Apa yang dimaksud dengan model kebijakan publik?

Menurut Lester dan Stewart dalam Eddi Wibowo, T. Saiful Bahri, dan Hessel Nogi Tangkilisan 2004:29 definisi kebijakan publik yaitu “proses atau serangkaian keputusan atau aktivitas pemerintah yang didisain untuk mengatasi masalah publik, apakah hal itu riil ataukah masih direncanakan imagined ”. Beberapa konsep pengertian diatas, kebijakan publik mempunyai karakteristik yang harus diformulasikan, diimplementasikan, dan dievaluasi oleh kewenangan otoritas lembaga tertentu sesuai dengan kewenangan yang dimiliki. Definisi dan pengertian kebijakan publik yang diuraikan para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan oleh penulis bahwa kebijakan publik adalah serangkaian keputusan oleh pemerintah baik dilakukan atau tidak dilakukan yang memuat prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah umum dengan memperhatikan input yang dinamis dari masyarakat, yang mempunyai karakteristik untuk diformulasikan, diimplikasikan, dan dievaluasi.

b. Model-Model Kebijakan Publik

Orang akan mudah belajar bila menggunakan model sebagai latihan untuk mempraktikkan sesuatu. Dengan mode l kita akan belajar secara sistematis dan konprehensip. Model adalah abstraksi dari realita. Menurut Mustopadidjaja dalam Sri Suwitri 2009:35, “merumuskan model sebagai penyederhanaan dari kenyataan persoalan yang dihadapi, diwujudkan dalam hubungan- hubungan kausal atau fungsional. Model dapat digambarkan dalam bentuk skematik model seperti flow chart dan arrow diagram, fisikal model seperti miniatur, game model seperti adegan latihan kepemimpinan, latihan manajemen, simbolik model seperti ekonometrika dan program komputer”. Model dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu model menurut hasil dan dampak serta model proses juga model stagist Sri Suwitri, 2009:35-67. Model- model tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Model menurut hasil dan dampak a. Model Rasional Model rasional adalah model dimana prosedur pembuatan keputusan yang akan membimbing pada pilihan alternatif dicari yang paling efesien dari pencapaian tujuan kebijakan. Teori-teori rasional berakar pada penerapan rasionalisme dan positifisme, bermula dari gagasan untuk mengembangkan secara objektif suatu pengetahuan untuk memperbaiki kondisi manusia. Berkaitan dengan model rasional ini, penyelesaian masalah dimasyarakat harus dipecahkan dengan cara yang ilmiah atau rasional dengan cara mengumpulkan seluruh informasi yang relevan dengan masalah dan cara pemecahan alternatif bagi mereka, kemudian memilih alternatif yang terbaik. Langkah- langkah pengambilan keputusan secara rasional adalah sebagai berikut: Gambar 1 Model Rasional INPUT Semua data dan sumber-sumber yang dinilai tepat yang diperlukan dalam proses perumusan kebijakan Menyiapkan berbagai alternatif kebijakan Menyusun inventarisasi nilai Penilaian dan penyusunan tujuan operasional Menyiapkan serangkaian kemungkinan terhadap biaya dan keuntungan-keuntun gan Sumber: Adopsi Islamy 1986:55 dalam Sri Suwitri 2009:37 b. Model Incremental Model incremental menggambarkan pembuatan keputusan kebijakan publik adalah sebagai suatu proses politis yang ditandai dengan tawar menawar dan kompromi untuk kepentingan para pembuat keputusan. Model incremental ini memandang bahwa keputusan yang dibuat adalah untuk pemecahan masalah untuk mencapai tujuan, yang dipilih melalui trial and error dari pada melalui evaluasi menyeluruh. Para pembuat keputusan ini hanya mempertimbangkan alternatif yang akan dipatuhi kelompok sasaran dan menghentikan pencarian alternatif lain ketika mereka mempercayai suatu alternatif yang dapat diterima sudah didapatkan. Model incremental yaitu sebagai berikut : Gambar 2 Model Incremental Sumber: Diadopsi Islami 2004:9.17 dalam Sri Suwitri 2009:40. c. Model Mixed Scaning Model mixed scaning merupakan perpaduan atau penggabungan antara model rasional dengan model incremental. Penggabungan kedua model tersebut dikembangkan oleh Amitai Etzoni. Penggabungan model rasional dan incremental diperagakan oleh Amitai Atzoni melalui dua 2 jenis Incremental policy Komitmen d engan policy yang dibuat sebelumnya 199 199 199 199 199 200 keputusan yang dibuatnya Islamy, 2004:9.25 dalam Sri Suwitri 2009:41 yaitu : 1 Keputusan fundamental atu contextualiting decisions Yaitu keputusan-keputusan yang disusun dari seleksi menyeluruh terhadap alternatif utama yang diambil pembuat kebijakan publik dalam rangka mencapai tujuan. 