Covid tidak bisa mencium bau berapa lama

Salah satu gejala COVID-19 adalah kehilangan penciuman. Bagaimana cara mengembalikan indra penciuman akibat COVID-19? Simak di sini.

Anosmia atau kehilangan penciuman kerap dikeluhkan pasien COVID-19. Hilangnya indra penciuman saat terinfeksi coronavirus terjadi ketika virus sudah masuk ke hidung dan menempel di saraf penciuman.

Saraf tersebut bertanggung jawab menyampaikan informasi ke otak mengenai bau yang dicium.

Ketika saraf tersebut terganggu akibat virus, otak tidak bisa menangkap sinyal untuk mengodekan bau yang dicium.

Gejala anosmia sering terjadi pada virus corona dan biasanya membaik setelah sembuh.

Bila belum membaik, terdapat beberapa cara mengembalikan indra penciuman dan perasa yang hilang akibat infeksi COVID-19.

Berikut ini beberapa cara mengatasi kehilangan indra penciuman yang bisa dilakukan sendiri:

Artikel Lainnya: Memahami Sebab Anosmia, Penyakit yang Tak Bisa Mendeteksi Bau

Anda dapat melatih indra penciuman menggunakan bau parfum atau minyak esensial. Latihan tersebut menggunakan metode neuroplastisitas, yakni kemampuan tubuh untuk membentuk jalur saraf baru dan memulihkan indra penciuman.

Untuk melakukan latihan, ciumlah beberapa bau yang kuat selama 20 detik. Ulangi proses ini 3 kali sehari selama 6 minggu. Diperlukan komitmen kuat untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

Beberapa bau yang dapat digunakan adalah bubuk kopi, mawar, jeruk, eukaliptus, vanila, cengkeh, dan mint.

2. Minum Teh Jahe

Jahe memiliki aroma khas dan menyengat yang membuatnya bermanfaat dalam latihan penciuman. Anda dapat menggunakan jahe bubuk atau mentah.

Minum teh jahe secara alami dapat meredakan peradangan pada saluran pernapasan hidung. Minuman ini juga sekaligus mengurangi lendir berlebih yang menyumbat saluran hidung penyebab hilangnya penciuman.

Gunakan larutan garam steril untuk mencuci hidung. Ulangi beberapa kali sehari. Cara ini dapat membantu mengembalikan penciuman setelah terinfeksi coronavirus.

4. Gunakan Mouthwash CPC

Menjaga kebersihan mulut sangat penting khususnya bagi para penderita COVID-19. Mulut yang tidak bersih atau terdapat virus SARS-CoV-2 dapat lebih mudah menyebarkan virus tersebut ke reseptor saraf penciuman dan pengecapan.

Penyebarannya melalui aerosol virus dari berbicara, batuk, dan bersin. Oleh karena itu, pasien virus corona disarankan rajin menggunakan obat kumur terutama yang mengandung Cetylpyridinium Chloride.

Artikel Lainnya: Tidak Bisa Mencium Aroma, Ini 3 Penyebab Utama Anosmia

Cetylpyridinium chloride atau CPC adalah bahan surfaktan untuk membunuh virus. Zat ini diketahui efektif melawan virus dengan menghancurkan selubung lipid, sehingga virus tidak bisa menempel di sel manusia.

Kandungan CPC bisa didapatkan pada produk obat kumur. Mouthwash CPC telah terbukti dapat mengurangi 99,9 persen jumlah virus di dalam mulut setelah 30 detik (telah dikonfirmasi terhadap virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19).

Antiseptik pencuci mulut dengan CPC juga mampu mengurangi jumlah kuman hingga 6 jam, dan mengurangi plak hingga 5 kali setelah 30 hari penggunaan.

Oleh karena itu, mouthwash CPC sangat baik digunakan sehari-hari. Caranya adalah dengan menggunakan mouthwash setelah sikat gigi. Tuang mouthwash di cangkir kecil, dan jangan encerkan dengan air. Kumur selama minimal 30 detik, lalu buang ke wastafel.

Menurut teori, waktu pemulihan anosmia setiap orang berbeda-beda. Ada pasien yang sembuh dalam beberapa hari, dan ada yang membutuhkan waktu berbulan-bulan.

Apabila kemampuan Anda dalam mencium bau tidak membaik, disarankan berkonsultasi ke dokter spesialis THT (telinga, hidung, dan tenggorok).

Baca Juga

Tujuannya untuk melihat apakah ada masalah lain yang menyebabkan anosmia, misalnya polip.

Jika ada penyebab lainnya, dokter akan mengambil langkah penanganan tepat dan sesuai. Konsultasi dokter THT online lebih cepat lewat Live Chat Klikdokter.

(FR/AYU)

Iveta Rahmalia Senin, 21 Juni 2021 | 21:21 WIB

Teman-teman mungkin sering mendengar istilah medis anosmia, yaitu kondisi saat seseorang tidak bisa mencium bau. (freepik.com)

Bobo.id - Teman-teman mungkin sering mendengar istilah medis anosmia, yaitu kondisi saat seseorang tidak bisa mencium bau. Anosmia sering dikaitkan dengan gejala COVID-19. 

Berapa lama waktu yang dibutuhkan agar anosmia bisa sembuh atau indra penciuman kembali normal? Sebelum cari tahu jawabannya, cari tahu dulu fakta-fakta anosmia.

Pada kebanyakan orang, anosmia ini terjadi secara sementara, tapi ada juga yang tidak.

Hilangnya kemampuan indra penciuman ini bisa berdampak pada hal lain, lo. Misalnya rasa makanan yang kita makan.

Baca Juga: 4 Penyebab Hidung Tidak Bisa Mencium Bau, Salah Satunya Gangguan Saraf

Jadi, orang yang mengalami anosmia juga biasanya tidak bisa merasakan makanan. 

Kondisi anosmia juga bisa berbahaya apabila kita tidak bisa mengenali bau dari kebocoran gas, asap api kebakaran, atau bahkan makanan yang sudah basi.

Page 2

Page 3

freepik.com

Teman-teman mungkin sering mendengar istilah medis anosmia, yaitu kondisi saat seseorang tidak bisa mencium bau.

Bobo.id - Teman-teman mungkin sering mendengar istilah medis anosmia, yaitu kondisi saat seseorang tidak bisa mencium bau. Anosmia sering dikaitkan dengan gejala COVID-19. 

Berapa lama waktu yang dibutuhkan agar anosmia bisa sembuh atau indra penciuman kembali normal? Sebelum cari tahu jawabannya, cari tahu dulu fakta-fakta anosmia.

Pada kebanyakan orang, anosmia ini terjadi secara sementara, tapi ada juga yang tidak.

Hilangnya kemampuan indra penciuman ini bisa berdampak pada hal lain, lo. Misalnya rasa makanan yang kita makan.

Baca Juga: 4 Penyebab Hidung Tidak Bisa Mencium Bau, Salah Satunya Gangguan Saraf

Jadi, orang yang mengalami anosmia juga biasanya tidak bisa merasakan makanan. 

Kondisi anosmia juga bisa berbahaya apabila kita tidak bisa mengenali bau dari kebocoran gas, asap api kebakaran, atau bahkan makanan yang sudah basi.

Sarah Nafisah Senin, 5 Juli 2021 | 11:00 WIB

Berapa lama anosmia pada pasien COVID-19 bisa sembuh? (Freepik/Racool_studio)

Bobo.id - Ada banyak gejala COVID-19 yang bisa dialami oleh seseorang yang terinfeksi. Misalnya, kehilangan penciuman.

Dalam istilah medis, kehilangan penciuman dikenal dengan sebutan anosmia.

Dilansir dari laman hellosehat.com, anosmia adalah gangguan penciuman yang menyebabkan pengidapnya kehilangan indra penciuman.

Baca Juga: Indra Penciuman Hilang? Tak Perlu Panik, Coba Gunakan 5 Bahan Alami Ini untuk Atasi Anosmia

Hal ini menyebabkan kita tidak bisa mencium bau apapun.

Ada banyak penyebab anosmia, salah satunya adalah infeksi virus COVID-19.

Biasanya anosmia pada pasien COVID-19 akan hilang secara bertahap. Namun, setiap orang punya waktu penyembuhan yang berbeda-beda.

Jadi, sebenarnya berapa lama gejala kehilangan penciuman pada pasien COVID-19 akan sembuh?

Yuk, simak penjelasannya di sini!

Gejala anosmia merupakan salah satu indikasi seseorang terkena Covid-19. Anosmia adalah kondisi saat seseorang tidak bisa mencium bau. Mengutip buku COVID-19: Seribu Satu Wajah, anosmia umumnya disebabkan oleh pembengkakan atau penyumbatan di rongga hidung yang membuat bau atau aroma tertentu tidak bisa terdeteksi oleh saraf di dalam hidung.

Selain itu, anosmia juga dapat terjadi karena adanya masalah pada sistem saraf yang berfungsi untuk mendeteksi aroma atau bau. Penderita Covid-19 umumnya mengalami anosmia sekitar dua hingga 14 hari setelah terpapar virus Corona.

Penyebab anosmia pada Covid-19 masih belum diketahui dengan jelas. Tetapi, ada dugaan bahwa kondisi ini terjadi akibat peradangan dalam rongga hidung yang disebabkan virus Corona atau SARS-CoV-2 terhirup. Virus tersebut masuk dan mengakibatkan hilangnya kemampuan sel olfaktori dalam mendeteksi kandungan zat yang terhirup.

Berapa Lama Anosmia Bisa Sembuh?

