Apabila perusahaan menggunakan metode LIFO maka bahan baku yang dipakai adalah

Sebagai pebisnis Anda pasti akan berpikir apa yang harus dijual untuk memulai bisnis apakah seperti baju ataupun makanan. Namun hal tersebut juga harus dipikirkan bahwa penjualan tersebut berlangsung secara singkat atau jangka panjang. Sehingga adanya resiko bisnis juga tidak hanya melalui analisis bukti transaksi, tetapi juga bagaimana pebisnis menggunakan metode perhitungan dalam persediaan produknya.

Untuk itu, Anda yang sedang menjalankan bisnis perlu sekali mengetahui metode persediaan apa yang cocok dengan bisnis Anda. Di dalam ilmu akuntansi juga menjelaskan bahwa metode persediaan yang dimiliki dapat digunakan oleh pebisnis, seperti FIFO (First In First Out), LIFO (Last In First Out) dan Average (Rata-rata).

Pebisnis menggunakan metode persediaan yang tepat dengan tujuan barang yang dimiliki oleh perusahaan dapat di jual kembali. Bahkan metode tersebut dapat mempengaruhi nilai persediaan atau yang biasa disebut inventory valuation. Untuk itu artikel ini akan menyajikan apa pengertian dari 3 metode persediaan tersebut yang bisa Anda terapkan ke dalam bisnis Anda.

Pebisnis perlu menyesuaikan dengan kepentingan usaha dalam menggunakan metode persediaan. Umumnya jenis pencatatan yang digunakan adalah sistem perpetual atau periodik.

Apa Saja Metode Persediaan?

Ketika melakukan metode pencatatan persediaan, perusahaan tentunya memiliki sistem inventory. Untuk melakukan kebijakan metode persediaan pebisnis harus memiliki alasan metode apa yang akan diterapkan ke dalam bisnisnya yaitu sebagai berikut :

FIFO (First In First Out)

Metode FIFO adalah istilah dari first in first out yaitu artinya perhitungan persediaan masuk pertama keluar pertama, sehingga metode ini juga masuk pertama kali ke dalam gudang dan akan dijual pertama saat penjualan produk. Metode FIFO juga bisa disimpulkan sebagai metode penghitungan dan pencatatan persediaan yang simpel.

LIFO (Last In Firs Out)

Metode LIFO adalah istilah dari last in first out yaitu artinya perhitungan persediaan masuk terakhir keluar pertama, sehingga metode ini dipandang sebagai persediaan masuk terakhir ke dalam gudang dan akan dijual pertama kali saat penjualan produk.

Biasanya metode ini barang masuk tidak harus dijual terlebih dahulu, dan harus disimpan gudang persediaan, sebagai metode tersebut memiliki konsep perhitungan harga persediaan akhir dinilai dengan harga peroleh saat pertama kali masuk.

Average (Rata-rata)

Metode average adalah metode pencatatan persediaan rata-rata tertimbang. Dimana konsepnya perusahaan membagi biaya barang dengan jumlah unit barang yang tersedia, akibatnya persediaan produk terakhir dan beban pokok penjualan harus dikalkulasikan dalam bentuk rata-rata.

Dalam menyediakan stok produk memang menjadi salah satu fokus utama dalam bisnis bagi perusahaan dagang serta perusahaan jenis lainnya. Ketika kegiatan Anda dalam mengelola stok produk tidak dilakukan secara profesional, usaha yang Anda kembangkan saat ini bisa saja berakhir dengan kebangkrutan.

Oleh sebabnya, Anda membutuhkan sebuah jasa dalam mengontrol dan memantau stok barang secara otomatis yang bisa memudahkan seluruh pencatatan stok usahamu.

Untuk itu, cobalah untuk memanfaatkan layanan profesional kami dengan memakai jasa sewa ahli pembukuan untuk Anda. Walaupun tidak memiliki akuntan sekalipun, dengan menggunakan jasa pembukuan, juga dapat membantu perhitungan dan pelaporan pajak untuk membantu para pengusaha yang sibuk setiap harinya.

Tujuan Penggunaan 3 Metode Persediaan

Berikut ini merupakan alasan mengapa perusahaan mau menggunakan salah satu metode tersebut karena dapat mengukur nilai persediaan, pencatatan bahan baku, stock opname dan sebagainya yaitu dengan tujuan:

Tujuan Metode FIFO

Dengan penggunaan metode FIFO dapat tercatat sebagai biaya atau biaya pembelian produk yang harus disesuaik dengan jumlah laba dan hasil penjualan produk. Menggunakan metode ini bisa disesuaikan dengan kenaikan harga yang sesuai dengan harga terbaru, kemudian metode FIFO ini dapat menghasilkan lebih besar nilai persediaan barang dibandingkan dengan HPP atau harga pokok penjualan.

Seperti pengertian diatas, saat ketika menggunakan metode FIFO pebisnis dapat menjadikan produk yang lama atau yang pertama kali masuk akan dijual saat pertama kali. Sehingga keputusan yang tepat dalam menggunakan metode ini yaitu seperti perusahaan yang berbisnis produk kadaluarsa.

Tujuan Metode LIFO

Pada metode LIFO berdasarkan bahwa aliran biaya persediaan yang keluar berbanding terbalik dengan metode FIFO. Sebagai ciri dari metode ini merupakan harga beli yang akan dibebankan kepada operasi perusahaan terutama dalam periode inflasi. Oleh karena itu, akibatnya laba yang didapatkan lebih kecil, dan pajak yang terutang juga kecil dibandingkan metode persediaan lainnya.

Tujuan Metode Average

Ketika menggunakan metode ini, perusahaan akan menjual produk yang tersedia digudang tanpa harus memikirkan produk yang mana yang harus dijual diawal dan produk mana yang harus dijual terakhir. Karena perhitungan metode ini mengambil nilai harga rata-rata. Pada pengertiannya metode average ini berada ditengah-tengah metode persediaan FIFO dan LIFO, sehingga disebut dengan metode rata-rata.

Baca Juga : Apa itu Vendor Managed Inventory? Berikut Penjelasan Lengkapnya

Kelebihan Dan Kekurangan 3 Metode Persediaan

Sebagai pemilik bisnis tentunya tidak akan mengambil kesalahan atas resiko perhitungan yang digunakan, sehingga pentingnya kelebihan dan kekurangan merupakan suatu pertimbang dalam mengambil metode tersebut yaitu :

Metode FIFO     

Dengan menggunakan metode yang paling sering digunakan oleh pebisnis didalam metode penilaian persediaan, hal ini tentu ada kelebihan dan kekurangan yang menjadi pertimbangan Anda yaitu :

Metode LIFO      

Dalam penggunaan metode ini, perhitungan harga beli terakhir akan dibebankan ke operasi pada setiap periode kenaikan harga atau inflasi, maka laba yang diperoleh juga akan kecil dan pajak yang terutang dibayar menjadi lebih kecil. Berikut kelebihan dan kekurangan LIFO :

Metode LIFO ini adalah metode persediaan yang sebenarnya sudah tidak digunakan lagi oleh standar akuntansi yang ada. Hal ini di pertegas melalui pernyataan IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dalam arsipnya 28 Nov 2008 bahwa secara garis besar yang membedakan PSAK 14 (1994): Persediaan dengan PSAK 14 (Revisi 2008): Persediaan adalah pada metode persediaan yang digunakan pada PSAK 14 (Revisi 2008) menggunakan semua metode kecuali LIFO (Last In First Out), sedangkan pada PSAK 14 (1994) masih termasuk LIFO.

Metode Average

Untuk penggunaan metode ini seperti pengertian dan tujuannya bahwa perhitungan yang digunakan merupakan metode diantara perhitungan FIFO dan LIFO, sehingga kelebihan dan kekurangannya berada ditengah antara FIFO dan LIFO.

Munculnya suatu konsep atau metode-metode persediaan ini, maka proses pencatatan persediaan barang perusahaan menjadi lebih rapi, teratur dan dapat mencegah kerugian. Namun metode ini juga bisa dijadikan sebagai opsinya di laporan neraca keuangan yang lebih mendetail dan menyeluruh.

Setelah mendapatkan keputusan metode yang akan dipakai maka mencatat persediaan sudah bisa dilakukan secara rapih, namun tentu jika Anda melakukan manual akan lebih merepotkan apalagi dengan kondisi jumlah barang Anda yang beragam. Sebaiknya gunakanlah Harmony sebagai bantuan Anda yaitu software akuntansi dimana Anda hanya perlu memilih metode persediaan yang cocok lalu segala perhitungannya akan otomatis dilakukan oleh sistem.

Harmony juga memiliki fitur pengelolaan stok yang lengkap seperti pencatatan bahan baku, fitur simple manufacturing, bantuan untuk stock opname dan fitur lainnya. Tertarik menggunakan Harmony software? Anda bisa mencobanya secara gratis selama 30 hari.

Dalam mengenal Harmony lebih lanjut, kunjungi halaman sosial media harmony agar Anda tidak ketinggalan berita terbaru seputar keuangan, bisnis dan lainnya. Jangan lupa untuk mengklik sukai dan ikuti updatenya melalui Facebook, Instagram, dan Linked In Harmony.

Oleh: Winarto, S.Pd. M.Pd.

Apabila perusahaan menggunakan metode LIFO maka bahan baku yang dipakai adalah

Bahan baku yang  telah terserap dalam suatu produk disebut dengan harga pokok bahan baku yang dipakai.  Unsur harga pokok bahan baku meliputi persedian bahan baku dan  pembelian bersih bahan baku. Sementara apabila dalam pembelian bahan baku timbul potongan maka potongan tersebut sebagai pengurang harga pokok bahan baku.

Untuk mengetahui harga pokok bahan baku yang dipakai dalam  proses produksi tergantung dari sistem pencatatan dan metode penilaian persediaan barang yang diterapkan oleh perusahaan. Terdapat dua sistem pencatatan yaitu sistem pencatatan secara periodik/phisik dan sistem pencatatan secara permanen/ perpetual.

Sistem Pencatatan secara Periodik.

Jika perusahan menggunakan sistem periodik/phisik (periodic inventory system), maka harga pokok bahan baku yang dipakai dapat diketahui setelah nilai persediaan akhir bahan baku diketahui. Untuk menentukan nilai persediaan tersebut dapat diterapkan metode penilaian : FIFO, LIFO atau metode rata-rata tertimbang.

Untuk menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi  dapat dihitung dengan rumus seperti berikut ini:

Persediaan bahan baku (awal periode)                                        Rp ..............

Pembelian Bahan Baku                          Rp ...........

Biaya Angkut Pembelian                        Rp ...........

                                                            Rp ...........

Retur dan pot. Harga                           ( Rp.............)

Pembelian bersih                                                                       Rp.................

Bahan baku siap diproses                                                         Rp ...............

Persediaan akhir bahan baku                                                     ( Rp ............... )

Harga Pokok Bahan Baku                                                          Rp................

Contoh:

Selama bulan Juli 2018 PT Mandiri Jaya memiliki data yang berkaitan dengan bahan baku untuk proses produksi dalam bulan tersebut sebagai berikut:

Persediaaan bahan awal periode Rp    200.000,-

Persediaan Bahan akhir periode                      350.000,-

Pembelian bahan                                        2.800.000,-

Biaya angkut bahan                                       150.000,-

Potongan pembelian                                       100.000,-

Retur Pembelian                                            300.000,-

Dari data tersebut hitunglah harga pokok bahan baku yang digunakan dalam proses produksi bulan Juli 2018!

Jawab :

Perhitungan Harga Pokok Bahan Baku :

Persediaaan bahan awal periode             Rp     200.000,-

Pembelian bahan                                               Rp  2.800.000,-

Biaya angkut bahan                                                    150.000,-

                                                                        Rp  2.950.000,-

Potongan pembelian                                             (    100.000,-)

Retur Pembelian                                                  (    300.000,-)

Total Pembelian Bersih                                      Rp  2.550.000,-

Persediaan Bahan akhir periode                              (   350.000,-)

Harga Pokok Bahan Baku Yang Dipakai  Rp  2.200.000,-

Pencatatan dalam jurnal.

Jurnal yang diperlukan untuk mencatat yang berhubungan dengan bahan baku adalah sebagai berikut:

TGL

PERKIRAAN

REF

DEBET

KREDIT

Pembelian

         Hutang Dagang / kas

(pembelian Bahan Baku )

Rp   .................

-

-

Rp   ................

Biaya Angkut Pembelian

         Hutang Dagang / kas

(Pembayaran biaya angkut )

Rp   .................

-

-

Rp   ................

Hutang Dagang/Kas

         Retur Pembelian

         Potongan Pembelian

(Penerimaan Potongan dan retur)

Rp   .................

-

-

Rp   ................

Rp   ................

Ikhtisar Produksi

Persd. BB (awal)

Pembelian

Biaya Angkut Pembelian

(Pembebanan pada produk)

Rp   .................

-

-

-

-

Rp   ................

Rp   ................

Rp   ................

Persd. BB (akhir)

Potongan Pembelian

Retur pembelian

          Ikhtisar Produksi

(Pembebanan pada Produk)

Rp   ................

Rp   ................

Rp   ................

-

-

-

Rp   ................

Untuk selanjutnya dari jurnal akan diposting ke dalam buku besar. Semua akun yang berkaitan dengan bahan baku akan diposting dalam buku besar yang disebut dengan buku besar Iktisar Produksi. Berikut ini Buku besar ikhtisar produksi yang merupakan pengumpulan biaya bahan baku selama dalam periode tertentu:

Ikhtisar Produksi

Persd. BB (awal)                  Rp ……………

Pembelian                                …………….

Biaya Angkut                                    ………

TOTAL                             Rp ……………..

Persd. BB (akhir)            Rp  ……………

Potongan  Pembelian                      …….

Retur Pembelian                             ………

Saldo (BB yg digunakan)      Rp ………..

TOTAL                           Rp …………….

Contoh soal :

PT Makmur Abadi memiliki data yang berkaitan dengan bahan baku, dalam bulan Mei 2018 sebagai berikut :

Mei  1

Persediaan  400 kg @ Rp 5.000,-

3

Pembelian 3.500 kg @ Rp 5.500,- syarat n/30

8

Pembelian 2.300 kg @ Rp 6.000,- tunai

15

Pembelian  800 kg @ Rp 5.300,- syarat n/30

31

Persediaan sebanyak  1.200 kg

Dari data tersebut di atas diminta :

a.     Jurnal yang diperlukan

b.    Harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi, jika perusahaan menggunakan metode penilaian FIFO.

Jawab :

Jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut :

TGL

PERKIRAAN

REF

DEBET

KREDIT

Mei   3

Pembelian

         Hutang Dagang

Rp   19.250.000

-

-

Rp   19.250.000

8

Pembelian

         Kas

Rp   13.800.000

-

-

Rp  13.800.000

15

Pembelian

         Hutang Dagang

Rp     4.240.000

-

-

Rp    4.240.000

31

Ikhtisar Produksi

         Persd. BB

(memindahkan so. Perd. Awal BB)

Rp   2.000.000,-

-

-

Rp  2.000.000,-

31

Ikhtisar Produksi

         Pembelian

(memindahkan pembelian BB)

Rp 37.290.000,-

-

-

Rp 37.290.000,-

Untuk mengetahui nilai persediaan bahan baku akhir dengan metode FIFO adalah sebagai berikut:

Jumlah persediaan akhir 1.200 kg dengan nilai sbb :

800 kg @ Rp 5.300,-           = Rp 4.240.000,-

400 kg @ Rp 6.000,-           = Rp 2.400.000,-

Total                                  = Rp 6.640.000,-

Jurnal yang harus dibuat :

TGL

PERKIRAAN

REF

DEBET

KREDIT

Mei 31

Persediaan Bahan baku

         Ikhtisar Produksi

Rp   6.640.000

-

-

Rp   6.640.000

Harga pokok bahan baku yang dipakai adalah sebagai berikut :

Persediaan bahan baku awal

Rp   2.000.000,-

Pembelian bahan baku

 37.290.000,-

Bahan baku siap diproses

Rp 39.290.000,-

Persediaan bahan baku akhir

6.640.000,-

Harga Pokok bahan Baku

Rp 32.650.000,-

Buku besar Ikhtisar Produksi akan tampak seperti berikut ini:

IKHTISAR PRODUKSI

Persediaan Bahan Baku (awal)

Rp    2.000.000,-

Persediaan Bahan Baku (akhir)

Rp     6.640.000,-

Pembellian Bahan baku

    37.290.000,-

Saldo ( HPP )

Rp   32.650.000,-

TOTAL

Rp 39.290.000,-

TOTAL

Rp  39.290.000,-

Sistem Pencatatan Perpetual/Permanen

Dalam sistem ini harga pokok bahan baku dapat diketahui setiap saat, karena mutasi bahan baku selalu dicatat dalam kartu persediaan. Niali persediaan bahan baku juga tergantung dari metode pencatatan yang digunakan. Terdapat tiga metode yang biasa digunakan dalam perusahaan, yakni FIFO, LIFO dan rata-rata tertimbang.

Jurnal yang perlu dibuat yang berkaitan dengan bahan baku adalah sebagai berikut :

TGL

PERKIRAAN

REF

DEBET

KREDIT

Persediaan bahan baku

         Hutang Dagang / kas

(pembelian Bahan Baku )

Rp   .................

-

-

Rp   ................

BDP BBB

         Persediaan bahan baku

(Pembebanan pada produk )

Rp   .................

-

-

Rp   ................

Persd. Prod. Jadi

         BDP-BBB

(Pengumpulan biaya Bahan Baku )

Rp   .................

-

-

Rp   ................

Persd. BDP

         BDP-BBB

(Pengumpulan biaya Bahan Baku )

Rp   .................

-

-

Rp   ................

Perhatikan contoh berikut ini :

PT Putra Jaya selama bulan Juli 2013 memiliki data mengenai bahan baku sebagai berikut :

Juli  1

Saldo

2.000 kg @ Rp 500,-

4

Pembelian

3.000 kg @ Rp 550,-

8

Pemakaian

4.000 kg

12

Pembelian

4.000 kg @ Rp 525,-

15

Pemakaian

3.000 kg

Apabila perusahaan menggunakan metode FIFO maka harga pokok bahan baku yang dipakai pada tanggal 8 Juli 2013 adalah :

2.000 kg @ Rp 500,-                  = Rp 1.000.000,-

2.000 kg @ Rp 550,-                  = Rp 1.100.000,-

Jumlah                                      = Rp 2.100.000,-

Jurnal yang dibuat :

TGL

PERKIRAAN

REF

DEBET

KREDIT

Mei 31

BDP- Biaya Bahan Baku

         Persediaan Bahan Baku

Rp   2.100.000

-

-

Rp   2.100.000

Harga pokok bahan baku yang dipakai pada tanggal 15 Juli 2013 :

1.000 kg @ Rp 550,-                  = Rp    550.000,-

2.000 kg @ Rp 525,-                  = Rp 1.050.000,-

Jumlah                                      = Rp 1.600.000,-

Jurnal yang dibuat :

TGL

PERKIRAAN

REF

DEBET

KREDIT

Mei 31

BDP- Biaya Bahan Baku

         Persediaan Bahan Baku

Rp   1.600.000

-

-

Rp   1.600.000

Untuk memudahkan perhitungan harga pokok bahan baku yang dipakai dan untuk kepentingan pengawasan terhadap persediaan bahan baku, untuk setiap jenis bahan baku disediakan kartu persediaan. Dalam kartu persediaan ini mutasi bahan baku selalu dicatat.

Perhatikan contoh berikut ini

Apabila perusahaan menggunakan metode LIFO maka bahan baku yang dipakai adalah

Semoga bermanfaat....!!!!

     Referensi:

           Bastian Bustami. Nurlela. Akuntansi Biaya. Teori dan Aplikasi. (2006) Penerbit : Graha Ilmu

           Mulyadi. Akuntansi Biaya.(2005). Penerbit: UPP STIM YKPN.