Bagaimana kondisi industri pariwisata indonesia saat ini

MUNCULNYA pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh daerah di dunia menimbulkan berbagai dampak dan perubahan yang signifikan pada semua sektor dan bidang kehidupan. Mulai dari sektor kesehatan, sektor ekonomi, sektor industri, sektor sosial, sektor pendidikan, hingga sektor pariwisata dan berbagai sektor kehidupan lainnya pun juga terkena imbas atau dampaknya.

Berbagai sektor kehidupan tersebut mengalami penurunan atau degradasi. Sehingga berdampak pada kegiatan sehari-hari masyarakat. Salah satu sektor kehidupan yang juga dihantam dan tak kalah parahnya terkena imbas dari pandemi ini yaitu sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor penting yang memengaruhi perkembangan sosial ekonomi negara. Sebab, sektor pariwisata juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan negara.

Lebih lanjut, sektor pariwisata juga menyumbang lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja masyarakat Indonesia. Namun, akibat munculnya pandemi ini, seluruh aktivitas di sektor pariwisata Indonesia pun juga ikut diluluhlantakkan bahkan beberapa di antaranya ada yang sampai mati suri.

Akibat pandemi Covid-19 ini, hampir seluruh destinasi wisata, fasilitas, akomodasi pariwisata dan hiburan di Indonesia ditutup. Adanya pembatasan sosial berskala besar yang diterapkan berdampak pada ditutupnya akses keluar-masuk Indonesia. Sehingga jumlah wisatawan mancanegara pun juga mengalami penurunan yang amat drastis.

Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Timur, pada tahun 2020, jumlah wisatawan mancanegara yang masuk melalui pintu Bandara Juanda Surabaya mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dari tahun 2019. Dari yang awalnya sebanyak 243.899 wisatawan mancanegara, turun menjadi 34.977 wisatawan saja. Dapat dikatakan bahwa angkat tersebut sangat memprihatinkan. Karena dari total tersebut hanya sekitar 14% dari jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia melalui bandara Juanda Surabaya pada tahun 2019.

Hal tersebut pun juga berakibat pada menurunnya pendapatan negara di sektor pariwisata melalui devisa wisatawan asing. Tidak sampai di situ, menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung juga berbuntut pada penurunan okupansi hotel-hotel di Indonesia. Menurut data BPS Jawa Timur, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Berbintang di Jawa Timur terus mengalami penurunan dari 2019 hingga Juni 2021 kemarin ini. Terhitung Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang di Jawa Timur rata-rata sebesar 55,42% pada tahun 2019 dan 35,30% pada tahun 2020.

Selain itu, dampak pandemi Covid-19 pada sektor pariwisata juga terlihat dari aspek ketenagakerjaan dan lapangan pekerjaan. Tenaga kerja di sektor pariwisata mengalami pengurangan jam kerja bahkan hingga tidak dapat bekerja sementara atau menganggur sementara. Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya kehilangan pekerjaan akibat pandemi ini. Karena jumlah mobilisasi wisatawan yang semakin berkurang dan pendapatan unit usaha pariwisata yang menyusut, pengelola unit usaha pariwisata perlu  mengurangi tenaga kerja dan dampak yang terburuk yang harus dihadapi adalah gulung  tikar. Banyak karyawan hotel yang dirumahkan, penjual oleh-oleh tidak mendapat penghasilan hingga bangku-bangku restoran yang sepi pengunjung. Hal ini tentu menghantam keras kehidupan masyarakat yang tinggal di daerah yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan atau mata pencaharian.

Baca Juga :  Timsus Polri Umumkan Hasil Pemeriksaan Putri Candrawathi Besok

Melihat bagaimana pandemi menumpas semua sektor kehidupan masyarakat, apalagi di sektor pariwisata ini, pemerintah tidak tinggal diam. Berbagai program, solusi dan upaya mulai digencarkan guna memulihkan kembali sektor pariwisata dan memperbaiki kondisi sosial ekonomi bangsa Indonesia. Pemerintah berupaya terus beradaptasi dan fleksibel terhadap perubahan yang terjadi di industri tourism atau pariwisata.

Salah satu program atau upaya yang digencar dilakukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yaitu dengan menerapkan program Indonesia Care guna memulihkan kondisi pariwisata Tanah Air. Seperti yang disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno bahwa Indonesia mengimplementasikan protokol kesehatan CHSE (Clanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability) di destinasi-destinasi wisata di Indonesia (dikutip dari kemenparekraf.go.id).

Selain program Indonesia Care, pemerintah juga memberikan bantuan berupa dana hibah pariwisata kepada para pelaku wisata dan ekonomi kreatif yang terdampak pandemi. Langkah itu agar mereka tetap dapat bertahan di masa krisis seperti ini.

Tidak sampai di situ, apabila dilihat dari perspektif lain, sebenarnya dapat dikatakan bahwa pandemi ini tidak hanya mengakibatkan efek kerugian. Namun, akibat pandemi Covid-19 juga dibarengi dengan munculnya tren pariwisata yang telah berubah. Contoh simpelnya, sebelum pandemi, masyarakat bebas melakukan liburan ke luar negeri. Namun, setelah pandemi akses keluar-masuk negara lain pun dibatasi. Sehingga banyak destinasi wisata domestik yang semakin mencuat dan peluang desa wisata daerah ikut berkembang.

Masyarakat yang merasa jenuh dan stres dengan kondisi dan keadaan yang terjadi saat pandemi ini memiliki dorongan atau keinginan untuk refreshing atau menyegarkan diri dengan berlibur di tempat wisata domestik daerah. Desa wisata domestik atau wisata daerah menjadi pilihan masyarakat untuk tetap dapat menikmati waktu luang dan berekreasi bersama keluarga karena tidak dapat bepergian ke luar negeri. Dengan tetap menerapkan ketatnya protokol kesehatan, masyarakat tetap bisa melakukan perjalanan dan menikmati destinasi wisata domestik yang ditawarkan daerah masing-masing.

Baca Juga :  Mendag Zulhas: Kita Ingin Pedagang dan Pembeli Bahagia

Hal tersebut juga sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Didien Junaedi, bahwa perjalanan wisata domestik atau dalam negeri menjadi pilihan dan andalan serta sudah menjadi tren wisata di kalangan masyarakat pada tahun 2021 (dikutip dari m.liputan6.com). Seiring dengan upaya-upaya lain yang dilakukan pemerintah guna memulihkan kembali sektor pariwisata, semakin banyak pula desa-desa wisata di sekitar yang juga dikembangkan dan menjadi tempat aman untuk berwisata karena tidak menimbulkan kerumunan dalam skala besar. Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga mendorong pengembangan dan promosi secara wajar untuk wisata domestik daerah.

Pesona desa wisata dari berbagai daerah yang sebelumnya belum terdengar, sekarang mulai dapat dikenali oleh masyarakat, menjelma menjadi wisata pilihan domestik yang menarik. ’’Kampung Majapahit Desa Bejijong’’ menjadi salah satu desa wisata yang namanya kian mencuat dikalangan masyarakat. Desa yang terletak di Kecamatan trowulan kabupaten Mojokerto ini menyabet prestasi juara ke-3 kategori CHSE (Clanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability) sebagai desa wisata terbaik se-Indonesia.

Desa ini terkenal dengan desa wisata sejarah dan dinobatkan sebagai desa wisata terbaik yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada acara Malam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Dengan dianugerahinya salah satu desa di Mojokerto ini sebagai desa wisata terbaik, menunjukkan bahwa unsur kelestarian dan kebersihan lingkungan dikawasan bersejarah itu tetap terjaga. Secara berkesinambungan, tentunya dengan dinobatkannya Desa Majapahit Bejijong sebagai destinasi wisata desa terbaik akan menjadi semangat baru bagi daerah Kabupaten Mojokerto dalam mengoptimalkan dan mengembangkan sektor wisata domestik meski pandemi virus corona ini belum berakhir.

Terkait menjaga tren wisata di situasi yang tidak pasti seperti saat ini dan mengingat pandemi masih berlangsung, hendaknya pemulihan dan pengembangan destinasi desa wisata domestik tidak hanya diupayakan oleh pemerintah saja. Namun, diharapkan seluruh pihak seperti masyarakat juga ikut bersinergi dan berkontribusi dalam upaya mengoptimalkan destinasi wisata domestik dengan tidak meninggalkan protokol kesehatan yang diterapkan.

Kunci agar sektor pariwisata negeri tetap dapat berjalan dan berkembang meskipun tengah diterpa pandemi Covid-19 ini adalah dengan tetap bersama-sama melakukan berbagai inovasi-inovasi baru yang sesuai dengan kondisi dan keadaan. Sinergitas antarpihak perlu didorong guna melahirkan solusi dan inovasi baru untuk dapat memanfaatkan kondisi di tengah pandemi agar tetap menguntungkan bagi sektor pariwisata. (*)

Bagaimana kondisi industri pariwisata Indonesia saat ini brainly?

Jawaban. Jawaban: industri pariwisata Indonesia cukup baik, terutama di daerah Bali karena daerah Bali merupakan daerah pariwisata terbaik di Indonesia.

Bagaimana kondisi pariwisata di masa pandemi ini?

Pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pandemi COVID-19. Dampak dari adanya pandemi COVID-19 di sektor pariwisata adalah adanya penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke indonesia. Selain itu, juga berdampak pada menurunnya pendapatan nasional yang berasal dari sektor pariwisata.

Apa yang menjadi kendala dalam perkembangan industri pariwisata di Indonesia?

Sedangkan beberapa masalah yang dihadapi sektor pariwisata di Indonesia: peraturan yang tumpang tindih, kurangnya kualitas SDM, kurangnya publikasi , belum baiknya infrastruktur, masih kurangnya investasi, kurang diperhatikannya aspek lingkungan hidup, dan kurangnya perhatian pada objek wisata religi.

Bagaimana dampak Covid

Dampak Covid-19 terhadap pariwisata terlihat pada penurunan kunjungan wisatawan luar negeri dan dalam negeri. Menurunnya sektor transportasi dan penyediaan akomodasi dan makan minum merupakan awal dari memburuknya kondisi ketenagakerjaan sektor pariwisata.