Berikan contoh keunggulan ekonomi di daerah Bojonegoro

Jembatan Suramadu yang beroperasi sejak 12 Juni 2009 membuat Jawa-Madura tidak lagi bergantung pada transportasi laut. Perjalanan dari Jawa ke Madura atau sebaliknya sudah bisa dilakukan melalui darat.

Meski demikian, keberadaan jembatan tersebut belum bisa menjawab persoalan-persoalan pertumbuhan kesenjangan sosial ekonomi wilayah Madura. Bangunan fisik kokoh hanya berfungsi sebagai sarana penghubung tanpa adanya kebijakan pemerintah setempat dan Badan Pengelola Wilayah Suramadu.

Rencananya Jembatan Suramadu digunakan sebagai infrastruktur pendukung kawasan perindustrian terintegrasi di Madura, khususnya Bangkalan. Namun, tidak berarti hanya Bangkalan yang bakal berkembang dengan keberadaan Suramadu. Tiga wilayah lainnya, yaitu Sampang, Pamekasan, dan Sumenep, pun diharapkan demikian.

Dari kajian tingkat spesialisasi (LQ Share) dan daya saing (LQ Shift) sektor ekonomi yang dilakukan Litbang Kompas, empat wilayah di Madura mempunyai spesialisasi pada sektor primer, khususnya pertanian. Daripada wilayah-wilayah lain di Jawa Timur, Sumenep, Pamekasan, dan Sampang berturut-turut menduduki posisi tiga besar nilai LQ Share pertanian.

Pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan, dan peternakan menjadi unggulan pertanian Madura. Meski tidak semua wilayah di Madura menjadi produsen unggulan pertanian, hasilnya merupakan penyumbang utama pangan di Jawa Timur.

Tembakau, misalnya, banyak dihasilkan di Pamekasan dan Sumenep. Pada tahun 2008, produksinya mencapai 10.620 ton dan 8.834 ton. Angka produksi tersebut mengalahkan produksi tembakau Jember yang hanya menghasilkan 8.152 ton. Jenis tembakau Madura yang mempunyai aroma khas banyak digunakan oleh industri-industri rokok, seperti Gudang Garam, Sampoerna, dan Djarum.

Jagung juga banyak dihasilkan di Madura. Luas panen jagung di Madura di atas 40 hektar. Namun, tidak semua menghasilkan produksi yang tinggi. Produksi jagung tertinggi Jatim dihasilkan di Sumenep. Tahun 2008, produksinya mencapai 295.735 ton.

Dari sektor peternakan, sapi potong Sumenep juga cukup unggul. Populasi sapi jenis Brahman tahun 2008 terbesar se-Jatim (226.368 ekor). Meski populasinya tertinggi, produksi dagingnya tidak besar karena sapi Sumenep lebih banyak digunakan untuk karapan sapi, kontes sapi sono, dan membajak sawah.

Keunggulan jagung, tembakau, dan sapi potong Madura terbukti mempunyai keunggulan kompetitif dengan produk pertanian wilayah-wilayah lain di Jawa Timur. Nilai daya saing pertanian wilayah Madura lebih dari satu, bahkan nilai Sumenep dan Pamekasan menduduki peringkat kedua dan keempat se-Jawa Timur.

Sektor primer lainnya yang juga menjadi spesialisasi Bangkalan dan Sumenep adalah penggalian dan pertambangan. Nilai LQ Share-nya cukup tinggi, antara empat sampai lima dan ada di posisi ketiga dan keempat Jatim.

Page 2

Tidak mengherankan karena di wilayah Pulau Pagerungan Besar terdapat tambang minyak yang per harinya bisa menghasilkan 11,74 juta barrel minyak dan kondesat, serta 947 juta kaki kubik gas. Gas yang dihasilkan dari Kepulauan Sumenep itu 60 persen disuplai ke kawasan industri Jawa Timur, seperti Sidoarjo, Surabaya, dan Gresik, melalui pipa bawah laut. Migas juga dihasilkan di Sampang. Tambang yang berlokasi di lepas Pantai Camplong tersebut diperkirakan bisa dioperasikan 6-8 tahun dengan kapasitas produksi 20.000 barrel per hari.

Minyak dan gas alam Sumenep dan Sampang juga mempunyai keunggulan kompetitif dibandingkan dengan wilayah lain di Jatim. Nilai daya saing penggalian Sumenep dan Sampang di atas 1,5; ada di posisi ketiga dan keempat setelah Bojonegoro dan Tuban.

Spesialisasi ekonomi

Meski sektor pertanian Madura mempunyai tingkat spesialisasi lebih tinggi dari wilayah lain, tidak semua wilayah menunjukkan kecenderungan meningkat. Nilai spesialisasi pertanian di Pamekasan dan Sumenep selama delapan tahun terakhir cenderung meningkat. Hal ini dapat dilihat dari nilai daya saingnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai spesialisasinya.

Kecenderungan spesialisasi pertanian di Bangkalan dan Sampang menurun. Sebaliknya, kecenderungan spesialisasi industri di wilayah barat Madura tersebut meningkat, meski nilai spesialisasinya masih di bawah satu. Hal ini mengindikasikan mulai terjadi pergeseran konsentrasi sektor ekonomi, khususnya Bangkalan dari pertanian ke industri. Industri yang mulai berkembang di Bangkalan yaitu pengolahan pangan, batik, kimia dan bahan bangunan, logam serta kerajinan. Ini merupakan embrio untuk pengembangan industri berbahan baku lokal.

Melalui pemetaan sektor-sektor unggulan wilayah-wilayah Madura, diharapkan bisa lebih mudah menentukan arah pengembangan ekonomi di Madura. Jembatan Suramadu yang telah dibangun dengan biaya ratusan miliar akan bisa menjadi sarana penghubung aliran pertumbuhan ekonomi dari Jawa ke Madura. (M Puteri Rosalina/Litbang Kompas)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Minyak bumi adalah bahan hasil bumi yang merupakan bahan mentah yang digunakan untuk pengelolaan bahan bakar kendaraan.


Jadi, jawaban yang sesuai adalah D. 

Bojonegoro (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦧꦺꦴꦗꦤꦒꦫ, Pegon: بَوجاناڬارا, translit. Bojånagårå) adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, dan beribu kota di Kecamatan Bojonegoro. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan 5 Kabupaten, yaitu di bagian utara dengan Kabupaten Tuban, bagian timur dengan Kabupaten Lamongan, bagian selatan dengan Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Ngawi, serta bagian barat dengan Kabupaten Blora (Jawa Tengah).