2 Keputusan incremental atau ibit decisions Yaitu keputusan-keputusan yang dibuat secara incremental atau perubahan sesedikit mungkin dari keputusan-keputusan fundamental yang telah dibuat sebelumnya. d Model Garbage can Model ini dikembangkan oleh March dan Olsen. Model ini menolak rasionalitas dan menerima irrasioanal yang mengusulkan alternatif kebijakan, menyeleksi, menilai, dan memilih alternatif kebijakan dalam pembuatan keputusan kebijakan publik dengan memfokuskan pada elemen-elemen irrasional sikap para pembuat kebijakan publik dan nilai- nilai yang ada pada masyarakat. Menurut March dan Olsen dalam Sri Suwitri, 2009:43, keputusan tercapai melalui hal- hal berikut : ”Berbagai masalah dan alternatif pemecahan masalah dibuang oleh partisipan ke dalam kaleng sampah. Di dalam suatu kaleng sampah terdapat berapa alternatif, tetapi ini juga tergantung pada sampah apa yang dihasilkan dari suatu kejadian atau maslah, pada campuran sampah kaleng yang tersedia, da n pada kecepatan yang dikoleksi sampah dibuang dari tempatnya”. 2 Model Proses a Model Institusional Model ini merupakan model tradisional dalam proses pembuatan kebijakan publik. Fokus model ini terletak pada struktur organisasi pemerintah. Ketiga lembaga pemerintah yaitu eksekutifl, legelatif, dan yudikatif merupakan aktor internal birokrasi pembuata n kebijakan publik. Sedangkan aktor eksternal birokrasi berfungsi memberikan pengaruh dalam batas kewenangannya masing- masing. Aktor eksternal itu adalah media masa, kelompok think-thank seperti lembaga swadya masyarakat, budayawan, kelompok agama, cendek iawan, mahasiswa, tokoh masyarakat, dan massa dan lain- lain. Model institusional dapat di gambarkan pada diagram berikut : Gambar 3 Model Intitusional KABINET Sumber:Diadopsi dari Islamy, 2004:8.3 dalam Sri Suwitri 2009:45. b Model Elit Massa Model ini menggambarkan pembuatan kebijakan publik dalam bentuk piramida dimana masyarakat berada pada tingkat paling bawah, elit pada ujung piramida dan aktor internal birokrasi pembuat kebijakan publik berada di tengah-tengah antara masyarakat dengan elit. Aktor KONSTITUSI LEGISLATIF EKSEK UTIF YUDIKATIF internal seharusnya menyeimbangkan antara kepentingan masyarakat dan elit dalam setiap kebijakannya, akan tetapi dalam model ini mereka bukan sebagai abdi rakyat tetapi lebih sebagai kepanjangan tangan kaum elit. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 4 Model Elit Massa Sumber: Islamy, 1986:41 dalam Sri Suwitri 2009:48 c Model Kelompok Model ini merupakan hasil keputusan kebijakan dari beberapa kelompok yang mempunyai kepentingan didalam memaksa aktor internal untuk membuat suatu kebijakan publik. Dimana dalam prosesnya melakukan tawar menawar bargaining, perjanjian negotiating, Elit Pejabat pemerintah Massa Arah kebijakan Pelaksana kebijakan dan kompromi cmpromising terhadap persaingan tuntutan dari kelompok-kelompok kepentingan lain yang berpengaruh. Gambaran model ini dapat dilihat pada diagram berikut: Gambar 5 Model Kelompok Sumber: Islamy, 1986:43 dalam Sri Suwitri 2009:50 3 Model Stagist Pelopor model stagist adalah Jones, Laswell, dan Brewer. Mereka merumuskan kebijakan publik sebagai proses yang melalui berbagai tahapan yang sudah pasti tata urutannya, yaitu melalui dengan perumusan masalah dan diakhiri dengan evaluasi kebijakan publik. Kekuatan dan keahlian politik Kekuatan dan keahlian politik Kelompok Kepentingan B Kelompok Kepentingan A Pembuat Kebijakan Dampak kebijakan yang cocok untuk kelompok A Dampak kebijakan yang cocok untuk kelompok B a Stagist Model Charles O. Jones Jones Sri Suwitri, 2009:56-58 mengemukakan ada sebelas tahapan dalam proses kebijakan publik yaitu: 1 Perceptiondefinition Mendefinisikan masalah adalah tahap awal dari kebijakan publik. Manusia menghadapi masalah karena kebutuhan needs yang tidak dapat dipenuhi. Negara bertugas membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam rangka welfare state. Mengakses kebutuhan tidaklah sederhana, dibutuhkan sikap responsif, kepekaan terhadap prakiraan-prakiraan kebutuhan masyarakat. Masalah masyarakat public problems sangatlah kompleks, pembuat kebijakan sering mengalami kesulitan membedakan masalah dan akibat dari masalah. 2 Aggregation Tahap mengumpulkan orang-orang yang mempunyai pikiran sama dengan pembuat kebijakan. Atau mempengaruhi orang-orang agar berpikiran sama terhadap suatu masalah. Dapat dilakukan melalui penulisan di media massa, penelitian atau orasi. 3 Organization Mengorganisasikan orang-orang yang berhasil dikumpulkan tersebut ke dalam wadah organisasi baik formal maupun informal. 4 Representation Mengajak kumpulan orang-orang yang berfikiran sama terhadap suatu masalah untuk mempengaruhi pembuat kebijakan agar masalah tersebut dapat diakses ke agenda setting. 5 Agenda Setting Terpilihnya suatu masalah ke dalam agenda pembuat kebijakan. 6 Formulation Tahap ini merupakan tahap yang paling kritis, masalah dapat diredefinisi dan memperoleh solusi yang tidak popular di masyarakat tetapi merupakan kepentingan kelompok mayor dari para pembuat kebijakan. Hal ini disebabkan interaksi para pembuat kebijakan baik sebagai individu, kelompok ataupun partai yang dilakukan melalui negosiasi, bargaining, responsivitas dan kompromi dalam memilih alternatif- alternatif. Formulasi juga membahas siapa yang melaksanakan dan bagaimana cara melaksanakan output kebijakan. 7 Legitimation Proses pengesahan dari alternatif yang terpilih public policy decision making. 8 Budgeting Penganggaran yang disediakan untuk implementasi kebijakan. Kadang terjadi kasuistis dimana anggaran disediakan di tahap awal sebelum perception,atau sesudah implementasi. Ketersediaan dana juga mempengaruhi penyusunan skala prioritas. 9 Implementation Kebijakan publik yang telah dilegitimasi siap dilaksanakan apabila dana telah tersedia, namun secara kasuistis kadang terjadi, kebijakan tetap harus dilaksanakan sedangkan dana belum dapat dicairkan. 10 Evaluation Menilai hasil implementasi kebijakan, setelah menentukan metode-metode evaluasi. Merupakan tahap dimana upaya dilakukan untuk menemukan faktor- faktor penghambat dan pendorong serta kelemahan dari isi dan konteks kebijakan itu sendiri. Evaluasi kebijakan membutuhkan bantuan proses monitoring. 11 AdjusmentTermination Tahap penyesuaian kebijakan publik untuk menentukan apakah perlu direvisi ataukah diakhiri karena kebijakan telah selesai atau mengalami gagal total. b Stagist Model Harold Laswell Laswell menyebut proses kebijakan publik sebagai policy cycle yang terdiri atas tujuh tahapan. Tahap-tahap policy cycle Harold Laswell Sri Suwitri,2009:58-59 adalah sebagai berikut: 1 Intelligence Tahap ini sebagai mendefinisikan masalah. Data- data dan informasi dari suatu masalah dikoleksi, proses dan dilakukan disseminasi. 2 Promotion Pada tahapan ini upaya-upaya dilakukan untuk mempengaruhi pembuat kebijakan agar masalah tersebut dapat diakses menjadi kebijakan publik. Upaya-upaya yang dilakukan menyerupai tahap-tahap dari Jones yaitu organization, representation dan agenda setting. 3 Prescription Merupakan tahap formulasi, masalah yang terpilih berusaha diselesaikan melalui pengusulan, seleksi dan penilaian alternatif. 4 Invocation Proses pengesahan atau persetujuan dari alternatif yang terpilih sehingga menjadi kebijakan publik disertai penyusunan sanksi bagi kelompok sasaran yang meianggar kebijakan tersebut. 5 Application Kebijakan publik yang telah dilegitimasi siap dilaksanakan apabila dana telah tersedia, namun secara kasuistis kadang terjadi, kebijakan tetap harus dilaksanakan sedangkan dana belum dapat dicairkan. 6 Termination Tahap penyesuaian kebijakan publik dengan kelompok sasaran. Berbeda dengan Jones dan Brewer, Laswell menyatakan terminasi terlebih dahulu sebelum dilakukan penilaian. Situasi model Laswell di Indonesia sering terjadi pada masa krisis. 7 Appraisal Menilai hasil penyesuaian kebijakan, menemukan faktor- faktor penghambat dan pendorong untuk perbaikan atau diakhirinya suatu kebijakan. c Stagist Model Garry D. Brewer Garry D.Brewer Sri Suwitri,2009:59-61 menyusun proses kebijakan public lebih disederhanakan ke dalam enam tahapan. Yaitu : 1 InventionInitiation,tahap perumusan masalah, 2 Estimation yaitu tahap pengusulan alternatif- alternatif, 3 Selection, alternatif-alternatif yang tersedia diseleksi dan dinilai untuk dipilih yang terbaik. Alternatif terpilih selanjutnya disahkan sebagai kebijakan publik. Implementation, tahap aplikasi sesudah kebijakan publik mendapat pengesahan, 4 Evaluation, berbeda dengan Laswell tetapi sependapat dengan Jones, bahwa kebijakan dinilai teriebih dahulu sebelum dilakukan tahap ke 5 yaitu penyesuaian kebijakan. 5 Termination, yaitu penyesuaian kebijakan.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA