Ketika dalam satu rumah, ada orangtua, kita sendiri, dan si kecil. Konflik apa saja yang mungkin terjadi, dan bagaimana cara menghadapinya?
“Sebaiknya memang tidak ada dua ratu dalam satu rumah”
Kalimat ini sering saya dengar dari orang-orang di sekeliling. Pas sudah mengalaminya sendiri, serumah dengan orangtua jadi tahu persis, arti di balik pepatah di atas. Ada saja konflik yang muncul, misalnya perkara perbedaan values kerapihan rumah. Mana nih suara mommies yang sedang mengalami hal-hal serupa? Tarik napas, dalam-dalam dulu, ya, jangan keburu emosi, karena yang kita hadapi ini orangtua sendiri.
Iya memang segitu rentannya ada gesekan yang muncul, ketika kita tinggal satu atap dengan orangtua. Tapi bukan berarti nggak bisa dihindari, lho. Saran dari Mbak Vera Itabiliana, Psikolog Remaja dan Keluarga yang bisa mommies gunakan, sebaiknya mempunyai mind set seperti ini:
Semua perlu menjaga batasan masing-masing dan menyadari bahwa dari waktu ke waktu mungkin saja batasan itu akan bersinggungan. Sebagai yang “menumpang” seringnya menjadi pihak yang mengalah atau pasif, di sinilah pengelolaan emosi bermain. Sampai sejauh mana bisa diam dan sampai sejauh mana perlu menegaskan lagi batasan. Namun di atas itu semua perlu selalu diingat bahwa semua bermaksud baik dan ada rasa sayang/perhatian satu sama lain di balik setiap tindakan.
Baca juga: Karena Mertua Juga Manusia
Selain itu, waktu saya menjalani tinggal serumah dengan orangtua, penting juga menguatkan pondasi antar pasangan. Sedikit saja lengah, dan ada masalah, malah bisa berakibat buruk dengan kualitas hubungan kita dengan pak suami. Dikit-dikit berantem, ngambek, dan setumpuk masalah sepele yang harusnya bisa dihindari.
Untuk hal di atas, saya konfirmasi ke Mbak Vera, hal apa nih, yang sebaiknya pasutri lakukan untuk mengukuhkan pondasi? Mbak Vera bilang begini, “Sepakati jika ada masalah, siapa yang akan bicara pada orangtua atau mertua. Sepakati dulu apa pendapat berdua sehingga ketika bicara ke pihak lain terlihat sebagai satu kesatuan, bukan “maunya salah suami/istri saja.”
Contohnya masalah klasik tapi sering terjadi adalah perbedaan pola asuh. Dari apa yang saya alami, hal ini cukup menguras emosi, karena pada praktiknya saya tidak melibatkan pihak ke-3 seperti yang Mbak Vera sarankan.
“Berdasarkan pengalaman di praktik & sekolah, kakek nenek lebih bisa menerima masukan dari pihak ketiga yang netral seperti dokter/psikolog/guru. Jalinlah komunikasi dan hubungan baik dengan pihak-pihak ini sehingga bisa diajak “kompakan” untuk kasih masukan ke kakek nenek. Perlu kita sadari bahwa apa yang dilakukan kakek nenek adalah berdasarkan rasa sayang pada cucunya, hanya caranya saja yang perlu diselaraskan.”
Baca juga: Memberi Uang Untuk Orangtua atau Mertua, Seperti Apa Aturannya?
Saya setuju sekali dengan apa yang dipaparkan Mbak Vera. Satu hal yang memang harus kita ingat, orangtua atau mertua kita, sayang sama cucu-cucunya. Apapun akan mereka lakukan untuk melihat cucunya bahagia. Hanya saja dalam praktiknya, cara mereka tidak sejalan dengan values yang sudah kita yakini dengan pasangan. Hal ini bisa terjadi, karena adanya kesenggangan ilmu parenting, antar generasi. Tugas kitalah memberikan informasi lewat pihak-pihak yang tadi Mbak Vera sebut.
Selain perbedaan pola asuh, beberapa konflik yang mungkin muncul menurut Mbak Vera, adalah:
- Stereotype value tentang peran, misalnya bagaimana semestinya peran seorang ibu
- Standar dalam melakukan pekerjaan rumah, misalnya baju harus disetrika sedemikian rupa, baru dibilang rapi.
- Masalah finansial
Dari beberapa masalah yang sempat saya temui. Hasil temuan saya adalah, jika seseorang sudah menginjak usia lansia, dari segi emosional, mereka sangat sangat sensitif. Perihal ini, sih, yang wajib jadi perhatian. Penyebabnya menurut Mbak Vera karena mereka juga sedang mencoba menerima kondisi diri mereka sendiri yang tak lagi sekuat dulu. Orang yang biasanya melakukan semua sendiri lalu sekarang butuh bantuan orang lain, tentu menjadi lebih emosional. Di satu sisi mereka masih ingin melakukan sendiri tapi sudah punya banyak keterbatasan, di sisi lain situasi tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan atau standarkan. Sesuai tahapan perkembangan Erikson, orang2 di usia 60 tahun ke atas berada dalam tahapan integrity vs despair.
Untuk mommies yang sedang menjalani hal ini, bersabar ya. Jangan terpancing emosi. Ingat, mereka adalah orangtua kita atau orangtua dari pasangan kita. Jika butuh bantuan, jangan segan mencari bantuan pihak ke-3, seperti psikolog keluarga.
Baca juga: Jika Harus Tinggal Di Rumah Kakek Nenek
Oleh karena satu dan lain hal, terkadang tinggal serumah dengan anggota keluarga lain (bahkan dengan seluruh anggota keluarganya), baik tinggal dengan orang tua sendiri, mertua, maupun dengan keluarga dari kakak atau adik, menjadi pilihan utama buat Anda ya, Moms.
Tentu terdengar menyenangkan bisa hidup dan selalu bersama dengan orang-orang yang tersayang. Namun hidup bersama keluarga lain dalam satu atap bisa menimbulkan tantangan tersendiri. Ya, banyak kepala tentu saja bakal ada banyak keputusan dan pendapat yang diutarakan.
Nah, bagaimana agar bisa segalanya bisa berjalan dengan lancar? Untuk itu, M&B sudah merangkum beberapa hal yang perlu diingat jika Anda dan keluarga tinggal serumah dengan keluarga lain. Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
1. Diskusikan terlebih dahulu dengan keluarga inti
Sebelum memutuskan tinggal bersama ibu dan ayah Anda, Moms perlu mendiskusikan hal ini dengan suami Anda, dan jika perlu Si Kecil. Suami Anda memang mencintai ibu dan ayah Anda, tapi mereka tetaplah mertua baginya. Jangan putuskan tinggal bersama dengan keluarga lain jika suami Anda dan Si Kecil tidak menyetujuinya, karena hal ini bisa meningkatkan risiko konflik. Jadi selagi mencintai ibu dan ayah Anda, Anda tetap menghargai suami Anda dan Si Kecil.
2. Buat aturan bersama
Hal lainnya yang perlu dilakukan pertama kali adalah membuat kesepakatan bersama tentang peraturan rumah. Buat peraturan tentang bagaimana membersihkan rumah, etika menerima tamu, jadwal belanja bulanan, jam malam, penggunaan tv, dan hal-hal lainnya. Jika keluarga lain yang pindah ke dalam rumah Anda, maka Moms perlu menjelaskan kebiasaan-kebiasaan di rumah Anda dan mencari jalan tengah dengan kebiasaan keluarga lain tersebut.
3. Pembagian tagihan
Bagian ini merupakan salah satu yang terpenting untuk diputuskan dan jangan sampai tidak dibahas di awal ya, Moms. Buat daftar tentang pengeluaran umum rumah, misalnya tagihan listrik, air, atau gas. Buat kesepakatan tentang tanggung jawab tiap pos tagihan per bulan atau per tahun. Jika perlu, buat rencana pembagian tagihan jangka panjang, seperti biaya maintenance rumah atau pajak. Langkah ini bisa menurunkan risiko konflik antara anggota keluarga.
4. Pastikan setiap orang punya privasi
Privasi bukan hanya berbicara soal jumlah ruangan yang bisa diberikan bagi setiap anggota keluarga, melainkan juga soal waktu. Setiap anggota keluarga memiliki hak yang sama terhadap privasi, maka memastikan bahwa mereka memiliki kesempatan tersebut adalah satu hal yang penting. Jika aspek ini tidak diperhatikan, maka risiko konflik akan meningkat dan berbahaya bagi relasi kedua belah keluarga.
5. Buat batasan yang jelas
Buat batasan yang jelas di antara kedua belah keluarga. Bagaimana pun, setiap keluarga memiliki otoritas terhadap dirinya sendiri. Jangan sampai Anda ikut campur dalam masalah keluarga lain, Moms. Hindari untuk turut campur tentang cara merawat anak, permasalahan suami istri, rencana menambah momongan, ataupun hal-hal yang semestinya diatur secara mandiri oleh keluarga lain. Selain itu, pembatasan ini juga perlu diiringi dengan komunikasi yang baik antara kedua keluarga. (M&B/Gabriela Agmassini/SW/Foto: Freepik)
1 Rumah 3 Kepala Keluarga
Halo agan-aganwati, Ane sudah lama menjadi silent reader dan baru kali ini berani bikin thread di forum Wedding & Family.Apakah agan-aganwati ada yang tinggal dalam 1 rumah dengan 3 kepala keluarga? Contohnya ane tinggal di rumah mertua (ortunya suami) dan kakak ipar ane yang cowok dan istrinya di situ juga namun belum memiliki keturunan. Dan ada 1 lagi ponakan suami yang tinggal serumah juga.Jujur aja sih ane yang biasa tinggal di keluarga yang 1 rumah hanya dihuni 1 keluarga lumayan tertekan terus menerus dengan kondisi seperti ini karena banyak kepala banyak konflik pula. Sebagian konflik seperti di bawah.
Dulu awal pernikahan ane dan suami tinggal di apartemen yang masih satu kota dengan orang tuanya. Akan tetapi, suami tanpa sebab minta pindah ke rumah orang tuanya dan ane udah menjelaskan sampai gamblang tetep gak mau (suami tetep bungkam gak mau jelasin alasannya). Akhirnya ane nyerah dan konflik awal pun muncul. Kado-kado pernikahan kami diambil ibu mertua. Ane pikir sih buat disimpan atau dirapihin, eh malah dipake tanpa ijin seperti kado tas dll
Konflik lain lagi adalah sama kakak ipar ane yang cewek. Berhubung ane kerja sampai malam hari jadinya sulit ketemu dengan kakak ipar. Ane pulang kakak ipar udah tidur, ane berangkat kerja kakak ipar belum bangun
Sekian sebagian konflik kalau 1 rumah dihuni beberapa KK. Maaf kepanjangan. Mungkin ada beberapa agan-aganwati yang punya konflik serupa.
Saran ane pindah ajeh, lagian suami sis sebagai anak bontot harusnya keluar rumah (kalo mampu yeh) dan kakak ipar sis aka suami abang sis yang memang seharusnya tinggal di rumah bonyoknya (alias mertua sis) Kalo kaga mau, sis pindah dulu dengan alasan ortu sis minta di temenin ama sis, main cantik supaya suami dan pihaknya ngak insult.
kbaikpletot
Saran ane pindah ajeh, lagian suami sis sebagai anak bontot harusnya keluar rumah (kalo mampu yeh) dan kakak ipar sis aka suami abang sis yang memang seharusnya tinggal di rumah bonyoknya (alias mertua sis) Kalo kaga mau, sis pindah dulu dengan alasan ortu sis minta di temenin ama sis, main cantik supaya suami dan pihaknya ngak insult.
sebenarnya mampu banget buat beli rumah baru sendiri, sayangnya suami sama sekali gak mau jelasin kenapa enggak mau pisah rumah sama keluarganya. Kalau ane tinggal di rumah ortu kandung kejauhan gan soalnya beda kota sama tempat kerja
pedora
Halo agan-aganwati, Ane sudah lama menjadi silent reader dan baru kali ini berani bikin thread di forum Wedding & Family.Apakah agan-aganwati ada yang tinggal dalam 1 rumah dengan 3 kepala keluarga? Contohnya ane tinggal di rumah mertua (ortunya suami) dan kakak ipar ane yang cowok dan istrinya di situ juga namun belum memiliki keturunan. Dan ada 1 lagi ponakan suami yang tinggal serumah juga.Jujur aja sih ane yang biasa tinggal di keluarga yang 1 rumah hanya dihuni 1 keluarga lumayan tertekan terus menerus dengan kondisi seperti ini karena banyak kepala banyak konflik pula. Sebagian konflik seperti di bawah.
Dulu awal pernikahan ane dan suami tinggal di apartemen yang masih satu kota dengan orang tuanya. Akan tetapi, suami tanpa sebab minta pindah ke rumah orang tuanya dan ane udah menjelaskan sampai gamblang tetep gak mau (suami tetep bungkam gak mau jelasin alasannya). Akhirnya ane nyerah dan konflik awal pun muncul. Kado-kado pernikahan kami diambil ibu mertua. Ane pikir sih buat disimpan atau dirapihin, eh malah dipake tanpa ijin seperti kado tas dll
Konflik lain lagi adalah sama kakak ipar ane yang cewek. Berhubung ane kerja sampai malam hari jadinya sulit ketemu dengan kakak ipar. Ane pulang kakak ipar udah tidur, ane berangkat kerja kakak ipar belum bangun
Sekian sebagian konflik kalau 1 rumah dihuni beberapa KK. Maaf kepanjangan. Mungkin ada beberapa agan-aganwati yang punya konflik serupa.
save barbuk
pedora
sebenarnya mampu banget buat beli rumah baru sendiri, sayangnya suami sama sekali gak mau jelasin kenapa enggak mau pisah rumah sama keluarganya. Kalau ane tinggal di rumah ortu kandung kejauhan gan soalnya beda kota sama tempat kerja
Oh beda kota... hmmmmm.... Pindah sih tapi caranya nih supaya kaga insult.Bilang aje bokap sis beli rumah sayang ngak di tinggalin, deh gitu aje sis.
pedora
sebenarnya mampu banget buat beli rumah baru sendiri, sayangnya suami sama sekali gak mau jelasin kenapa enggak mau pisah rumah sama keluarganya. Kalau ane tinggal di rumah ortu kandung kejauhan gan soalnya beda kota sama tempat kerja
mohon maap sebelumnya sis , kalau dr sepenggal cerita sista diatas , saya bs mengambil kesimpulan , kenapa suami sis gak mau hengkang dr rumah ortunya . kenapa ? karena suami sis menolak dewasa !! menolak tanggung jawab sebagai seorang suami dan seorang pria menikah . karena di rumah ortu nya , dia akan tetap dimanja ama mamak nya , persis seperti dia bujangan . gak perlu lah dijelaskan lebih lanjut , intinya suami sis belom siap memasuki duania pernikahan , dia masih sangat mencintai berperan sebagai anak bontot di keluarganya . lelaki dewasa yg menyadari perannya sebagai seorang suami tidak akan seenak nya pindah balik ke rumah ortu sedangkan dia tau istrinya keberatan . solusi paling cepat adalah ngontrak , syukur2 bisa beli rumah langsung . supaya suami sis mulai menyadari dia bukan anak bontot yg bebas manja di rumah tp sekarang juga pria beristri yg punya tanggung jawab .btw , waktu jaman pacaran gak keliatan gt sis ??
dulu wkt pacaran perjanjiannya gimana? mgkn pas di apt suami ga ada yg ngelayani makanya minta balik krn kebiasaan dimanjain ama maminya
Dikit kurangnya ane jg tau rasanya di rumah ad beberapa kepala keluarga.. ni jg ane mw nyoba out dri rmah mertua.. serah dah bini mw ikut ap kagak, ikut ya sukur, kagak ya nyari lg
Bingung jg gmana ngatasinnya, yg emang paling top banget itu klo dah nikah gk satu atap sama mertua dan orang tua..
sist pgen ngontrak tpi suami ga mau mandiri. kekny mmg suami msi pgen manja ma ibukny, mnja dlm arti smua2nya dilayani+makanan yg suami sukai juga trsaji. mgkn krn krjaan sist yg dr pagi smpe malem. jdi suami pas pulg duluan ga ad siapa2 n ga ad apa2. mgkn suami curhat ke ibux jdi ibu (mertua) ngasi saran bt anak kmbali ke rumh ortunya. mengingat trnyta d rumh mrtua sudh ad ipar dsna, pasti konflik tak trhindarka sist. cba komunikasi lgi sist, tnyakn ap yg suami ga suka dr hbugan, cari solusi yg sama2 nyaman n enak bt mnjalani rt kedepamnya.
smoga sgera out dr PIM ya sist, ga sehat bt mental hehehee
ternyata bkn cm anak perempuan yg bisa terjebak enaknya jd anak bungsu yg dimanja mama di rumah.. anak lelaki jg bs begitu ya
tua itu pasti
dewasa itu pilihan
Sista kost aja deket kantor...kalo suami tetep ga mau keluar dari pondok neraka indah..
ane tau rasanya nikah sama anak bontot sis, soalnya laki ane juga anak bontot. tapi dari awal nikah ane udah bilang kalo ane maunya pisah rumah, ga mau jadi satu sama mertua dengan alesan ane pengen mandiri, pengen punya privacy, dll. alhamdulillah laki ane ngerti. kasih semangat aja lakinya sis, sadarin dia kalo dia sekarang bukan anak2 lagi, udah punya tanggung jawab jadi suami orang, intinya dia udah gede. cara ngasih taunya ya kamu sendiri yang paling ngerti wataknya dia, tapi kalo anak bontot kan biasanya manja ya, ngasih taunya jangan ditekan nanti malah marah.
kalo laki ane malah suka kesel masih dianggap kayak bocah di rumahnya, makannya dia seneng kalo hidup sama ane aja, soalnya dia jadi merasa jadi lelaki dewasa seutuhnya.
Seharusnya sista jadi IRT saja tdk usah bekerja, memangnya sista pernah tanya ga sih kpd suami "kamu lbh senang aku bekerja atau tidak"
Pelan dan rutin terus berkomunikasi buat cari jalan keluar Kalo saling menyayangi pasti ada jalan keluar Mungkin butuh proses...
Mudah mudahan cepat terselesaikan..
kbaikpletot
Bilang aje bokap sis beli rumah sayang ngak di tinggalin, deh gitu aje sis.
iye gan, ane lg proses buat beli rumah baru dan laki ane udah bilang kagak mau ninggalin rumah yang dibeliin ortu ane. Bodo amat, siapa tau pas udah deal dia mau berubah pikiran
nona.maya
mohon maap sebelumnya sis , kalau dr sepenggal cerita sista diatas , saya bs mengambil kesimpulan , kenapa suami sis gak mau hengkang dr rumah ortunya . kenapa ? karena suami sis menolak dewasa !! menolak tanggung jawab sebagai seorang suami dan seorang pria menikah . karena di rumah ortu nya , dia akan tetap dimanja ama mamak nya , persis seperti dia bujangan . gak perlu lah dijelaskan lebih lanjut , intinya suami sis belom siap memasuki duania pernikahan , dia masih sangat mencintai berperan sebagai anak bontot di keluarganya . lelaki dewasa yg menyadari perannya sebagai seorang suami tidak akan seenak nya pindah balik ke rumah ortu sedangkan dia tau istrinya keberatan . solusi paling cepat adalah ngontrak , syukur2 bisa beli rumah langsung . supaya suami sis mulai menyadari dia bukan anak bontot yg bebas manja di rumah tp sekarang juga pria beristri yg punya tanggung jawab .
btw , waktu jaman pacaran gak keliatan gt sis ??
Ane dan suami kagak pacaran sis, tapi emang udah kelihatan manja khas anak bontot pas kenalan dulu dan baru kelihatan parah banget pas udah nikah.trigal
dulu wkt pacaran perjanjiannya gimana? mgkn pas di apt suami ga ada yg ngelayani makanya minta balik krn kebiasaan dimanjain ama maminya
Ane dan suami kagak pacaran gan. Mungkin pas di apartemen ane kalo ngelayani kurang banget kali ya dan jelas gak bisa dibandingin sama nyokapnya. Nyokapnya full IRT sedangkan ane dari awal lulus kuliah udah jadi wanita karir.maoels
Dikit kurangnya ane jg tau rasanya di rumah ad beberapa kepala keluarga.. ni jg ane mw nyoba out dri rmah mertua.. serah dah bini mw ikut ap kagak, ikut ya sukur, kagak ya nyari lg
Bingung jg gmana ngatasinnya, yg emang paling top banget itu klo dah nikah gk satu atap sama mertua dan orang tua..
Emang gan,namanya nikah ya mandiri ....lepas dari orang tua dan mertua (kata ortu ane). Jangan nyari lagi gan, disepik dulu istrinya biar luluh
ariro
sist pgen ngontrak tpi suami ga mau mandiri. kekny mmg suami msi pgen manja ma ibukny, mnja dlm arti smua2nya dilayani+makanan yg suami sukai juga trsaji. mgkn krn krjaan sist yg dr pagi smpe malem. jdi suami pas pulg duluan ga ad siapa2 n ga ad apa2. mgkn suami curhat ke ibux jdi ibu (mertua) ngasi saran bt anak kmbali ke rumh ortunya. mengingat trnyta d rumh mrtua sudh ad ipar dsna, pasti konflik tak trhindarka sist. cba komunikasi lgi sist, tnyakn ap yg suami ga suka dr hbugan, cari solusi yg sama2 nyaman n enak bt mnjalani rt kedepamnya.
smoga sgera out dr PIM ya sist, ga sehat bt mental hehehee
orgasmax
Sista kost aja deket kantor...kalo suami tetep ga mau keluar dari pondok neraka indah..
Udah nyoba bilang gini ke suami gan, eh malah dibentak-bentak
rie.bubble
ane tau rasanya nikah sama anak bontot sis, soalnya laki ane juga anak bontot. tapi dari awal nikah ane udah bilang kalo ane maunya pisah rumah, ga mau jadi satu sama mertua dengan alesan ane pengen mandiri, pengen punya privacy, dll. alhamdulillah laki ane ngerti. kasih semangat aja lakinya sis, sadarin dia kalo dia sekarang bukan anak2 lagi, udah punya tanggung jawab jadi suami orang, intinya dia udah gede. cara ngasih taunya ya kamu sendiri yang paling ngerti wataknya dia, tapi kalo anak bontot kan biasanya manja ya, ngasih taunya jangan ditekan nanti malah marah.
kalo laki ane malah suka kesel masih dianggap kayak bocah di rumahnya, makannya dia seneng kalo hidup sama ane aja, soalnya dia jadi merasa jadi lelaki dewasa seutuhnya.
Solihin87
Seharusnya sista jadi IRT saja tdk usah bekerja, memangnya sista pernah tanya ga sih kpd suami "kamu lbh senang aku bekerja atau tidak"
Sudah pernah gan dan dia tetep ngebolehin ane kerja asal enggak pindah tempat kerja yang di luar kota aja.ealaaaa.. tu bukan semi sist, ud trmasuk LDR akut, msak ktmu 2buln skali ud untung. untung drmananya si sist??? slah satu mengalah lah, cri cara spy bsa pindah mndekati salah satu jdi pluang ketmu mkin sring. krn LDR itulah jd ga krasa romantis2nya, beda antara belaian fisik ma yg cuma gmbar doank hehehee.. ane LDR juga si, smggu/2mggu skali pasti ktmu.
ato emosinya krn kurg "jatah" n kurg kacih cayank sist, smacam emosi yg tdk trsalurkan, jdi hawanya pgen muring2 hihihiii
pabloo
Pelan dan rutin terus berkomunikasi buat cari jalan keluarKalo saling menyayangi pasti ada jalan keluar Mungkin butuh proses...
Mudah mudahan cepat terselesaikan..
Amiin gan, selain kuantitas komunikasi juga kualitas dari komunikasi. Kami memang ada masalah dikualitas komunikasi, kalau kuantitas sepertinya sudah sangat cukup
ariro
ealaaaa.. tu bukan semi sist, ud trmasuk LDR akut, msak ktmu 2buln skali ud untung. untung drmananya si sist??? slah satu mengalah lah, cri cara spy bsa pindah mndekati salah satu jdi pluang ketmu mkin sring. krn LDR itulah jd ga krasa romantis2nya, beda antara belaian fisik ma yg cuma gmbar doank hehehee.. ane LDR juga si, smggu/2mggu skali pasti ktmu.
ato emosinya krn kurg "jatah" n kurg kacih cayank sist, smacam emosi yg tdk trsalurkan, jdi hawanya pgen muring2 hihihiii
Ane udah ngalah mau resign kerjaan buat nyusul ke pulau dia kerja tapi gak dibolehin (emang pedalaman banget sih, kasian kalau punya anak). Emang gak kerasa sama sekali sis, apalagi kalau udah pulang ke rumah yang banyak member gini mau romantis-romantisan susah banget
kalo ane sih malah ngerasa makin lengket kalo ketemu.
yah mudah2n share ane bisa membantu.. aminnnn
seharusnya mandiri... ngontrak aja deh
pejwan ane gembok yaa..
Mungkin ga mau pisah krn percuma ada rumah sendiri, tp dirumah pun jarang ada yg menemani.. Aplg klo sedari lahir dia terbiasa tinggal dirumah yg penuh kasih sayang, ga pernah sepi/kesepian, rame, Tiba2 pindah jd sendiriaaaan melulu, pulang ga ada orang, mau ngobrol ga ada temen, ngapa2in jg sendirian, 2 bulan sekali baru ada yg nemenin, males lah dia... Mending tinggal sm emak aj deh, gt kali pikirnya.
© 2022 KASKUS, PT Darta Media Indonesia.All rights reserved.