Contoh pertanyaan tentang asbabun nuzul brainly

Ilustrasi (pixabay) Ilustrasi (pixabay)

Memahami Al-Qur’an tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kesulitan tersebut tidak hanya dirasakan oleh kalangan non-Arab yang secara kasat mata bahasa ibunya bukan bahasa Arab, tetapi juga melanda masyarakat Arab sendiri yang keseharian menggunakan bahasa Arab.

Permasalah utama ialah karena Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang mempunyai nilai suci, sehingga tidak ada seorang pun dapat memahami dengan kebenaran mutlak tanpa adanya petunjuk dan hidayah. Pada saat yang sama, bahasa yang digunakan Al-Qur’an secara eksplisit adalah bahasa Arab yang merupakan bahasa ibu dari wilayah Timur Tengah.

Penggunaan bahasa Arab adalah suatu keniscayaan, melihat konteks turunnya wahyu Al-Qur’an yang berada di wilayah Arab. Sehingga secara historis Al-Qur’an terkait erat dengan peradaban Arab, tetapi hal ini tidak menjadi bagian penting secara menyeluruh dalam memahami Al-Qur’an, meskipun secara redaksional dan historis mempunyai hubungan. Karena, turunnya Al-Qur’an tidak selalu berhubungan dengan suatu peristiwa maupun pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan Arab.

Meski demikian, dalam memahami Al-Qur’an seorang harus mengetahui asbabun nuzul (konteks turunnya ayat). Latar belakang turunnya tidak hanya merespons masalah yang mengitari kehidupan Nabi dan masyarakat sekitar, tetapi juga mengandung pelajaran bahwa wahyu Al-Qur’an turun melalui proses dan melatih kesabaran.

Baca juga: Memahami Makna Wahyu dan Proses Turunnya Al-Qur’an

Begitu pentingnya asbabun nuzul dalam memahami ayat Al-Qur’an ditegaskan oleh Imam al-Wahidi:

لا يمكن معرفة تفسير الأية دون الوقوف على قصتها وبيان نزولها

 “Seorang tidak akan mengetahui tafsir (maksud) dari suatu ayat tanpa berpegang pada peristiwa dan konteks turunnya ayat. (Jalalud Din as-Syuyuti, Lubâb an-Nuqûl fî Asbâbin Nuzûl, Beirut: Darl al-Kutub al Ilmiah, 1971, hal. 3)

Pandangan al-Wahidi memberikan pengertian bahwa asbabun nuzul yang melatarbelakangi turunnya ayat adalah salah satu komponen penting yang harus diperhatikan bagi orang yang ingin memahami maksud Al-Qur’an, dan peringatan bahwa belajar Al-Qur’an tidak cukup hanya membaca terjemahan atau belajar sendiri dari teks-teks terjemahan. Karena tidak semua terjamahan atau kitab tafsir memuat asbabun nuzul secara keseluruhan, sehingga potensi untuk salah paham akan besar.

Imam al Syathibi dalam kitabnya yang berjudul al-Muwâfaqât fi Ushul asy-Syarî’ah memberikan peringatan keras kepada orang yang hanya belajar dan memahami al Qur’an hanya dari teksnya. Lebih lanjut, beliau berkatan bahwa seorang tidak boleh memahami al Qur’an hanya terpaku pada teksnya saja, tanpa melihat atau memperhatikan konteks turunnya ayat, karena asbab al nuzul adalah komponen dasar dalam memahami al Qur’an (Abi Ishaq al Syathibi, al-Muwâfaqât fî Ushûl asy-Syari’ah, vol. III Beirut: Bar al-Kutub al-Ilmiah, 2005, hal. 258).

Pendapat al Wahidi diperkuat oleh imam Ibn Daqiq al-Aid yang berpendapat bahwa salah satu yang penting dalam memahami ayat Al-Qur’an adalah mengetahui asbabun nuzul dari ayat itu sendiri, karena hal tersebut adalah cara untuk memperkuat dalam mengetahui makna Al-Qur’an. Beliau mengatakan:

بيان سبب النزول طريق قوي في فهم معاني القرأن

“Keterangan konteks turunnya ayat merupakan cara untuk memperkuat dalam memahami makna Al-Qur’an.” (Jalalud Din as-Syuyuti, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, Beirut: Darl al Fikr, 2012, hal. 41)

Kedua argumentasi ulama tersebut mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an, karena Al-Qur’an bukan kitab biasa yang semua orang dapat memahami, tetapi setiap orang dapat mempelajari kepada ahlinya. Salah satu pelajaran dari Imam Ibnu Taimiyah bercerita bahwa pada jaman dahulu terdapat satu jemaah yang berselisih pandang tentang makna ayat dan bertanya kepada Ulama, lalu disebutkan satu peristiwa yang berkaitan dengan ayat tersebut sehingga semua memahaminya.

Lantas bagaimana cara mengetahui asbabun nuzul dari suatu ayat, dan kepada siapa kita bisa merujuknya?

Para ulama bersepakat ada dua metode untuk mengetahui asbabun nuzul; pertama, melalui jalur riwayat (transmisi). Kedua, melalui jalur mendengarkan riwayat langsung dari para sahabat yang menyaksikan peristiwa turunnya wahyu (Jalalud Din as-Syuyuti, Lubâb an-Nuqûl fî Asbâbin Nuzûl, Beirut: Darl al Kutub al Ilmiah, 1971, hal. 4). Metode pertama menunjukkan bahwa setiap orang dapat mengetahui peristiwa konteks turunnya Al-Qur’an tetapi dengan periwayatan yang panjang, dan hanya bisa didapatkan dari orang yang tsiqah, dlabith dan ‘adil. 

Sedangkan metode kedua, hanya orang tertentu yang bisa mengetahui, karena berkaitan dengan masa sahabat. Sehingga dapat dipastikan hanya sahabat awal yang mengetahui peristiwa wahyu, seperti turunnya QS al-Baqarah 120 yang menjelaskan tentang jima’. Sahabat Jabir meriwayatkan bahwa orang Yahudi mempunyai anggapan bahwa laki-laki yang mendatangi (bersetubuh dengan) istrinya dari belakang akan mendapatkan anak cacat (mata juling), sehingga turun ayat tersebut. Wallahu A’lam bi al Shawab

Moh. Muhtador, Dosen Ushuluddin IAIN Kudus

Kumpulan Khutbah Menyambut Hari Kemerdekaan

Senin, 02 Agustus 2021 - 13:55 WIB

Asbabun Nuzul memudahkan para Mufassir untuk menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat dari balik kisah diturunkannya ayat itu. Foto/Ist

Asbabun Nuzul Adalah sesuatu yang melatarbelakangi turunnya satu ayat atau lebih, sebagai jawaban terhadap suatu peristiwa atau menjelaskan hukum yang terdapat dalam peristiwa itu.

Secara bahasa, ia terdiri dari dua kata; asbab (أسباب) yang merupakan bentuk jamak dari sabab (سبب) yang artinya sebab. Sedangkan Nuzul (نزول) memiliki arti turun. Secara sederhana, Asbabun Nuzul peristiwa yang melatarbelakangi pada saat turunnya Al-Qur'an.

Baca Juga: Begini Asbabun Nuzul Ayat-Ayat Waris yang Sempat Ditolak Masyarakat Arab

Asbabun Nuzul juga diartikan sebagai sebab-sebab Turunnya (suatu ayat) Al-Qur'an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat Al-Qur'an diturunkan. Pada umumnya, Asbabun Nuzul memudahkan para Mufassir untuk menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat dari balik kisah diturunkannya ayat itu.

Manfaat dan Contoh

Berikut manfaat dan contoh Asbabun Nuzul yang dikutip dari keterangan sc.syekhnurjati.ac.id:

1. Membantu dalam memahami sebuah ayat dan menghilangkan kerancuan dari ayat tersebut:

Contoh:

وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

"Dan kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap maka disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmatNya) lagi Maha Mengetahui". (QS. Al-Baqarah: 115)Asbabun Nuzul ayat diatas sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, bahwa ayat tersebut berkenaan dengan tentang sholatnya seorang musafir diatas kendaraan yang menghadap sesuai dengan laju kendaraannya atau menjelaskan tentang shalat yang arah kiblatnya masih samar (tidak diketahui). 2. Mengetahui hikmah rahasia yang terkandung dalam pengsyari’atan hukum dalam suatu ayat.3. Menghindarkan prasangka bahwa arti Hasr (batasan tertentu) dalam suatu ayat zahirnya hasr. Imam Syafi’i meriwayatkan tentang firman Allah:

قُلْ لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَىٰ طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ

"Katakanlah! Tiadalah aku mendapatkan sesuatu yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya..." (QS al-An’am: 145)Beliau mengungkapkan bahwa ayat tersebut ditujukan bagi orang kafir yang mengaharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah dan menghalalkan apa yang diharamkan Allah serta mereka yang terlalu berlebihan. Turunnya ayat ini adalah sebagai bantahan terhadap mereka.Dengan demikian, seolah-olah Allah berfirman, "Yang halal yang kamu anggap haram dan yang haram yang kamu anggap halal." Dalam hal ini, Allah tidak bermaksud menetapkan kebalikan dari ketentuan di atas, melainkan sekadar menjelaskan ketentuan yang haram dan sama sekali tidak menyinggung-nyinggung yang halal. 4. Menentukan hukum (takhsis) dengan sebab menurut orang yang berpendapat bahwa suatu ibarat dinyatakan berdasarkan khususnya sebab bukan berdasarkan umumnya lafal.

5. Mengetahui orang atau kelompok yang menjadi kasus turunnya ayat serta memberikanketegasan bila terdapat keragu-raguan karena jika kita tidak mengetahui Asbabun Nuzul bisa jadi kita mentakhsiskan ayat yang seharusnya ‘amm atau sebaliknya.

6. Memudahkan dalam penghafalan dan pemahaman Al-Qur’an serta menguatkan ingatan terhadap hukum dari suatu ayat dengan karena mengetahui sebab dan akibatnya, kapandan kepada siapa ayat tersebut diturunkan, dan sebagainya.

Page 2

وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ مِنۡ سُلٰلَةٍ مِّنۡ طِيۡنٍ‌ (١٢) ثُمَّ جَعَلۡنٰهُ نُطۡفَةً فِىۡ قَرَارٍ مَّكِيۡنٍ (١٣) ثُمَّ خَلَقۡنَا النُّطۡفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقۡنَا الۡعَلَقَةَ مُضۡغَةً فَخَلَقۡنَا الۡمُضۡغَةَ عِظٰمًا فَكَسَوۡنَا الۡعِظٰمَ لَحۡمًا ثُمَّ اَنۡشَاۡنٰهُ خَلۡقًا اٰخَرَ‌ ؕ فَتَبٰـرَكَ اللّٰهُ اَحۡسَنُ الۡخٰلِقِيۡنَ (١٤) ثُمَّ اِنَّكُمۡ بَعۡدَ ذٰلِكَ لَمَيِّتُوۡنَؕ (١٥) ثُمَّ اِنَّكُمۡ يَوۡمَ الۡقِيٰمَةِ تُبۡعَثُوۡنَ (١٦)

Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati berasal dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian setelah itu, sesungguhnya kamu pasti mati. Kemudian, sesungguhnya kamu akan dibangkitkan dari kuburmu pada hari Kiamat.

(QS. Al-Mu'minun Ayat 12-16)

Page 3

Hadits of The Day

Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya dia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendengar seseorang mengucapkan: Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, bahwasanya Engkau adalah Allah Yang Maha Esa, yang bergantung pada-Nya segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sungguh dia telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya yang Agung, yang apabila diminta dengan menyebut-Nya, pasti akan diberi dan apabila berdoa dengan menyebut-Nya pasti akan dikabulkan.

(HR. Sunan Ibnu Majah No. 3847)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA