John Locke (kelahiran 29 Agustus 1632 – meninggal 28 Oktober 1704 pada umur 72 tahun) yaitu seorang filsuf dari Inggris yang dibuat menjadi salah satu tokoh utama dari pendekatan empirisme. Selain itu, di dalam ronde filsafat politik, Locke juga dikenal sebagai filsuf negara liberal.[2] Bersama dengan rekannya, Isaac Newton, Locke dipandang sebagai salah satu figur terpenting di era Pencerahan.[3][4] Selain itu, Locke menandai lahirnya era Modern dan juga era pasca-Descartes (post-Cartesian), karena pendekatan Descartes tidak lagi dibuat menjadi satu-satunya pendekatan yang dominan di dalam pendekatan filsafat waktu itu.[4][5][6] Pengahabisan Locke juga menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya eksperimen-eksperimen di dalam mengembangkan ilmu ilmu.[6] Show
Tulisan-tulisan Locke tidak hanya mengadakan komunikasi dengan filsafat, tetapi juga tentang pendidikan, ekonomi, teologi, dan medis.[3] Karya-karya Locke yang terpenting yaitu "Esai tentang Pemahaman Manusia" (Essay Concerning Human Understanding), Tulisan-Tulisan tentang Toleransi" (Letters of Toleration), dan "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Government).[7][8][3] BiografiJohn Locke dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1632 di Wrington, Somerset.[6][9] Keluarganya berasal dari kelas menengah dan ayahnya mempunyai beberapa rumah dan tanah di sekitar Pensford, suatu kota kecil di ronde selatan Bristol.[9] Selain melakukan pekerjaan sebagai pemilik tanah, ayah Locke melakukan pekerjaan juga sebagai pengacara dan menerapkan tugas-tugas administratif di pemerintahan lokal.[6][9] Pada tahun 1647, Locke berusaha bisa di Sekolah Westminster, yang pada waktu itu adalah sekolah terkenal di Inggris.[9][6] Pendidikan di sana berpusat pada pelajaran bahasa-bahasa lawas, yaitu pertama-tama bahasa Latin, pengahabisan bahasa Yunani, dan juga bahasa Ibrani.[9] Setelah itu, pada tahun 1652, Locke mendapat beasiswa sebagai menempuh pendidikan di Sekolah Gereja Kristus (Christ Church), Oxford, dan tinggal di sana sejak bulan Mei 1652.[6][9] Di sekolah itu, Locke kurang menyukai perkara skolastik dalam berdebat dan juga tema-tema metafisika dan logika.[6][9] Karena itu, Locke tidak mendapatkan nilai yang mengesankan ketika dia mendapatkan gelar sampai strata dua.[9] Dia lebih banyak menghabiskan waktunya sebagai membaca karya-karya sastra, seperti drama, roman, dsb-nya.[9] Setelah itu, Locke mulai menyenangi ronde medis, sebagaimana tertulis di dalam beberapa catatan pribadi Locke yang ditulis pada periode yang akhir sekali dekade 1650-an.[9] Dia membuat banyak catatan tentang hal-hal yang mengadakan komunikasi dengan kesehatan dan pengobatan.[9] Melewati minatnya dalam ronde medis, Locke mulai meminati filsafat lingkungan kehidupan sejak tahun 1658.[9] Pada awal tahun 1660, dia berjumpa dengan Robert Boyle yang hendak banyak memengaruhinya kelak.[6][9] Sejak tahun 1660, Locke menambah minatnya dengan membaca filsafat mekanis yang baru muncul, yang dimulai dengan membaca karya Boyle.[9] Selain itu, dia juga mulai rajin membaca karya-karya Descartes.[9] Perhatian Locke pada waktu-waktu ini tidak terbatas pada ronde medis dan filsafat lingkungan kehidupan saja, namun juga kepada ronde politik.[9] Situasi politik di Inggris pada waktu itu memang sedang bergejolak.[9] Cromwell, yang pada waktu itu telah mengubah sistem politik Inggris, meninggal pada tahun 1658 sehingga terjadi perubahan lagi di bawah pemerintahan Raja Charles II.[9] Charles II menghendaki pemerintahan yang dengan kuat menguasai negara dan gereja Inggris, dan Locke pada waktu itu mendukung pemerintahan Charles II.[9] Pada bulan November sampai Desember 1660, dia membuat suatu karangan singkat sebagai menanggapi pandangan Edward Bagshaw, yang menegaskan perlunya hakim sipil dalam menentukan bentuk-bentuk ibadah keagamaan.[9] Pengahabisan pada tahun 1661-1662, Locke menulis dua karya lagi dalam bahasa Latin.[9] Karya pertama menegaskan lagi tesis yang dipakai sebagai melawan argumentasi Bagshaw, dan karya kedua mengandung penolakan terhadap posisi Gereja Katolik Roma yang menyalakan Alkitab perlu ditafsir tanpa mempunyai kekeliruan melewati lembaga magisterium.[9] Di sini, Locke memakai teologi Gereja Anglikan dalam mempertahankan pendapatnya.[9] Pada tahun 1661, Locke ditinggikan dibuat menjadi dosen di sekolah Gereja Kristus tempatnya berusaha bisa dahulu.[6][9] Dia mengajar bahasa Yunani dan bahasa Latin.[6][9] Pengahabisan pada tahun 1664, dia dibuat menjadi petugas sensor dalam ronde filsafat moral.[6][9] Selama periode ini, Locke melanjutkan minatnya pada ronde pengobatan dan filsafat lingkungan kehidupan.[9] Pengahabisan Locke berusaha bisa kepada Thomas Willis selama tahun 1661-1662 dan mempelajari kimia pada tahun 1663 kepada Boyle.[9] Selain itu, Locke juga membantu penelitian-penelitian yang mereka lakukan.[9] Pada tahun 1665, Locke mendapat kesempatan sebagai dibuat menjadi sekretaris Walter Vane yang bekerja menerapkan misi diplomatik ke beberapa negara.[6][9] Locke meninggalkan Inggris pada bulan November dan kembali pada bulan Februari.[9] Melewati surat yang dikirimnya, tampak bahwa Locke menikmati lawatan luar negeri pertamanya itu.[9] Setelah itu, Locke ditawarkan pekerjaan dibuat menjadi sekretaris sebagai pekerjaan diplomasi ke Spanyol namun dia menolak.[9][6] Sekembalinya Locke ke Oxford, dia melanjutkan studinya dalam ronde kimia dan fisiologi.[9] Pada tahun 1666, Locke berjumpa dengan Lord Ashley yang di pengahabisan hari membuat perubahan besar dalam hidup Locke.[9] Pada tahun 1667, Locke pindah dari Oxford menuju London sebagai melakukan pekerjaan di rumah Lord Ashley.[6][9][3] Locke tinggal di sini selama delapan tahun.[9] Selama di London, Locke juga membaca buku-buku pengobatan, namun di situ dia mendapatkan pengalaman langsung dalam soal-soal klinis karena dia dibuat menjadi asisten dari Thomas Sydenham yang yaitu seorang dokter.[9][6] Locke menemani Sydenham dalam perjalanan-perjalanannya dan juga membuat catatan-catatan tentang soal-soal kesehatan.[9] Di sini, Locke membuat catatan yang yang akhir sekalinya dibukukan dengan judul De Arte Medica, yang di dalamnya dipakai pendekatan empiris.[9] Pada tahun 1668, Lord Ashley merasakan gangguan kesehatan yang cukup parah.[9] Locke menerapkan operasi terhadap liver Lord Ashley dan kondisinya semakin membaik.[9] Karena itu, Lord Ashley menganggap Locke sebagai penyelamat hidupnya.[9] Setelah itu, sebagai mendukung studi Locke dalam ronde kimia, Lord Ashley menyediakan laboratorium di rumahnya.[9] Selain meningkatkan kemampuan dalam ronde kesehatan dengan praktik langsung bersama Sydenham, perkenalan Locke dengan Lord Ashley juga menambah pengalaman Locke dalam ronde politik.[9] Setahun setelah datang ke London, Locke menulis "Essay tentang Toleransi" yang isinya amat berlainan dengan dua karya yang dia tulis pada tahun 1660-1662.[9] Pada tahun 1669, Lord Ashley melibatkan Locke dalam urusan pendirian koloni baru di Carolina, khususnya dalam membuat konstitusi Carolina.[6][9] Locke menjalani tugasnya dalam membantu Lord Ashley sampai dia meninggalkan Inggris menuju Perancis pada tahun 1675.[6][9] Di PerancisSampai tahun 1670, Locke belum mampu diceritakan sebagai seorang filsuf.[9] Hendak tetapi, dia mulai mengorganisir suatu pertemuan dengan beberapa sahabatnya sebagai bertanya tentang topik-topik tertentu.[9] Mempunyai tulisan tentang epistemologi yang ditulis pada tahun 1671 berlandaskan diskusi-diskusi yang dilaksanakan Locke.[9] Selama tahun 1672 sampai 1675, kebanyakan waktu Locke dipakai sebagai mengerjakan tugas-tugas administratif.[9] Pada bulan Maret 1672, Lord Ashley ditinggikan sebagai pangeran dari Shaftesbury dan Locke tetap membantunya sampai Lord Ashley keluar dari posisi tersebut pada tahun 1673.[9] Pada bulan November 1675, tugas Locke usai dan Locke pergi ke Perancis.[6] Locke tinggal di sana selama kurang lebih tiga setengah tahun.[9] Pada tanggal 4 Januari 1676, Locke tiba di Montpellier, di mana dia tinggal selama setahun.[9] Dia berkawan dengan dua dokter Protestan yang bernama Charles Barbeyrac dan Pierre Magnol, serta seorang filsuf Cartesian, Sylvain Regis, yang dibuat menjadi guru bahasa Perancis untuk Locke.[9] Setelah mempelajari bahasa Perancis, Locke mulai membaca buku-buku dalam bahasa Perancis.[9] Selama di Montpellier, Locke meneruskan pembelajarannya dalam ronde filsafat, sebagaimana tertulis di dalam jurnal pribadinya.[9] Bulan Februari 1677, Locke meninggalkan Montpellier dan menuju Paris.[9] Dia bermukim sebentar di Paris lalu pergi ke beberapa tempat sampai tahun 1678 kembali ke Inggris.[9] Kembali ke Inggris dan pergi ke BelandaKetika Locke memutuskan kembali ke Inggris pada bulan Mei 1679, situasi politik Inggris sedang merasakan krisis.[6] Terdapat rumor yang menyalakan hendak terjadinya pembunuhan terhadap Raja Charles II sebagai digantikan dengan saudaranya, James, yang beragama Katolik.[9] Selama empat tahun berikutnya, sampai Locke melarikan diri ke Belanda sebagai mencari suaka politik, Locke memusatkan perhatian kepada politik.[9] Hal itu diakibatkan Lord Ashley, yang adalah sahabat Locke, yaitu salah satu pimpinan kaum yang anti terhadap pemerintahan Raja Charles II.[9] Raja Charles II melihat Lord Ashley sebagai musuhnya yang amat berbahaya dan berhasrat membunuhnya, namun beberapa kali usahanya gagal.[9] Hal itu mendorong Lord Ashley sebagai melarikan diri dari Inggris menuju Belanda pada yang akhir sekali tahun 1682 dan meninggal di Belanda pada bulan Januari 1683.[6][9] Kehidupan Locke di Inggris ikut terancam karena gerakan-gerakan dari kaum anti pemerintahan Charles II sedang terus mempunyai sehingga dia terus dicurigai sebagai pengkhianat oleh pemerintah.[9] Akhirnya, Locke meninggalkan Inggris pada tahun 1683 dan menuju Rotterdam, Belanda.[6][9][3] Buku Locke yang terkenal berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" ditulis ketika Locke mempunyai di Belanda.[6][9] Tentu saja ronde penulisan buku itu telah dimulai sebelumnya.[9] Di dalam karya ini, Locke memberikan kritik terhadap buku "Patriarcha" karangan Robert Filmer karena Filmer menganjurkan monarki absolut.[3][9] Buku tersebut bukan satu-satunya karya Locke dalam ronde politik pada periode ini.[9] Pada periode ini, Locke juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, yang menulis buku sebagai menyerang kaum Protestan Inggris yang tidak bersedia menerima Gereja Anglikan.[9] Jikalau pada tahun 1660-1662 Locke pernah berdebat sebagai membela Gereja Anglikan, sekarang justru Locke menyanggah posisi Gereja Anglikan.[9] Locke menulis karya yang menyanggah buku Stillingfleet bersama dengan seorang sahabat dari Oxford yang bernama James Tyrrell.[9] Di Belanda, Locke menerapkan kontak kepada beberapa politikus Inggris yang sedang melarikan diri juga.[9] Pada tahun 1684, nama Locke tercantum di dalam daftar pencarian orang dari pemerintahan Belanda sehingga Locke mesti bersembunyi dan berpindah-pindah tempat sampai bulan Mei 1685.[9] Di sinilah Locke menyelesaikan karya terpenting lainnya, "Essay tentang Pemahaman Manusia", yang mana dia kirim salinannya ke Inggris pada tahun 1686 dengan amat hati-hati.[9] Pada yang akhir sekali tahun 1686, naskah-naskah dari tulisan itu nyaris berakhir dan mirip wujud yang akhir sekali yang mempunyai ketika ini.[9] Dalam mengerjakan buku tersebut, Locke sempat terinterupsi karena pekerjaannya dalam menulis karya lain, "Surat Perihal Toleransi".[6][9] Karya itu dikerjakan selama tahun 1685 sampai 1686 di Amsterdam.[9] Locke memang telah lama bergumul soal toleransi agama berlandaskan konteks politik Inggris, namun desakan langsung terhadap pembuatan karya itu yaitu pencabutan kembali Edik Nantes pada bulan Oktober 1685.[9] Pemilihan bahasa Latin dalam karya itu menunjukkan bahwa karya itu ditujukan Locke kepada pembaca Eropa secara luas.