Berikut ini yang merupakan fungsi keluarga adalah brainly

Oleh :

SUWARNO, Widyaiswara Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, 11 Juli 2020

Asal mula pandemi COVID-19 saat ini adalah, patogen SARS-CoV-2 mampu melompat dari binatang inang ke manusia di pasar ikan Huanan, Wuhan. Virus kemudian menyebar dengan cepat pada populasi warga Wuhan dan kawasan sekitar di provinsi Hubei, sebelum otoritas China memberlakukan lockdown hampir total pada pergerakan dan kehidupan publik. Studi epidemiologi awal, yang mengidentifikasi pasar Huanan sebagai sumber wabah, termasuk beberapa pasien COVID-19 yang tidak melakukan kontak dengan pasar, membuka adanya kemungkinan alternatif dari titik asal mula virus dan infeksi. (Putri, 2020).

COVID-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2 termasuk dalam keluarga besar Corona virus yang sama dengan penyebab SARS pada tahun 2003, hanya berbeda jenis virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, yang memiliki angka kematian (9,6%) lebih tinggi dibanding COVID-19 (kurang dari 5%), namun jumlah kasus terpapar COVID-19 jauh lebih banyak dibanding SARS dan memiliki penyebaran yang lebih luas dan cepat. (Kementerian Kesehatan RI dan Perhimpunan dokter Paru Indonesia, 2020).

Berdasarkan data terbaru CSSE Johns Hopkins University, hingga 9 Juni 2020, jumlah total kasus positif Corona di dunia sudah sebanyak 7.131.261 orang. Dari 7,13 juta kasus positif Corona tersebut, 406.807 pasien COVID-19 telah meninggal. Sedangkan 3.307.540 pasien dilaporkan telah sembuh dari COVID-19. Lebih dari 200 negara sudah melaporkan kasus COVID-19. Jumlah negara terpapar kasus Corona terbanyak per 9 Juni 2020 : AS : 1.961.185 kasus, 111.007 meninggal, 518.522 sembuh, Brasil : 707.412 kasus, 37.134 meninggal, 378.257 sembuh, Rusia : 484.630 kasus, 6.133 meninggal, 241.917 sembuh. (Idhom, 2020). Data ini setiap menit terus berubah.

Siapa yang rentan terkena penyakit?

Virus COVID-19 dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia maupun jenis kelamin. Namun, COVID-19 diketahui lebih berisiko menyerang orang-orang dengan kondisi medis tertentu. Pada kelompok tersebut, COVID-19 juga cenderung dapat menimbulkan komplikasi dan gejala yang lebih berat. Tidak semua orang yang terinfeksi virus Corona akan mengalami gejala yang parah berupa sesak napas, nyeri dada, dan demam tinggi. Ada sebagian penderita COVID-19 yang hanya mengalami gejala ringan seperti flu. Bahkan, ada juga yang tidak mengalami gejala sama sekali walau sudah positif terinfeksi virus Corona.

Persentase angka kematian akibat COVID-19 di kelompok usia di bawah 50 tahun tergolong rendah. Berdasarkan informasi dari WHO dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, gejala berat dan komplikasi serius akibat COVID-19 lebih sering dialami oleh orang lanjut usia dan orang dengan kondisi medis tertentu, misalnya orang yang menderita penyakit kronis. (Andrian, 2020).

Orang lanjut usia umur di atas 65 tahun lebih berisiko atau rentan tertular virus Corona. Menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang diambil di Amerika Serikat, 31-59% orang dewasa berusia 65-84 dan 31-70  orang dewasa di atas 85 telah dirawat di rumah sakit karena COVID-19. Perkiraan  4-11% orang dewasa antara 65-84 tahun dan 10-27 persen orang dewasa di atas 85 tahun, meninggal karena virus Corona. (Gradianto, 2020).

Bagaimana penularannya?

Seseorang dapat terinfeksi dari penderita COVID-19. Penyakit ini dapat menyebar melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin. Droplet tersebut kemudian jatuh pada benda di sekitarnya. Kemudian jika ada orang lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi dengan droplet tersebut, lalu orang itu menyentuh mata, hidung atau mulut (segitiga wajah), maka orang itu dapat terinfeksi COVID-19. Atau bisa juga seseorang terinfeksi COVID-19 ketika tanpa sengaja menghirup droplet dari penderita. Inilah sebabnya mengapa kita penting untuk menjaga jarak hingga kurang lebih satu meter dari orang yang sakit. (Kementerian Kesehatan RI dan Perhimpunan dokter Paru Indonesia, 2020).

Mengapa kita harus waspada?

Covid 19 merupakan virus yang penyebarannya begitu cepat. Berawal dari Negara China pada bulan Desember 2019 menyebar ke lebih 200 negara di dunia sampai bulan Juni 2020 termasuk Indonesia. Karenanya WHO menyatakan COVID-19 ini sebagai pandemi. Virus ini tidak seganas virus SARS, namun sangat berbahaya. Virus ini lebih berbahaya karena tidak semua yang terinfeksi menunjukkan gejala serius. Sebagian mengalami gejala ringan bahkan tanpa gejala (silent carrier). Silent carrier ini sulit dideteksi sebab hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan. Sementara mereka yang tidak menunjukkan gejala, bisa saja berpikir bahwa dirinya sehat. Padahal ia dapat menularkan virus ini pada orang lain, baik di keluarganya maupun masyarakat umum lainnya, sehingga penyebaran semakin meluas.  (Debora, 2020).

Sampai dengan saat ini vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19 sedang dalam tahap pengembangan/ uji coba atau belum diketemukan obatnya. (Kementerian Kesehatan RI dan Perhimpunan dokter Paru Indonesia, 2020).

Menurut beberapa studi, orang yang terinfeksi virus Corona dan menderita penyakit kronis memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gejala berat yang fatal, seperti halnya pada lansia. Hal ini dikarenakan penyakit kronis menyebabkan sistem kekebalan tubuh penderitanya melemah dan lebih sulit melawan infeksi. Akibatnya, tubuh penderita penyakit kronis akan lebih mudah terserang penyakit, termasuk COVID-19. Selain itu, penderita penyakit kronis juga kebanyakan sudah mengalami kerusakan organ. Ketika terserang virus Corona, kerusakan organ tersebut bisa menjadi semakin parah, sehingga gejala COVID-19 yang muncul juga bisa lebih berat.

Ada beberapa penyakit yang diketahui dapat membuat penderitanya berisiko tinggi terinfeksi virus COVID-19 dengan gejala yang lebih berat, yaitu :

  1. Gangguan Pernapasan Kronis

COVID-19 umumnya menyerang saluran pernapasan. Oleh karena itu, orang yang memiliki penyakit kronis pada saluran pernapasan, seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan asma, berisiko tinggi mengalami gejala yang parah ketika terinfeksi virus Corona.

Ketika terjangkit COVID-19, penderita penyakit pernapasan kronis akan lebih rentan mengalami gangguan pernapasan berat, seperti serangan napas, pneumonia, atau bahkan gagal napas.

Penderita penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, dan hipertensi, umumnya memiliki kondisi jantung yang kurang baik dan sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah. Hal ini membuat para penderita penyakit tersebut rentan menderita COVID-19 dengan gejala yang lebih berat.

Penderita diabetes lebih rentan terkena COVID-19. Penderita diabetes ter-infeksi virus Corona dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi berbahaya dari penyakit diabetes, seperti ketoasidosis diabetic dan sepsis. Berbagai komplikasi diabetes tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya kematian.

Infeksi virus Corona paling banyak menyerang saluran pernapasan, tetapi virus ini juga bisa merusak organ tubuh lainnya, termasuk ginjal. Selain itu, infeksi virus Corona juga diketahui lebih berisiko terjadi pada orang yang memiliki penyakit ginjal kronis, rutin menjalani prosedur cuci darah, atau pernah menjalani operasi transplantasi ginjal.

Penderita kanker tergolong dalam kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi virus Corona dengan gejala berat dan komplikasi serius. Hal ini disebabkan sistem kekebalan tubuh para penderita kanker lemah dalam melawan infeksi. Lemahnya sistem kekebalan tubuh penderita kanker ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, misalnya gangguan pada sel darah putih atau efek samping kemoterapi. (Andrian, 2020)

Bagaimana kita menghindari pademik bersama keluarga?

Keluarga merupakan sekumpulan manusia terkecil yang terdiri suami dan isteri, ibu bapak anak, ibu dan anak, bapak dan anak. Kita akan sulit memisahkan diri dalam interaksi sosial di dalamnya. Komposisi usia di dalam keluarga sangat beragam meliputi, Balita, Remaja, Dewasa atau Lansia. Kepala keluarga bertanggungjawab terhadap anak, isteri dan dirinnya sendiri. Ayah Ibu harus senantiasa berusaha sebagai orang tua hebat, mampu membimbing, mendidik dan menteladani anak.

Penderita penyakit COVID-19 disarankan untuk menerapkan social distancing/ physical distancing, guna mengurangi risiko penularan. Jika harus keluar rumah, batasi jarak dengan orang lain minimal 1,5 s/d 2 meter dan hindari kerumunan. Selain itu, penderita penyakit kronis juga perlu rutin mengkonsumsi obat sesuai petunjuk dokter. Keluarga agar menjalani pola hidup sehat untuk memperkuat daya tahan tubuhnya. Hal ini bisa dilakukan dengan mengkonsumsi makanan bergizi, rajin mencuci tangan, mengurangi stres, rutin berolahraga, dan menjauhi asap rokok. (Andrian, 2020)

Disamping itu peran kepala keluarga sangat penting menciptakan keharmonisan keluarga maupun hubungan sosial lainnya. Sehingga akan menciptakan kebahagiaan di dalam keluarga yang akan meningkatkan immune di dalam diri anggota keluarga. Sebaliknya jika interaksi di dalam keluarga menimbulkan suasana kecemasan, tidak nyaman akan menimbulkan stress pada anggota keluarga akan mudah terserang penyakit. Selama COVID-19 belum diketemukan obanyat, keluarga perlu mengindahkan prosedur kesehatan dalam mencegah tertularnya COVID-19. Disamping itu peran keluarga sangat penting dalam mencegah menularnya virus. Kepala keluarga dituntut dapat menjalankan fungsi keluarga secara konsisten meliputi :

Kepala keluarga merupakan imam dalam keluarga untuk memberikan penteladanan terhadap anggotanya. Kebersihan sebagian dari iman. Hidup bersih di lingkungan yang bersih senantiasan diteladankan oleh kepala keluarga hingga membudaya kepada anggota keluarganya. Bersih dalam pemikiran maupun hati, senantiasa berprasangka baik, menunaikan ibadah dan memasrahkan diri kepada yang Maha Pencipta akan menimbulkan ketentraman hati. “bi dzikrillah ta’mainul qulub”  (dzikirlah kepada Allah hatimu akan tentram). Dengan ketentraman hati akan menumbuhkan immunitas di dalam diri untuk dapat melawan virus COVID-19 atau penyakit lainnya.

Kesertaan bersosialisasi di masyarakat merupakan hal yang penting di dalam hidup bermasyarakat. Ketidak ikut sertaan pada kegiatan bermasyarakat dapat menimbulkan stigma negatif dalam sebuah keluarga. Namun demikian di era pandemi perlu mensikapi dengan bijak, mengikuti protokol kesehatan dengan baik dan disiplin.

Kebutuhan dasar manusia untuk memperoleh kasih sayang berasal pertama kali dari keluarganya. Selain menciptakan suasana penuh kasih sayang, ajarilah anak-anak untuk memiliki sikap empati, akrab, adil, pemaaf, setia, suka menolong, dan tanggung jawab. .

Fungsi ini bertujuan untuk membuat anggota keluarga merasa aman dan nyaman, baik dari sisi keamanan, kesehatan, serta berbagai aspek lainnya. Jadikan anggota keluarga merasa nyaman dan terlindungi di dalam rumah. “Rumah ku syurga ku”, barangkali moto yang sangat tepat untuk menjadikan anggota keluarga merasa betah dan nyaman tinggal di rumah. Kecukupan kebutuhan jasmani dan rokhani menjadi syarat utama mencipatakan keharmonisan keluarga, tetapi juga memberikan teladan bagi lingkungan sehingga terjaga dari fitnah dan kejahatan orang lain.

Reproduksi merupakan hal yang sangat penting dalam melanjutkan generasi berikutnya dalam membangun keluaga, bahkan sebagian besar masih menganggap orang berkeluarga jika belum punya anak, belum mendapatkan kesempurnaan. Namun pada masa pandemi ini hampir semua rumah sakit terjaga ketat dari menyebarnya virus Covid-19. Pengunjung di batasi, para petugas medis menggunakan pakaian anti penularan virus, bahkan banyak dokter menjadi korban virus ini.

Ibu hamil akan meningkatkan frekwensinya melakukan pemeriksaan ke-medis. Oleh karena itu keluarga agar dapat menunda kehamilan untuk menjaga kesehatan bayi dan ibunya. Salah satu cara dengan menggunakan alat kontrasepsi jangka menengah.

  1. Fungsi Sosialisasi & Pendidikan

Orang tua memiliki kewajiban mengasuh dan mendidik anak. Di masa pandemi ini kegiatan anak sangat berkurang di luar rumah. Dengan kurangnya aktivitas di luar rumah pengasuhan anak akan lebih berat menciptakan suasana nyaman di dalam keluarga. Kepala keluarga perperan aktif dalam men-sosialisasikan tata kehidupan yang baru (New Normal) menjaga jarak, memakai masker mencuci tangan yang saat ini akan menjadi budaya baru dalam kehidupan hingga menjadi budaya baru dalam keluarga dan bermasyarakat.

Keluarga sejahtera di era pandemi bukan berarti tidak memiliki kesulitan dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal itu dibenarkan ketika dipandang dari harta kekayaan. Namun jika dipandang dari sudut pemenuhan kebutuhan sekunder, tersier seperti perlunya hiburan, kuliner, silahturaim pada masa COVID-19 ini memberikan tekanan dan kesulitan sendiri. Namun kondisi itu akan lebih menyesakan keluarga Pra Sejahtera ketika kepala keluarga di PHK/ pendapatan sangat berkurang karena COVID-19. Untuk mengurangi beban tersebut orang tua dapat mengajarkan anaknya untuk memanfaatkan lahan yang masih kosong dengan menanam kebutuhan sehari-hari di pot. Sepert: Tomat, Cabe, Terong, Kangkung dll, atau bahkan budidaya ikan Lele di ember. Atau mencoba berwirausaha secara online.

  1. Fungsi Pemeliharaan Lingkungan

Lingkungan bersih adalah lingkungan yang bebas dari polusi udara, polusi air dan suasana sejuk segar. Manfaat dari menjaga lingkungan ini sangatlah baik bagi kesehatan hidup manusia, serta dapat menjadi penyeimbang antar makhluk hidup. Menjaga lingkungan alam menjadi prioritas yang sangat tinggi untuk kenyamanan dan mencegah datangnya berbagai penyakit seperti malaria diare dan masih banyak lagi. Keluarga mempunyai andil untuk menciptakan kebersihan lingkungan seperti meminimalisir penggunaan bahan yang sulit terurai, menanam pohon, menghindari area yang menggenang, tidak membuang sampah sembarangan dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan keluarga dalam memberikan kontribusi terhadap kebersihan lingkungan. Untuk itu perlu kedisiplinan keluarga dan masyarakat dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga berdampak pada hidup yang nyaman.

Menciptakan suatu kehidupan yang harmonis di dalam subuah keluarga tidak gampang dilakukan, namun sangat penting untuk diwujudkan. Keluarga harmonis akan membuahkan kebahagiaan para anggota keluarga yang akan berpengaruh kepada tumbuh kembang fisik maupun psikis yang sangat berguna dalam mencegah terjangkitnya COVID-19.

Andrian, d. K. (2020, may Wednesday). alodokter.com/kelompok-penyakit-yang-dapat-meningkatkan-risiko-terkena-COVID-19. Retrieved June Wednesdy, 2020, from kesehatan: https://www.alodokter.com

Aprillin, I. (2020, May Wednesday). Tribune Jogja.com. Retrieved June Wednesday, 2020, from jogja.tribunnews.com/2020/05/20/update-virus-Corona-di-seluruh-dunia: https://jogja.tribunnews.com

Debora, Y. (2020, April Thursday). tirti.id. Retrieved June Wednesday, 2020, from https://bahaya-virus-Corona-COVID-19-dan-cara-mencegahnya-eKdF: https://tirto.id.com

Gradianto, R. A. (2020, April Monday). liputan 6. Retrieved June Wednesday, 2020, from https://www.liputan6.com/kelompok-orang-dengan-risiko-lebih-tinggi-terpapar-virus-Corona-COVID-19: https://www.liputan6.com

Idhom, A. M. (2020, Juni Selasa). update Corona 9 juni 2020. Retrieved Juni Kamis, 2020, from tirto.id: https://tirto.id

Kementerian Kesehatan RI dan Perhimpunan dokter Paru Indonesia. (2020, Maret Jumat). Informasi tentang virus Corona. Retrieved Juni Kamis, 2020, from stoppneumonia.id: https://stoppneumonia.id

Putri, G. S. (2020, Juni Wednesday). https://www.kompas.com/2020/virus Corona diduga menyebar di china sejak agustus-2019. Retrieved June Wednesday, 2020, from Kompas.com: https://www.kompas.com