Kabupaten Bojonegoro

Kabupaten

Transkripsi bahasa daerah • Hanacarakaꦧꦺꦴꦗꦤꦒꦫ • Pegonبَوجاناڬارا

Bengawan Solo di Bojonegoro

Lambang

Julukan: 

Kota Energi

Motto: 

Jêr kartå raharjå måwå karyå
(Jawa) Bekerja keraslah untuk mewujudkan daerah yang sejahtera

Peta

Kabupaten Bojonegoro

Peta

Tampilkan peta Jawa

Kabupaten Bojonegoro

Kabupaten Bojonegoro (Indonesia)

Tampilkan peta Indonesia

Koordinat: 7°09′S 111°53′E / 7.15°S 111.88°E / -7.15; 111.88Negara
 IndonesiaProvinsiJawa TimurHari jadi20 Oktober 1677Ibu kotaKota BojonegoroJumlah satuan pemerintahan

Daftar

  • Kecamatan: 28
  • Kelurahan: 11
  • Desa: 419

Pemerintahan

 • BupatiAnna Mu'awanah • Wakil BupatiBudi Irawanto • Sekretaris DaerahNurul AzizahLuas

[1]

 • Total2.307,06 km2 (890,76 sq mi)Populasi

 (2022)[2]

 • Total1.343.895 • Kepadatan580/km2 (1,500/sq mi)Demografi

 • AgamaIslam 98,14%
Kristen 0,97%
- Protestan 0,57%
- Katolik 0,40%
Lainnya 0,50%
Hindu 0,20%
Budha 0,12%
Konghucu 0,07%[3][4] • IPM
69,04 (2020)
Sedang[5]Zona waktuUTC+07:00 (WIB)Kode pos

62111-62195

Kode area telepon0353Pelat kendaraanS – A**/B*/C*/D*Kode Kemendagri35.22
DAURp 986.465.055.000,- (2020)[6]Flora resmiGayamFauna resmiMerak hijauSitus webwww.bojonegorokab.go.id

Sebagai gerbang masuk utama Jawa Timur dari arah barat, wilayah barat Bojonegoro (perbatasan dengan Jawa Tengah) merupakan bagian dari Blok Cepu, salah satu sumber deposit minyak bumi utama di Indonesia. Per sensus penduduk 2020, penduduk Kabupaten Bojonegoro berjumlah 1.339.100 jiwa dengan kepadatan 580 jiwa/km2.[2]

Masa kehidupan sejarah Indonesia Kuno ditandai oleh pengaruh kuat kebudayaan Hindu yang datang dari India sejak Abad I. Hingga abad ke-16, Bojonegoro termasuk wilayah kekuasaan Majapahit. Seiring dengan berdirinya Kesultanan Demak pada abad ke-16, Bojonegoro menjadi wilayah Kesultanan Demak. Dengan berkembangnya budaya baru yaitu Islam, pengaruh budaya Hindu terdesak dan terjadilah pergeseran nilai dan tata masyarakat dari nilai lama Hindu ke nilai baru Islam dengan disertai perang dalam upaya merebut kekuasaan Majapahit (wilwatikta). Peralihan kekuasaan yang disertai pergolakan membawa Bojonegoro masuk dalam wilayah Kesultanan Pajang (1586), dan kemudian Kesultanan Mataram (1587).

Pada tanggal 20 Oktober 1677, status Jipang yang sebelumnya adalah kadipaten diubah menjadi kabupaten dengan Wedana Bupati Mancanegara Wetan, Mas Tumapel yang juga merangkap sebagai Bupati I yang berkedudukan di Jipang. Tanggal ini hingga sekarang diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Bojonegoro. Tahun 1725, ketika Sunan Pakubuwono II (Kasunanan Surakarta) naik takhta, pusat pemerintahan Kabupaten Jipang dipindahkan dari Jipang ke Rajekwesi, sekitar 10 km sebelah selatan kota Bojonegoro sekarang.

 

Moda transportasi berupa cikar di Bojonegoro pada masa lampau

 

Peta Bojonegoro dari tahun 1950

 

Kantor Pos Pusat

 

Monumen pahlawan di TMP Kota

 

Patung Lettu Soejitno di Alun-alun Bojonegoro

 

Kantor residen

 

Jembatan Kali Ketek di atas Bengawan Solo

 

Masjid Agung Bojonegoro, Sebelum direnovasi

 

Klenteng Hok Swie Bio Bojonegoro

Wilayah Kabupaten Bojonegoro secara geografis terletak pada posisi 112°25'–112°09' Bujur Timur dan 6°59'–7°37' Lintang Selatan. Kabupaten Bojonegoro dialiri sungai Bengawan Solo yang mengalir dari selatan, menjadi batas alam dengan Provinsi Jawa Tengah, kemudian mengalir ke arah timur, di sepanjang wilayah utara Kabupaten Bojonegoro. Bagian utara merupakan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo yang cukup subur dengan pertanian yang ekstensif. Kawasan pertanian umumnya ditanami padi pada musim penghujan, dan tembakau pada musim kemarau. Bagian selatan adalah pegunungan kapur, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian barat laut (berbatasan dengan Jawa Tengah) adalah bagian dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara.[7] Kota Bojonegoro terletak di jalur Surabaya-Cepu-Semarang. Kota ini juga dilintasi jalur kereta api jalur Surabaya-Semarang-Jakarta.

Batas wilayah

Batas-batas wilayah Kabupaten Bojonegoro adalah sebagai berikut:

Utara Kabupaten Tuban
Timur Kabupaten Lamongan
Selatan Kabupaten Ngawi,dan Kabupaten Nganjuk
Barat Kabupaten Blora, Jawa Tengah

Topografi

Keadaan topografi Kabupaten Bojonegoro didominasi oleh keadaan tanah yang berbukit yang berada di sebelah selatan (Pegunungan Kapur Selatan) dan sebelah utara (Pegunungan Kapur Utara) yang mengapit dataran rendah yang berada di sepanjang aliran Bengawan Solo yang merupakan daerah pertanian yang subur. Wilayah Kabupaten Bojonegoro didominasi oleh lahan dengan kemiringan yang relatif datar. Sebanyak 91,26% wilayah Kabupaten Bojonegoro memiliki kemiringan antara 0-15%. Permukaan tanah di Kabupaten Bojonegoro rata-rata berada pada ketinggian dari permukaan laut yang relatif rendah, yaitu berada pada ketinggian antara 25–500 meter di atas permukaan laut.[7]

Geologi

Jenis tanah di Kabupaten Bojonegoro terdiri dari Alluvial, Grumosol, Litosol dan Medeteran. Jenis tanah yang paling banyak dijumpai di wilayah ini adalah jenis tanah Grumusol dengan persentase 38,55% dari keseluruhan wilayah Kabupaten Bojonegoro, kemudian diikuti oleh jenis tanah Litosol sebesar 22,05% dari luas wilayah Bojonegoro, lalu diikuti oleh jenis tanah Alluvial sebesar 20,09% dan jenis tanah Medeteren sebesar 19,31%.[7]

Iklim

Kabupaten Bojonegoro beriklim tropis basah dan kering (Aw) yang mempunyai dua musim yang dipengaruhi oleh angin muson, yaitu musim penghujan yang dipengaruhi oleh angin muson barat daya–barat laut yang bersifat basah dan lembap dan musim kemarau yang dipengaruhi oleh angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin. Musim kemarau berlangsung pada bulan Mei–Oktober dengan rata-rata curah hujan di bawah 120 mm per bulan dengan bulan terkering yaitu bulan Agustus. Sementara itu, musim penghujan berlangsung antara bulan November–April dengan rata-rata curah hujan lebih dari 150 mm per bulan dengan bulan terbasah yaitu bulan Januari. Suhu udara rata-rata di wilayah Bojonegoro berkisar antara 21°–33 °C. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah Bojonegoro adalah ±77%.

Data iklim Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Indonesia Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun Rata-rata tertinggi °C (°F) Rata-rata harian °C (°F) Rata-rata terendah °C (°F) Presipitasi mm (inci) Rata-rata hari hujan % kelembapan Rata-rata sinar matahari bulanan
30.4
(86.7)
30.2
(86.4)
30.9
(87.6)
31.2
(88.2)
31.1
(88)
31.5
(88.7)
32.3
(90.1)
33.3
(91.9)
34.5
(94.1)
34.8
(94.6)
33.5
(92.3)
31.9
(89.4)
32.13
(89.83)
26.6
(79.9)
26.5
(79.7)
26.8
(80.2)
27.1
(80.8)
27.2
(81)
26.6
(79.9)
26.4
(79.5)
27.4
(81.3)
28.2
(82.8)
28.6
(83.5)
27.9
(82.2)
27.1
(80.8)
27.2
(80.97)
23.7
(74.7)
23.6
(74.5)
23.6
(74.5)
23.7
(74.7)
23.2
(73.8)
22.6
(72.7)
22.1
(71.8)
22.2
(72)
23.1
(73.6)
24.1
(75.4)
24.3
(75.7)
23.9
(75)
23.34
(74.03)
281
(11.06)
273
(10.75)
269
(10.59)
204
(8.03)
94
(3.7)
52
(2.05)
27
(1.06)
17
(0.67)
32
(1.26)
103
(4.06)
224
(8.82)
274
(10.79)
1.850
(72,84)
21 19 18 15 7 5 3 1 4 8 16 20 137
84 83 82 81 80 77 73 68 70 71 74 81 77
176 160 193 214 246 247 287 301 286 280 233 190 2.813
Sumber #1: Climate-Data.org[8]
Sumber #2: BMKG[9] & Weatherbase[10]

Artikel utama: Daftar Bupati Bojonegoro

No Bupati Mulai menjabat Akhir menjabat Prd. Ket. Wakil Bupati Selama Periode Hindia Belanda (1918–1942) Selama Periode Penjajahan Jepang (1942–1945) Periode Republik Indonesia (1945–)
1 Pangeran Mas Toemapel 1677 1705 1
2 Ki Wirosentiko
R. Tumenggung Surowidjojo
1705 1718 2
3 Ki Songko
R. Tumenggung Hario Matahun I
1718 1741 3
4 R. Tumenggung Hario Matahun II 1941 1943 4
5 R. Tumenggung Hario Matahun III 1743 1755 5
6 R. Ronggo Prawirodirjo I 1755 1756 6
7 R. Purwodidjojo 1756 1760 7
8 R. M. Guntur Wirotedjo 1760 1800 8
9 R. Ronggo Djenggot 1800 1811 9
10 R. Prawirosentiko 1811 1816 10
11 R. Tumenggung Sumonegoro 1816 1821 11
12 R. Tumenggung Sosrodiningrat 1821 1823 12
13 R. Tumenggung Purwonegoro 1823 1825 13
14 R. Adipati Djojonegoro 1825 1827 14
15 R. Tumenggung Sosrodilogo 1827 1828 15
16 R. Adipati Djojonegoro 1828 1844 16
17 R. Adipati Tirtonoto I 1844 1878 17
18 R. M. Tumenggung Tirtonoto II 1878 1888 18
19 R. M. Sosrokusumo 1888 1890 19
20 R. Adipati Aryo Reksokusumo 1890 1916 20
21 R. Adipati Aryo Kusumoadinegoro 1916 1936 21
22 R. Dradjat 1936 1937 22
23 R. Tumenggung Achmad Surjodiningrat 1937 1943 23
24 R. Tumenggung Oetomo 1943 1945 24
25 R. Tumenggung Sudiman Hadiatmodjo 1945 1947 25
26 Mas Surowijono 1947 1949 26
27 R. Tumenggung Sukardi 1949 1950
28 R. Sundaru 1950 1951 28
29 Mas Kusno Suroatmodjo 1951 1955 29
30 R. Baruno Djojoadikusumo 1955 1959 30
31 R. Soejitno 1959 1960 31
32 R. Tamsi Tedjo Sasmito 1960 1968 32
33 Letkol Inf (Purn.)
Sandang
1968 1973 33
34 Kolonel Inf (Purn.)
Alim Sudarsono
1973 1978 34
35 Drs.
Soeyono
1978 1983 35
36 Drs.
Soedjito
1983 1988 36
37 Drs. H.
Imam Soepardi
1988 1993 37
1993 1998 38
38 Drs. H.
Atlan
1998 2003 39
39 Kolonel Inf (Purn.) H.
Mohammad Santoso
2003 2008 40 Talhah
40 Drs. H.
Suyoto
M.Si.
12 Maret 2008 12 Maret 2013 41 Letkol Inf (Purn.) Setyo Hartono
13 Maret 2013 13 Maret 2018 42 [11]
Dr.
Suprianto
13 Maret 2018 25 September 2018 [12][13]
41 Dr. Hj.
Anna Mu'awanah
24 September 2018 Petahana 43 [14] Budi Irawanto

Artikel utama: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bojonegoro

Komposisi anggota DPRD Kabupaten Bojonegoro selama 2 periode adalah sebagai berikut:[15]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode 2014-2019 2019-2024 Jumlah Anggota 50   50 Jumlah Partai 11   13
  PKB 6   10
  Gerindra 5   6
  PDI-P 5   5
  Golkar 7   5
  NasDem 2   3
  Garuda (baru) 1
  PKS 4   2
  Perindo (baru) 2
  PPP 5   4
  PAN 6   3
  Hanura 2   1
  Demokrat 7   6
  PKPI 1   2

Kecamatan

Artikel utama: Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Bojonegoro

Kabupaten Bojonegoro terdiri dari 28 kecamatan, 11 kelurahan dan 419 desa (dari total 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7.724 desa di Jawa Timur). Pada tahun 2020, jumlah penduduknya mencapai 1.339.100 jiwa dengan luas wilayah 2.307,06 km² dan kepadatan penduduk 580 jiwa/km².[16][17][18]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Bojonegoro, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri Kecamatan Jumlah
Kelurahan Jumlah
Desa Status Daftar
Desa/Kelurahan TOTAL 11 419
35.22.13 Balen 23 Desa

  • Balenrejo
  • Bulaklo
  • Bulu
  • Kabunan
  • Kedungbondo
  • Kedungdowo
  • Kemamang
  • Kenep
  • Lengkong
  • Margomulyo
  • Mayangkawis
  • Mulyoagung
  • Mulyorejo
  • Ngadiluhur
  • Penganten
  • Pilanggede
  • Pohbogo
  • Prambatan
  • Sarisejo
  • Sekaran
  • Sidobandung
  • Sobontoro
  • Swaloh

35.22.10 Baureno 25 Desa

  • Banjaran
  • Banjaranyar
  • Baureno
  • Blongsong
  • Bumiayu
  • Drajat
  • Gajah
  • Gunungsari
  • Kalisari
  • Karangdayu
  • Kauman
  • Kedungrejo
  • Lebaksari
  • Ngemplak
  • Pasinan
  • Pomahan
  • Pucangarum
  • Selorejo
  • Sembunglor
  • Sraturejo
  • Sumberagung
  • Sumuragung
  • Tanggungan
  • Tlogoagung
  • Trojalu

35.22.15 Bojonegoro 11 7 Desa

  • Campurejo
  • Kalirejo
  • Kauman
  • Mulyoagung
  • Pacul
  • Semanding
  • Sukorejo

Kelurahan

  • Banjarejo
  • Jetak
  • Kadipaten
  • Karang Pacar
  • Kepatihan
  • Klangon
  • Ledok Kulon
  • Ledok Wetan
  • Mojokampung
  • Ngrowo
  • Sumbang

35.22.05 Bubulan 5 Desa

  • Bubulan
  • Cancung
  • Clebung
  • Ngorogunung
  • Sumberbendo

35.22.06 Dander 16 Desa

  • Dander
  • Growok
  • Jatiblimbing
  • Karangsono
  • Kunci
  • Mojoranu
  • Ngablak
  • Ngraseh
  • Ngulanan
  • Ngumpakdalem
  • Ngunut
  • Sendangrejo
  • Sumberagung
  • Sumberarum
  • Sumbertlaseh
  • Sumodikaran

35.22.28 Gayam 12 Desa

  • Begadon
  • Beged
  • Bonorejo
  • Brabowan
  • Cengungklung
  • Gayam
  • Katur
  • Manukan
  • Mojodelik
  • Ngraho
  • Ringintunggal
  • Sudu

35.22.26 Gondang 7 Desa

  • Gondang
  • Jari
  • Krondonan
  • Pajeng
  • Pragelan
  • Sambongrejo
  • Senganten

35.22.16 Kalitidu 18 Desa

  • Brenggolo
  • Grebegan
  • Kalitidu
  • Leran
  • Mayanggeneng
  • Mayangrejo
  • Mlaten
  • Mojo
  • Mojosari
  • Ngringinrejo
  • Ngujo
  • Panjunan
  • Pilangsari
  • Pungpungan
  • Sukoharjo
  • Sumengko
  • Talok
  • Wotanngare

35.22.11 Kanor 25 Desa

  • Bakung
  • Bungur
  • Cangakan
  • Caruban
  • Gedongarum
  • Kabalan
  • Kanor
  • Kedungprimpen
  • Nglarangan
  • Palembon
  • Pesen
  • Pilang
  • Piyak
  • Prigi
  • Samberan
  • Sarangan
  • Sedeng
  • Semambung
  • Simbatan
  • Simorejo
  • Sroyo
  • Sumberwangi
  • Tambahrejo
  • Tejo
  • Temu

35.22.14 Kapas 21 Desa

  • Bakalan
  • Bangilan
  • Bendo
  • Bogo
  • Kalianyar
  • Kapas
  • Kedaton
  • Klampok
  • Kumpulrejo
  • Mojodeso
  • Ngampel
  • Padang Mentoyo
  • Plesungan
  • Sambiroto
  • Sembung
  • Semenpinggir
  • Sukowati
  • Tanjungharjo
  • Tapelan
  • Tikusan
  • Wedi

35.22.20 Kasiman 10 Desa

  • Batokan
  • Besah
  • Betet
  • Kasiman
  • Ngaglik
  • Sambeng
  • Sekaran
  • Sidomukti
  • Tambakmerak
  • Tembeling

35.22.25 Kadewan 5 Desa

  • Beji
  • Hargomulyo
  • Kawengan
  • Kadewan
  • Wonocolo

35.22.08 Kedungadem 23 Desa

  • Babad
  • Balongcabe
  • Dayukidul
  • Drokilo
  • Duwel
  • Geger
  • Jamberejo
  • Kedungadem
  • Kedungrejo
  • Kepohkidul
  • Kendung
  • Kesongo
  • Megale
  • Mlideg
  • Mojorejo
  • Ngrandu
  • Panjang
  • Pejok
  • Sidorejo
  • Sidomulyo
  • Tlogoagung
  • Tondomulo
  • Tumbrasanom

35.22.09 Kepohbaru 25 Desa

  • Balongdowo
  • Bayemgede
  • Betet
  • Brangkal
  • Bumirejo
  • Cengkir
  • Jipo
  • Karangan
  • Kepoh
  • Krangkong
  • Mojosari
  • Mudung
  • Nglumber
  • Ngranggonanyar
  • Pejok
  • Pohwates
  • Sidomukti
  • Sidonganti
  • Simorejo
  • Sugihwaras
  • Sumberagung
  • Sumbergede
  • Sumberoto
  • Turigede
  • Woro

35.22.22 Margomulyo 6 Desa

  • Geneng
  • Kalangan
  • Margomulyo
  • Meduri
  • Ngelo
  • Sumberejo

35.22.17 Malo 20 Desa

  • Banaran
  • Dukohlor
  • Kacangan
  • Kedungrejo
  • Kemiri
  • Ketileng
  • Kliteh
  • Petak
  • Malo
  • Ngujung
  • Rendeng
  • Semlaran
  • Sudah
  • Sukorejo
  • Sumberejo
  • Tambakromo
  • Tanggir
  • Tinawun
  • Trembes
  • Tulungagung

35.22.03 Ngambon 5 Desa

  • Bondol
  • Karangmangu
  • Ngambon
  • Nglamping
  • Sengon

35.22.04 Ngasem 17 Desa

  • Bandungrejo
  • Bareng
  • Butoh
  • Dukoh Kidul
  • Jampet
  • Jelu
  • Kolong
  • Mediyunan
  • Ngadiluwih
  • Ngantru
  • Ngasem
  • Sambong
  • Sendangharjo
  • Setren
  • Tengger
  • Trenggulunan
  • Wadang

35.22.01 Ngraho 16 Desa

  • Bancer
  • Blimbinggede
  • Jumok
  • Kalirejo
  • Klempun
  • Luwihaji
  • Mojorejo
  • Nganti
  • Ngraho
  • Pandan
  • Payaman
  • Sugihwaras
  • Sumberagung
  • Sumberarum
  • Tanggungan
  • Tapelan

35.22.19 Padangan 16 Desa

  • Banjarejo
  • Cendono
  • Dengok
  • Kebonagung
  • Kendung
  • Kuncan
  • Ngasiman
  • Ngeper
  • Ngradin
  • Nguken
  • Padangan
  • Prangi
  • Purworejo
  • Sidorejo
  • Sonorejo
  • Tebon

35.22.18 Purwosari 12 Desa

  • Donan
  • Gapluk
  • Kaliombo
  • Kuniran
  • Ngrejeng
  • Pelem
  • Pojok
  • Punggur
  • Purwosari
  • Sedahkidul
  • Tinumpuk
  • Tlatah

35.22.27 Sekar 6 Desa

  • Bareng
  • Bobol
  • Deling
  • Klino
  • Miyono
  • Sekar

35.22.07 Sugihwaras 17 Desa

  • Alasgung
  • Balongrejo
  • Bareng
  • Bulu
  • Drenges
  • Genjor
  • Glagahan
  • Glagahwangi
  • Jatitengah
  • Kedungdowo
  • Nglajang
  • Panemon
  • Panunggalan
  • Siwalan
  • Sugihwaras
  • Trate
  • Wedoro

35.22.24 Sukosewu 14 Desa

  • Duyungan
  • Jumput
  • Kalicilik
  • Klepek
  • Pacing
  • Purwoasri
  • Semawot
  • Semen Kidul
  • Sidodadi
  • Sidorejo
  • Sitiaji
  • Sukosewu
  • Sumberjo Kidul
  • Tegalkodo

35.22.12 Sumberejo 26 Desa

  • Banjarjo
  • Bogangin
  • Butoh
  • Deru
  • Jatigede
  • Karangdinoyo
  • Karangdowo
  • Kayulemah
  • Kedungrejo
  • Margoagung
  • Mejuwet
  • Mlinjeng
  • Ngampal
  • Pejambon
  • Pekuwon
  • Prayungan
  • Sambongrejo
  • Sendangagung
  • Sumberharjo
  • Sumberejo
  • Sumuragung
  • Talun
  • Teleng
  • Tlogohaji
  • Tulungrejo
  • Wotan

35.22.02 Tambakrejo 18 Desa

  • Bakalan
  • Dolokgede
  • Gading
  • Gamongan
  • Jatimulyo
  • Jawik
  • Kacangan
  • Kalisumber
  • Malingmati
  • Mulyorejo
  • Napis
  • Ngrancang
  • Pengkol
  • Sendangrejo
  • Sukorejo
  • Tambakrejo
  • Tanjung
  • Turi

35.22.21 Temayang 12 Desa

  • Bakulan
  • Belun
  • Buntalan
  • Jono
  • Kedungsari
  • Kedungsumber
  • Ngujung
  • Pancur
  • Pandantoyo
  • Papringan
  • Soko
  • Temayang

35.22.23 Trucuk 12 Desa

  • Banjarsari
  • Guyangan
  • Kandangan
  • Kanten
  • Mori
  • Padang
  • Pagerwesi
  • Sranak
  • Sumbangtimun
  • Sumberejo
  • Trucuk
  • Tulungrejo

Perencanaan Daerah

Pemkab Bojonegoro mempunyai beberapa rencana jangka panjang dan jangka pendek untuk membangun Kabupaten Bojonegoro, di antaranya:

  • Membangun Mega Proyek di antaranya Gedung Dinas Pendidikan, Jembatan Penghubung Padangan–Kasiman, Masjid Agung Darusalam, Alun-alun, dan Gedung Pemkab tujuh lantai, Hotel Griya Dharma Kusuma (GDK), Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Ngasem, dan Pembangunan Gedung Olah Raga (GOR).[19] Untuk Proyek Gor yang memakan anggaran sebesar Rp.28 Miliar ini dibangun diatas lahan seluas 2,3 hektare dan akan dilengkapi berbagai fasilitas. Dalam gedung seluas 3.500 meter persegi ini akan diisi dengan Lapangan Basket, Futsal, Bulu Tangkis dan Lapangan Voli. Nantinya, gedung ini juga bisa menampung 2.500 penonton. Fasilitas lainnya yang akan disediakan untuk melengkapi GOR antara lain ruang ganti, toilet dan ruang kantor untuk Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI) Cabang Bojonegoro.
  • Membangun Jalur lingkar luar (ring road) yang rencana akan dimulai dari Proliman, Kapas sampai Kalitidu, pembangunan ring road dimaksudkan untuk mengurangi kendaraan bertonase besar lewat dalam Kota Bojonegoro. Rencana pembangunan akan dimuai pada tahun 2016.[20]
  • Membangun Taman Kota Rajekwesi yang berada di selatan kota berada di Jalan Rajekwesi yang baru akan Beroperasi Tahun 2016.[21]
  • Merehap Wisata Wana Wisata Dander dan Membangun wisata air Waterboom.[22]
  • Merehab Alun-alun Bojonegoro.
  • Membangun wisata malam di Api Abadi Kayangan Api yang berada di Kecamatan Ngasem.[23]
  • Membangun Waduk Gongseng yang berada di Kecamatan Temayang, waduk gongseng memiliki daya tampung yang sama dengan air yang tertampung di Waduk Pacal saat ini yang mencapai 22 juta meter kubik.[24]

Dusun Jepang, salah satu dusun dari 9 dusun di Desa Margomulyo yang berada di kawasan hutan memiliki luas 74,733 hektare. Jarak sekitar 4,5 kilometer dari ibu kota Kecamatan Margomulyo, 69 kilometer arah barat-selatan atau kurang lebih dengan jarak tempuh antara 2-2,5 jam perjalanan dengan kendaraan dari ibu kota Bojonegoro dan 259 kilometer dari ibu kota Provinsi Jawa Timur (Surabaya).

Masyarakat Samin yang tinggal di dusun tersebut, adalah figur tokoh atau orang-orang tua yang gigih berjuang menentang Kolonial Belanda dengan gerakan yang dikenal dengan Gerakan Saminisme, yang dipimpin oleh Ki Samin Surosentiko. Dalam Komunitas Samin tidak ada istilah untuk membantu Pemerintah Belanda seperti menolak membayar pajak, tidak mau kerja sama, tidak mau menjual apalagi memberi hasil bumi kepada Pemerintah Belanda. Prinsip dalam memerangi Kolonial Belanda melalui penanaman ajaran Saminisme yang artinya sami-sami amin (bersama-sama) yang dicerminkan dan dilandasi oleh kekuatan, kejujuran, kebersamaan dan kesederhanaan.

Sikap perjuangann mereka dapat dilihat dari profil orang samin yakni gaya hidup yang tidak bergelimpangan harta, tidak menjadi antek Belanda, bekerja keras, berdoa, berpuasa dan berderma kepada sesama. Ungkapan-ungkapan yang sering diajarkan, antara lain: sikap lahir yang berjalan bersama batin diungkapkan yang berbunyi sabar, nrimo, rilo dan trokal (kerja keras), tidak mau merugikan orang lain diungkapkan dalam sikap sepi ing pamrih rame ing gawe dan selalu hati-hati dalam berbicara diungkapkan ojo waton ngomong, ning ngomong kang maton. Lokasi masyarakat Samin (dusun Jepang) memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi objek Wisata Minat Khusus atau Wisata Budaya Masyarakat Samin melalui pengembangan paket Wisata Homestay bersama masyarakat Samin. Hal yang menarik dalam paket ini ialah para wisatawan dapat menikmati suasana dan gaya hidup kekhasan masyarakat Samin. Untuk rintisan tersebut, kebijakan yang telah dilakukan adalah melalui penataan kampung dan penyediaan fasilitas sosial dasar.

Tari Tayub

Tayub merupakan tari pergaulan yang populer bagi masyarakat Bojonegoro dan sekitarnya. Tarian ini biasanya dilakukan oleh pria dengan diiringi gamelan dan tembang Jawa yang dilantunkan oleh waranggono yang syairnya sarat dengan petuah dan ajaran.

Pertunjukan tari ini banyak dipergunakan untuk meramaikan kegiatan hajatan yang banyak dilaksanakan oleh warga Bojonegoro ataupun kegiatan kebudayaan yang lain. Biasanya dalam mengadakan kegiatannya, tarian tayub ini sudah terkoordinasi dalam suatu kelompok tertentu dengan nama khas masing-masing.

Biasanya kelompok-kelompok tari tayub ini banyak terdapat di Kecamatan Temayang dan Bubulan yang terletak sekitar 30 km dari Kecamatan Kota Bojonegoro.

Wayang Thengul

Wayang Thengul adalah kesenian wayang khas Bojonegoro yang dalam bentuk 3 dimensi dengan diiringi gamelan pelog/slendro yang kemungkinan besar mendapat pengaruh dari alat musik Ponorogo.

Walaupun wayang thengul ini jarang dipertunjukkan lagi, tetapi keberadaannya tetap dilestarikan di Kabupaten Bojonegoro, khususnya di Kecamatan Kanor yang berasalkan dari kata KANORAGAN karena pada ssat itu warok ponorogo menunjukan kekuatan kanoragaanya di sela-sela pentas reog ponorogo dan wayang thengul, daerah ini yang berjarak ± 40 Km dari Kota Bojonegoro.

Perkembangan Wayang Thengul saat ini hingga keluar kota Bojonegoro, Seperti di Ponorogo yang dikenal dengan Wayang YES yang mendapatkan didikan secara langsung di Bojonegoro. Namun pada Wayang Yes memiliki perbedaan pada tokoh cerita, bahkan berkaloborasi dengan dangdut, jazz, bahkan reyog.

Sandur

Sandur merupakan seni pertunjukan berbentuk teater rakyat yang berkembang di Bojonegoro dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun 2018 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Pertunjukan sandur dibawakan oleh sekelompok orang yang memiliki tugas masing-masing, yakni anak wayang, germo, panjak ore, dan jaranan. Pertunjukan sandur di Bojonegoro diwakili oleh empat tokoh bernama Cawik, Pethak, Balong dan Tangsil.

Pertunjukan Sandur dimulai oleh Panjak Ore dengan membawakan tembang pembuka yang dipimpin oleh Germo. Panjak Oré, adegan dan acting dilakukan dengan menari dan diringi tembang-tembang oleh Panjak Oré sesuai dengan adegan yang dilakukan, dan ajaranan,penyajian pertunjukan sandur pakem identik dengan penyajiannya yang sederhana, memiliki nuansa ritual dan sakral yang dibangun oleh aroma bunga, dupa, kemenyan dan ditambah lagi dengan tari Jaranan yang dilakukan dengan proses ndadi. Atraksi Kalongking yang mendebarkan, atraksi ini dilakukan dengan berjumpalitan pada seutas tali atau tambang. Tali atau tambang tersebut dikaitkan pada ujung dua tiang bambu berukuran 5-10 meter. Kedua tiang dipasang di sisi timur dan barat arena pertunjukan dengan posisi berdiri atau menjulang. Atraksi ini (kalongking) merupakan pertanda berakhirnya pertunjukan Sandur.

Bojonegoro memiliki banyak tempat wisata meskipun belum terkelola secara maksimal. Akan tetapi hal ini tentu saja bisa menjadi daya tarik tersendiri. Berikut adalah beberapa di antaranya:

Wisata alam

  • Kayangan Api, di Sendangharjo
  • Waduk Pacal, di Kedungsumber
  • Wana Wisata Dander, di Dander
  • Bendungan Gerak Bojonegoro, di Ngringinrejo
  • Air Terjun Kedungmaor, di Temayang
  • Air Terjun Krondonan, di Gondang
  • Wisata Alam Negeri Atas Angin, di Sekar
  • Little Teksas Wonocolo, di Kedewan
  • Water Fun, di Ngunut Dander
  • Air Terjun Sujonopuro, di Sekar
  • Air Terjun Pucang, di Bubulan
  • Air Terjun Kedung Gupit, di Sekar

Wisata keluarga

  • Dander Waterpark, di Dander
  • Go Fun Theme Park, di Jalan Veteran

Wisata sejarah

  • Masjid Al Birru Pertiwi, di Dander
  • Masjid Agung Bojonegoro, di Kauman
  • Museum Rajekwesi, di Jawik
  • Klenteng Hok Swie Bio, di Sekaran
  • Sumurboto, di Dadapan, Sumberagung, Ngraho

Wisata religi

  • Makam Wali Kidangan, di Sukorejo
  • Makam Buyut Dalem, di Karang Pacar
  • Makam Mbah Malang Negoro, di Ngasinan
  • Makam Raden Adipati Haryo Matahun, diNgraseh

Wisata belanja

  • Swalayan Sultan Ratu Keraton, di Gajah
  • KDS Store Bojonegoro, di Sukorejo
  • Bravo Bojonegoro di Bojonegoro
  • Giant Supermarket Bojonegoro di Bojonegoro

Wisata taman kota

  • Taman Alun-alun Bojonegoro, di Kota Bojonegoro
  • Taman Rajekwesi, di Kota Bojonegoro
  • Taman Bengawan Solo, di Kota Bojonegoro
  • Taman Mlaten, di Kota Bojonegoro
  • Taman Kawasan Stadion H Soedirman, di Kota Bojonegoro
  • Taman Talun, di Sumberrejo

Produk unggulan (Potensi Bojonegoro)

  • Kerajinan mebel kayu jati

Produk unggulan ini telah lama dikenal dan berkualitas ekspor, karena Bojonegoro merupakan penghasil kayu jati berkualitas. Corak dan desain telah disesuaikan dengan situasi zaman, baik lemari, buffet, meja, kursi atau tempat tidur. Adapun daerah-daerah yang terkenal sebagai industri mebel yaitu di antaranya sukorejo dan temayang. apa yang membedakan mebel bojonegoro dengan mebel yang lain, mebel bojonegoro dibuat dari kayu-kayu jati asli dan memiliki umur yang bisa di bilang sudah cukup tua, dengan menggukan kayu yang tua maka hasil mebelnya dan ukirannya akan sangat indah sehingga memberikan corak yang khas.

  • Kerajinan bubut-cukit

Bentuk souvenir kayu jati khas Bojonegoro yang tetap menonjolkan guratan kayu jati. Penggarapannya dilakukan secara teliti dan detail, tetapi tetap mempertimbangkan aspek estetika. Khususnya berupa miniatur mobil, sepeda motor, becak, kereta api, jam dinding atau guci, penghias interior.

  • Kerajinan limbah kayu

Kerajinan limbah kayu jati yang dibentuk menjadi karya seni dalam berbagai model sudah merambah pasar ekspor ke berbagai negara.

  • Kerajinan batu onix

Bojonegoro memiliki tambang batu onix yang melimpah sehingga berbagai produk kerajinan onix dapat dihasilkan dengan kualitas sangat memuaskan. Pusat kerajinan batu onix terdapat di Kecamatan Bubulan.

  • Ledre

Ledre adalah makanan khas Bojonegoro. Berbentuk gapit (seperti emping gulung) dengan aroma khas pisang raja yang manis. Sangat tepat untuk teman minum teh atau dan sajian tamu atau untuk oleh-oleh. Perbedaan ledre dengan gapit yaitu ledre lebih halus, lembut dan aroma pisangnya menyengat, sementara gapit agak kasar. selain dari pisang raja ledre juga bisa terbuat dari berbagai pisang misalnya pisang saba, pisang hijau, pisang susu,dll. tetapi yang khas di daerah bojonegoro atau lebih optimalnya dalam membuat ledre yaitu menggunakan pisang raja.

  • Rengginang Singkong

Rengginang singkong merupakan oleh-oleh yang bisa didapatkan di Bojonegoro. Jika rengginang pada umumnya berbahan dasar ketan, rengginang singkong berasal dari bahan dasar singkong yang diolah dan dijadikan rengginang. selain mengangkat nilai ekonomi dari singkong, rengginang singkong juga dikenal dengan rasanya yang renyah dan gurih. Sangat cocok untuk dijadikan oleh-oleh dan dinikmati sebagai camilan ketika berkumpul bersama keluarga. Rengginang singkong ini bisa didapatkan di desa Ngraseh, kecamatan Dander. Juga bisa didapatkan di toko oleh-oleh di Bojonegoro.

  • Salak Wedi

Salak Wedi rasanya manis, masir, renyah, segar dan besar. Dapat dijumpai di setiap pekarangan rumah penduduk di desa Wedi dan sekitarnya. Perbedaan Salak Wedi dengan salak lain, seperti Salak Pondoh, adalah kandungan air yang lebih banyak sehingga membuat Salak Wedi terasa lebih segar. Keberadaan Salak Wedi sudah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun silam, yang secara turun-temurun telah menjadi sumber pendapatan bagi warga Desa Wedi. Konon asal muasal bibit salak ini pertama kali dibawa oleh seorang Ulama' yang mengajarkan agama Islam di desa Wedi. Dari bibit tersebut terus berkembang hingga tidak hanya desa Wedi tetapi meliputi juga beberapa desa sekitar Wedi, yaitu Kalianyar dan Tanjungharjo.

  • Blimbing Ngringinrejo

Blimbing dengan berat 2–3 ons per buah dapat dijumpai di kebun buah desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro. Rasanya manis, segar dan harum, sangat tepat untuk hidangan penutup, rujak dan lain-lain.

  • Tembakau Virginia

Bojonegoro adalah penghasil tembakau virginia terbesar di Indonesia dan telah lama dikenal sebagai tembakau terbaik di dunia. Hijaunya tanaman tembakau hampir di seluruh wilayah Bojonegoro dapat dilihat antara bulan Mei–Oktober.

  • Pepaya Kalifornia Bakalan[24]

Daerah di Bojonegoro selain penghasil buah salak dan buah blimbing juga penghasil pepaya manis Kalifornia. Perkebunan pepaya ini berada di Desa Bakalan, Kecamatan Kapas, Bojonegoro.

  • KH. Mohammad Sholeh Talun (Pendiri & Pengasuh Ponpes Attanwir) Talun Sumberrejo Bojonegoro Yang merupakan Guru Besar dan panutan Para Tokoh–Tokoh Bojonegoro.
  • Kyai Haji Anwar Zahid, ulama dari desa Simorejo, Kanor, Bojonegoro yang menjadi pembicara sekaligus artis lokal dengan slogan lucunya "Qulhu ae Lek !"
  • Sandirono, pelawak dari Bojonegoro berkepala botak yang menjadi duet maut bersama seniman ludruk H. Kirun di setiap acara pentas seni di JTV
  • Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc, adalah Menteri Sekretaris Negara yang menjabat sejak 27 Oktober 2014. Sebelumnya ia merupakan rektor Universitas Gadjah Mada yang ke 14.[20]
  • Mayjen TNI Basofi Sudirman, adalah Gubernur Jawa Timur periode 1993-1998. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Kasdam Bukit Barisan (1986-1987) danWakil Gubernur Jakarta tahun 1987-1992.
  • Letjen TNI H. Sudirman Seorang pahlawan dari Bojonegoro yang namanya diabadikan menjadi nama Stadion sepak bola di Bojonegoro dan ayah dari mantan Gubernur Jawa Timur, Mayjen TNI Basofi Sudirman
  • DR.H.Akmal Boedianto SH., M.Si adalah Akademisi sekaligus Birokrat yang memulai karier nya di Bojonegoro, pada masa orde baru beliau merupakan Sekretaris DPD Golkar Bojonegoro, saat menjabat sebagai kepala pemdes Bojonegoro ia pernah membuat terobosan dengan merombak seluruh perangkat desa di bojonegoro yang berusia tua.
  • Marsekal TNI (Purn.) Sukardi, adalah Kepala Staf TNI Angkatan Udara pada 26 November 1982 hingga 11 April 1986.

Terdapat beberapa media lokal di Kabupaten Bojonegoro, diantaranya:

Media Televisi

Artikel utama: Daftar stasiun televisi di Jawa Timur

  • B-One TV Bojonegoro
  • JTV Bojonegoro

Media Radio

Nama Frekuensi
Radio Bass 96,6 FM
Radio Duta Swara 88,3 FM
Radio Graha 97,8 FM
Radio IBS 94,4 FM
Radio Istana 95 FM
Radio Lintas 89,9 FM
Radio Malowopati 95,8 FM
Radio Maxi 107,3 FM
Radio Menara Darus Salam 106,3 FM
Radio Nuansa 104,5 FM
Radio Pelangi 105,3 FM
Radio Permata 107,0 FM
Radio Prima 93 FM
Radio Prima Husada 107,8 FM
Radio Puspa Jaya 101,7 FM
Radio Suara madani 102,5 FM
Radio Kota 89,1 FM
Radio Swara Bojonegoro Indah 103,3 FM
Radio Voice of SMK 106,5 FM
Radio Mahkota 90,5 FM
Radio Hot FM 91,5 FM

  1. ^ "Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bojonegoro". //bojonegorokab.bps.go.id/. (14 April 2018). Diakses tanggal 10 Juni 2021.  Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan); Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  2. ^ a b "Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka 2021" (pdf). www.bojonegorokab.bps.go.id. hlm. 6, 33,. Diakses tanggal 13 April 2021. 
  3. ^ [//jatim.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=ZGFmNmFiZDQ5NjAyYzVhNDc3ODk1Yjk0&xzmn=aHR0cHM6Ly9qYXRpbS5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxNS8xMS8yMC9kYWY2YWJkNDk2MDJjNWE0Nzc4OTViOTQvamF3YS10aW11ci1kYWxhbS1hbmdrYS0yMDE1Lmh0bWw%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMS0wOS0wNyAyMTozNzowMA%3D%3D /peta/ "Visualisasi Data Kependuduakan - Kementerian Dalam Negeri 2020"] Periksa nilai |url= (bantuan). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 13 April 2021.  line feed character di |url= pada posisi 289 (bantuan)
  4. ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kabupaten Bojonegoro". www.spp2010.bps.go.id.  Tidak memiliki atau membutuhkan |url= (bantuan); Parameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)
  5. ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2019-2 020". www.bps.go.id. Diakses tanggal 13 April 2021. 
  6. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 13 April 2021.  Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)
  7. ^ a b c "Profil Bojonegoro" (PDF). 
  8. ^ "Bojonegoro, Jawa Timur, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 12 September 2020. 
  9. ^ "Buku Prakiraan Musim Kemarau 2022 – Normal Curah Hujan Kabupaten Bojonegoro Zona Musim 147, 148, 151, dan 152 periode 1991-2020" (PDF). BMKG. hlm. 65. Diakses tanggal 12 Juni 2022. 
  10. ^ "BOJONEGORO, INDONESIA". Weatherbase. Diakses tanggal 12 September 2020. 
  11. ^ Adhi, Adrianus (13 Maret 2013). Pramono, Heru, ed. "Bupati Dan Wakil Bupati Bojonegoro Dilantik Gubernur". Tribun News Surabaya. Diakses tanggal 13 Maret 2013. 
  12. ^ "Suprianto Jabat Pj Bupati Bojonegoro". Kumparan. 12 Maret 2018. Diakses tanggal 12 Maret 2018. 
  13. ^ "Dr.Suprianto Dilantik sebagai Pj Bupati Bojonegoro". Situs Resmi Kabupaten Bojonegoro. 13 Maret 2018. Diakses tanggal 13 Maret 2018. 
  14. ^ Sudarsono, Muhammad (25 September 2018). Prastika, Dwi, ed. "Resmi Dilantik, Anna Muawanah Jadi Bupati Perempuan Pertama di Kabupaten Bojonegoro". Tribun News Jatim. Diakses tanggal 25 September 2018. 
  15. ^ Berikut Ini Anggota DPRD Kabupaten Bojonegoro Terpilih dalam Pemilu 2019
  16. ^ "Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka 2021" (pdf). www.bojonegorokab.bps.go.id. hlm. 6, 33,. Diakses tanggal 13 April 2021. 
  17. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  18. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  19. ^ "Pembangunan GOR Bojonegoro Segera Rampung" website kanalbojonegoro.com
  20. ^ a b "Profil Pratikno" Diarsipkan 2016-08-09 di Wayback Machine. website ugm.ac.id
  21. ^ "Taman Kota Rajekwesi" website blogbojonegoro.com
  22. ^ "Anggaran Pembangunan Waterboom di Dander Rp. 7 Miliyar" website blogbojonegoro.com
  23. ^ "Anggaran Perbaikan Wisata di Bojonegoro" website blogbojonegoro.com
  24. ^ a b " Pepaya Kalifornia" website blokbojonegoro.com

  • (Indonesia) Situs resmi

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabupaten_Bojonegoro&oldid=21405238"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA