Buku ”max havelaar” pada tahun 1860 ditulis oleh

Buku ”max havelaar” pada tahun 1860 ditulis oleh

Putri Puspita

Max Havelaar karya Multatuli. Foto: http://blog2.nl

Pada tahun 1859, Eduard Douwes Dekker, seorang keturunan Belanda yang begitu membela Indonesia, menulis buku yang berjudul Max Havelaar. Dalam buku ini Douwes Dekker menggunakan nama samaran "Multatuli".
 

Lelang Kopi

Arti judul buku "Max Havelaar” adalah Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda. Isi buku ini berupa kritik akan kesewenang-wenangan pemerintahan kolonial Belanda pada masa penjajahan.

Isi Buku

Buku merupakan kumpulan dari berbagai jalinan kisah cerita. Mulainya adalah kisah tentang Batavus Droogstoppel, seorang pedagang kopi dan contoh yang tepat tentang seorang orang kaya yang kikir. Cerita ini merupakan simbol bagaimana Belanda mengeruk keuntungan dari daerah jajahannya. Sejumlah kisah tentang masyarakat lokal dirangkaikan dalam buku ini, misalnya, kisah tentang Saidjah dan Adinda.

Selain cerita tersebut, juga ada komentar dan tulisan mengenai pengalaman Multituli yang bekerja untuk Hindia Belanda.

Pada bagian akhir buku ini, Multatuli menyampaikan permintaan secara sungguh-sungguh langsung kepada Raja William III untuk menghentikan tindakan sewenang-wenang di atas daerah jajahan Belanda.

Kritik dan penghargaan

Pada awalnya, buku ini menerima banyak kritik. Namun, tetap jaja buku dicetak ulang beberapa kali. Buku ini masih diterbitkan sampai sekarang dan telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa. Bahkan, penulis Indonesia Pramoedya Ananta Toer merujuk buku ini dalam the New York Times tahun 1999 sebagai "Buku yang Membunuh Kolonialisme".

Max Havelaar adalah suatu novel karya Multatuli (nama pena yang digunakan penulis Belanda Eduard Douwes Dekker). Novel ini pertama kali terbit pada tahun 1860, yang diakui sebagai karya sastra Belanda yang sangat penting sebab memelopori gaya tulisan baru.

Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli "Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" (bahasa Indonesia: "Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda")

Roman ini hanya ditulis oleh Multatuli dalam tempo sebulan pada tahun 1859 di suatu losmen di Belgia. Setahun kesudahan, akuratnya pada tahun 1860 roman itu terbit untuk pertama kalinya.

Peran dalam literatur

Di Indonesia, karya ini sangat dihargai sebab untuk pertama kalinya inilah karya yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat yang dijajah. Max Havelaar bercerita tentang sistem tanam paksa yang menindas kaum bumiputra di daerah Lebak, Banten. Max Havelaar adalah karya akbar yang diakui sebagai anggota dari karya sastra dunia. Di salah satu anggotanya berisi drama tentang Saijah dan Adinda yang sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik untuk dipentaskan di panggung.

Hermann Hesse dalam bukunya berjudul: Die Welt Bibliothek (Perpustakaan Dunia) memasukkan Max Havelaar dalam deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan Max Havelaar sekarang menjadi bacaan harus di sekolah-sekolah di Belanda.

Terjemahan bahasa Indonesia

HB Jassin menerjemahkan Max Havelaar dari bahasa Belanda aslinya ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 1972. Tahun 1973 buku tersebut dicetak ulang.

Pada tahun 1973 Jassin mendapat penghargaan dari Yayasan Prins Bernhard. Dia diundang untuk tinggal di Belanda selama satu tahun.

Adaptasi layar lebar

Novel ini diadaptasi menjadi suatu film layar lebar pada tahun 1976 oleh Fons Rademakers sebagai anggota dari kemitraan selang Belanda-Indonesia. Namun filmMax Havelaar tersebut tidak diperbolehkan untuk ditayangkan di Indonesia mencapai tahun 1987.

Galeri

Lihat pula


edunitas.com


Page 2

Max Havelaar adalah suatu novel karya Multatuli (nama pena yang digunakan penulis Belanda Eduard Douwes Dekker). Novel ini pertama kali terbit pada tahun 1860, yang diakui sebagai karya sastra Belanda yang sangat penting sebab memelopori gaya tulisan baru.

Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli "Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" (bahasa Indonesia: "Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda")

Roman ini hanya ditulis oleh Multatuli dalam tempo sebulan pada tahun 1859 di suatu losmen di Belgia. Setahun kesudahan, akuratnya pada tahun 1860 roman itu terbit untuk pertama kalinya.

Peran dalam literatur

Di Indonesia, karya ini sangat dihargai sebab untuk pertama kalinya inilah karya yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat yang dijajah. Max Havelaar bercerita tentang sistem tanam paksa yang menindas kaum bumiputra di daerah Lebak, Banten. Max Havelaar adalah karya akbar yang diakui sebagai bidang dari karya sastra dunia. Di salah satu bidangnya berisi drama tentang Saijah dan Adinda yang sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik untuk dipentaskan di panggung.

Hermann Hesse dalam bukunya berjudul: Die Welt Bibliothek (Perpustakaan Dunia) memasukkan Max Havelaar dalam deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan Max Havelaar sekarang menjadi bacaan wajib di sekolah-sekolah di Belanda.

Terjemahan bahasa Indonesia

HB Jassin menerjemahkan Max Havelaar dari bahasa Belanda aslinya ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 1972. Tahun 1973 buku tersebut dicetak ulang.

Pada tahun 1973 Jassin mendapat penghargaan dari Yayasan Prins Bernhard. Dia diundang untuk tinggal di Belanda selama satu tahun.

Adaptasi layar lebar

Novel ini diadaptasi menjadi suatu film layar lebar pada tahun 1976 oleh Fons Rademakers sebagai bidang dari kemitraan selang Belanda-Indonesia. Namun filmMax Havelaar tersebut tidak diperbolehkan untuk ditayangkan di Indonesia mencapai tahun 1987.

Galeri

Lihat pula


edunitas.com


Page 3

Max Havelaar adalah suatu novel karya Multatuli (nama pena yang dipergunakan penulis Belanda Eduard Douwes Dekker). Novel ini pertama kali terbit pada tahun 1860, yang diakui sbg karya sastra Belanda yang sangat penting sebab memelopori gaya tulisan baru.

Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli "Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" (bahasa Indonesia: "Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda")

Roman ini hanya ditulis oleh Multatuli dalam tempo sebulan pada tahun 1859 di suatu losmen di Belgia. Setahun kesudahan, akuratnya pada tahun 1860 roman itu terbit untuk pertama kalinya.

Peran dalam literatur

Di Indonesia, karya ini sangat dihargai sebab untuk pertama kalinya inilah karya yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat yang dijajah. Max Havelaar bercerita mengenai sistem tanam paksa yang menindas kaum bumiputra di daerah Lebak, Banten. Max Havelaar adalah karya akbar yang diakui sbg bidang dari karya sastra dunia. Di salah satu bidangnya berisi drama mengenai Saijah dan Adinda yang sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik untuk dipentaskan di panggung.

Hermann Hesse dalam bukunya berjudul: Die Welt Bibliothek (Perpustakaan Dunia) memasukkan Max Havelaar dalam deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan Max Havelaar sekarang menjadi bacaan harus di sekolah-sekolah di Belanda.

Terjemahan bahasa Indonesia

HB Jassin menerjemahkan Max Havelaar dari bahasa Belanda aslinya ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 1972. Tahun 1973 buku tersebut dicetak ulang.

Pada tahun 1973 Jassin mendapat penghargaan dari Yayasan Prins Bernhard. Dia diundang untuk tinggal di Belanda selama satu tahun.

Adaptasi layar lebar

Novel ini diadaptasi menjadi suatu film layar lebar pada tahun 1976 oleh Fons Rademakers sbg bidang dari kemitraan selang Belanda-Indonesia. Namun filmMax Havelaar tersebut tidak diperbolehkan untuk ditayangkan di Indonesia mencapai tahun 1987.

Galeri

Lihat pula


edunitas.com


Page 4

Max Havelaar adalah suatu novel karya Multatuli (nama pena yang dipergunakan penulis Belanda Eduard Douwes Dekker). Novel ini pertama kali terbit pada tahun 1860, yang diakui sbg karya sastra Belanda yang sangat penting sebab memelopori gaya tulisan baru.

Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli "Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" (bahasa Indonesia: "Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda")

Roman ini hanya ditulis oleh Multatuli dalam tempo sebulan pada tahun 1859 di suatu losmen di Belgia. Setahun kesudahan, akuratnya pada tahun 1860 roman itu terbit untuk pertama kalinya.

Peran dalam literatur

Di Indonesia, karya ini sangat dihargai sebab untuk pertama kalinya inilah karya yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat yang dijajah. Max Havelaar bercerita mengenai sistem tanam paksa yang menindas kaum bumiputra di daerah Lebak, Banten. Max Havelaar adalah karya akbar yang diakui sbg bidang dari karya sastra dunia. Di salah satu bidangnya berisi drama mengenai Saijah dan Adinda yang sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik untuk dipentaskan di panggung.

Hermann Hesse dalam bukunya berjudul: Die Welt Bibliothek (Perpustakaan Dunia) memasukkan Max Havelaar dalam deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan Max Havelaar sekarang menjadi bacaan harus di sekolah-sekolah di Belanda.

Terjemahan bahasa Indonesia

HB Jassin menerjemahkan Max Havelaar dari bahasa Belanda aslinya ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 1972. Tahun 1973 buku tersebut dicetak ulang.

Pada tahun 1973 Jassin mendapat penghargaan dari Yayasan Prins Bernhard. Dia diundang untuk tinggal di Belanda selama satu tahun.

Adaptasi layar lebar

Novel ini diadaptasi menjadi suatu film layar lebar pada tahun 1976 oleh Fons Rademakers sbg bidang dari kemitraan selang Belanda-Indonesia. Namun filmMax Havelaar tersebut tidak diperbolehkan untuk ditayangkan di Indonesia mencapai tahun 1987.

Galeri

Lihat pula


edunitas.com


Page 5

Max Havelaar adalah suatu novel karya Multatuli (nama pena yang digunakan penulis Belanda Eduard Douwes Dekker). Novel ini pertama kali terbit pada tahun 1860, yang diakui sebagai karya sastra Belanda yang sangat penting sebab memelopori gaya tulisan baru.

Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli "Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" (bahasa Indonesia: "Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda")

Roman ini hanya ditulis oleh Multatuli dalam tempo sebulan pada tahun 1859 di suatu losmen di Belgia. Setahun kesudahan, akuratnya pada tahun 1860 roman itu terbit untuk pertama kalinya.

Peran dalam literatur

Di Indonesia, karya ini sangat dihargai sebab untuk pertama kalinya inilah karya yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat yang dijajah. Max Havelaar bercerita tentang sistem tanam paksa yang menindas kaum bumiputra di daerah Lebak, Banten. Max Havelaar adalah karya akbar yang diakui sebagai bidang dari karya sastra dunia. Di salah satu bidangnya berisi drama tentang Saijah dan Adinda yang sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik untuk dipentaskan di panggung.

Hermann Hesse dalam bukunya berjudul: Die Welt Bibliothek (Perpustakaan Dunia) memasukkan Max Havelaar dalam deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan Max Havelaar sekarang menjadi bacaan wajib di sekolah-sekolah di Belanda.

Terjemahan bahasa Indonesia

HB Jassin menerjemahkan Max Havelaar dari bahasa Belanda aslinya ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 1972. Tahun 1973 buku tersebut dicetak ulang.

Pada tahun 1973 Jassin mendapat penghargaan dari Yayasan Prins Bernhard. Dia diundang untuk tinggal di Belanda selama satu tahun.

Adaptasi layar lebar

Novel ini diadaptasi menjadi suatu film layar lebar pada tahun 1976 oleh Fons Rademakers sebagai bidang dari kemitraan selang Belanda-Indonesia. Namun filmMax Havelaar tersebut tidak diperbolehkan untuk ditayangkan di Indonesia mencapai tahun 1987.

