Berikut daerah yang banyak dimanfaatkan sebagai peternak kuda adalah

  • Kuda bersama kerbau dan babi menjadi status sosial masyarakat adat Sumba, NTT. Kuda menjadi hewan yang mempunyai peranan paling lengkap bagi kehidupan masyarakat Sumba.
  • Di Sumba, kuda dipandang hampir sejajar dengan arwah nenek moyang. Ndara, nama setempat untuk kuda, bukan sekadar tunggangan, tetapi kendaraan hidup yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan pribadi orang Sumba.
  • Untuk kebutuhan pacuan, kuda ras asli sumba Sandalwood banyak yang disilangkan dengan kuda impor, untuk menghasilkan kuda yang cepat larinya disertai dengan ketahanan yang cukup baik.
  • Pelestarian kuda ras Sandalwood perlu dilakukan, mengingat jumlahnya yang dari tahun ke tahun semakin sedikit.

Sumba adalah salah satu keelokan Sang Ilahi yang dihadiahkan kepada manusia. Bagaimana tidak, walaupun terlihat kering pada musim kemarau, Sumba atau juga biasa disebut sebagai Tanah Marapu menyuguhkan pemandangan alam luar biasa bagi siapapun yang mengunjunginya.

Hamparan savana yang membentang di banyak daratan dan perbukitan Sumba, membuat setiap wisatawan yang melihatnya terkagum-kagum. Belum lagi ternak-ternak yang memang sengaja dilepas oleh penduduk setempat untuk mencari makanannya sendiri, seakan menambah keeksotisan Tanah Marapu.

Kepemilikan ternak sudah lama menjadi tanda status sosial masyarakat adat Sumba. Paling tidak 3 hewan ternak yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat adat Sumba, yaitu : babi, kerbau dan kuda. Diantara ketiga hewan ternak itu, kuda adalah hewan yang mempunyai peranan paling lengkap bagi kehidupan masyarakat Sumba.

baca : Memaknai Kuda, Memaknai Kehidupan Masyarakat Sumba. Seperti Apa?

Berikut daerah yang banyak dimanfaatkan sebagai peternak kuda adalah
Kuda jenis sandlewood di savana Sumba, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia
Berikut daerah yang banyak dimanfaatkan sebagai peternak kuda adalah
Kuda jenis sandlewood di savana Sumba, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

Di Sumba, Nusa Tenggara Timur, tidak ada kuda yang diberi nama, ini karena kuda dipandang hampir sejajar dengan arwah nenek moyang. Bagi masyarakat Sumba, ndara –nama setempat untuk kuda– bukan sekadar tunggangan. Kuda adalah kendaraan hidup yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan pribadi orang Sumba.

Selain sebagai daging konsumsi dan hewan tunggangan angkut, pada masa lalu kuda juga berperan sebagai kendaraan perang. Bahkan kuda di Tanah Marapu ikut pula dalam perhelatan ritual tahunan masyarakat Sumba,yang sudah terkenal ke Mancanegara, yaitu Pasola. Kombinasi antara kuda yang kuat dan bagus serta kepiawaian sang penunggang dalam mengendalikan kudanya serta bermain tombak, dapat mengantarkan sang pemilik sebagai jawara dalam Pasola.

Masyarakat Sumba mempunyai satu kuda khas Sumba yang bernama sandlewood, atau lebih lengkap kuda Sandalwood pony. Kuda ini adalah kuda pacu asli Indonesia yang dikembangkan di Pulau Sumba. Konon kuda ini memiliki moyang kuda Arab yang disilangkan dengan kuda poni lokal untuk memperbaiki sejumlah penampilannya. Nama sandalwood sendiri dikaitkan dengan kayu cendana (sandalwood) yang pada masa lampau merupakan komoditas ekspor dari Pulau Sumba dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya.

Menurut catatan J. de Roo pada tahun 1890, kuda telah menjadi komoditi perdagangan orang Sumba ke daerah lain di Nusantara paling tidak sejak 1840 melalui Waingapu yang kebanyakan dilakukan oleh bangsawan setempat.

baca juga : Inilah Penampakan Kuda Paling Indah di Dunia..

Berikut daerah yang banyak dimanfaatkan sebagai peternak kuda adalah
Kuda bagi masyarakat Sumba, tidak hanya sebagai sarana transportasi, tetapi juga berperan penting dalam kehidupan dan budaya, seperti sebagai mas kawin dan bagian dari acara adat Pasola. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia
Berikut daerah yang banyak dimanfaatkan sebagai peternak kuda adalah
Kuda menjadi bagian tak terpisahkan dari acara adat Pasola di Sumba, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

Menurut Palanggarimu atau biasa juga dipanggil Umbu Angga, seorang bangsawan Prailiu yang ditemui Mongabay Indonesia, Senin (7/ 9/2019) mengatakan kuda Sumba memegang peranan penting dalam setiap sendi kehidupan masyarakat Sumba. “Kuda selalu ada dalam setiap upacara adat Sumba. Selain menjadi belis atau mas kawin orang sumba, kuda juga dipercaya sebagai tunggangan terakhir orang Sumba menuju alam baka. Karena itu Sumba juga selalu ada kuda dalam pengurbanan acara-acara kematian,“ katanya.

Tidak ada yang tahu pasti apakah lebih dahulu orang Sumba yang datang ke tana Marapu, atau kuda Sumba lebih dulu menetap. Tetapi yang jelas, dalam setiap baitan adat (literatur/pantun adat) kuno, selalu diceritakan kuda Sumba ini datang dari tanah yang jauh. Yang di situ disebutkan salah satu asal Kuda Sumba adalah Makkah Madina (Arab Saudi)

Banyak orang yang kesengsem dengan penampilan kuda khas Indonesia ini. penampilan kuda yang bernama latin Equus caballus ini memang cukup unik. Memiliki tubuh yang tidak seberapa besar, yaitu hanya 110-130 cm saja tingginya. Bentuk tubuh yang cukup serasi, tubuh bagian tengah agak pendek, dada cukup besar dan dalam, telinga agak kecil, suri dan kumba agak tebal, dan tipe kuda penarik ringan.

Selain itu kuda Sumba mempunyai endurance atau ketahanan tubuh yang sangat baik. Staminanya cukup baik, sehingga fungsinya sebagai alat angkut berlaku maksimal. Intinya, pada masa lalu, kuda Sumba menjadi ternak kesayangan dan menjadi identitas orang Sumba. Hanya saja, di masa kini keberadaan kuda Sumba ini di kuatirkan semakin berkurang. Sebabnya tak lain dan tak bukan adalah kesenangan masyarakat Sumba lainnya yang berkaitan dengan kuda, yaitu pacuan kuda.

Pacuan kuda sendiri memang sudah lama menjadi hobi dan kesenangan masyarakat Sumba sejak jaman dahulu kala. Walaupun sebetulnya ini melenceng dari fungsinya sebagai alat angkut dan transportasi, tetapi pacuan kuda ini tercatat sebagai kegiatan favorit masyarakat Sumba yang berkaitan dengan kuda selain Pasola. Di setiap tahunnya, selalu saja ada beberapa kali kejuaraan pacuan kuda ini. berbagai cara dilakukan, untuk menjadi sang juara.

menarik dibaca : Ilmuwan Temukan Darah Cair di Dalam Tubuh Jasad Anak Kuda yang Sudah Beku 42 ribu tahun

Berikut daerah yang banyak dimanfaatkan sebagai peternak kuda adalah
Bagi masyarakat Sumba, NTT, kuda dianggap sebagai anggota keluarga, sehingga dikandangkan di bawah rumah inti. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia
Berikut daerah yang banyak dimanfaatkan sebagai peternak kuda adalah
Kuda bagi masyarakat Sumba, tidak hanya sebagai sarana transportasi, tetapi juga berperan penting dalam kehidupan dan budaya, seperti sebagai mas kawin dan bagian dari acara adat Pasola. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

Kecilnya ukuran kuda Sumba bila dibandingkan dengan kuda-kuda impor justru menjadi faktor utama, semakin berkurangnya populasi kuda Sumba. Walaupun mempunyai stamina yang mumpuni, tetapi kuda Sumba kalah dalam hal kecepatan dengan kuda-kuda impor. Ini karena dengan ukurannya yang lebih kecil, maka daya jangkau kuda Sumba pun terbatas.

Para pemilik kuda pun menyadari hal ini, dan mulai melakukan persilangan antara kuda Sumba dengan Australia, yang mempunyai perawakan lebih besar dan tinggi. Setidaknya itu yang diyakini oleh Daniel Mudi Hambabanju kepada Mongabay Indonesiadi stadion pacu kuda kota Waingapu, Jumat (6/9/2019). “Dengan melakukan kawin silang antara kuda sandel dan impor, maka akan didapatkan kuda yang besar dengan stamina yang bagus pula,” katanya.

Palanggarimu menambahkan,”urusan kawin silang ini, sebetulnya sudah dilakukan sejak jaman Belanda, pada tahun 1800-an, yang mendatangkan kuda impor dari Eropa, untuk dikawinkan dengan kuda Sumba, demi mendapatkan kuda unggulan dengan stamina yang prima.”

Menurut data Dinas Peternakan Sumba Timur, kuda-kuda Sandalwood ini dikiriman juga ke beberapa daerah di nusantara, seperti Jawa untuk wisata, dan Jeneponto untuk diambil dagingnya. Yohanes Ratamuri, Kepala Dinas Peternakan Sumba Timur, kepada Mongabay Indonesia, Sabtu (7/9/2019) mengatakan 4-5 tahun lalu terakhir, jumlah kuda Sandalwood memang lebih banyak dan bisa ditemui di hampir seluruh daerah Sumba Timur. “Tetapi di masa sekarang, hanya bisa ditemukan secara sporadis di daerah-daerah tertentu saja,” katanya. Data Dinas Peternakan menyebutkan jumlah kuda Sandalwood dan kuda silang yang terpantau pada 2018 adalah 32.983 ekor.

baca juga : Surga Burung Itu Ada di Taman Nasional Matalawa [4]

Berikut daerah yang banyak dimanfaatkan sebagai peternak kuda adalah
Ritual memandikan kuda Sumba sebelum acara Pasola. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia
Berikut daerah yang banyak dimanfaatkan sebagai peternak kuda adalah
Sehari sebelum perayaan acara adat Pasola di Sumba, NTT, kuda secara khusus dibawa ke pantai untuk dimandikan dan didoakan. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

Sayangnya tidak ada data yang pasti tentang berapa kuda sandalwood dan berapa kuda silang yang ada dalam masyarakat Sumba. Sehingga payung hukum yang tegas memang diperlukan untuk melindungi kuda ras, yang jumlahnya semakin sedikit ini.

“Sebenarnya ada dasar hukum yang menaungi pelestarian kuda ras Sandalwood ini, yaitu Permentan No.426/2014 tentang penetapan rumpun dan galur kuda Sandalwood, yang kemudian ditindaklanjuti oleh penetapan wilayah sumber bibit untuk kuda Sandalwood dengan keputusan Menteri Pertanian No.1/2019 dengan lokasi di Kecamatan Matawai La Pawu. Di Kecamatan ini akan dilakukan semacam pemurnian ras yang dibina oleh pemerintah. Di sana akan diambil sejumlah ternak kuda yang betul-betul memenuhi persyaratan sebagai ras murni Sandalwood, dengan jumlah sekitar 800 ekor, diteliti dan dikembangkan,” kata Yohanes.

Jaman memang selalu akan berkembang, demikian pula dengan budaya dan peradaban. Sehingga perubahan mau atau tidak mau, tidak akan bisa dihindari. Tetapi ciris bangsa khas suatu daerah, termasuk juga di dalamnya budaya dan biodiversity, sebaiknya tetap dipelihara dengan sebaik-baiknya, sehingga mnjadi identitas suatu daerah, atau lebih besar lagi, menjadi identitas suatu bangsa. Karenanya, kuda sandalwood sebagai salah satu ras kuda yang sudah dianggap sebagai kuda ras Indonesia, memerlukan perhatian yang khusus. Sebelum semuanya terlambat, seperti harimau Bali yang punah seperti ditelan bumi.