Apa yang disampaikan dalam pemberitaan Injil

“Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.” (Kisah Para Rasul 8:4)

Bacaan : Kisah Para Rasul 8:1b-4

Tema renungan SABDA Minggu ini adalah “Bagaikan Api Yang Membara” yang bertujuan mengajak kita memahami bahwa tugas memberitakan Kabar Baik (Injil) adalah tanggung jawab semua orang percaya. Setiap orang percaya harus memberitakan firman Tuhan tentang Yesus Kristus meski hal itu mendatangkan rasa sakit dan penderitaan yang hebat atas dirinya; berkomitmen menjadi abdi Tuhan sejati yang memenuhi penggilan Tuhan untuk menyuarakan kebenaran firman Tuhan meski berbenturan dengan banyak orang.

Berbicara tentang tugas pemberitaan Injil, sebenarnya menjadi tanggung jawab siapakah? Pendeta? Majelis? Misionaris? Pada umumnya, orang Kristen menganggap tugas pemberitaan Injil adalah tugas pemimpin Gereja. Namun menurut Alkitab, tugas pemberitaan Injil itu adalah tugas setiap orang percaya, yaitu kita semua.

Memang di Matius 28:16-20, perintah memberitakan Injil disampaikan Tuhan Yesus kepada kesebelas para murid-Nya sebelum Ia naik ke surga. Ia berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Di bagian ini jelas tertulis bahwa kepada para muridlah yang notabene disebut para rasul, perintah tersebut diberikan. Namun, hal itu bukan berarti para murid Tuhan Yesus lainnya berdiam diri saja.

Setiap murid Tuhan Yesus, selain para rasul juga bertanggung jawab untuk memberitakan Injil sebagaimana telah dilakukan jemaat mula-mula. Kita dapat melihatnya di Kisah Para Rasul 8:1b-4: “Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria … Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.” Perhatikan: siapakah yang dimaksud dengan “mereka”? Ayat 1b menyebutkan bahwa mereka adalah jemaat di Yerusalem, kecuali rasul-rasul. Merekalah yang disebutkan di ayat 4 menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil! Jadi, tanggung jawab siapakah tugas pemberitaan Injil itu? Tentu saja, tugas setiap orang percaya, yaitu kita semua. (Bo@)

“Percaya Tuhan Yesus = Patuh Semua Perintah-Nya”

Jawaban

Kata “gospel,” diterjemahkan dari bahasa Yunani, secara harafiah berarti “Kabar Baik.” Ini merupakan ungkapan dan penjelasan terbaik bagi istilah ini yaitu sebagai: pesan mengenai pengampunan dosa melalui karya penebusan Yesus Kristus. Hal ini pada dasarnya merupakan karya penyelamatan Allah bagi mereka yang percaya kepada Anak-Nya yang Tunggal dengan tujuan supaya manusia bisa diperdamaikan dengan Allah yang adil dan kudus. Isi penting dari pesan penyelamatan ini dengan jelas tertulis bagi kita di dalam Alkitab. Dalam surat pertama Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, dia menjabarkan isi Injil, “Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu – kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” (1 Kor 15:1-4). Dalam bagian ini, kita melihat adanya 3 unsur penting dari pesan Injil. Yang pertama, frasa “telah mati karena dosa-dosa kita” sangatlah penting. Roma 3:23 dengan tegas menyatakan, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Kenyataan bahwa kita berdosa perlu diakui oleh semua yang menghampiri takhta Allah supaya bisa dianugerahi keselamatan. Pendosa harus mengakui kerusakan totalnya terkait dosa-dosanya kepada Allah supaya bisa dianugerahi pengampunan, dan dia harus memahami bahwa “upah dosa ialah maut” (Rm 6:23). Tanpa kebenaran yang mendasar ini, pemberitaan Injil tidaklah sempurna. Kedua, pribadi dan karya Kristus merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari Injil. Yesus adalah Allah (Kol 2:9) dan juga manusia (Yoh 1:14). Yesus menjalani hidup tanpa dosa yang tidak akan pernah bisa kita jalani (1 Ptr 2:22) dan Dia adalah satu-satunya yang kematiannya menjadi penebusan bagi orang berdosa. Dosa terhadap Allah yang tak terbatas memerlukan pengorbanan yang tak terbatas juga. Oleh karena itu, manusia yang penuh keterbatasan harus membayar hukuman untuk waktu yang tak terbatas di neraka, atau Kristus yang harus membayar semuanya sekaligus. Yesus disalibkan untuk membayar hutang kita kepada Allah karena dosa-dosa kita. Siapapun yang telah dibayar dosanya, melalui pengorbanan-Nya, akan mewarisi kerajaan Allah sebagai anak-anak Allah (Yoh 1:12). Ketiga, kebangkitan Kristus adalah unsur yang penting dalam Injil. Kebangkitan merupakan bukti dari kuasa Allah. Hanya Dia yang menciptakan kehidupan yang dapat membangkitkannya kembali setelah kematian. Hanya Dia yang bisa mengalahkan kengerian itu, yaitu kematian itu sendiri. Hanya Dia yang bisa melepaskan sengat dan kemenangan maut (1Kor 15:54-55). Selanjutnya, tidak seperti agama-agama lain, Kekristenan didirikan oleh Pribadi yang sudah mengalahkan kematian. Ia juga telah menjanjikan kalau para pengikut-Nya akan mengalami hal yang sama. Sementara itu, semua agama lainnya didirikan oleh manusia yang akhirnya harus mengalami kematian. Kristus menganugerahkan keselamatan sebagai karunia yang cuma-cuma (Rm 3:24; 5:15; 6:23), yang hanya bisa diterima melalui iman, terlepas dari usaha atau kebaikan kita (Ef 2:8-9). Sebagaimana telah dikatakan oleh Rasul Paulus, Injil adalah “…kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani” (Rom 1:16). Penulis yang sama juga mengatakan, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan” (Rom 10:9).

Hal-hal yang dijelaskan di atas merupakan unsur penting dari Injil: bahwa semua umat manusia berdosa, kematian Kristus di atas kayu salib untuk membayar dosa-dosa tersebut, kebangkitan Kristus untuk memberikan hidup yang kekal bagi mereka yang percaya kepada-Nya, dan anugerah keselamatan yang cuma-cuma bagi semua orang. English

Manusia sering hanya memerhatikan kebutuhan yang kelihatan, seperti sandang, pangan, papan, dan pekerjaan. Namun, Allah memandang kebutuhan manusia yang tidak kelihatan secara jasmani, tetapi jauh lebih penting, yakni keselamatan (kehidupan kekal). Tidak berarti Allah tidak peduli dengan kebutuhan jasmani. Ia juga sangat peduli akan kebutuhan ini. Di bawah ini beberapa alasan kuat mengapa Injil keselamatan harus diberitakan kepada semua orang di seluruh dunia.

1. Merupakan Keinginan Allah Agar Semua Selamat

Ketika manusia ditipu Iblis dan jatuh ke dalam dosa di Taman Eden, Allah sudah memunyai rencana memulihkan manusia dengan mengatakan: "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu dan engkau meremukkan tumitnya" (Kejadian 3:15). Merupakan inisiatif Allah untuk memulihkan hubungan antara Allah sendiri dan manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa dengan cara mencari atau memanggilnya (Kejadian 3:9). Meskipun begitu, Allah tetap memakai manusia yang dipanggil dan dipilih-Nya untuk memberitakan Injil keselamatan kepada orang lain. Contohnya adalah saat Roh Kudus mengutus gereja di Antiokhia agar mengirim Barnabas dan Saulus yang dikhususkan oleh Roh Kudus sendiri sebagai utusan Injil (Kisah Para Rasul 13:2).

Tuhan Yesus juga terharu melihat orang-orang hidup seperti domba-domba yang tanpa gembala, sehingga Ia meminta agar murid-murid-Nya meminta kepada Tuan yang empunya tuaian, agar dikirim pekerja-pekerja untuk tuaian itu (Matius 9:38). Jelaslah bahwa Tuhan yang memunyai tuaian dan berinisiatif dalam penuaian, tetapi Ia pun memakai kita -- orang percaya, dan menaruh beban penginjilan itu di pundak kita.

2. Merupakan Beban dan Tanggung Jawab Orang Percaya

Allah akan membagikan tugas mulia tersebut hanya kepada anak-anak-Nya yang merasa terbeban dan bertanggung jawab terhadap keselamatan orang lain yang bersedia melakukan tugasnya sebagai pemberita Injil keselamatan. Penginjilan merupakan beban dan tanggung jawab orang percaya, sebab:

  1. Tugas penginjilan yang diberikan Tuhan adalah tugas amat mulia yang menggambarkan secara nyata kerja sama yang indah antara Allah dan pemberita-pemberita Injil.

  2. Sebagai manusia yang dahulu berdosa dan yang seharusnya binasa, tetapi sekarang sudah diselamatkan, sudah selayaknya kita rindu menyaksikan kehebatan Allah yang sanggup juga mengubah hidup orang lain. Kita pantas mengajak orang lain menikmati keselamatan yang sama.

  3. Menerima Yesus dan menjadi pengikut-Nya merupakan hak istimewa, tetapi hanya menikmati hak istimewa tanpa merasa bertanggung jawab terhadap keselamatan orang lain merupakan sikap mementingkan diri sendiri dan ini adalah tindakan berdosa.

  4. Allah akan memperlengkapi anak-anak-Nya yang memberitakan Injil keselamatan, seperti yang dikatakan Paulus dalam 1 Korintus 1:17, "Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis tetapi untuk memberitakan Injil, dan itu pun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia."

  5. Orang yang telah merasakan kasih Kristus dalam dirinya tidak dapat dicegah untuk senantiasa menyaksikan kebaikan Allah. Dalam Kisah Para Rasul 4:20 dikatakan, "Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar."

  6. Penginjilan merupakan implementasi dari melakukan seluruh Taurat yang terutama, yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, serta mengasihi sesama seperti diri sendiri (Markus 12:29).

3. Merupakan Kebutuhan Semua Orang Berdosa

Kebutuhan manusia yang utama adalah keselamatan kekal setelah kehidupannya di dunia berakhir. Kehidupan manusia di dunia akan sia-sia apabila pada akhirnya mereka binasa karena tidak menerima Kristus sebagai Juru Selamat. Keselamatan itu pasti hanya dalam pribadi Yesus, seperti yang ditunjukkan Alkitab.

  1. "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita diselamatkan." (Kisah Para Rasul 4:12)

  2. Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6)

  3. "Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis dalam kitab kehidupan itu ia dilemparkan ke dalam lautan api." (Wahyu 20:15)

  4. Selagi manusia hidup di dunia, ia harus mendengar bahwa hanya melalui Yesus mereka dapat selamat dan beroleh kehidupan kekal.

  5. Manusia jangan sampai menunda menerima Injil, karena tidak ada kesempatan kedua bagi manusia yang masuk ke dalam neraka, seperti kisah orang kaya dan Lazarus (Lukas 16:19-31).

  6. Penginjilan merupakan berita gabungan, antara keinginan Allah dan kebutuhan utama manusia, yaitu "keselamatan kekal".

  7. Perjalanan manusia berdosa menuju kebinasaan harus dihentikan dan dipindahkan arahnya menuju kehidupan kekal melalui pemberitaan Injil.

Metode dalam Penginjilan

Allah sanggup melaksanakan rencana-Nya melalui orang yang dipilih-Nya, yang mau melaksanakan perintah Tuhan Yesus, dan menggunakan Alkitab sebagai senjatanya, menjaga kehidupan doa secara teratur, memiliki beban terhadap keselamatan orang lain dan mau dikendalikan oleh Roh Kudus. Semuanya ini merupakan "metode" yang dipergunakan Allah melalui para penginjil (orang percaya) dalam menarik jiwa datang kepada Yesus.

Perlu dipahami bahwa yang membuat seseorang bertobat dan menerima Yesus adalah Allah saja, sedangkan manusia dipakai Tuhan hanya sebagai alat pemberita Injil keselamatan kepada manusia yang lain. Walaupun demikian, pemberita Injil perlu memilih dan menerapkan metode yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan budaya setempat dalam penginjilan. Metode penginjilan yang berhasil pada satu tempat, belum tentu berhasil bila diterapkan di tempat lain. Untuk itu perlu diadakan pengamatan tentang metode penginjilan yang paling sesuai dengan situasi dan tempat Injil akan diberitakan. Namun, metode yang diterapkan hanya akan berjalan dengan baik apabila diserahkan sepenuhnya di bawah tuntunan Roh Kudus. Secara garis besar, metode penginjilan dapat dibagi menjadi tiga, yakni:

1. Penginjilan Pribadi

Dilakukan oleh seorang pemberita Injil kepada seseorang secara pribadi. Tuhan Yesus banyak menggunakan waktunya untuk melakukan pemberitaan kabar keselamatan dengan menggunakan metode ini. Misalnya, kepada Nikodemus saat malam hari, kepada wanita Samaria di pinggir sumur, kepada Zakeus di rumahnya, dan kepada penjahat yang disalib di sebelah-Nya. Semuanya dilakukan Tuhan Yesus secara pribadi untuk memberikan kebutuhan terpenting manusia, yaitu:

  • Kepada Nikodemus disampaikan kebutuhannya tentang kelahiran baru sebagai syarat masuk surga (Yohanes 3:1-13).

  • Kepada wanita Samaria disampaikan kebutuhannya tentang Air Hidup yang tidak pernah habis, tetapi sampai pada kehidupan kekal (Yohanes 4:1-42).

  • Kepada penjahat yang disalib disampaikan kebutuhannya tentang pertemuannya dengan Tuhan Yesus di Firdaus, yaitu surga (Lukas 23:43).

Murid-murid Tuhan Yesus juga melakukan penginjilan secara pribadi, misalnya:

  • Andreas bertemu Mesias dan memberitakannya kepada Petrus (Yohanes 1:41).

  • Filipus bertemu Mesias dan memberitakannya kepada Natanael (Yohanes 1:45).

  • Filipus menginjili sida-sida Etiopia (Kisah Para Rasul 8:35).

  • Petrus menginjil kepada orang lumpuh di dekat gerbang bait Allah (Kisah Para Rasul 3:1-10).

Metode penginjilan pribadi tampaknya hanya memenangkan satu jiwa, tetapi jiwa baru tersebut akan terus memberikan pengaruh secara luas. Para penginjil besar di dunia tidak hanya menginjil dari mimbar, tetapi mereka menginjil kepada pekerja-pekerja yang dapat mem-"follow up" dan memengaruhi lebih banyak jiwa lagi bagi Kristus. Kesempatan yang sama diberikan kepada kita untuk menggunakan waktu seefektif mungkin dalam pemberitaan Injil.

2. Penginjilan Massal

Dilakukan oleh seorang pemberita Injil kepada banyak orang. Kita jangan salah menafsirkan bahwa penginjilan yang sukses tergantung banyaknya orang yang hadir atau mendengarkan, walaupun jumlah banyak dapat meningkatkan faktor kemungkinan lebih banyak yang menerima Yesus sebagai Juru Selamat. Yesus dan murid-murid-Nya pun sering melakukan penginjilan di tengah orang banyak:

  • Tuhan mengajar tentang Kerajaan Allah di hadapan ribuan orang.

  • Tuhan Yesus mengutus dua belas murid-Nya dan kemudian tujuh puluh murid untuk menginjil kepada banyak orang (Lukas 10:1-12).

  • Petrus melakukan penginjilan di hadapan lebih dari 3.000 orang (Kisah Para Rasul 1).

  • Petrus bahkan melakukannya di hadapan lebih dari 5.000 orang (Kisah Para Rasul 4).

Dikatakan bahwa tidak semua benih yang ditabur jatuh ke tanah yang subur. Ada yang jatuh di tempat yang tidak subur dan tidak berbuah (Matius 13), sehingga jumlah juga dapat menentukan dan berpengaruh terhadap hasil. Karena dari yang banyak, dapat diseleksi lagi hingga didapat pekerja-pekerja yang berkualitas untuk melakukan penginjilan yang lebih besar lagi.

3. Penginjilan Melalui Media Massa

Penginjilan pun dapat dilakukan melalui majalah, surat kabar, radio, televisi, internet, dan media massa lainnya. Banyak sekali kesaksian orang yang bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat melalui media massa. Metode seperti ini harus disertai dengan ilmu-ilmu lain, misalnya: ilmu jurnalistik untuk penginjilan melalui penulisan; ilmu komunikasi yang khusus dan sesuai untuk media massa; ilmu teknik yang menjadi media pembawa berita, dll.. Sebagus apa pun metode yang diterapkan, penginjilan tetap bergantung kepada kuasa Roh Kudus dan manusia yang menjalankan metode tersebut. Dengan kata lain, keberhasilan penerapan metode tersebut bergantung kepada manusia yang dipimpin Roh Kudus.

E.M. Bounds dalam bukunya "Power through Prayer's" mengatakan sebagai berikut: "Manusia mencari metode dalam penginjilan, tetapi Allah mencari manusia untuk melakukannya." Kita harus mengakui bahwa kemajuan teknologi dalam bidang informasi saat ini sangat pesat pertumbuhannya sehingga kita harus dapat memanfaatkannya dengan cara yang bijaksana. Sebab hal tersebut risikonya juga tinggi, sehingga sebelum digunakan sebagai metode penginjilan, hal ini perlu dipikirkan. Tuhan tetap mencari manusia dan bukan sekadar metode untuk melaksanakan kehendak-Nya di antara manusia di bumi. Kitab Yehezkiel 22:30 berkata: "Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau mempertahankan negeri itu di hadapan-Ku, supaya jangan Kumusnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya."

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : How to Share The Gospel: Kiat Menginjili dengan Sukses
Penulis : Pdt. Prof. Dr. Ir. Bambang Yudho, M.Sc.,M.A.,PH.D.
Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta 2007
Halaman : 26 -- 37

e-JEMMi 37/2009