Galeri

Lihat pula


edunitas.com


Page 6

Tags (tagged): matrix, unkris, matriks matriks merujuk, pada beberapa, hal, matriks, sebuah kumpulan, variabel dirujuk, nama sebuah film, matriks sebuah, kerangka, akan diisi oleh, polimer matriks, ruang, sebelah, center of, studies membran, kedua, pada plastida mitokondria, edunitas matrix


Page 7

Tags (tagged): matrix, unkris, matriks matriks merujuk, pada beberapa, hal, matriks, sebuah kumpulan, variabel dirujuk, nama sebuah film, matriks sebuah, kerangka, akan diisi oleh, polimer matriks, ruang, sebelah, center of, studies membran, kedua, pada plastida mitokondria, edunitas matrix


Page 8

Max Havelaar adalah suatu novel karya Multatuli (nama pena yang digunakan penulis Belanda Eduard Douwes Dekker). Novel ini pertama kali terbit pada tahun 1860, yang diakui sbg karya sastra Belanda yang sangat penting karena memelopori gaya tulisan baru.

Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli "Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" (bahasa Indonesia: "Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda")

Roman ini hanya ditulis oleh Multatuli dalam tempo sebulan pada tahun 1859 di suatu losmen di Belgia. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1860 roman itu terbit sebagai pertama kalinya.

Peran dalam literatur

Di Indonesia, karya ini sangat dihargai karena sebagai pertama kalinya inilah karya yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat yang dijajah. Max Havelaar menuturkan kisah tentang sistem tanam paksa yang menindas kaum bumiputra di kawasan Lebak, Banten. Max Havelaar adalah karya akbar yang diakui sbg bagian dari karya sastra dunia. Di salah satu bagiannya mengandung drama tentang Saijah dan Adik yang sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik sebagai dipentaskan di panggung.

Hermann Hesse dalam bukunya berjudul: Die Welt Bibliothek (Perpustakaan Dunia) memasukkan Max Havelaar dalam deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan Max Havelaar sekarang menjadi bacaan wajib di sekolah-sekolah di Belanda.

Terjemahan bahasa Indonesia

HB Jassin menerjemahkan Max Havelaar dari bahasa Belanda aslinya ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 1972. Tahun 1973 buku tersebut dicetak ulang.

Pada tahun 1973 Jassin mendapat penghargaan dari Yayasan Prins Bernhard. Dia diundang sebagai tinggal di Belanda selama satu tahun.

Adaptasi layar lebar

Novel ini diadaptasi menjadi suatu film layar lebar pada tahun 1976 oleh Fons Rademakers sbg bagian dari kemitraan selang Belanda-Indonesia. Namun filmMax Havelaar tersebut tidak diperbolehkan sebagai ditayangkan di Indonesia sampai tahun 1987.

Galeri

Lihat juga


edunitas.com


Page 9

Max Havelaar adalah suatu novel karya Multatuli (nama pena yang digunakan penulis Belanda Eduard Douwes Dekker). Novel ini pertama kali terbit pada tahun 1860, yang diakui sbg karya sastra Belanda yang sangat penting karena memelopori gaya tulisan baru.

Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli "Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" (bahasa Indonesia: "Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda")

Roman ini hanya ditulis oleh Multatuli dalam tempo sebulan pada tahun 1859 di suatu losmen di Belgia. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1860 roman itu terbit sebagai awal mulanya.

Peran dalam literatur

Di Indonesia, karya ini sangat dihargai karena sebagai awal mulanya inilah karya yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat yang dijajah. Max Havelaar menuturkan kisah tentang sistem tanam paksa yang menindas kaum bumiputra di kawasan Lebak, Banten. Max Havelaar adalah karya akbar yang diakui sbg bagian dari karya sastra dunia. Di salah satu bagiannya mengandung drama tentang Saijah dan Adik yang sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik sebagai dipentaskan di panggung.

Hermann Hesse dalam bukunya berjudul: Die Welt Bibliothek (Perpustakaan Dunia) memasukkan Max Havelaar dalam deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan Max Havelaar sekarang menjadi bacaan wajib di sekolah-sekolah di Belanda.

Terjemahan bahasa Indonesia

HB Jassin menerjemahkan Max Havelaar dari bahasa Belanda aslinya ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 1972. Tahun 1973 buku tersebut dicetak ulang.

Pada tahun 1973 Jassin mendapat penghargaan dari Yayasan Prins Bernhard. Dia diundang sebagai tinggal di Belanda selama satu tahun.

Adaptasi layar luas

Novel ini diadaptasi menjadi suatu film layar luas pada tahun 1976 oleh Fons Rademakers sbg bagian dari kemitraan selang Belanda-Indonesia. Namun filmMax Havelaar tersebut tidak diperbolehkan sebagai ditayangkan di Indonesia sampai tahun 1987.

Galeri

Lihat juga


edunitas.com


Page 10

Max Havelaar adalah suatu novel karya Multatuli (nama pena yang digunakan penulis Belanda Eduard Douwes Dekker). Novel ini pertama kali terbit pada tahun 1860, yang diakui sbg karya sastra Belanda yang sangat penting karena memelopori gaya tulisan baru.

Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli "Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" (bahasa Indonesia: "Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda")

Roman ini hanya ditulis oleh Multatuli dalam tempo sebulan pada tahun 1859 di suatu losmen di Belgia. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1860 roman itu terbit sebagai awal mulanya.

Peran dalam literatur

Di Indonesia, karya ini sangat dihargai karena sebagai awal mulanya inilah karya yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat yang dijajah. Max Havelaar menuturkan kisah tentang sistem tanam paksa yang menindas kaum bumiputra di kawasan Lebak, Banten. Max Havelaar adalah karya akbar yang diakui sbg bagian dari karya sastra dunia. Di salah satu bagiannya mengandung drama tentang Saijah dan Adik yang sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik sebagai dipentaskan di panggung.

Hermann Hesse dalam bukunya berjudul: Die Welt Bibliothek (Perpustakaan Dunia) memasukkan Max Havelaar dalam deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan Max Havelaar sekarang menjadi bacaan wajib di sekolah-sekolah di Belanda.

Terjemahan bahasa Indonesia

HB Jassin menerjemahkan Max Havelaar dari bahasa Belanda aslinya ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 1972. Tahun 1973 buku tersebut dicetak ulang.

Pada tahun 1973 Jassin mendapat penghargaan dari Yayasan Prins Bernhard. Dia diundang sebagai tinggal di Belanda selama satu tahun.

Adaptasi layar luas

Novel ini diadaptasi menjadi suatu film layar luas pada tahun 1976 oleh Fons Rademakers sbg bagian dari kemitraan selang Belanda-Indonesia. Namun filmMax Havelaar tersebut tidak diperbolehkan sebagai ditayangkan di Indonesia sampai tahun 1987.

Galeri

Lihat juga


edunitas.com


Page 11

Max Havelaar adalah suatu novel karya Multatuli (nama pena yang digunakan penulis Belanda Eduard Douwes Dekker). Novel ini pertama kali terbit pada tahun 1860, yang diakui sbg karya sastra Belanda yang sangat penting karena memelopori gaya tulisan baru.

Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli "Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" (bahasa Indonesia: "Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda")

Roman ini hanya ditulis oleh Multatuli dalam tempo sebulan pada tahun 1859 di suatu losmen di Belgia. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1860 roman itu terbit sebagai pertama kalinya.

Peran dalam literatur

Di Indonesia, karya ini sangat dihargai karena sebagai pertama kalinya inilah karya yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat yang dijajah. Max Havelaar menuturkan kisah tentang sistem tanam paksa yang menindas kaum bumiputra di kawasan Lebak, Banten. Max Havelaar adalah karya akbar yang diakui sbg bagian dari karya sastra dunia. Di salah satu bagiannya mengandung drama tentang Saijah dan Adik yang sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik sebagai dipentaskan di panggung.

Hermann Hesse dalam bukunya berjudul: Die Welt Bibliothek (Perpustakaan Dunia) memasukkan Max Havelaar dalam deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan Max Havelaar sekarang menjadi bacaan wajib di sekolah-sekolah di Belanda.

Terjemahan bahasa Indonesia

HB Jassin menerjemahkan Max Havelaar dari bahasa Belanda aslinya ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 1972. Tahun 1973 buku tersebut dicetak ulang.

Pada tahun 1973 Jassin mendapat penghargaan dari Yayasan Prins Bernhard. Dia diundang sebagai tinggal di Belanda selama satu tahun.