Melansir laman Universitas Gadjah Mada (UGM), kemampuan penciuman pasien Covid-19 dapat kembali normal atau sembuh dari anosmia cukup beragam. Anosmia bisa sembuh selama beberapa minggu atau hitungan bulan, menurut keterangan dr. Mahatma Sotya Bawono, M.Sc, Sp.THT-KL, Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan-Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM.

Selain itu, ada sebuah penelitian tentang durasi anosmia yang dipublikasikan Journal of Internal Medicine Volume 290, Issue 2 August 2021. Studi menunjukkan, sebanyak 15 % pasien Covid-19 mengalami anosmia selama lebih dari 60 hari, dan kurang dari 5 % mengalaminya selama lebih dari enam bulan.

Studi berlangsung sejak 22 Maret hingga 3 Juni 2020. Sebanyak 2.581 pasien Covid-19 diidentifikasi dari 18 rumah sakit di Eropa. Di mana, data epidemiologis dan klinis diekstraksi pada awal dan dalam waktu dua bulan setelah infeksi.

Advertising

Advertising

Baca Juga

Penelitian lain oleh Virginia Commonwealth University menemukan, indra penciuman atau perasa dapat kembali normal dalam waktu enam bulan bagi penyintas Covid-19. Mereka yang berusia di bawah 40 tahun berpotensi lebih besar untuk memulihkan indra ini daripada orang dewasa yang lebih tua.

Penyebab Anosmia

Mengutip keterangan Kristin Seiberling, MD dalam publikasi Loma Linda University Health, anosmia bukanlah fenomena baru pada infeksi akibat virus. Sejumlah virus lain juga dapat menyebabkan kondisi ini, termasuk jenis virus corona, rhinovirus, dan virus influenza lainnya.

Mengalami anosmia setelah infeksi virus terjadi ketika bau sulit mencapai hidung dan mengikat reseptor di dalamnya. Beberapa penyebab anosmia meliputi:

  • Rhinitis atau edema mukosa: Pembengkakan di dalam hidung atau pilek yang dapat menyebabkan hilangnya kemampuan penciuman karena berkurangnya kemampuan untuk membau.
  • Kerusakan lapisan neuroepitel: Virus dapat menyerang jaringan yang terdiri dari sel-sel sensorik yang menerima rangsangan eksternal di telinga, hidung, dan lidah.
  • Kerusakan saraf penciuman: Virus menyerang saraf penciuman di hidung.

Baca Juga

Menurut publikasi Siloam Hospitals, identifikasi anosmia oleh dokter dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan terkait gejala dan riwayat kesehatan. Tidak hanya itu, dokter kemungkinan akan bertanya terkait bau apa saja yang tidak bisa dicium dan gejala penyerta, seperti gangguan indra perasa atau pengecap, gangguan pernapasan, dan lainnya.

Selama pandemi, kemungkinan besar rapid test dan RT-PCR akan lebih didahulukan untuk mengidentifikasi anosmia dibandingkan pemeriksaan lainnya. Adapun cara lain untuk identifikasi anosmia adalah sebagai berikut.

  • CT scan, pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi gangguan tumor, sinus, patah tulang hidung dan kondisi lainnya.
  • MRI, berfungsi untuk melihat penyakit yang terkait dengan fungsi otak. Pemeriksaan ini umumnya akan dilakukan jika pasien tidak mengalami gangguan pada sinus dan hidung.

Baca Juga

Menurut publikasi Rumah Sakit Universitas Indonesia, cara terbaik untuk segera mengembalikan penciuman adalah dengan melakukan latihan membaui (olfactory training). Latihan ini dapat dilakukan di rumah dengan bahan sederhana.

Fungsi latihan ini adalah mencium bau yang sama berulang kali untuk melatih kembali kemampuan hidung dalam mengidentifikasi bau. Berikut cara mengobati anosmia dengan latihan membaui:

  1. Siapkan beberapa bahan dengan aroma yang menyengat, seperti minyak kayu putih, lemon, cengkeh, bunga mawar, balsem beraroma, atau parfum.
  2. Hirup setiap aroma bergantian selama 20 detik, lakukan dua kali sehari.

Baca Juga

Bau yang masuk ke hidung akan berikatan dengan protein yang mengikat bau, kemudian menjadi sinyal kimiawi yang diterima oleh reseptor saraf penciuman. Sinyal tersebut akan diteruskan oleh sel-sel saraf ke bagian otak untuk diterjemahkan sebagai bau wangi, amis, atau busuk.

Mengutip MIT Medical, sel olfaktori dapat beregenerasi. Tetapi, saat anosmia mulai sembuh, beberapa bau mungkin menjadi aneh saat tercium. Penyintas Covid-19 sering melaporkan parosmia, yaitu distorsi yang aneh dan seringkali tidak menyenangkan dalam indra penciuman dan perasa.

Tidak perlu khawatir, hal tersebut biasanya merupakan tanda kemajuan. Ini menunjukkan bahwa neuron baru sedang dibuat dan bekerja untuk terhubung dengan saraf penciuman dalam otak.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA