Bagaimana posisi Matahari pada tanggal berikut 21 Maret



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia sudah mengalami fenomena hari tanpa bayangan sejak Minggu (8/9). Peristiwa ini akan berlangsung hingga Oktober mendatang. Nah, hari tanpa bayangan atau kulminasi atau transit atau istiwa' merupakan fenomena ketika Matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi Matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai Kulminasi Utama. Pada saat itu, Matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat "menghilang", karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Baca Juga: Hampir seluruh wilayah DKI Jakarta cerah berawan sepanjang Senin (9/9) Penyebab hari tanpa bayangan Dilansir situs resmi BMKG, hari tanpa bayangan muncul karena bidang ekuator bumi atau bidang rotasi bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika atau bidang revolusi bumi. Sehingga posisi Matahari dari Bumi akan terlihat berubah terus sepanjang tahun antara 23,5 LU sampai 23,5 LS, hal ini disebut sebagai gerak semu harian Matahari. "Di tahun ini, Matahari tepat berada di khatulistiwa pada 21Maret 2019 pukul 05.00 WIB dan 23 September 2019 pukul 14.51 WIB," tulis BMKG. Sementara pada 21 Juni 2019 pukul 22.55 WIB, Matahari berada di titik balik Utara (23,5 LU) dan pada 22 Desember 2018 pukul 11.21 WIB, Matahari berada di titik balik Selatan (23,5 LS). Baca Juga: Mulai besok, ini daftar kota di Indonesia yang mengalami hari tanpa bayangan Waktu terjadinya hari tanpa bayangan di daerah Anda Mengingat posisi Indonesia berada di sekitar ekuator, kulminasi utama alias hari tanpa bayangan di wilayah Indonesia akan terjadi dua kali dalam setahun dan waktunya tidak jauh dari saat Matahari berada di khatulistiwa. Sebagai contoh untuk kota Pontianak yang tepat terbelah oleh garis khatulistiwa, kulminasi utamanya terjadi pada 21 Maret 2019 pukul 11:50 WIB dan pada 23 September 2019 pukul 11.35 WIB. Adapun untuk kota Jakarta, fenomena ini sudah terjadi pada 5 Maret 2019 lalu, yang kulminasi utamanya terjadi pada pukul 12.04 WIB, dan akan terjadi kembali pada 9 Oktober 2019, yang kulminasi utamanya terjadi pada pukul 11.40 WIB. Baca Juga: Bingung menghitung dana kuliah anak di masa depan, begini ini caranya Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Bagaimana posisi Matahari pada tanggal berikut 21 Maret

Thea Arnaiz Sabtu, 12 Maret 2022 | 17:30 WIB

Bagaimana posisi Matahari pada tanggal berikut 21 Maret

Gerakan semu tahunan Matahari dan dampaknya pada Bumi. (pexels)

Bobo.id - Gerakan semu tahunan Matahari adalah ketika Matahari terlihat seperti bergerak, naik ke utara dan turun ke selatan sepanjang tahun.

Gerakan ini disebabkan karena gerakan revolusi Bumi. Gerakan revolusi Bumi adalah gerakan Bumi yang mengitari Matahari dalam waktu satu tahun.

Oleh karena itulah, posisi Matahari seakan-akan berubah-ubah, terkadang ada di Bumi bagian utara dan terkadang ada di Bumi bagian selatan.

Hal ini karena, Bumi mengitari atau mengorbit Matahari tidak dalam posisi tegak lurus.

Melainkan, dengan posisi miring hingga mempunyai kemiringan sebesar, 23,5 derajat. Lalu, apakah Matahari pernah tepat ada di garis ekuator atau khatulistiwa?

Ternyata, Matahari jarang sekali berada tepat di garis khatulistiwa atau di tengah-tengah bagian Bumi.

Biasanya, Matahari tepat berada di garis khatulistiwa sekitar bulan September-Oktober dan membuat wilayah di sekitar garis khatulistiwa terasa lebih panas.

Pada bulan itulah, fenomena itu dinamakan sebagai Hari Tanpa Bayangan Matahari.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang gerak semu tahunan Matahari, teman-teman bisa menyimak pengertiannya seperti berikut ini.

Baca Juga: Sering Hujan dan Jarang Ada Sinar Matahari? Ini Trik Keringkan Pakaian Tanpa Bantuan Mesin


Page 2


Page 3

Bagaimana posisi Matahari pada tanggal berikut 21 Maret

pexels

Gerakan semu tahunan Matahari dan dampaknya pada Bumi.

Bobo.id - Gerakan semu tahunan Matahari adalah ketika Matahari terlihat seperti bergerak, naik ke utara dan turun ke selatan sepanjang tahun.

Gerakan ini disebabkan karena gerakan revolusi Bumi. Gerakan revolusi Bumi adalah gerakan Bumi yang mengitari Matahari dalam waktu satu tahun.

Oleh karena itulah, posisi Matahari seakan-akan berubah-ubah, terkadang ada di Bumi bagian utara dan terkadang ada di Bumi bagian selatan.

Hal ini karena, Bumi mengitari atau mengorbit Matahari tidak dalam posisi tegak lurus.

Melainkan, dengan posisi miring hingga mempunyai kemiringan sebesar, 23,5 derajat. Lalu, apakah Matahari pernah tepat ada di garis ekuator atau khatulistiwa?

Ternyata, Matahari jarang sekali berada tepat di garis khatulistiwa atau di tengah-tengah bagian Bumi.

Biasanya, Matahari tepat berada di garis khatulistiwa sekitar bulan September-Oktober dan membuat wilayah di sekitar garis khatulistiwa terasa lebih panas.

Pada bulan itulah, fenomena itu dinamakan sebagai Hari Tanpa Bayangan Matahari.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang gerak semu tahunan Matahari, teman-teman bisa menyimak pengertiannya seperti berikut ini.

Baca Juga: Sering Hujan dan Jarang Ada Sinar Matahari? Ini Trik Keringkan Pakaian Tanpa Bantuan Mesin

Revolusi Bumi adalah gerak Bumi pada orbitnya yang mengelilingi Matahari.  Peristiwa ini mengakibatkan beberapa peristiwa penting. Salah satunya, perbedaan musim antar negara.

Dalam Jurnal Ilmiah Multi Science, Vol. IX No.1 tahun 2017, menyebutkan bahwa Bumi berevolusi ke arah negatif (berlawanan arah jarum jam). Dengan demikian, jika kita berada di peraswat antariksa tepat di atas kutub utara, maka kita akan melihat Bumi mengitari Matahari dalam arah berlawanan jarum jam.

Dalam jurnal tersebut juga diterangkan ada dua peristiwa yang membuktikan gerak revolusi Bumi. Berikut penjelasannya.

1. Terjadi Paralaks Bintang

Paralaks bintang adalah pergeseran kedudukan bintang yang dekat ke Bumi terhadap latar belakang bintang yang lebih jauh. Kondisi tersebut disebabkan oleh pengamatan di Bumi mengubah kedudukannya.

2. Terjadinya Aberasi Cahaya Bintang

Aberasi cahaya bintang adalah perpindahan yang terlihat dalam arah cahaya datang dari sebuah bintang akibat gerak revolusi Bumi. Peristiwa aberasi ini bisa dianalogikan dengan aberasi tetes hujan yang menimpa kaca mobil.

Saat mobil diam, maka seseorang yang ada di dalam mobil akan melihat tetesan hujan jatuh tegak lurus mengenai kaca. Namun, saat mobil bergerak, tetesan air hujan nampak mirip.

Advertising

Advertising

Baca Juga

Revolusi Bumi mengakibatkan terjadinya beberapa peristiwa penting yang dialami makhluk hidup di muka Bumi. Mengutip dari Jurnal Ilmiah Multi Science, Vol. IX No.1 tahun 2017 dan “Modul 3 – Geografi”, berikut ini beberapa akibat adanya revolusi Bumi:

1. Gerak Semu Tahunan Matahari

Gerak semu tahunan Matahari adalah gerakan semu Matahari dari khatulistiwa bolak balik antara 23,5o lintang utara dan selatan setiap tahun. Hal ini dikarenakan, Matahari selalu berbalik arah setelah sampai lintang 23,5o, yang disebut dengan garis balik.

Garis 23,5o LU disebut garis balik utara (GBU) dan garis 23,5o LS disebut garis balik selatan (GBS). Garis lintang adalah garis yang sejajar dengan garis khatulistiwa.

Gerak semu tahunan Matahari membuat matahari seolah-olah berada di daerah khatulistiwa pada tanggal 21 Maret, kemudian begerak ke utara. Pada tanggal 22 Juni, Matahari seolah-olah bergerak kembali ke khatulistiwa.

Kemudian pada tanggal 23 September, Matahari yang berada di daerah khatulistiwa akan bergerak ke selatan. Saat sampai garis balik selatan pada 23 Desember, Matahari akan kembali ke khatulistiwa.

Baca Juga

Dampak revolusi Bumi lainnya ternyata bisa mengubah durasi siang dan malam. Ulasan lengkapnya, sebagai berikut:

Tanggal 21 Maret – 23 September

  • Kutub utara mendekati Matahari, sedangkan kutub selatan menjauhi Matahari.
  • Belahan Bumi utara mendapatkan sinar Matahari lebih banyak dibandingkan Bumi bagian selatan.
  • Panjang siang di Bumi bagian utara lebih lama dibandingkan Bumi selatan.
  • Terdapat daerah di sekitar kutub utara yang mengalami siang 24 jam dan ada wilayah di sekitar kutub selatan yang mendapatkan malam selama 24 jam.
  • Jika diamati dari khatulistiwa, Matahari tampak bergeser ke utara.
  • Kutub utara paling dekat dengan Matahari pada tanggal 21 Juni. Pada saat itu, pengamat di khatulistiwa melihat Matahari bergeser 23,5o ke utara.

Tanggal 23 September – 21 Maret

  • Kutub selatan lebih dekat dengan Matahari, sedangkan kutub utara menjauhi Matahari.
  • Belahan Bumi selatan mendapatkan sinar Matahari lebih banyak dibandingkan Bumi bagian utara.
  • Panjang siang di belahan Bumi selatan lebih lama dibandingkan Bumi bagian utara.
  • Ada daerah di kutub utara yang mengalami malam 24 jam dan ada daerah di kutub selatan mengalami siang selama 24 jam.
  • Jika diamati dari khatulistiwa, Matahari terlihat geser ke selatan.
  • Kutub selatan berada di posisi yang dekat dengan Matahari pada tanggal 22 Desember. Saat ini, pengamatan dari khatulistiwa melihat matahari bergeser 23,5o ke selatan.

Baca Juga

  • Kutub utara dan selatan memiliki jarak yang sama dengan matahari.
  • Belahan Bumi utara dan selatan mendapatkan sinar sama banyak.
  • Durasi siang dan malam di selutuh Bumi sama.
  • Di daerah khatulistiwa, Matahari tampak melintas tepat di atas kepala.

Akibat revolusi Bumi ternyata bisa mempengaruhi musim. Adapun pembagian pergantian musim, berdasarkan periode waktu dalam setahun sebagai berikut:

  • Tanggal 21 Maret – 21 Juni: belahan Bumi utara mengalami musim semi sedangkan Bumi bagian selatan mengalami musim gugur.
  • Tanggal 21 Juni – 23 September: Bumi bagian utara mengalami musim panas, sedangkan belahan Bumi selatan mengalami musim dingin.
  • Tanggal 23 September – 22 Desember: belahan Bumi utara mengalami musim gugur, sementara itu Bumi selatan mengalami musim semi.
  • Tanggal 22 Desember – 21 Maret: belahan Bumi utara mengalami musim dingin dan Bumi selatan mengalami musim panas.

Baca Juga

Revolusi Bumi akan mengakibatkan rasi bintang berbeda dari bulan ke bulan. Rasi bintang merupakan sekumpulan beberapa bintang yang membentuk pola tertentu.

Saat Bumi berada di sebelah timur Matahari, kita hanya bisa melihat bintang berada di sebelah timur Matahari. Saat Bumi ada di sebelah utara Matahari, kita hanya bisa melihat bintang berada di sebelah utara Matahari. Maka dari itu, bintang-bintang yang terlihat dari bumi akan selalu berubah.