Adaptasi layar lebar

Novel ini diadaptasi menjadi suatu film layar lebar pada tahun 1976 oleh Fons Rademakers sbg bagian dari kemitraan selang Belanda-Indonesia. Namun filmMax Havelaar tersebut tidak diperbolehkan sebagai ditayangkan di Indonesia sampai tahun 1987.

Galeri

Lihat juga


edunitas.com


Page 12

▼ Persyaratan Calon Mahasiswa, Cara & Jadwal Pendaftaran

▼ Beban Studi (Beban Kredit) & Lamanya Kuliah (Tahun Kuliah)


Page 13

  • Persyaratan Calon Mahasiswa, Cara & Jadwal Pendaftaran

  • Beban Studi (Beban Kredit) & Lamanya Kuliah (Tahun Kuliah)


Page 14

  • The Law No.12 of 2012 on Higher Education = 323 kb (pdf)


Page 15

▼ Government Support Entrepreneur Tuition Program (Online Lectures / Blended)
▼ How Certificates Graduates Entrepreneur Tuition Program (Online Lectures / Blended) UNKRIS Jakarta

▼ The Law No.12 of 2012 on Higher Education = 323 kb (pdf)


Page 16

Max Havelaar adalah suatu novel karya Multatuli (nama pena yang digunakan penulis Belanda Eduard Douwes Dekker). Novel ini pertama kali terbit pada tahun 1860, yang diakui sebagai karya sastra Belanda yang sangat penting sebab memelopori gaya tulisan baru.

Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli "Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" (bahasa Indonesia: "Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda")

Roman ini hanya ditulis oleh Multatuli dalam tempo sebulan pada tahun 1859 di suatu losmen di Belgia. Setahun kesudahan, akuratnya pada tahun 1860 roman itu terbit untuk pertama kalinya.

Peran dalam literatur

Di Indonesia, karya ini sangat dihargai sebab untuk pertama kalinya inilah karya yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat yang dijajah. Max Havelaar bercerita tentang sistem tanam paksa yang menindas kaum bumiputra di daerah Lebak, Banten. Max Havelaar adalah karya akbar yang diakui sebagai bidang dari karya sastra dunia. Di salah satu bidangnya memuat drama tentang Saijah dan Adinda yang sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik untuk dipentaskan di panggung.

Hermann Hesse dalam bukunya berjudul: Die Welt Bibliothek (Perpustakaan Dunia) memasukkan Max Havelaar dalam deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan Max Havelaar sekarang menjadi bacaan harus di sekolah-sekolah di Belanda.

Terjemahan bahasa Indonesia

HB Jassin menerjemahkan Max Havelaar dari bahasa Belanda aslinya ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 1972. Tahun 1973 buku tersebut dicetak ulang.

Pada tahun 1973 Jassin mendapat penghargaan dari Yayasan Prins Bernhard. Dia diundang untuk tinggal di Belanda selama satu tahun.

Adaptasi layar lebar

Novel ini diadaptasi menjadi suatu film layar lebar pada tahun 1976 oleh Fons Rademakers sebagai bidang dari kemitraan selang Belanda-Indonesia. Namun filmMax Havelaar tersebut tidak diperbolehkan untuk ditayangkan di Indonesia mencapai tahun 1987.

Galeri

Lihat pula


edunitas.com


Page 17

Max Havelaar adalah suatu novel karya Multatuli (nama pena yang digunakan penulis Belanda Eduard Douwes Dekker). Novel ini pertama kali terbit pada tahun 1860, yang diakui sebagai karya sastra Belanda yang sangat penting sebab memelopori gaya tulisan baru.

Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli "Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" (bahasa Indonesia: "Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda")

Roman ini hanya ditulis oleh Multatuli dalam tempo sebulan pada tahun 1859 di suatu losmen di Belgia. Setahun kesudahan, akuratnya pada tahun 1860 roman itu terbit untuk pertama kalinya.

Peran dalam literatur

Di Indonesia, karya ini sangat dihargai sebab untuk pertama kalinya inilah karya yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat jajahan. Max Havelaar bercerita tentang sistem tanam paksa yang menindas kaum bumiputra di daerah Lebak, Banten. Max Havelaar adalah karya akbar yang diakui sebagai anggota dari karya sastra dunia. Di salah satu anggotanya berisi drama tentang Saijah dan Adinda yang sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik untuk dipentaskan di panggung.

Hermann Hesse dalam bukunya berjudul: Die Welt Bibliothek (Perpustakaan Dunia) memasukkan Max Havelaar dalam deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan Max Havelaar sekarang menjadi bacaan wajib di sekolah-sekolah di Belanda.

Terjemahan bahasa Indonesia

HB Jassin menerjemahkan Max Havelaar dari bahasa Belanda aslinya ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 1972. Tahun 1973 buku tersebut dicetak ulang.

Pada tahun 1973 Jassin mendapat penghargaan dari Yayasan Prins Bernhard. Dia diundang untuk tinggal di Belanda selama satu tahun.

Adaptasi layar lebar

Novel ini diadaptasi menjadi suatu film layar lebar pada tahun 1976 oleh Fons Rademakers sebagai anggota dari kemitraan selang Belanda-Indonesia. Namun filmMax Havelaar tersebut tidak diperbolehkan untuk ditayangkan di Indonesia mencapai tahun 1987.

Galeri

Lihat pula


edunitas.com


Page 18

Max Havelaar adalah suatu novel karya Multatuli (nama pena yang digunakan penulis Belanda Eduard Douwes Dekker). Novel ini pertama kali terbit pada tahun 1860, yang diakui sebagai karya sastra Belanda yang sangat penting sebab memelopori gaya tulisan baru.

Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli "Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" (bahasa Indonesia: "Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda")

Roman ini hanya ditulis oleh Multatuli dalam tempo sebulan pada tahun 1859 di suatu losmen di Belgia. Setahun kesudahan, akuratnya pada tahun 1860 roman itu terbit untuk pertama kalinya.

Peran dalam literatur

Di Indonesia, karya ini sangat dihargai sebab untuk pertama kalinya inilah karya yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat jajahan. Max Havelaar bercerita tentang sistem tanam paksa yang menindas kaum bumiputra di daerah Lebak, Banten. Max Havelaar adalah karya akbar yang diakui sebagai anggota dari karya sastra dunia. Di salah satu anggotanya berisi drama tentang Saijah dan Adinda yang sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik untuk dipentaskan di panggung.

Hermann Hesse dalam bukunya berjudul: Die Welt Bibliothek (Perpustakaan Dunia) memasukkan Max Havelaar dalam deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan Max Havelaar sekarang menjadi bacaan wajib di sekolah-sekolah di Belanda.

Terjemahan bahasa Indonesia

HB Jassin menerjemahkan Max Havelaar dari bahasa Belanda aslinya ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 1972. Tahun 1973 buku tersebut dicetak ulang.

Pada tahun 1973 Jassin mendapat penghargaan dari Yayasan Prins Bernhard. Dia diundang untuk tinggal di Belanda selama satu tahun.

Adaptasi layar lebar

Novel ini diadaptasi menjadi suatu film layar lebar pada tahun 1976 oleh Fons Rademakers sebagai anggota dari kemitraan selang Belanda-Indonesia. Namun filmMax Havelaar tersebut tidak diperbolehkan untuk ditayangkan di Indonesia mencapai tahun 1987.

Galeri

Lihat pula


edunitas.com


Page 19

Max Havelaar adalah suatu novel karya Multatuli (nama pena yang digunakan penulis Belanda Eduard Douwes Dekker). Novel ini pertama kali terbit pada tahun 1860, yang diakui sebagai karya sastra Belanda yang sangat penting sebab memelopori gaya tulisan baru.

Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli "Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" (bahasa Indonesia: "Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda")

Roman ini hanya ditulis oleh Multatuli dalam tempo sebulan pada tahun 1859 di suatu losmen di Belgia. Setahun kesudahan, akuratnya pada tahun 1860 roman itu terbit untuk pertama kalinya.

Peran dalam literatur

Di Indonesia, karya ini sangat dihargai sebab untuk pertama kalinya inilah karya yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat yang dijajah. Max Havelaar bercerita tentang sistem tanam paksa yang menindas kaum bumiputra di daerah Lebak, Banten. Max Havelaar adalah karya akbar yang diakui sebagai bidang dari karya sastra dunia. Di salah satu bidangnya memuat drama tentang Saijah dan Adinda yang sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik untuk dipentaskan di panggung.

Hermann Hesse dalam bukunya berjudul: Die Welt Bibliothek (Perpustakaan Dunia) memasukkan Max Havelaar dalam deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan Max Havelaar sekarang menjadi bacaan harus di sekolah-sekolah di Belanda.

Terjemahan bahasa Indonesia

HB Jassin menerjemahkan Max Havelaar dari bahasa Belanda aslinya ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 1972. Tahun 1973 buku tersebut dicetak ulang.

Pada tahun 1973 Jassin mendapat penghargaan dari Yayasan Prins Bernhard. Dia diundang untuk tinggal di Belanda selama satu tahun.

Adaptasi layar lebar

Novel ini diadaptasi menjadi suatu film layar lebar pada tahun 1976 oleh Fons Rademakers sebagai bidang dari kemitraan selang Belanda-Indonesia. Namun filmMax Havelaar tersebut tidak diperbolehkan untuk ditayangkan di Indonesia mencapai tahun 1987.

Galeri

Lihat pula


edunitas.com


Page 20

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 4, 4 Februari, 4 Januari, 4 Juli, 4 Juni, 4 U, 4 vesta, 4 Vesta, 4-3-3, 402 SM, 403, 403 SM, 404 (film), 411, 411 SM, 412, 412 SM, 427 BC, 427 SM, 429, 42nd Street (film)


Page 21

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 4, 4 Februari, 4 Januari, 4 Juli, 4 Juni, 4 U, 4 vesta, 4 Vesta, 4-3-3, 402 SM, 403, 403 SM, 404 (film), 411, 411 SM, 412, 412 SM, 427 BC, 427 SM, 429, 42nd Street (film)


Page 22

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C-SPAN, C. S. Lewis, C. Th van Deventer, C.A. Bella Vista, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Ca (huruf Arab), CA Bastia, Ca Bastia, Ca Batna, Cabagan, Isabela, Cabai, Cabai (disambiguasi), Cabai benalu, Cabai Panggul-kelabu, Cabai panggul-kuning, Cabai Panggul-kuning, Cabai perut-kuning


Page 23

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C-SPAN, C. S. Lewis, C. Th van Deventer, C.A. Bella Vista, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Ca (huruf Arab), CA Bastia, Ca Bastia, Ca Batna, Cabagan, Isabela, Cabai, Cabai (disambiguasi), Cabai benalu, Cabai Panggul-kelabu, Cabai panggul-kuning, Cabai Panggul-kuning, Cabai perut-kuning


Page 24

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Battle of Wits (film 2006), A battle of wits (film 2006), A Beautiful Mind, A better tomorrow, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, A Fresh Start for Something New, A Funny Thing Happened on the Way to the Forum, A Girl like Me, A Girl Like Me, A Journey (album), A kara, A Kind of Magic, A Kind of Magic (album), A Messenger, A Midsummer Night's Dream, A Midsummer Nights Dream, A Midsummer's Night Dream


Page 25

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Battle of Wits (film 2006), A battle of wits (film 2006), A Beautiful Mind, A better tomorrow, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, A Fresh Start for Something New, A Funny Thing Happened on the Way to the Forum, A Girl like Me, A Girl Like Me, A Journey (album), A kara, A Kind of Magic, A Kind of Magic (album), A Messenger, A Midsummer Night's Dream, A Midsummer Nights Dream, A Midsummer's Night Dream


Page 26

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) D, D'Maestro, D'Maleo Hotel & Convention Mamuju, D'Masiv, D'Plong: Sensasi Rock'n'Dut, D.o.t, D.T. Suzuki, D1 Tower, D14, DAAI TV, Daala Timur, Bulo, Polewali Mandar, Daallo Airlines, Daan Bovenberg, Dacia Nation, Dacia Romawi, Dactylia dichotoma, Dactylia varia, Dadang Wigiarto, Dadanggendis, Nguling, Pasuruan, Dadap, Dadap (disambiguasi)