Pada metode ini, pemesanan ulang bahan baku dilakukan dalam jumlah per lot dengan pesanan yang sama dan periode pemesanan pada metode ini tidaklah tetap. 

Merupakan metode dimana jarak waktu antara dua pesanan dalam pengendalian persediaan adalah tetap. Jumlah pemesanan ulang bahan baku tergantung pada sisa persediaan dalam gudang pada saat masa akhir periode pemesanan. Pada metode ini, periode pemesanan dilakukan secara periodik dan ukuran lot pada barang pesanan akan selalu berbeda. 

Demikian penjelasan mengenai 7 cara jitu pengendalian bahan baku pada proses produksi perusahaan manufaktur. Semoga artikel ini memberikan pengetahuan lebih mengenai bagaimana cara mengendalikan bahan baku sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih efisien.

Jelaskan bagaimana cara untuk memperoleh Bahan baku yang mau dipakai dalam proses produksi

Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dengan kegiatan utamanya menghasilkan produk jadi tentunya membutuhkan bahan baku sebagai bahan utama dalam mengolah sebuah produk. Bahan baku dapat diartikan sebagai bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi. Pada dasarnya bahan baku dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bahan baku langsung dan tidak langsung. Jika biaya bahan baku langsung dibebankan pada kelompok biaya bahan baku, maka termasuk dalam kelompok bahan baku langsung. Tapi jika biaya bahan baku dibebankan pada biaya overhead pabrik, maka disebut biaya bahan baku tidak langsung.

Langkah – Langkah Pembelian dan Penggunaan Bahan Baku

Meskipun proses produksi dan kebutuhan akan bahan baku beragam sesuai dengan skala dan jenis usaha, pada umumnya langkah-langkan dalam pembelian dan penggunaan bahan baku meliputi:

1. Pada setiap produk yang akan dibuat, personel terkait menentukan rute untuk setiap produk. Rute ini merupakan urutan operasional yang harus dilakukan serta menentukan daftar bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi tersebut.

2. Menyediakan anggaran produksi yang berisi rincian kebutuhan bahan baku.

3. Bukti permintaan pembelian kepada supplier yang mencantumkan jenis bahan baku dan jumlah yang dibutuhkan.

4. Pesanan pembelian adalah kontrak atas jumlah yang harus dikirimkan.

5. Laporan penerimaan menyatakan bahwa jumlah yang diterima sesuai serta melaporkan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu.

6. Bukti penerimaan bahan baku memberikan wewenang bagi personel di bagian gudang untuk mengirimkan bahan baku dengan jenis dan jumlah tertentu ke departemen tertentu pada waktu tertentu pula.

Baca Juga :  Pentingnya Likuiditas Perusahaan

7. Kartu catatan bahan baku mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran bahan baku dan digunakan sebagai catatan persediaan perpetual.

Adapun akuntansi terhadap bahan baku dibagi menjadi akuntansi pembelian bahan baku dan akuntansi pemakaian bahan baku. Dalam melakukan pembelian bahan terdapat beberapa prosedur yang terdiri dari: permintaan pembelian, pesanan pembelian, dan penerimaan bahan. Maka, ada 3 dokumen pembelian bahan yang terdiri dari surat permintaan pembelian, surat pesanan pembelian, dan laporan penerimaan barang. Ketiga laporan tersebut digunakan sebagai dasar dalam pencatatn pembelian bahan. Metode fisik atau metode perpetual adalah metode yang dapat diterapkan dalam melakukan pencatatan persediaan bahan. Namun metode perpetual lebih sering digunakan untuk tujuan pengendalian dan menyajikan informasi yang lebih rinci dibandingkan metode fisik. Karena itu perusahaan skala menengah dan besar umumnya menggunakan metode ini.

Sedangkan akuntansi biaya untuk pembelian bahan baku sama dengan akuntansi untuk bahan baku dengan menggunakan sistem persediaan perpetual. Ketika bahan baku diterima, maka akun bahan baku akan didebit. Hal ini berbeda dengan sistem persediaan periodik yang mendebit akun pembelian. Jumlah dan harga per unit dari setiap pembelian dicatat dalam kartu catatan bahan baku. Setiap jenis bahan baku menggunakan satu kartu. Kartu-kartu tersebut digunakan sebagai catatan persediaan perpetual dan merupakan buku besar pembantu yang mendukung akun bahan baku.

Ketika terjadi suatu kondisi dimana harga-harga menjadi tidak stabil, maka pembebanan harga pokok bahan baku untuk keperluan produksi dan penentuan nilai persediaan akhir bahan baku dapat dihitung dengan menggunakan beberapa cara, yaitu:

1. Sistem periodik (fisik)

Sistem ini menerapkan bahwa pembelian bahan baku di catat dalam rekening pembelian bahan baku. Jika memiliki persediaan awal bahan maku, maka persediaan awal dicatat di rekening terpisah, yaitu rekening persediaan bahan baku awal. Pembelian yang ditambah dengan persediaan awal akan menghasilkan bahan baku siap pakai. Perhitungan fisik terhadap persediaan bahan baku yang tersisa di akhir periode dilakukan untuk mengetahui nilai persediaan akhir.

Baca Juga :  Membandingkan Nilai Aktiva Di Daftar Aktiva Tetap Dan Di Neraca

Pemilihan metode penilaian bahan baku ini sangat penting karena terkait langsung dengan harga pokok barang yang diproduksi, harga pokok penjualan, dan juga akan mempengaruhi rugi laba. Penggunaan metode yang sudah ditentukan hendaklah dilakukan dengan konsisten dan tidak diganti agar dapat menyajikan kalkulasi laba rugi yang baik.

2. Sistem permanen (perpetual)

Sistem ini menerapkan pembelian bahan baku yang dicatat dalam rekening persediaan bahan baku. Jika memiliki persediaan awal, maka persediaan awal tersebut termasuk dalam rekening persediaan bahan baku tersebut. Saat bahan baku digunakan maka rekening persediaan bahan baku akan di kredit dan rekening yang di debit adalah rekening barang dalam proses.

Pada sistem ini menetapkan bahwa harga pokok bahan yang digunakan untuk berproduksi ditentukan saat bahan baku tersebut digunakan. Saldo dari rekening persediaan bahan baku akan menunjukkan harga pokok bahan baku yang siap dipakai. Maka dalam sistem ini baik harga pokok bahan yang digunakan atau nilai persediaan akan langsung ditentukan saat pemakaian atau saat pembelian.

Dalam hal pengendalian bahan baku dapat dilakukan melalui pengaturan fungsional, pembebanan tanggung jawab, serta bukti-bukti dokumenter. Hal tersebut diawali dengan adanya persetujuan anggaran penjualan dan produksi serta penyelesaian produk yang siap untuk dijual dan dikiri ke gudang atau pelanggan. Pengendalian persediaan dapat dilakukan melalui pengendalian unit dan pengendalian uang.

Pengendalian persediaan dapat berjalan dengan baik jika peningkatan atau penurunan dalam persediaan sejalan dengan pola yang sudah diperkirakan sebelumnya, yang mana pola tersebut terkait erat dengan jadwal penjualan dan produksi. Tujuan dari pengendalian bahan baku ini adalah untuk melakukan pemesanan pada waktu yang tepat melalui sumber terbaik untuk mendapatkan jumlah yang sesuai dengan harga dan kualitas. Agar pengendalian persediaan dapat berjalan dengan efektif maka harus memperhatikan:

Baca Juga :  Mengenal Aplikasi Akuntansi Ciptaan Anak Indonesia

a. Pasokan bahan baku yang dibutuhkan untuk operasional yang efektif. b. Memiliki persediaan yang memadai untuk satu periode dalam pasokan kecil dan mengantisipasi perubahan harga. c. Menyimpan bahan baku dengan penanganan yang tepat dan mencegah agar terhindar dari kerusakan atau kehilangan. d. Memperkecil item yang tidak aktif, kelebihan, atau rusak dengan melaporkan perubahan produk yang dapat mempengaruhi bahan baku . e. Memastikan persediaan yang memadai untuk segera dikirimkan ke pelanggan.

f. Menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan selalu konsisten dengan kebutuhan operasi atau perencanaan manajemen.