[9] Karya itu terbit pada bulan Mei 1689, setelah Locke kembali ke Inggris, dan diterbitkan secara anonim.[6][9] Kembali ke Inggris pada periode pemerintahan William dari OrangeJohn Locke pada tahun 1697 Situasi politik Inggris kembali berganti ketika William dari Orange sukses dibuat menjadi pimpinan Inggris dan menyebabkan James II mesti melarikan diri dari Inggris.[9] Locke sekarang mampu pulang dengan tenang ke Inggris pada bulan Februari 1689, bahkan ditawari posisi sebagai diplomat namun dia menolak karena alasan kesehatan.[6][9][3] Pada tahun 1689, Locke berjumpa dan menjalin hubungan dengan Newton.[9] Locke dibuat menjadi salah satu pembaca pertama dari "Principia", karya penting Newton.[9] Keduanya juga sering berjumpa sebagai bertanya dan mengirim surat sebagai membahas topik-topik tertentu.[9] Topik yang dibuat menjadi minat utama mereka berdua bukanlah ilmu lingkungan kehidupan tetapi penafsiran Alkitab.[9] Setelah bukunya "Essay tentang Pemahaman Manusia" terbit, dia segera mempersiapkan revisi dari buku itu dan juga buku "Dua Tulisan tentang Pemerintahan".[9] Selain itu, buku "Surat-Surat Perihal Toleransi" juga sedang diartikan dalam bahasa Inggris oleh William Popple.[9] Setelah diterbitkan pada bulan Oktober 1689, buku itu terjual keras dan menimbulkan beragam reaksi.[9] Salah satu yang menanggapi buku itu dengan keras yaitu Jonas Proast pada tahun 1690 dan ditanggapi kembali oleh Locke pada tahun yang sama.[9] Hendak tetapi, identitas Locke tetap dibuat menjadi rahasia.[9] Perdebatan mereka berlanjut sampai Juni 1692 ketika Locke menulis "Surat Ketiga tentang Toleransi", dan Proast tidak menanggapi lagi.[9] Setelah Locke kembali ke Inggris, Locke menetap beberapa waktu di London.[9] Dia kehilangan posisinya di Sekolah Gereja Kristus dan tidak pernah berusaha mengambilnya kembali.[9] Pada awal tahun 1691, dia diundang sebagai tinggal di Oates, Essex ronde utara, yang adalah kediaman Francis Masham.[9] Istri Masham, Damaris, yaitu anak dari Ralph Cudworth dan adalah sahabat diskusi Locke melewati surat selama bertahun-tahun.[9] Akhirnya, Oates dibuat menjadi kediaman Locke sepanjang sisa hidupnya, meski pada dekade 1690-an, Locke sempat tinggal di London karena beberapa urusannya di pemerintahan.[9] Setelah itu, Locke berupaya menyelesaikan karya lainnya dalam ronde pendidikan, "Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan".[9] Karya itu dipublikasikan pada bulan Juli 1693 dan edisi baru mengandung penambahan materi terbit dua tahun pengahabisan.[9] Pada tahun 1695, Locke menerbitkan lagi tulisan yang berjudul "Kerasionalan Agama Kristen" (The Reasonableness of Christianity).[9] Sebagaimana "Surat-Surat tentang Toleransi", karya ini juga diterbitkan secara anonim dan segera menimbulkan kontroversi.[9] Kontroversi itu muncul karena pemikiran-pemikiran Locke di dalam buku itu dinilai terlalu melemahkan agama Kristen.[9] Lawan polemik Locke kali ini yaitu John Edwards, dan polemik mereka berdua terjadi sampai tahun 1697.[9] Pada bulan-bulan awal tahun 1696, Locke menghabiskan waktunya sebagai beristirahat di Oates.[9] Pada bulan Juni, dia mulai menerapkan pekerjaannya sebagai pemerintah, khususnya dalam ronde ekonomi dan koloni-koloni Inggris, selama empat tahun berikutnya.[9] Selain mengurus masalah-masalah negara, Locke pada periode ini juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, seorang uskup Gereja Anglikan.[6][9] Polemik mereka berlanjut dari bulan November 1696 sampai yang akhir sekali tahun 1698 ketika kesehatan Stillingfleet menurun dan tidak memungkinkannya menanggapi pandangan Locke lagi.[9] Yang akhir sekali hidupPada bulan Juni 1700, Locke pensiun dari pekerjaannya di pemerintahan.[9] Dia menjalani sisa kehidupannya selama 4 tahun dengan tenang dan tidak terlalu sering mengunjungi London.[9] Walaupun demikian, Locke sedang mengerjakan tulisan lainnya yang berjudul "Parafrase dan Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (Paraphrase and Notes on the Epistles of St Paul).[9] Karya ini menyalakan kedalaman karakter religius dari pemikiran Locke.[9] Kesehatan Locke makin menurun dalam tahun-tahun terakhir kehidupannya dan dia menderita penyakit asma.[9] Lawatan terakhirnya ke London pada bulan Januari 1698 karena dipanggil oleh Raja William III membuat kesehatannya semakin buruk.[9] Bulan-bulan yang akhir sekali tahun 1704 adalah saat-saat terakhir kehidupannya.[6][9] Dia meninggal tanggal 28 Oktober 1704 dan dikuburkan di High Laver.[6][9] PemikiranTentang ilmuSampul depan buku "Essay tentang Pemahaman Manusia". Salah satu pemikiran Locke yang sangat berpengaruh di dalam sejarah filsafat yaitu tentang ronde manusia mendapatkan ilmu. Dia berupaya menjelaskan bagaimana ronde manusia mendapatkan ilmunya.[10] Menurut Locke,[7][2][11] semua ilmu berasal dari pengalaman manusia. Posisi ini yaitu posisi empirisme yang menolak pendapat kaum rasionalis yang menyebut sumber ilmu manusia yang terutama berasal dari rasio atau pikiran manusia. Walaupun demikian, rasio atau pikiran berperan juga di dalam ronde manusia mendapat ilmu. Dengan demikian, Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia merasakan sesuatu, pikiran atau rasio manusia itu belum berfungsi atau sedang kosong. Situasi tersebut diibaratkan Locke seperti suatu kertas putih (tabula rasa) yang pengahabisan mendapatkan isinya dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia hanya berfungsi sebagai mengolah pengalaman-pengalaman manusia dibuat menjadi ilmu sehingga sumber utama ilmu menurut Locke yaitu pengalaman. Ragam pengalaman ManusiaLebih lanjut, Locke menyalakan mempunyai dua jenis pengalaman manusia, yakni pengalaman lahiriah (sense atau eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense atau reflection).[7][11] Pengalaman lahiriah yaitu pengalaman yang menangkap perkara indrawi yaitu segala perkara material yang mengadakan komunikasi dengan panca indra manusia.[7] Pengahabisan pengalaman batiniah terjadi ketika manusia mempunyai kesadaran terhadap perkaranya sendiri dengan perkara 'mengingat', 'menghendaki', 'meyakini', dsb-nya.[7] Kedua wujud pengalaman manusia inilah yang hendak membentuk ilmu melewati ronde berikutnya.[7] Ronde manusia mendapatkan ilmuDari perpaduan dua wujud pengalaman manusia, pengalaman lahiriah dan pengalaman batiniah, diperoleh apa yang Locke sebut 'pandangan-pandangan sederhana' (simple ideas) yang berfungsi sebagai data-data empiris.[7][11] Mempunyai empat jenis pandangan sederhana:[7]
Di dalam ronde terbentuknya pandangan-pandangan sederhana ini, rasio atau pikiran manusia bersifat pasif atau belum berfungsi.[11] Setelah pandangan-pandangan sederhana ini tersedia, baru rasio atau pikiran melakukan pekerjaan membentuk 'pandangan-pandangan kompleks' (complex ideas).[7][11] Rasio melakukan pekerjaan membentuk pandangan kompleks dengan perkara membandingkan, mengabstraksi, dan menghubung-hubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut.[7] Mempunyai tiga jenis pandangan kompleks yang terbentuk:[7][11]
Tentang negaraSampul depan buku "Dua Tulisan tentang Pemerintahan". Pandangan Locke tentang negara terdapat di dalam bukunya yang berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Civil Government).[7] Dia menjelaskan pandangannya itu dengan menganalisis tahap-tahap perkembangan warga.[7] Locke membagi perkembangan warga dibuat menjadi tiga, yakni kondisi alamiah (the state of nature), kondisi perang (the state of war), dan negara (commonwealth).[7] Tahap kondisi alamiahKondisi alamiah yaitu tahap pertama dari perkembangan warga.[7] Pemikiran Locke ini serupa dengan pemikiran Hobbes namun bila Hobbes menyalakan kondisi alamiah sebagai kondisi "perang semua lawan semua", karenanya Locke berlainan.[11][7] Menurut Locke, kondisi alamiah suatu warga manusia yaitu situasi harmonis, di mana semua manusia mempunyai kebebasan dan kesesuaian hak yang sama.[11][7] Dalam kondisi ini, setiap manusia lepas sama sekali menentukan dirinya dan memakai apa yang dimilikinya tanpa bergantung kepada hasrat orang lain.[11] Walaupun masing-masing orang lepas sama sekali terhadap sesamanya, namun tidak terjadi kekacauan karena masing-masing orang hidup berlandaskan ketetapan hukum kodrat yang diberikan oleh Tuhan.[11] Yang dimaksud hukum kodrat dari Tuhan menurut Locke yaitu larangan sebagai merusak dan memusnahkan kehidupan, kebebasan, dan harta milik orang lain.[7] Dengan demikian, Locke menyebut mempunyai hak-hak dasariah yang terikat di dalam kodrat setiap manusia dan adalah pemberian Allah.[7] Pemikiran ini serupa dengan pemikiran Hak Asasi Manusia (HAM) di dalam warga modern.[7] Tahap kondisi perangTahap kedua yaitu kondisi perang.[7] Locke menyebutkan bahwa ketika kondisi alamiah telah mengenal hubungan-hubungan sosial karenanya situasi harmoni mulai berganti.[7] Penyebab utamanya yaitu terciptanya uang.[7] Dengan uang, manusia mampu mengumpulkan kekayaan secara berlebihan, sedangkan di dalam kondisi alamiah tidak mempunyai perbedaan kekayaan yang mencolok karena setiap orang mengumpulkan secukupnya sebagai konsumsi masing-masing.[7] Ketidaksamaan harta kekayaan membuat manusia mengenal status tuan-budak, majikan-pembantu, dan status-status yang hierarkis lainnya.[7] Sebagai mempertahankan harta miliknya, manusia dibuat menjadi iri, saling bermusuhan, dan bersaing.[11][7] Masing-masing orang dibuat menjadi hakim dan mempertahankan miliknya sendiri.[11] Kondisi alamiah yang harmonis dan penuh damai tersebut pengahabisan berganti dibuat menjadi kondisi perang yang ditandai dengan permusuhan, kedengkian, kekerasan, dan saling menghancurkan.[7] Situasi seperti ini berpotensi memusnahkan kehidupan manusia bila tidak mempunyai jalan keluar dari kondisi perang.[7] Tahap terbentuknya negaraLocke menyalakan bahwa sebagai membuat jalan keluar dari kondisi perang sambil menjamin milik pribadi, karenanya warga sepakat sebagai menyelenggarakan "perjanjian asal".[11][7] Inilah ketika lahirnya negara persemakmuran (commonwealth).[7] Dengan demikian, tujuan berdirinya negara bukanlah sebagai membuat kesamarataan setiap orang, melainkan sebagai menjamin dan melindungi milik pribadi setiap warga negara yang menyelenggarakan akad tersebut.[7] Di dalam akad tersebut, warga memberikan dua kekuasaan penting yang mereka miliki di dalam kondisi alamiah kepada negara.[7] Kedua kuasa tersebut yaitu hak sebagai menentukan bagaimana setiap manusia mempertahankan diri, dan hak sebagai menghukum setiap pelanggar hukum kodrat yang berasal dari Tuhan.[7] Nasihat Locke ini menimbulkan dua konsekuensi:[7]
Dengan demikian, Locke menentang pandangan Hobbes tentang kekuasaan negara yang absolut dan mengatasi semua warga negara.[11] Pembatasan kekuasaan negaraNegara di dalam pandangan Locke dibatasi oleh warga warga yang adalah pembuatnya.[7] Sebagai itu, sistem negara perlu didirikan dengan mempunyainya pembatasan kekuasaan negara, dan wujud pembatasan kekuasaan tersebut mampu dilaksanakan dengan dua perkara.[7] Perkara pertama yaitu dengan membentuk konstitusi atau Undang-Undang Landasan yang ditentukan oleh Parlemen berlandaskan prinsip mayoritas.[7] Perkara kedua yaitu mempunyainya pembagian kekuasaan dalam tiga unsur: legistlatif, eksekutif, dan federatif.[11] Unsur legislatif yaitu kekuasaan sebagai membuat undang-undang dan adalah kekuasaan tertinggi.[7] Kekuasaan ini dijalankan oleh Parlemen yang mewakili golongan kaya dan kaum bangsawan karena mereka, dengan kekayaannya, sangat banyak menyumbangkan sesuatu kepada negara.[7] Dalam membuat undang-undang, kekuasaan legislatif terikat kepada tuntutan hukum lingkungan kehidupan yaitu keharusan menghormati hak-hak landasan manusia.[7] Unsur eksekutif yaitu pemerintah yang menerapkan undang-undang, yaitu raja dan para bawahannya.[7] Terakhir, unsur federatif yaitu kekuasaan yang mengatur masalah-masalah bilateral, seperti menyelenggarakan akad damai, kesepakatan kerja sama, atau menyalakan perang.[7] Menurut Locke, kekuasaan federatif mampu dipegang oleh pihak eksekutif, di mana dalam kondisi darurat pihak eksekutif mampu mengambil gerakan yang melampaui wewenang hukum yang dimilikinya.[7] Di dalam sistem kenegaraan Locke di atas, tetap mempunyai probabilitas penyalahgunaan wewenang oleh pihak-pihak yang berkuasa atas rakyat.[7] Oleh karenanya, menurut Locke, rakyat mempunyai hak sebagai menyelenggarakan perlawanan dan menyingkirkan pihak eksekutif dengan kekerasan bila mereka telah bertindak di luar wewenang mereka.[7] Di sini, rakyat merebut kembali hak yang telah mereka berikan.[7] Tentang hubungan agama dan negaraTulisan Locke yang berjudul "Surat-Surat tentang Toleransi". Pandangan Locke lain yang penting dan sedang mengadakan komunikasi dengan pemikiran negara yaitu tentang hubungan selang agama dan negara.[7] Pemikiran Locke tentang hal ini terdapat di dalam tulisannya yang berjudul 'Surat-Surat Tentang Toleransi' (Letters of Toleration).[7] Locke menyalakan bahwa perlu mempunyai pemisahan tegas selang urusan agama dan urusan negara karena tujuan masing-masing sudah berlainan.[7] Negara tidak boleh menganut agama apapun, lebih-lebih bila membatasi atau meniadakan suatu agama.[11] Tujuan negara yaitu melindungi hak-hak landasan warganya di dunia ini sedangkan tujuan agama yaitu mengusahakan keselamatan jiwa manusia sebagai kehidupan tidak berkesudahan di kehidupan setealh didunia kelak setelah kematian.[7] Jadi, negara berfungsi sebagai memelihara kehidupan di dunia sekarang, sedangkan agama berfungsi sebagai menjalankan ibadah kepada Tuhan dan sampai kehidupan tidak berkesudahan.[7] Agama yaitu urusan pribadi, berlainan dengan negara yang adalah urusan warga umum.[7] Pemisahan selang keduanya haruslah ditegaskan, dan masing-masing tidak boleh mencampuri urusan lainnya.[7] Negara tidak boleh mencampuri urusan keyakinan religius manusia, sedangkan agama tidak boleh menerapkan sesuatu yang mampu menghalangi atau menggagalkan pelaksanaan tujuan negara.[7] Bila negara berhasrat menghalangi kebebasan beragama dari warganya, karenanya rakyat berhak sebagai melawan.[7] Tentang agamaPandangan Locke tentang agama bersifat deistik.[11] Dia menganggap agama Kristen yaitu agama yang sangat masuk pikiran dibandingkan agama-agama lain, karena ajaran-ajaran Kristen mampu dibuktikan oleh pikiran manusia.[11] Pengertian tentang Allah juga disusun oleh pembuktian-pembuktian.[11] Locke berangkat dari kenyataan bahwa manusia yaitu makhluk berakal budi, sehingga pastilah diakibatkan karena mempunyainya 'Tokoh Pencipta' yang mutlak dan maha kuasa, yaitu Allah.[11] Dia meyakini bahwa Alkitab ditulis oleh ilham Ilahi, namun dia juga menyalakan bahwa setiap wahyu Ilahi haruslah diuji oleh rasio manusia.[6] PengaruhDalam filsafat ilmuHume, seorang filsuf empiris radikal yang dipengaruhi oleh Locke Pemikiran Locke tentang ilmu mempunyai pengaruh besar terhadap para filsuf setelahnya, khususnya David Hume di Inggris dan Kant di Jerman.[7][4] Pandangan Locke tentang ronde manusia mendapat ilmu mempunyai dua implikasi penting.[2] Pertama, munculnya anggapan bahwa semua ilmu manusia berasal dari pengalaman, dan tiadanya ilmu secara apriori (sebelum pengalaman) sebagaimana yang diceritakan Descartes.[2] Kedua, semua hal yang manusia ketahui melewati pengalaman, bukanlah obyek atau benda pada dirinya sendiri, melainkan hanya kesan-kesan indrawi dari hal itu yang diterima oleh panca indra manusia.[2] Kant, filsuf besar masa Pencerahan Pertama, tentang pengatahuan yang berasal dari pengalaman, berfaedah segala ilmu manusia sebenarnya hanya adalah kait-mengait dari pengalaman-pengalaman sederhana.[2] Pemikiran ini hendak memengaruhi dan dipertajam oleh David Hume di pengahabisan hari, dan yang akhir sekalinya mendapat wujud sangat tajam di dalam filsafat Kant, yang adalah seorang filsuf sangat berpengaruh di era filsafat modern.[2] Kant menolak semua probabilitas metafisika, maksudnya manusia tidak mampu mengetahui sesuatu apapun di luar panca-indranya.[2] Lebih jauh, Kant menyalakan bahwa ilmu atau pemikiran tentang Allah telah kehilangan legitimasi karena tidak mungkin lagi, karena Allah mempunyai di luar jangkauan indrawi manusia.[2] Tentu saja pandangan Kant ini telah banyak dikritik, namun pengaruhnya tetap besar.[2] Kedua, bahwa manusia dalam pengalamannya sebenarnya hanya menerima kesan-kesan indrawi yang ditangkap oleh panca indra kita dari benda-benda atau hal-hal tertentu, mempunyai implikasi terhadap kecenderungan subyektivisme.[2] Maksudnya subyektivisme yaitu pandangan yang menolak mempunyainya sesuatu yang obyektif, yang berjalan umum, dan hal itu hendak mengarah ke relativisme.[2] Hal itu diakibatkan manusia yang satu dengan lainnya mampu menarik kesimpulan berlainan tentang kesan-kesan indrawi mereka masing-masing terhadap suatu hal atau benda.[2] Apa yang obyektif, yakni benda tersebut sesungguhnya pada dirinya sendiri, tidak mampu dikenal oleh manusia.[2] Dalam ronde politikPengaruh pemikiran Locke dalam ronde politik amat besar di negara-negara Eropa, seperti Inggris, Perancis, Jerman, bahkan sampai Amerika Serikat.[6] Bapak-bapak pendiri negara Amerika Serikat, seperti Jonathan Edwards, Hamilton, dan Thomas Jefferson dipengaruhi oleh ide-ide politik Locke.[6] Pengahabisan para filsuf Pencerahan Perancis, seperti Voltaire dan Montesquieu, juga dipengaruhi oleh Locke.[6][7] Dengan demikian, mampu diceritakan bahwa pemikiran-pemikiran politik Locke juga memengaruhi munculnya Revolusi Perancis tanggal 14 Juli 1789.[6][7] Dalam ronde keagamaanPandangan Locke tentang agama memengaruhi perkembangan deisme atau agama alamiah.[11] Pandangan tersebut lebih luas di Barat pada seratus tahun ke-19 dan ke-20.[11] Munculnya negara-negara sekularistikPandangan Locke yang memisahkan urusan negara dan urusan agama dengan sangat ketat adalah awal dari munculnya negara-negara sekularistik di pengahabisan hari.[7] Negara-negara yang menganut paham sekular memisahkan dengan ketat urusan negara dan urusan agama.[7] Terhadap psikologi dan epistemologiPemikiran-pemikiran Locke terhadap pikiran manusia telah membawa pengaruh dalam ronde psikologi dan epistemologi.[3] Beberapa filsuf dan pemikir setelahnya yang dipengaruhi Locke yaitu David Hartley (1705-1757), Joseph Priestley (1733-1804), Francis Hutcheson (1694-1747), James Mill (1733-1836), dan Étienne Condillac (1715-1780).[3] Mereka mendapat pengaruh Locke dalam hal menganalisis pengalaman manusia berlandaskan unsur-unsur pengalaman, kombinasi unsur-unsur tersebut, dan asosiasi-asosiasi yang terjadi.[3] Kritik terhadap LockeKritik terhadap model negara LockeMenurut Simon Petrus L. Tjahjadi, gagasan Locke tentang model negara terlalu mengedepankan kepentingan kaum bangsawan dan kaum pemodal dibandingkan kepentingan semua rakyat.[7] Hal itu terlihat dari model pembatasan kekuasaan negara yang memakai pembagian kekuasaan selang legislatif dan eksekutif, yang mana golongan eksekutif dan federatif diduduki oleh raja dan para menteri, sedangkan golongan legislatif diberi isi golongan bangsawan dan orang-orang kaya.[7] Tidak mempunyai tempat untuk rakyat biasa di dalam model pembagian kekuasaan ini.[7] Jikalau tidak mempunyai tempat untuk rakyat biasa sebagai mengawasi jalannya pemerintahan, karenanya pembuatan Undang-Undang dan pelaksanaannya mampu saja disalahgunakan untuk kepentingan pemerintah dan kaum bangsawan saja.[7] Bila ini terjadi, rakyat tidak mampu memperjuangkan kepentingannya melewati sistem negara yang mempunyai, dan yang akhir sekalinya hanya hendak membuat negara kembali ke "keadaan perang" karena terjadi ketidakadilan.[7] Padahal situasi "keadaan perang" itulah yang berhasrat diatasi Locke.[7] Kritik terhadap pemisahan negara dan agamaLocke merumuskan wewenang negara dan agama dengan amat ketat sehingga keduanya dibuat menjadi terpisah dan tidak boleh saling mencampuri wewenang lainnya.[7] Urusan agama yaitu keselamatan kehidupan setealh didunia sedang urusan negara yaitu keselamatan di dunia ketika ini, ketika manusia sedang hidup.[7] Persoalannya, menurut Simon Petrus L. Tjahjadi, apakah pemisahan itu berlandaskan dengan pandangan agama itu sendiri?[7] Kebanyakan agama mempunyai pandangan bahwa agama mesti ikut campur dalam soal-soal publik, seperti keadilan sosial, wewenang pemerintahan, dan tuntutan moral umum.[7] Perwujudan iman setiap pemeluk agama seringkali mesti berfungsi juga di dalam persoalan-persoalan umum, sehingga pemisahan selang agama dan agama seperti yang diusulkan Locke mampu melanggar keyakinan agama-agama tertentu dan tidak mampu diterima.[7] Bibliografi karya-karya utama Locke
Manuskrip yang belum dipublikasikan atau dipublikasikan setelah neninggal
Referensi
Tautan LuarKarya-Karya Locke
Sumber-Sumber tentang Locke
edunitas.com Page 2John Locke (lahir 29 Agustus 1632 – meninggal 28 Oktober 1704 pada umur 72 tahun) yaitu seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari pendekatan empirisme. Selain itu, di dalam bidang filsafat politik, Locke juga dikenal sbg filsuf negara liberal.[2] Bersama dengan rekannya, Isaac Newton, Locke dipandang sbg salah satu figur terpenting di era Pencerahan.[3][4] Selain itu, Locke menandai lahirnya era Modern dan juga era pasca-Descartes (post-Cartesian), karena pendekatan Descartes tidak lagi menjadi satu-satunya pendekatan yang dominan di dalam pendekatan filsafat masa itu.[4][5][6] Akhir Locke juga menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya eksperimen-eksperimen di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.[6] Tulisan-tulisan Locke tidak hanya berkomunikasi dengan filsafat, tetapi juga tentang pendidikan, ekonomi, teologi, dan medis.[3] Karya-karya Locke yang terpenting yaitu "Esai tentang Pemahaman Manusia" (Essay Concerning Human Understanding), Tulisan-Tulisan tentang Toleransi" (Letters of Toleration), dan "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Government).[7][8][3] BiografiJohn Locke dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1632 di Wrington, Somerset.[6][9] Keluarganya berasal dari kelas menengah dan ayahnya hadir beberapa rumah dan tanah di sekitar Pensford, sebuah kota kecil di bagian selatan Bristol.[9] Selain bekerja sbg pemilik tanah, ayah Locke bekerja juga sbg pengacara dan memainkan tugas-tugas administratif di pemerintahan lokal.[6][9] Pada tahun 1647, Locke berusaha bisa di Sekolah Westminster, yang pada masa itu merupakan sekolah terkenal di Inggris.[9][6] Pendidikan di sana berpusat pada pelajaran bahasa-bahasa kuno, yaitu pertama-tama bahasa Latin, akhir bahasa Yunani, dan juga bahasa Ibrani.[9] Setelah itu, pada tahun 1652, Locke mendapat beasiswa sebagai menempuh pendidikan di Sekolah Gereja Kristus (Christ Church), Oxford, dan tinggal di sana sejak bulan Mei 1652.[6][9] Di sekolah itu, Locke kurang menyukai cara skolastik dalam bertukar pikiran dan juga tema-tema metafisika dan logika.[6][9] Karena itu, Locke tidak mendapat nilai yang mengesankan ketika beliau mendapat gelar hingga strata dua.[9] Beliau banyakan menghabiskan masanya sebagai membaca karya-karya sastra, seperti drama, roman, dan sbgnya.[9] Setelah itu, Locke mulai menyenangi bidang medis, sebagaimana tertulis di dalam beberapa catatan pribadi Locke yang ditulis pada periode kesudahan dekade 1650-an.[9] Beliau membuat banyak catatan tentang hal-hal yang berkomunikasi dengan kesehatan dan pengobatan.[9] Melewati minatnya dalam bidang medis, Locke mulai meminati filsafat dunia sejak tahun 1658.[9] Pada awal tahun 1660, beliau berjumpa dengan Robert Boyle yang akan banyak memengaruhinya kelak.[6][9] Sejak tahun 1660, Locke menambah minatnya dengan membaca filsafat mekanis yang baru muncul, yang dimulai dengan membaca karya Boyle.[9] Selain itu, beliau juga mulai rajin membaca karya-karya Descartes.[9] Perhatian Locke pada waktu-waktu ini tidak terbatas pada bidang medis dan filsafat dunia saja, namun juga kepada bidang politik.[9] Situasi politik di Inggris pada masa itu memang sedang bergejolak.[9] Cromwell, yang pada masa itu telah mengubah sistem politik Inggris, meninggal pada tahun 1658 sehingga terjadi perubahan lagi di bawah pemerintahan Raja Charles II.[9] Charles II menghendaki pemerintahan yang dengan kuat menguasai negara dan gereja Inggris, dan Locke pada masa itu mendukung pemerintahan Charles II.[9] Pada bulan November hingga Desember 1660, beliau membuat suatu karangan singkat sebagai menanggapi pandangan Edward Bagshaw, yang menegaskan perlunya hakim sipil dalam menentukan bentuk-bentuk ibadah keagamaan.[9] Akhir pada tahun 1661-1662, Locke menulis dua karya lagi dalam bahasa Latin.[9] Karya pertama menegaskan lagi tesis yang dipakai sebagai melawan argumentasi Bagshaw, dan karya kedua hadir isinya penolakan terhadap posisi Gereja Katolik Roma yang menyatakan Alkitab perlu ditafsir tanpa hadir kesalahan melewati lembaga magisterium.[9] Di sini, Locke menggunakan teologi Gereja Anglikan dalam mempertahankan gagasannya.[9] Pada tahun 1661, Locke dinaikkan menjadi dosen di sekolah Gereja Kristus tempatnya berusaha bisa dahulu.[6][9] Beliau mengajar bahasa Yunani dan bahasa Latin.[6][9] Akhir pada tahun 1664, beliau menjadi petugas sensor dalam bidang filsafat moral.[6][9] Selama periode ini, Locke melanjutkan minatnya pada bidang pengobatan dan filsafat dunia.[9] Akhir Locke berusaha bisa kepada Thomas Willis selama tahun 1661-1662 dan mempelajari kimia pada tahun 1663 kepada Boyle.[9] Selain itu, Locke juga membantu penelitian-penelitian yang mereka lakukan.[9] Pada tahun 1665, Locke mendapat kesempatan sebagai menjadi sekretaris Walter Vane yang bekerja memainkan misi diplomatik ke beberapa negara.[6][9] Locke meninggalkan Inggris pada bulan November dan kembali pada bulan Februari.[9] Melewati surat yang dikirimnya, tampak bahwa Locke menikmati kunjungan luar negeri pertamanya itu.[9] Setelah itu, Locke ditawarkan pekerjaan menjadi sekretaris sebagai pekerjaan diplomasi ke Spanyol namun beliau menolak.[9][6] Sekembalinya Locke ke Oxford, beliau melanjutkan studinya dalam bidang kimia dan fisiologi.[9] Pada tahun 1666, Locke bertemu dengan Lord Ashley yang di akhir hari membuat perubahan mulia dalam hidup Locke.[9] Pada tahun 1667, Locke pindah dari Oxford menuju London sebagai bekerja di rumah Lord Ashley.[6][9][3] Locke tinggal di sini selama delapan tahun.[9] Selama di London, Locke juga membaca buku-buku pengobatan, namun di situ beliau mendapat pengalaman langsung dalam soal-soal klinis karena beliau menjadi asisten dari Thomas Sydenham yang yaitu seorang dokter.[9][6] Locke menemani Sydenham dalam perjalanan-perjalanannya dan juga membuat catatan-catatan tentang soal-soal kesehatan.[9] Di sini, Locke membuat catatan yang kesudahannya dibukukan dengan judul De Arte Medica, yang di dalamnya dipakai pendekatan empiris.[9] Pada tahun 1668, Lord Ashley merasakan gangguan kesehatan yang cukup parah.[9] Locke memainkan operasi terhadap liver Lord Ashley dan kondisinya semakin membaik.[9] Karena itu, Lord Ashley menganggap Locke sbg penyelamat hidupnya.[9] Setelah itu, sebagai mendukung studi Locke dalam bidang kimia, Lord Ashley menyediakan laboratorium di rumahnya.[9] Selain meningkatkan kemampuan dalam bidang kesehatan dengan praktik langsung bersama Sydenham, perkenalan Locke dengan Lord Ashley juga menambah pengalaman Locke dalam bidang politik.[9] Setahun setelah datang ke London, Locke menulis "Essay tentang Toleransi" yang pokoknya amat berbeda dengan dua karya yang beliau tulis pada tahun 1660-1662.[9] Pada tahun 1669, Lord Ashley melibatkan Locke dalam urusan pendirian koloni baru di Carolina, khususnya dalam membuat konstitusi Carolina.[6][9] Locke menjalani tugasnya dalam membantu Lord Ashley hingga beliau meninggalkan Inggris menuju Perancis pada tahun 1675.[6][9] Di PerancisHingga tahun 1670, Locke belum dapat diceritakan sbg seorang filsuf.[9] Akan tetapi, beliau mulai mengorganisir suatu pertemuan dengan beberapa temannya sebagai bertanya mengenai topik-topik tertentu.[9] Hadir tulisan tentang epistemologi yang ditulis pada tahun 1671 berlandaskan diskusi-diskusi yang dilaksanakan Locke.[9] Selama tahun 1672 hingga 1675, kebanyakan masa Locke dipakai sebagai mengerjakan tugas-tugas administratif.[9] Pada bulan Maret 1672, Lord Ashley dinaikkan sbg pangeran dari Shaftesbury dan Locke tetap membantunya hingga Lord Ashley keluar dari posisi tersebut pada tahun 1673.[9] Pada bulan November 1675, tugas Locke bubar dan Locke pergi ke Perancis.[6] Locke tinggal di sana selama kurang semakin tiga setengah tahun.[9] Pada tanggal 4 Januari 1676, Locke tiba di Montpellier, di mana beliau tinggal selama setahun.[9] Beliau berteman dengan dua dokter Protestan yang bernama Charles Barbeyrac dan Pierre Magnol, serta seorang filsuf Cartesian, Sylvain Regis, yang menjadi guru bahasa Perancis bagi Locke.[9] Setelah mempelajari bahasa Perancis, Locke mulai membaca buku-buku dalam bahasa Perancis.[9] Selama di Montpellier, Locke meneruskan pembelajarannya dalam bidang filsafat, sebagaimana tertulis di dalam jurnal pribadinya.[9] Bulan Februari 1677, Locke meninggalkan Montpellier dan menuju Paris.[9] Beliau bermukim sebentar di Paris lalu pergi ke beberapa tempat hingga tahun 1678 kembali ke Inggris.[9] Kembali ke Inggris dan pergi ke BelandaKetika Locke memutuskan kembali ke Inggris pada bulan Mei 1679, situasi politik Inggris sedang merasakan krisis.[6] Terdapat rumor yang menyatakan akan terjadinya pembunuhan terhadap Raja Charles II sebagai dialihkan dengan saudaranya, James, yang beragama Katolik.[9] Selama empat tahun berikutnya, hingga Locke melarikan diri ke Belanda sebagai mencari suaka politik, Locke memusatkan perhatian kepada politik.[9] Hal itu diakibatkan Lord Ashley, yang merupakan sahabat Locke, yaitu salah satu pemimpin kaum yang anti terhadap pemerintahan Raja Charles II.[9] Raja Charles II melihat Lord Ashley sbg musuhnya yang amat berbahaya dan ingin membunuhnya, namun beberapa kali usahanya gagal.[9] Hal itu mendorong Lord Ashley sebagai melarikan diri dari Inggris menuju Belanda pada kesudahan tahun 1682 dan meninggal di Belanda pada bulan Januari 1683.[6][9] Kehidupan Locke di Inggris turut terancam karena gerakan-gerakan dari kaum anti pemerintahan Charles II masih terus hadir sehingga beliau terus dicurigai sbg pengkhianat oleh pemerintah.[9] Akhirnya, Locke meninggalkan Inggris pada tahun 1683 dan menuju Rotterdam, Belanda.[6][9][3] Buku Locke yang terkenal berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" ditulis ketika Locke berada di Belanda.[6][9] Tentu saja bagian penulisan buku itu telah dimulai sebelumnya.[9] Di dalam karya ini, Locke memberikan kritik terhadap buku "Patriarcha" karangan Robert Filmer karena Filmer menganjurkan monarki absolut.[3][9] Buku tersebut bukan satu-satunya karya Locke dalam bidang politik pada periode ini.[9] Pada periode ini, Locke juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, yang menulis buku sebagai menyerang kaum Protestan Inggris yang tidak mau menerima Gereja Anglikan.[9] Jikalau pada tahun 1660-1662 Locke pernah bertukar pikiran sebagai membela Gereja Anglikan, sekarang justru Locke menyanggah posisi Gereja Anglikan.[9] Locke menulis karya yang menyanggah buku Stillingfleet bersama dengan seorang teman dari Oxford yang bernama James Tyrrell.[9] Di Belanda, Locke memainkan kontak kepada beberapa politikus Inggris yang sedang melarikan diri juga.[9] Pada tahun 1684, nama Locke tercantum di dalam daftar pencarian orang dari pemerintahan Belanda sehingga Locke mesti bersembunyi dan berpindah-pindah tempat hingga bulan Mei 1685.[9] Di sinilah Locke menyelesaikan karya terpenting lainnya, "Essay tentang Pemahaman Manusia", yang mana beliau kirim salinannya ke Inggris pada tahun 1686 dengan amat hati-hati.[9] Pada kesudahan tahun 1686, naskah-naskah dari tulisan itu nyaris selesai dan menyerupai wujud kesudahan yang hadir masa ini.[9] Dalam mengerjakan buku tersebut, Locke sempat terinterupsi karena pekerjaannya dalam menulis karya lain, "Surat Perihal Toleransi".[6][9] Karya itu dikerjakan selama tahun 1685 hingga 1686 di Amsterdam.[9] Locke memang telah lama bergumul soal toleransi agama berlandaskan konteks politik Inggris, namun dorongan langsung terhadap pembuatan karya itu yaitu pencabutan kembali Edik Nantes pada bulan Oktober 1685.[9] Pemilihan bahasa Latin dalam karya itu menunjukkan bahwa karya itu ditujukan Locke kepada pembaca Eropa secara luas.[9] Karya itu terbit pada bulan Mei 1689, setelah Locke kembali ke Inggris, dan diterbitkan secara anonim.[6][9] Kembali ke Inggris pada periode pemerintahan William dari OrangeJohn Locke pada tahun 1697 Situasi politik Inggris kembali berubah ketika William dari Orange berhasil menjadi pemimpin Inggris dan mengakibatkan James II mesti melarikan diri dari Inggris.[9] Locke sekarang dapat pulang dengan tenang ke Inggris pada bulan Februari 1689, bahkan ditawari posisi sbg diplomat namun beliau menolak karena argumen kesehatan.[6][9][3] Pada tahun 1689, Locke bertemu dan menjalin hubungan dengan Newton.[9] Locke menjadi salah satu pembaca pertama dari "Principia", karya penting Newton.[9] Keduanya juga sering bertemu sebagai bertanya dan mengirim surat sebagai membahas topik-topik tertentu.[9] Topik yang menjadi minat utama mereka berdua bukanlah ilmu dunia tetapi penafsiran Alkitab.[9] Setelah bukunya "Essay tentang Pemahaman Manusia" terbit, beliau segera mempersiapkan revisi dari buku itu dan juga buku "Dua Tulisan tentang Pemerintahan".[9] Selain itu, buku "Surat-Surat Perihal Toleransi" juga sedang diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh William Popple.[9] Setelah diterbitkan pada bulan Oktober 1689, buku itu terjual keras dan menimbulkan beragam reaksi.[9] Salah satu yang menanggapi buku itu dengan keras yaitu Jonas Proast pada tahun 1690 dan ditanggapi kembali oleh Locke pada tahun yang sama.[9] Akan tetapi, identitas Locke tetap menjadi rahasia.[9] Perdebatan mereka berlanjut hingga Juni 1692 ketika Locke menulis "Surat Ketiga tentang Toleransi", dan Proast tidak menanggapi lagi.[9] Setelah Locke kembali ke Inggris, Locke menetap beberapa masa di London.[9] Beliau kehilangan posisinya di Sekolah Gereja Kristus dan tidak pernah berusaha mengambilnya kembali.[9] Pada awal tahun 1691, beliau diundang sebagai tinggal di Oates, Essex bagian utara, yang merupakan kediaman Francis Masham.[9] Istri Masham, Damaris, yaitu anak dari Ralph Cudworth dan merupakan teman dialog Locke melewati surat selama bertahun-tahun.[9] Akhirnya, Oates menjadi kediaman Locke sepanjang sisa hidupnya, meski pada dekade 1690-an, Locke sempat tinggal di London karena beberapa urusannya di pemerintahan.[9] Setelah itu, Locke berupaya menyelesaikan karya lainnya dalam bidang pendidikan, "Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan".[9] Karya itu dipublikasikan pada bulan Juli 1693 dan edisi baru hadir isinya penambahan materi terbit dua tahun akhir.[9] Pada tahun 1695, Locke menerbitkan lagi tulisan yang berjudul "Kerasionalan Agama Kristen" (The Reasonableness of Christianity).[9] Sebagaimana "Surat-Surat tentang Toleransi", karya ini juga diterbitkan secara anonim dan segera menimbulkan kontroversi.[9] Kontroversi itu muncul karena pemikiran-pemikiran Locke di dalam buku itu dinilai terlalu melemahkan agama Kristen.[9] Lawan polemik Locke kali ini yaitu John Edwards, dan polemik mereka berdua terjadi hingga tahun 1697.[9] Pada bulan-bulan awal tahun 1696, Locke menghabiskan masanya sebagai beristirahat di Oates.[9] Pada bulan Juni, beliau mulai memainkan pekerjaannya sebagai pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi dan koloni-koloni Inggris, selama empat tahun berikutnya.[9] Selain mengurus masalah-masalah negara, Locke pada periode ini juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, seorang uskup Gereja Anglikan.[6][9] Polemik mereka berlanjut dari bulan November 1696 hingga kesudahan tahun 1698 ketika kesehatan Stillingfleet menurun dan tidak memungkinkannya menanggapi pandangan Locke lagi.[9] Kesudahan hidupPada bulan Juni 1700, Locke pensiun dari pekerjaannya di pemerintahan.[9] Beliau menjalani sisa kehidupannya selama 4 tahun dengan tenang dan tidak terlalu sering mengunjungi London.[9] Walaupun demikian, Locke masih mengerjakan tulisan lainnya yang berjudul "Parafrase dan Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (Paraphrase and Notes on the Epistles of St Paul).[9] Karya ini menyatakan kedalaman watak religius dari pemikiran Locke.[9] Kesehatan Locke makin menurun dalam tahun-tahun terakhir kehidupannya dan beliau menderita penyakit asma.[9] Kunjungan terakhirnya ke London pada bulan Januari 1698 karena dipanggil oleh Raja William III membuat kesehatannya semakin buruk.[9] Bulan-bulan kesudahan tahun 1704 merupakan saat-saat terakhir kehidupannya.[6][9] Beliau meninggal tanggal 28 Oktober 1704 dan dikuburkan di High Laver.[6][9] PemikiranTentang pengetahuanSampul depan buku "Essay tentang Pemahaman Manusia". Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh di dalam sejarah filsafat yaitu mengenai bagian manusia mendapat pengetahuan. Beliau berupaya menjelaskan bagaimana bagian manusia mendapat pengetahuannya.[10] Menurut Locke,[7][2][11] seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Posisi ini yaitu posisi empirisme yang menolak gagasan kaum rasionalis yang menyebut sumber pengetahuan manusia yang terutama berasal dari rasio atau pikiran manusia. Walaupun demikian, rasio atau pikiran berperan juga di dalam bagian manusia mendapat pengetahuan. Dengan demikian, Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia merasakan sesuatu, pikiran atau rasio manusia itu belum berfungsi atau masih kosong. Situasi tersebut diibaratkan Locke seperti sebuah kertas putih (tabula rasa) yang akhir mendapat pokoknya dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia hanya berfungsi sebagai mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber utama pengetahuan menurut Locke yaitu pengalaman. Ragam pengalaman ManusiaSemakin lanjut, Locke menyatakan hadir dua macam pengalaman manusia, yakni pengalaman lahiriah (sense atau eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense atau reflection).[7][11] Pengalaman lahiriah yaitu pengalaman yang menangkap aktivitas indrawi yaitu segala aktivitas material yang berkomunikasi dengan panca indra manusia.[7] Akhir pengalaman batiniah terjadi ketika manusia hadir kesadaran terhadap aktivitasnya sendiri dengan cara 'mengingat', 'menghendaki', 'meyakini', dan sbgnya.[7] Kedua wujud pengalaman manusia inilah yang akan membentuk pengetahuan melewati bagian berikutnya.[7] Bagian manusia mendapat pengetahuanDari perpaduan dua wujud pengalaman manusia, pengalaman lahiriah dan pengalaman batiniah, diperoleh apa yang Locke sebut 'pandangan-pandangan sederhana' (simple ideas) yang berfungsi sbg data-data empiris.[7][11] Hadir empat jenis pandangan sederhana:[7]
Di dalam bagian terbentuknya pandangan-pandangan sederhana ini, rasio atau pikiran manusia bersifat pasif atau belum berfungsi.[11] Setelah pandangan-pandangan sederhana ini tersedia, baru rasio atau pikiran bekerja membentuk 'pandangan-pandangan kompleks' (complex ideas).[7][11] Rasio bekerja membentuk pandangan kompleks dengan cara membandingkan, mengabstraksi, dan menghubung-hubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut.[7] Hadir tiga jenis pandangan kompleks yang terbentuk:[7][11]
Tentang negaraSampul depan buku "Dua Tulisan tentang Pemerintahan". Pandangan Locke tentang negara terdapat di dalam bukunya yang berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Civil Government).[7] Beliau menjelaskan pandangannya itu dengan menganalisis tahap-tahap perkembangan masyarakat.[7] Locke membagi perkembangan masyarakat menjadi tiga, yakni kondisi alamiah (the state of nature), kondisi perang (the state of war), dan negara (commonwealth).[7] Tahap kondisi alamiahKondisi alamiah yaitu tahap pertama dari perkembangan masyarakat.[7] Pemikiran Locke ini serupa dengan pemikiran Hobbes namun bila Hobbes menyatakan kondisi alamiah sbg kondisi "perang seluruh lawan semua", maka Locke berbeda.[11][7] Menurut Locke, kondisi alamiah sebuah masyarakat manusia yaitu situasi harmonis, di mana seluruh manusia hadir kebebasan dan kesamaan hak yang sama.[11][7] Dalam kondisi ini, setiap manusia tidak terikat menentukan dirinya dan menggunakan apa yang dimilikinya tanpa bergantung kepada kehendak orang lain.[11] Walaupun masing-masing orang tidak terikat terhadap sesamanya, namun tidak terjadi kekacauan karena masing-masing orang hidup berlandaskan ketentuan hukum kodrat yang diberikan oleh Tuhan.[11] Yang dimaksud hukum kodrat dari Tuhan menurut Locke yaitu larangan sebagai merusak dan memusnahkan kehidupan, kebebasan, dan harta milik orang lain.[7] Dengan demikian, Locke menyebut hadir hak-hak dasariah yang terikat di dalam kodrat setiap manusia dan merupakan pemberian Allah.[7] Pemikiran ini serupa dengan pemikiran Hak Asasi Manusia (HAM) di dalam masyarakat modern.[7] Tahap kondisi perangTahap kedua yaitu kondisi perang.[7] Locke menyebutkan bahwa ketika kondisi alamiah telah mengenal hubungan-hubungan sosial maka situasi harmoni mulai berubah.[7] Penyebab utamanya yaitu terciptanya uang.[7] Dengan uang, manusia dapat mengumpulkan kekayaan secara amat sangat, sedangkan di dalam kondisi alamiah absen perbedaan kekayaan yang mencolok karena setiap orang mengumpulkan secukupnya sebagai makanan masing-masing.[7] Ketidaksamaan harta kekayaan membuat manusia mengenal status tuan-budak, majikan-pembantu, dan status-status yang hierarkis lainnya.[7] Sebagai mempertahankan harta miliknya, manusia menjadi iri, saling bermusuhan, dan berlomba.[11][7] Masing-masing orang menjadi hakim dan mempertahankan miliknya sendiri.[11] Kondisi alamiah yang harmonis dan penuh damai tersebut akhir berubah menjadi kondisi perang yang ditandai dengan permusuhan, kedengkian, kekerasan, dan saling menghancurkan.[7] Situasi seperti ini berpotensi memusnahkan kehidupan manusia jika absen jalan keluar dari kondisi perang.[7] Tahap terbentuknya negaraLocke menyatakan bahwa sebagai menciptakan jalan keluar dari kondisi perang sambil menjamin milik pribadi, maka masyarakat sepakat sebagai mengadakan "perjanjian asal".[11][7] Inilah masa lahirnya negara persemakmuran (commonwealth).[7] Dengan demikian, tujuan berdirinya negara bukanlah sebagai menciptakan kesamarataan setiap orang, melainkan sebagai menjamin dan melindungi milik pribadi setiap warga negara yang mengadakan perjanjian tersebut.[7] Di dalam perjanjian tersebut, masyarakat memberikan dua kekuasaan penting yang mereka miliki di dalam kondisi alamiah kepada negara.[7] Kedua kuasa tersebut yaitu hak sebagai menentukan bagaimana setiap manusia mempertahankan diri, dan hak sebagai menghukum setiap pelanggar hukum kodrat yang berasal dari Tuhan.[7] Nasihat Locke ini menimbulkan dua konsekuensi:[7]
Dengan demikian, Locke menentang pandangan Hobbes tentang kekuasaan negara yang absolut dan mengatasi seluruh warga negara.[11] Pembatasan kekuasaan negaraNegara di dalam pandangan Locke dibatasi oleh warga masyarakat yang merupakan pembuatnya.[7] Sebagai itu, sistem negara perlu didirikan dengan hadirnya pembatasan kekuasaan negara, dan wujud pembatasan kekuasaan tersebut dapat dilaksanakan dengan dua cara.[7] Cara pertama yaitu dengan membentuk konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang ditentukan oleh Parlemen berlandaskan prinsip mayoritas.[7] Cara kedua yaitu hadirnya pembagian kekuasaan dalam tiga unsur: legistlatif, eksekutif, dan federatif.[11] Unsur legislatif yaitu kekuasaan sebagai membuat undang-undang dan merupakan kekuasaan tertinggi.[7] Kekuasaan ini dijalankan oleh Parlemen yang mewakili golongan kaya dan kaum bangsawan karena mereka, dengan kekayaannya, paling banyak menyumbangkan sesuatu kepada negara.[7] Dalam membuat undang-undang, kekuasaan legislatif terikat kepada tuntutan hukum dunia yaitu keharusan menghormati hak-hak dasar manusia.[7] Unsur eksekutif yaitu pemerintah yang melaksanakan undang-undang, yaitu raja dan para bawahannya.[7] Terakhir, unsur federatif yaitu kekuasaan yang mengatur masalah-masalah bilateral, seperti mengadakan perjanjian damai, kesepakatan kerja sama, atau menyatakan perang.[7] Menurut Locke, kekuasaan federatif dapat dipegang oleh pihak eksekutif, di mana dalam kondisi darurat pihak eksekutif dapat mengambil sikap yang dibuat yang melampaui wewenang hukum yang dimilikinya.[7] Di dalam sistem kenegaraan Locke di atas, tetap hadir kemungkinan penyalahgunaan wewenang oleh pihak-pihak yang berkuasa atas rakyat.[7] Oleh karena itu, menurut Locke, rakyat hadir hak sebagai mengadakan perlawanan dan menyingkirkan pihak eksekutif dengan kekerasan bila mereka telah bertindak di luar wewenang mereka.[7] Di sini, rakyat merebut kembali hak yang telah mereka berikan.[7] Tentang hubungan agama dan negaraTulisan Locke yang berjudul "Surat-Surat mengenai Toleransi". Pandangan Locke lain yang penting dan masih berkomunikasi dengan pemikiran negara yaitu mengenai hubungan selang agama dan negara.[7] Pemikiran Locke mengenai hal ini terdapat di dalam tulisannya yang berjudul 'Surat-Surat Mengenai Toleransi' (Letters of Toleration).[7] Locke menyatakan bahwa perlu hadir pemisahan tegas selang urusan agama dan urusan negara karena tujuan masing-masing sudah berbeda.[7] Negara tidak boleh menganut agama apapun, apalagi jika membatasi atau meniadakan suatu agama.[11] Tujuan negara yaitu melindungi hak-hak dasar warganya di dunia ini sedangkan tujuan agama yaitu mengusahakan keselamatan jiwa manusia sebagai kehidupan tidak berkesudahan di kehidupan setealh didunia kelak setelah kematian.[7] Jadi, negara berfungsi sebagai memelihara kehidupan di dunia sekarang, sedangkan agama berfungsi sebagai menjalankan ibadah kepada Tuhan dan sampai kehidupan abadi.[7] Agama yaitu urusan pribadi, berbeda dengan negara yang merupakan urusan masyarakat umum.[7] Pemisahan selang keduanya haruslah ditegaskan, dan masing-masing tidak boleh mencampuri urusan lainnya.[7] Negara tidak boleh mencampuri urusan keyakinan religius manusia, sedangkan agama tidak boleh memainkan sesuatu yang dapat menghalangi atau menggagalkan pelaksanaan tujuan negara.[7] Bila negara akan menghalangi kebebasan beragama dari warganya, maka rakyat berhak sebagai melawan.[7] Tentang agamaPandangan Locke mengenai agama bersifat deistik.[11] Beliau menganggap agama Kristen yaitu agama yang paling masuk jalan melakukan sesuatu dibandingkan agama-agama lain, karena ajaran-ajaran Kristen dapat dibuktikan oleh jalan melakukan sesuatu manusia.[11] Pengertian tentang Allah juga disusun oleh pembuktian-pembuktian.[11] Locke berangkat dari kenyataan bahwa manusia yaitu makhluk berakal budi, sehingga pastilah diakibatkan karena hadirnya 'Tokoh Pencipta' yang mutlak dan maha kuasa, yaitu Allah.[11] Beliau meyakini bahwa Alkitab ditulis oleh ilham Ilahi, namun beliau juga menyatakan bahwa setiap wahyu Ilahi haruslah diuji oleh rasio manusia.[6] PengaruhDalam filsafat pengetahuanHume, seorang filsuf empiris radikal yang dipengaruhi oleh Locke Pemikiran Locke tentang pengetahuan hadir pengaruh mulia terhadap para filsuf setelahnya, khususnya David Hume di Inggris dan Kant di Jerman.[7][4] Pandangan Locke tentang bagian manusia mendapat pengetahuan hadir dua implikasi penting.[2] Pertama, munculnya anggapan bahwa seluruh pengetahuan manusia berasal dari pengalaman, dan tiadanya pengetahuan secara apriori (sebelum pengalaman) sebagaimana yang diceritakan Descartes.[2] Kedua, seluruh hal yang manusia ketahui melewati pengalaman, bukanlah obyek atau benda pada dirinya sendiri, melainkan hanya kesan-kesan indrawi dari hal itu yang diterima oleh panca indra manusia.[2] Kant, filsuf mulia masa Pencerahan Pertama, mengenai pengatahuan yang berasal dari pengalaman, berfaedah segala pengetahuan manusia sebenarnya hanya merupakan kait-mengait dari pengalaman-pengalaman sederhana.[2] Pemikiran ini akan memengaruhi dan dipertajam oleh David Hume di akhir hari, dan kesudahannya mendapat wujud paling tajam di dalam filsafat Kant, yang merupakan seorang filsuf paling berpengaruh di era filsafat modern.[2] Kant menolak seluruh kemungkinan metafisika, maksudnya manusia tidak dapat mengetahui sesuatu apapun di luar panca-indranya.[2] Semakin jauh, Kant menyatakan bahwa pengetahuan atau pemikiran tentang Allah telah kehilangan legitimasi karena tidak mungkin lagi, karena Allah berada di luar jangkauan indrawi manusia.[2] Tentu saja pandangan Kant ini telah banyak dikritik, namun pengaruhnya tetap mulia.[2] Kedua, bahwa manusia dalam pengalamannya sebenarnya hanya menerima kesan-kesan indrawi yang ditangkap oleh panca indra kita dari benda-benda atau hal-hal tertentu, hadir implikasi terhadap kecenderungan subyektivisme.[2] Maksudnya subyektivisme yaitu pandangan yang menolak hadirnya sesuatu yang obyektif, yang berlangsung umum, dan hal itu akan mengarah ke relativisme.[2] Hal itu diakibatkan manusia yang satu dengan lainnya dapat menarik kesimpulan berbeda mengenai kesan-kesan indrawi mereka masing-masing terhadap suatu hal atau benda.[2] Apa yang obyektif, yakni benda tersebut sesungguhnya pada dirinya sendiri, tidak dapat diketahui oleh manusia.[2] Dalam bidang politikPengaruh pemikiran Locke dalam bidang politik amat mulia di negara-negara Eropa, seperti Inggris, Perancis, Jerman, bahkan hingga Amerika Serikat.[6] Bapak-bapak pendiri negara Amerika Serikat, seperti Jonathan Edwards, Hamilton, dan Thomas Jefferson dipengaruhi oleh ide-ide politik Locke.[6] Akhir para filsuf Pencerahan Perancis, seperti Voltaire dan Montesquieu, juga dipengaruhi oleh Locke.[6][7] Dengan demikian, dapat diceritakan bahwa pemikiran-pemikiran politik Locke juga memengaruhi munculnya Revolusi Perancis tanggal 14 Juli 1789.[6][7] Dalam bidang keagamaanPandangan Locke tentang agama memengaruhi perkembangan deisme atau agama alamiah.[11] Pandangan tersebut semakin luas di Barat pada seratus tahun ke-19 dan ke-20.[11] Munculnya negara-negara sekularistikPandangan Locke yang memisahkan urusan negara dan urusan agama dengan sangat ketat merupakan awal dari munculnya negara-negara sekularistik di akhir hari.[7] Negara-negara yang menganut paham sekular memisahkan dengan ketat urusan negara dan urusan agama.[7] Terhadap psikologi dan epistemologiPemikiran-pemikiran Locke terhadap pikiran manusia telah membawa pengaruh dalam bidang psikologi dan epistemologi.[3] Beberapa filsuf dan pemikir setelahnya yang dipengaruhi Locke yaitu David Hartley (1705-1757), Joseph Priestley (1733-1804), Francis Hutcheson (1694-1747), James Mill (1733-1836), dan Étienne Condillac (1715-1780).[3] Mereka mendapat pengaruh Locke dalam hal menganalisis pengalaman manusia berlandaskan unsur-unsur pengalaman, kombinasi unsur-unsur tersebut, dan asosiasi-asosiasi yang terjadi.[3] Kritik terhadap LockeKritik terhadap model negara LockeMenurut Simon Petrus L. Tjahjadi, gagasan Locke tentang model negara terlalu mengedepankan kepentingan kaum bangsawan dan kaum pemodal dibandingkan kepentingan seluruh rakyat.[7] Hal itu terlihat dari model pembatasan kekuasaan negara yang menggunakan pembagian kekuasaan selang legislatif dan eksekutif, yang mana golongan eksekutif dan federatif didiami oleh raja dan para menteri, sedangkan golongan legislatif diisi golongan bangsawan dan orang-orang kaya.[7] Absen tempat bagi rakyat biasa di dalam model pembagian kekuasaan ini.[7] Jikalau absen tempat bagi rakyat biasa sebagai mengawasi jalannya pemerintahan, maka pembuatan Undang-Undang dan pelaksanaannya dapat saja disalahgunakan bagi kepentingan pemerintah dan kaum bangsawan saja.[7] Bila ini terjadi, rakyat tidak dapat memperjuangkan kepentingannya melewati sistem negara yang hadir, dan kesudahannya hanya akan membuat negara kembali ke "keadaan perang" karena terjadi ketidakadilan.[7] Padahal situasi "keadaan perang" itulah yang ingin diatasi Locke.[7] Kritik terhadap pemisahan negara dan agamaLocke merumuskan wewenang negara dan agama dengan amat ketat sehingga keduanya menjadi terpisah dan tidak boleh saling mencampuri wewenang lainnya.[7] Urusan agama yaitu keselamatan kehidupan setealh didunia sedang urusan negara yaitu keselamatan di dunia masa ini, ketika manusia masih hidup.[7] Persoalannya, menurut Simon Petrus L. Tjahjadi, apakah pemisahan itu berlandaskan dengan pandangan agama itu sendiri?[7] Kebanyakan agama hadir pandangan bahwa agama mesti ikut campur dalam soal-soal publik, seperti keadilan sosial, wewenang pemerintahan, dan tuntutan moral umum.[7] Perwujudan iman setiap pemeluk agama seringkali mesti berfungsi juga di dalam persoalan-persoalan umum, sehingga pemisahan selang agama dan agama seperti yang diusulkan Locke dapat melanggar keyakinan agama-agama tertentu dan tidak dapat diterima.[7] Bibliografi karya-karya utama Locke
Manuskrip yang belum dipublikasikan atau dipublikasikan setelah neninggal
Referensi
Tautan LuarKarya-Karya Locke
Sumber-Sumber tentang Locke
edunitas.com Page 3
John Locke (kelahiran 29 Agustus 1632 – meninggal 28 Oktober 1704 pada umur 72 tahun) yaitu seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari pendekatan empirisme. Selain itu, di dalam bidang filsafat politik, Locke juga dikenal sbg filsuf negara liberal.[2] Bersama dengan rekannya, Isaac Newton, Locke dipandang sbg salah satu figur terpenting di era Pencerahan.[3][4] Selain itu, Locke menandai lahirnya era Modern dan juga era pasca-Descartes (post-Cartesian), karena pendekatan Descartes tidak lagi menjadi satu-satunya pendekatan yang dominan di dalam pendekatan filsafat masa itu.[4][5][6] Akhir Locke juga menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya eksperimen-eksperimen di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.[6] Tulisan-tulisan Locke tidak hanya berkomunikasi dengan filsafat, tetapi juga tentang pendidikan, ekonomi, teologi, dan medis.[3] Karya-karya Locke yang terpenting yaitu "Esai tentang Pemahaman Manusia" (Essay Concerning Human Understanding), Tulisan-Tulisan tentang Toleransi" (Letters of Toleration), dan "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Government).[7][8][3] BiografiJohn Locke dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1632 di Wrington, Somerset.[6][9] Keluarganya berasal dari kelas menengah dan ayahnya hadir beberapa rumah dan tanah di sekitar Pensford, suatu kota kecil di bagian selatan Bristol.[9] Selain bekerja sbg pemilik tanah, ayah Locke bekerja juga sbg pengacara dan memperagakan tugas-tugas administratif di pemerintahan lokal.[6][9] Pada tahun 1647, Locke berupaya bisa di Sekolah Westminster, yang pada masa itu adalah sekolah terkenal di Inggris.[9][6] Pendidikan di sana berpusat pada pelajaran bahasa-bahasa kuno, yaitu pertama-tama bahasa Latin, akhir bahasa Yunani, dan juga bahasa Ibrani.[9] Setelah itu, pada tahun 1652, Locke mendapat beasiswa sebagai menempuh pendidikan di Sekolah Gereja Kristus (Christ Church), Oxford, dan tinggal di sana sejak bulan Mei 1652.[6][9] Di sekolah itu, Locke kurang menyukai cara skolastik dalam bertukar pikiran dan juga tema-tema metafisika dan logika.[6][9] Karena itu, Locke tidak mendapat nilai yang mengesankan ketika beliau mendapat gelar hingga strata dua.[9] Beliau banyakan menghabiskan masanya sebagai membaca karya-karya sastra, seperti drama, roman, dan sbgnya.[9] Setelah itu, Locke mulai menyenangi bidang medis, sebagaimana tertulis di dalam beberapa catatan pribadi Locke yang ditulis pada periode kesudahan dekade 1650-an.[9] Beliau membuat banyak catatan tentang hal-hal yang berkomunikasi dengan kesehatan dan pengobatan.[9] Melewati minatnya dalam bidang medis, Locke mulai meminati filsafat dunia sejak tahun 1658.[9] Pada awal tahun 1660, beliau berjumpa dengan Robert Boyle yang akan banyak memengaruhinya kelak.[6][9] Sejak tahun 1660, Locke menambah minatnya dengan membaca filsafat mekanis yang baru muncul, yang dimulai dengan membaca karya Boyle.[9] Selain itu, beliau juga mulai rajin membaca karya-karya Descartes.[9] Perhatian Locke pada waktu-waktu ini tidak terbatas pada bidang medis dan filsafat dunia saja, namun juga untuk bidang politik.[9] Situasi politik di Inggris pada masa itu memang sedang bergejolak.[9] Cromwell, yang pada masa itu telah mengubah sistem politik Inggris, meninggal pada tahun 1658 sehingga terjadi perubahan lagi di bawah pemerintahan Raja Charles II.[9] Charles II menghendaki pemerintahan yang dengan kuat menguasai negara dan gereja Inggris, dan Locke pada masa itu mendukung pemerintahan Charles II.[9] Pada bulan November hingga Desember 1660, beliau membuat suatu karangan singkat sebagai menanggapi pandangan Edward Bagshaw, yang menegaskan perlunya hakim sipil dalam menentukan bentuk-bentuk ibadah keagamaan.[9] Akhir pada tahun 1661-1662, Locke menulis dua karya lagi dalam bahasa Latin.[9] Karya pertama menegaskan lagi tesis yang dipakai sebagai melawan argumentasi Bagshaw, dan karya kedua hadir isinya penolakan terhadap posisi Gereja Katolik Roma yang mencetuskan Alkitab perlu ditafsir tanpa hadir kekeliruan melewati lembaga magisterium.[9] Di sini, Locke menggunakan teologi Gereja Anglikan dalam mempertahankan gagasannya.[9] Pada tahun 1661, Locke dinaikkan menjadi dosen di sekolah Gereja Kristus tempatnya berupaya bisa dahulu.[6][9] Beliau mengajar bahasa Yunani dan bahasa Latin.[6][9] Akhir pada tahun 1664, beliau menjadi petugas sensor dalam bidang filsafat moral.[6][9] Selama periode ini, Locke melanjutkan minatnya pada bidang pengobatan dan filsafat dunia.[9] Akhir Locke berupaya bisa untuk Thomas Willis selama tahun 1661-1662 dan mempelajari kimia pada tahun 1663 untuk Boyle.[9] Selain itu, Locke juga menolong penelitian-penelitian yang mereka lakukan.[9] Pada tahun 1665, Locke mendapat kesempatan sebagai menjadi sekretaris Walter Vane yang bekerja memperagakan misi diplomatik ke beberapa negara.[6][9] Locke meninggalkan Inggris pada bulan November dan kembali pada bulan Februari.[9] Melewati surat yang dikirimnya, tampak bahwa Locke menikmati kunjungan luar negeri pertamanya itu.[9] Setelah itu, Locke dinegosiasikan pekerjaan menjadi sekretaris sebagai pekerjaan diplomasi ke Spanyol namun beliau menolak.[9][6] Sekembalinya Locke ke Oxford, beliau melanjutkan studinya dalam bidang kimia dan fisiologi.[9] Pada tahun 1666, Locke bertemu dengan Lord Ashley yang di akhir hari membuat perubahan mulia dalam hidup Locke.[9] Pada tahun 1667, Locke pindah dari Oxford menuju London sebagai bekerja di rumah Lord Ashley.[6][9][3] Locke tinggal di sini selama delapan tahun.[9] Selama di London, Locke juga membaca buku-buku pengobatan, namun di situ beliau mendapat pengalaman langsung dalam soal-soal klinis karena beliau menjadi asisten dari Thomas Sydenham yang yaitu seorang dokter.[9][6] Locke menemani Sydenham dalam perjalanan-perjalanannya dan juga membuat catatan-catatan tentang soal-soal kesehatan.[9] Di sini, Locke membuat catatan yang kesudahannya dibukukan dengan judul De Arte Medica, yang di dalamnya dipakai pendekatan empiris.[9] Pada tahun 1668, Lord Ashley merasakan gangguan kesehatan yang cukup parah.[9] Locke memperagakan operasi terhadap liver Lord Ashley dan hal adanya semakin membaik.[9] Karena itu, Lord Ashley menganggap Locke sbg penyelamat hidupnya.[9] Setelah itu, sebagai mendukung studi Locke dalam bidang kimia, Lord Ashley menyediakan laboratorium di rumahnya.[9] Selain meningkatkan kemampuan dalam bidang kesehatan dengan praktik langsung bersama Sydenham, perkenalan Locke dengan Lord Ashley juga menambah pengalaman Locke dalam bidang politik.[9] Setahun setelah datang ke London, Locke menulis "Essay tentang Toleransi" yang pokoknya amat berbeda dengan dua karya yang beliau tulis pada tahun 1660-1662.[9] Pada tahun 1669, Lord Ashley melibatkan Locke dalam urusan pendirian koloni baru di Carolina, khususnya dalam membuat konstitusi Carolina.[6][9] Locke menjalani tugasnya dalam menolong Lord Ashley hingga beliau meninggalkan Inggris menuju Perancis pada tahun 1675.[6][9] Di PerancisHingga tahun 1670, Locke belum mampu diceritakan sbg seorang filsuf.[9] Akan tetapi, beliau mulai mengorganisir suatu pertemuan dengan beberapa temannya sebagai bertanya tentang topik-topik tertentu.[9] Hadir tulisan tentang epistemologi yang ditulis pada tahun 1671 berlandaskan diskusi-diskusi yang dilakukan Locke.[9] Selama tahun 1672 hingga 1675, kebanyakan masa Locke dipakai sebagai mengerjakan tugas-tugas administratif.[9] Pada bulan Maret 1672, Lord Ashley dinaikkan sbg pangeran dari Shaftesbury dan Locke tetap menolongnya hingga Lord Ashley keluar dari posisi tersebut pada tahun 1673.[9] Pada bulan November 1675, tugas Locke bubar dan Locke pergi ke Perancis.[6] Locke tinggal di sana selama kurang semakin tiga setengah tahun.[9] Pada tanggal 4 Januari 1676, Locke tiba di Montpellier, di mana beliau tinggal selama setahun.[9] Beliau berteman dengan dua dokter Protestan yang bernama Charles Barbeyrac dan Pierre Magnol, serta seorang filsuf Cartesian, Sylvain Regis, yang menjadi guru bahasa Perancis bagi Locke.[9] Setelah mempelajari bahasa Perancis, Locke mulai membaca buku-buku dalam bahasa Perancis.[9] Selama di Montpellier, Locke meneruskan pembelajarannya dalam bidang filsafat, sebagaimana tertulis di dalam jurnal pribadinya.[9] Bulan Februari 1677, Locke meninggalkan Montpellier dan menuju Paris.[9] Beliau bermukim sebentar di Paris lalu pergi ke beberapa tempat hingga tahun 1678 kembali ke Inggris.[9] Kembali ke Inggris dan pergi ke BelandaKetika Locke memutuskan kembali ke Inggris pada bulan Mei 1679, situasi politik Inggris sedang merasakan krisis.[6] Terdapat rumor yang mencetuskan akan terjadinya pembunuhan terhadap Raja Charles II sebagai dialihkan dengan saudaranya, James, yang beragama Katolik.[9] Selama empat tahun berikutnya, hingga Locke melarikan diri ke Belanda sebagai mencari suaka politik, Locke memusatkan perhatian untuk politik.[9] Hal itu diakibatkan Lord Ashley, yang adalah sahabat Locke, yaitu salah satu pimpinan kaum yang anti terhadap pemerintahan Raja Charles II.[9] Raja Charles II melihat Lord Ashley sbg musuhnya yang amat berbahaya dan ingin membunuhnya, namun beberapa kali usahanya gagal.[9] Hal itu mendorong Lord Ashley sebagai melarikan diri dari Inggris menuju Belanda pada kesudahan tahun 1682 dan meninggal di Belanda pada bulan Januari 1683.[6][9] Kehidupan Locke di Inggris turut terancam karena gerakan-gerakan dari kaum anti pemerintahan Charles II masih terus hadir sehingga beliau terus dicurigai sbg pengkhianat oleh pemerintah.[9] Akhirnya, Locke meninggalkan Inggris pada tahun 1683 dan menuju Rotterdam, Belanda.[6][9][3] Buku Locke yang terkenal berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" ditulis ketika Locke hadir di Belanda.[6][9] Tentu saja bagian penulisan buku itu telah dimulai sebelumnya.[9] Di dalam karya ini, Locke memberikan kritik terhadap buku "Patriarcha" karangan Robert Filmer karena Filmer menganjurkan monarki absolut.[3][9] Buku tersebut bukan satu-satunya karya Locke dalam bidang politik pada periode ini.[9] Pada periode ini, Locke juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, yang menulis buku sebagai menyerang kaum Protestan Inggris yang tidak mau menerima Gereja Anglikan.[9] Jikalau pada tahun 1660-1662 Locke pernah bertukar pikiran sebagai membela Gereja Anglikan, sekarang justru Locke menyanggah posisi Gereja Anglikan.[9] Locke menulis karya yang menyanggah buku Stillingfleet bersama dengan seorang teman dari Oxford yang bernama James Tyrrell.[9] Di Belanda, Locke memperagakan kontak untuk beberapa politikus Inggris yang sedang melarikan diri juga.[9] Pada tahun 1684, nama Locke tercantum di dalam daftar pencarian orang dari pemerintahan Belanda sehingga Locke mesti bersembunyi dan berpindah-pindah tempat hingga bulan Mei 1685.[9] Di sinilah Locke menyelesaikan karya terpenting lainnya, "Essay tentang Pemahaman Manusia", yang mana beliau kirim salinannya ke Inggris pada tahun 1686 dengan amat hati-hati.[9] Pada kesudahan tahun 1686, naskah-naskah dari tulisan itu nyaris selesai dan menyerupai wujud kesudahan yang hadir masa ini.[9] Dalam mengerjakan buku tersebut, Locke sempat terinterupsi karena pekerjaannya dalam menulis karya lain, "Surat Perihal Toleransi".[6][9] Karya itu dikerjakan selama tahun 1685 hingga 1686 di Amsterdam.[9] Locke memang telah lama bergumul soal toleransi agama berlandaskan konteks politik Inggris, namun dorongan langsung terhadap pembuatan karya itu yaitu pencabutan kembali Edik Nantes pada bulan Oktober 1685.[9] Pemilihan bahasa Latin dalam karya itu menunjukkan bahwa karya itu ditujukan Locke untuk pembaca Eropa secara luas.[9] Karya itu terbit pada bulan Mei 1689, setelah Locke kembali ke Inggris, dan diterbitkan secara anonim.[6][9] Kembali ke Inggris pada periode pemerintahan William dari OrangeJohn Locke pada tahun 1697 Situasi politik Inggris kembali berubah ketika William dari Orange berhasil menjadi pimpinan Inggris dan mengakibatkan James II mesti melarikan diri dari Inggris.[9] Locke sekarang mampu pulang dengan tenang ke Inggris pada bulan Februari 1689, bahkan ditawari posisi sbg diplomat namun beliau menolak karena argumen kesehatan.[6][9][3] Pada tahun 1689, Locke bertemu dan menjalin hubungan dengan Newton.[9] Locke menjadi salah satu pembaca pertama dari "Principia", karya penting Newton.[9] Keduanya juga sering bertemu sebagai bertanya dan mengirim surat sebagai membahas topik-topik tertentu.[9] Topik yang menjadi minat utama mereka berdua bukanlah ilmu dunia tetapi penafsiran Alkitab.[9] Setelah bukunya "Essay tentang Pemahaman Manusia" terbit, beliau segera mempersiapkan revisi dari buku itu dan juga buku "Dua Tulisan tentang Pemerintahan".[9] Selain itu, buku "Surat-Surat Perihal Toleransi" juga sedang diartikan dalam bahasa Inggris oleh William Popple.[9] Setelah diterbitkan pada bulan Oktober 1689, buku itu terjual keras dan menimbulkan beragam reaksi.[9] Salah satu yang menanggapi buku itu dengan keras yaitu Jonas Proast pada tahun 1690 dan ditanggapi kembali oleh Locke pada tahun yang sama.[9] Akan tetapi, identitas Locke tetap menjadi rahasia.[9] Perdebatan mereka berlanjut hingga Juni 1692 ketika Locke menulis "Surat Ketiga tentang Toleransi", dan Proast tidak menanggapi lagi.[9] Setelah Locke kembali ke Inggris, Locke menetap beberapa masa di London.[9] Beliau kehilangan posisinya di Sekolah Gereja Kristus dan tidak pernah berupaya mengambilnya kembali.[9] Pada awal tahun 1691, beliau diundang sebagai tinggal di Oates, Essex bagian utara, yang adalah kediaman Francis Masham.[9] Istri Masham, Damaris, yaitu anak dari Ralph Cudworth dan adalah teman dialog Locke melewati surat selama bertahun-tahun.[9] Akhirnya, Oates menjadi kediaman Locke sepanjang sisa hidupnya, meski pada dekade 1690-an, Locke sempat tinggal di London karena beberapa urusannya di pemerintahan.[9] Setelah itu, Locke berupaya menyelesaikan karya lainnya dalam bidang pendidikan, "Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan".[9] Karya itu dipublikasikan pada bulan Juli 1693 dan edisi baru hadir isinya penambahan materi terbit dua tahun akhir.[9] Pada tahun 1695, Locke menerbitkan lagi tulisan yang berjudul "Kerasionalan Agama Kristen" (The Reasonableness of Christianity).[9] Sebagaimana "Surat-Surat tentang Toleransi", karya ini juga diterbitkan secara anonim dan segera menimbulkan kontroversi.[9] Kontroversi itu muncul karena pemikiran-pemikiran Locke di dalam buku itu dinilai terlalu melemahkan agama Kristen.[9] Lawan polemik Locke kali ini yaitu John Edwards, dan polemik mereka berdua terjadi hingga tahun 1697.[9] Pada bulan-bulan awal tahun 1696, Locke menghabiskan masanya sebagai beristirahat di Oates.[9] Pada bulan Juni, beliau mulai memperagakan pekerjaannya sebagai pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi dan koloni-koloni Inggris, selama empat tahun berikutnya.[9] Selain mengurus masalah-masalah negara, Locke pada periode ini juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, seorang uskup Gereja Anglikan.[6][9] Polemik mereka berlanjut dari bulan November 1696 hingga kesudahan tahun 1698 ketika kesehatan Stillingfleet menurun dan tidak memungkinkannya menanggapi pandangan Locke lagi.[9] Kesudahan hidupPada bulan Juni 1700, Locke pensiun dari pekerjaannya di pemerintahan.[9] Beliau menjalani sisa kehidupannya selama 4 tahun dengan tenang dan tidak terlalu sering mengunjungi London.[9] Walaupun demikian, Locke masih mengerjakan tulisan lainnya yang berjudul "Parafrase dan Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (Paraphrase and Notes on the Epistles of St Paul).[9] Karya ini mencetuskan kedalaman watak religius dari pemikiran Locke.[9] Kesehatan Locke makin menurun dalam tahun-tahun terakhir kehidupannya dan beliau menderita penyakit asma.[9] Kunjungan terakhirnya ke London pada bulan Januari 1698 karena dipanggil oleh Raja William III membuat kesehatannya semakin buruk.[9] Bulan-bulan kesudahan tahun 1704 adalah saat-saat terakhir kehidupannya.[6][9] Beliau meninggal tanggal 28 Oktober 1704 dan dikuburkan di High Laver.[6][9] PemikiranTentang pengetahuanSampul depan buku "Essay tentang Pemahaman Manusia". Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh di dalam sejarah filsafat yaitu tentang bagian manusia mendapat pengetahuan. Beliau berupaya menjelaskan bagaimana bagian manusia mendapat pengetahuannya.[10] Menurut Locke,[7][2][11] seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Posisi ini yaitu posisi empirisme yang menolak gagasan kaum rasionalis yang menyebut sumber pengetahuan manusia yang terutama berasal dari rasio atau pikiran manusia. Walaupun demikian, rasio atau pikiran berperan juga di dalam bagian manusia mendapat pengetahuan. Dengan demikian, Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia merasakan sesuatu, pikiran atau rasio manusia itu belum berfungsi atau masih kosong. Situasi tersebut diibaratkan Locke seperti suatu kertas putih (tabula rasa) yang akhir mendapat pokoknya dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia hanya berfungsi sebagai mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber utama pengetahuan menurut Locke yaitu pengalaman. Ragam pengalaman ManusiaSemakin lanjut, Locke mencetuskan hadir dua macam pengalaman manusia, yakni pengalaman lahiriah (sense atau eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense atau reflection).[7][11] Pengalaman lahiriah yaitu pengalaman yang menangkap aktivitas indrawi yaitu segala aktivitas material yang berkomunikasi dengan panca indra manusia.[7] Akhir pengalaman batiniah terjadi ketika manusia hadir kesadaran terhadap aktivitasnya sendiri dengan cara 'mengingat', 'menghendaki', 'meyakini', dan sbgnya.[7] Kedua wujud pengalaman manusia inilah yang akan membentuk pengetahuan melewati bagian berikutnya.[7] Bagian manusia mendapat pengetahuanDari perpaduan dua wujud pengalaman manusia, pengalaman lahiriah dan pengalaman batiniah, diperoleh apa yang Locke sebut 'pandangan-pandangan sederhana' (simple ideas) yang berfungsi sbg data-data empiris.[7][11] Hadir empat jenis pandangan sederhana:[7]
Di dalam bagian terbentuknya pandangan-pandangan sederhana ini, rasio atau pikiran manusia bersifat pasif atau belum berfungsi.[11] Setelah pandangan-pandangan sederhana ini tersedia, baru rasio atau pikiran bekerja membentuk 'pandangan-pandangan kompleks' (complex ideas).[7][11] Rasio bekerja membentuk pandangan kompleks dengan cara membandingkan, mengabstraksi, dan menghubung-hubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut.[7] Hadir tiga jenis pandangan kompleks yang terbentuk:[7][11]
Tentang negaraSampul depan buku "Dua Tulisan tentang Pemerintahan". Pandangan Locke tentang negara terdapat di dalam bukunya yang berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Civil Government).[7] Beliau menjelaskan pandangannya itu dengan menganalisis tahap-tahap perkembangan masyarakat.[7] Locke membagi perkembangan masyarakat menjadi tiga, yakni kondisi alamiah (the state of nature), kondisi perang (the state of war), dan negara (commonwealth).[7] Tahap kondisi alamiahKondisi alamiah yaitu tahap pertama dari perkembangan masyarakat.[7] Pemikiran Locke ini serupa dengan pemikiran Hobbes namun bila Hobbes mencetuskan kondisi alamiah sbg kondisi "perang seluruh lawan semua", maka Locke berbeda.[11][7] Menurut Locke, kondisi alamiah suatu masyarakat manusia yaitu situasi harmonis, di mana seluruh manusia hadir kebebasan dan kesamaan hak yang sama.[11][7] Dalam kondisi ini, setiap manusia tidak terikat menentukan dirinya dan menggunakan apa yang dimilikinya tanpa bergantung untuk kehendak orang lain.[11] Walaupun masing-masing orang tidak terikat terhadap sesamanya, namun tidak terjadi kekacauan karena masing-masing orang hidup berlandaskan ketentuan hukum kodrat yang diberikan oleh Tuhan.[11] Yang dimaksud hukum kodrat dari Tuhan menurut Locke yaitu larangan sebagai merusak dan memusnahkan kehidupan, kebebasan, dan harta milik orang lain.[7] Dengan demikian, Locke menyebut hadir hak-hak dasariah yang terikat di dalam kodrat setiap manusia dan adalah pemberian Allah.[7] Pemikiran ini serupa dengan pemikiran Hak Asasi Manusia (HAM) di dalam masyarakat modern.[7] Tahap kondisi perangTahap kedua yaitu kondisi perang.[7] Locke menyebutkan bahwa ketika kondisi alamiah telah mengenal hubungan-hubungan sosial maka situasi harmoni mulai berubah.[7] Penyebab utamanya yaitu terciptanya uang.[7] Dengan uang, manusia mampu mengumpulkan kekayaan secara amat sangat, sedangkan di dalam kondisi alamiah absen perbedaan kekayaan yang mencolok karena setiap orang mengumpulkan secukupnya sebagai makanan masing-masing.[7] Ketidaksamaan harta kekayaan membuat manusia mengenal status tuan-budak, majikan-pembantu, dan status-status yang hierarkis lainnya.[7] Sebagai mempertahankan harta miliknya, manusia menjadi iri, saling bermusuhan, dan berlomba.[11][7] Masing-masing orang menjadi hakim dan mempertahankan miliknya sendiri.[11] Kondisi alamiah yang harmonis dan penuh damai tersebut akhir berubah menjadi kondisi perang yang ditandai dengan permusuhan, kedengkian, kekerasan, dan saling menghancurkan.[7] Situasi seperti ini berpotensi memusnahkan kehidupan manusia bila absen jalan keluar dari kondisi perang.[7] Tahap terbentuknya negaraLocke mencetuskan bahwa sebagai membuat jalan keluar dari kondisi perang sambil menjamin milik pribadi, maka masyarakat sepakat sebagai menyelenggarakan "perjanjian asal".[11][7] Inilah masa lahirnya negara persemakmuran (commonwealth).[7] Dengan demikian, tujuan berdirinya negara bukanlah sebagai membuat kesamarataan setiap orang, melainkan sebagai menjamin dan melindungi milik pribadi setiap warga negara yang menyelenggarakan perjanjian tersebut.[7] Di dalam perjanjian tersebut, masyarakat memberikan dua kekuasaan penting yang mereka miliki di dalam kondisi alamiah untuk negara.[7] Kedua kuasa tersebut yaitu hak sebagai menentukan bagaimana setiap manusia mempertahankan diri, dan hak sebagai menghukum setiap pelanggar hukum kodrat yang berasal dari Tuhan.[7] Nasihat Locke ini menimbulkan dua konsekuensi:[7]
Dengan demikian, Locke menentang pandangan Hobbes tentang kekuasaan negara yang absolut dan mengatasi seluruh warga negara.[11] Pembatasan kekuasaan negaraNegara di dalam pandangan Locke dibatasi oleh warga masyarakat yang adalah pembuatnya.[7] Sebagai itu, sistem negara perlu didirikan dengan hadirnya pembatasan kekuasaan negara, dan wujud pembatasan kekuasaan tersebut mampu dilakukan dengan dua cara.[7] Cara pertama yaitu dengan membentuk konstitusi atau Undang-Undang Landasan yang ditentukan oleh Parlemen berlandaskan prinsip mayoritas.[7] Cara kedua yaitu hadirnya pembagian kekuasaan dalam tiga unsur: legistlatif, eksekutif, dan federatif.[11] Unsur legislatif yaitu kekuasaan sebagai membuat undang-undang dan adalah kekuasaan tertinggi.[7] Kekuasaan ini dijalankan oleh Parlemen yang mewakili golongan kaya dan kaum bangsawan karena mereka, dengan kekayaannya, paling banyak menyumbangkan sesuatu untuk negara.[7] Dalam membuat undang-undang, kekuasaan legislatif terikat untuk tuntutan hukum dunia yaitu keharusan menghormati hak-hak landasan manusia.[7] Unsur eksekutif yaitu pemerintah yang menerapkan undang-undang, yaitu raja dan para bawahannya.[7] Terakhir, unsur federatif yaitu kekuasaan yang mengatur masalah-masalah bilateral, seperti menyelenggarakan perjanjian damai, kesepakatan kerja sama, atau mencetuskan perang.[7] Menurut Locke, kekuasaan federatif mampu dipegang oleh pihak eksekutif, di mana dalam kondisi darurat pihak eksekutif mampu mengambil sikap yang dibuat yang melampaui wewenang hukum yang dimilikinya.[7] Di dalam sistem kenegaraan Locke di atas, tetap hadir kemungkinan penyalahgunaan wewenang oleh pihak-pihak yang berkuasa atas rakyat.[7] Oleh karena itu, menurut Locke, rakyat hadir hak sebagai menyelenggarakan perlawanan dan menyingkirkan pihak eksekutif dengan kekerasan bila mereka telah bertindak di luar wewenang mereka.[7] Di sini, rakyat merebut kembali hak yang telah mereka berikan.[7] Tentang hubungan agama dan negaraTulisan Locke yang berjudul "Surat-Surat tentang Toleransi". Pandangan Locke lain yang penting dan masih berkomunikasi dengan pemikiran negara yaitu tentang hubungan selang agama dan negara.[7] Pemikiran Locke tentang hal ini terdapat di dalam tulisannya yang berjudul 'Surat-Surat Tentang Toleransi' (Letters of Toleration).[7] Locke mencetuskan bahwa perlu hadir pemisahan tegas selang urusan agama dan urusan negara karena tujuan masing-masing sudah berbeda.[7] Negara tidak boleh menganut agama apapun, lebih-lebih bila membatasi atau meniadakan suatu agama.[11] Tujuan negara yaitu melindungi hak-hak landasan warganya di dunia ini sedangkan tujuan agama yaitu mengusahakan keselamatan jiwa manusia sebagai kehidupan tidak berkesudahan di kehidupan setealh didunia kelak setelah kematian.[7] Jadi, negara berfungsi sebagai memelihara kehidupan di dunia sekarang, sedangkan agama berfungsi sebagai menjalankan ibadah untuk Tuhan dan sampai kehidupan abadi.[7] Agama yaitu urusan pribadi, berbeda dengan negara yang adalah urusan masyarakat umum.[7] Pemisahan selang keduanya haruslah ditegaskan, dan masing-masing tidak boleh mencampuri urusan lainnya.[7] Negara tidak boleh mencampuri urusan keyakinan religius manusia, sedangkan agama tidak boleh memperagakan sesuatu yang mampu menghalangi atau menggagalkan pelaksanaan tujuan negara.[7] Bila negara akan menghalangi kebebasan beragama dari warganya, maka rakyat berhak sebagai melawan.[7] Tentang agamaPandangan Locke tentang agama bersifat deistik.[11] Beliau menganggap agama Kristen yaitu agama yang paling masuk jalan melakukan sesuatu dibandingkan agama-agama lain, karena ajaran-ajaran Kristen mampu dibuktikan oleh jalan melakukan sesuatu manusia.[11] Pengertian tentang Allah juga disusun oleh pembuktian-pembuktian.[11] Locke berangkat dari kenyataan bahwa manusia yaitu makhluk berakal budi, sehingga pastilah diakibatkan karena hadirnya 'Tokoh Pencipta' yang mutlak dan maha kuasa, yaitu Allah.[11] Beliau meyakini bahwa Alkitab ditulis oleh ilham Ilahi, namun beliau juga mencetuskan bahwa setiap wahyu Ilahi haruslah diuji oleh rasio manusia.[6] PengaruhDalam filsafat pengetahuanHume, seorang filsuf empiris radikal yang dipengaruhi oleh Locke Pemikiran Locke tentang pengetahuan hadir pengaruh mulia terhadap para filsuf setelahnya, khususnya David Hume di Inggris dan Kant di Jerman.[7][4] Pandangan Locke tentang bagian manusia mendapat pengetahuan hadir dua implikasi penting.[2] Pertama, munculnya anggapan bahwa seluruh pengetahuan manusia berasal dari pengalaman, dan tiadanya pengetahuan secara apriori (sebelum pengalaman) sebagaimana yang diceritakan Descartes.[2] Kedua, seluruh hal yang manusia ketahui melewati pengalaman, bukanlah obyek atau benda pada dirinya sendiri, melainkan hanya kesan-kesan indrawi dari hal itu yang diterima oleh panca indra manusia.[2] Kant, filsuf mulia masa Pencerahan Pertama, tentang pengatahuan yang berasal dari pengalaman, berfaedah segala pengetahuan manusia sebenarnya hanya adalah kait-mengait dari pengalaman-pengalaman sederhana.[2] Pemikiran ini akan memengaruhi dan dipertajam oleh David Hume di akhir hari, dan kesudahannya mendapat wujud paling tajam di dalam filsafat Kant, yang adalah seorang filsuf paling berpengaruh di era filsafat modern.[2] Kant menolak seluruh kemungkinan metafisika, maksudnya manusia tidak mampu mengetahui sesuatu apapun di luar panca-indranya.[2] Semakin jauh, Kant mencetuskan bahwa pengetahuan atau pemikiran tentang Allah telah kehilangan legitimasi karena tidak mungkin lagi, karena Allah hadir di luar jangkauan indrawi manusia.[2] Tentu saja pandangan Kant ini telah banyak dikritik, namun pengaruhnya tetap mulia.[2] Kedua, bahwa manusia dalam pengalamannya sebenarnya hanya menerima kesan-kesan indrawi yang ditangkap oleh panca indra kita dari benda-benda atau hal-hal tertentu, hadir implikasi terhadap kecenderungan subyektivisme.[2] Maksudnya subyektivisme yaitu pandangan yang menolak hadirnya sesuatu yang obyektif, yang berlangsung umum, dan hal itu akan mengarah ke relativisme.[2] Hal itu diakibatkan manusia yang satu dengan lainnya mampu menarik kesimpulan berbeda tentang kesan-kesan indrawi mereka masing-masing terhadap suatu hal atau benda.[2] Apa yang obyektif, yakni benda tersebut sesungguhnya pada dirinya sendiri, tidak mampu diketahui oleh manusia.[2] Dalam bidang politikPengaruh pemikiran Locke dalam bidang politik amat mulia di negara-negara Eropa, seperti Inggris, Perancis, Jerman, bahkan hingga Amerika Serikat.[6] Bapak-bapak pendiri negara Amerika Serikat, seperti Jonathan Edwards, Hamilton, dan Thomas Jefferson dipengaruhi oleh ide-ide politik Locke.[6] Akhir para filsuf Pencerahan Perancis, seperti Voltaire dan Montesquieu, juga dipengaruhi oleh Locke.[6][7] Dengan demikian, mampu diceritakan bahwa pemikiran-pemikiran politik Locke juga memengaruhi munculnya Revolusi Perancis tanggal 14 Juli 1789.[6][7] Dalam bidang keagamaanPandangan Locke tentang agama memengaruhi perkembangan deisme atau agama alamiah.[11] Pandangan tersebut semakin luas di Barat pada seratus tahun ke-19 dan ke-20.[11] Munculnya negara-negara sekularistikPandangan Locke yang memisahkan urusan negara dan urusan agama dengan sangat ketat adalah awal dari munculnya negara-negara sekularistik di akhir hari.[7] Negara-negara yang menganut paham sekular memisahkan dengan ketat urusan negara dan urusan agama.[7] Terhadap psikologi dan epistemologiPemikiran-pemikiran Locke terhadap pikiran manusia telah membawa pengaruh dalam bidang psikologi dan epistemologi.[3] Beberapa filsuf dan pemikir setelahnya yang dipengaruhi Locke yaitu David Hartley (1705-1757), Joseph Priestley (1733-1804), Francis Hutcheson (1694-1747), James Mill (1733-1836), dan Étienne Condillac (1715-1780).[3] Mereka mendapat pengaruh Locke dalam hal menganalisis pengalaman manusia berlandaskan unsur-unsur pengalaman, kombinasi unsur-unsur tersebut, dan asosiasi-asosiasi yang terjadi.[3] Kritik terhadap LockeKritik terhadap model negara LockeMenurut Simon Petrus L. Tjahjadi, gagasan Locke tentang model negara terlalu mengedepankan kepentingan kaum bangsawan dan kaum pemodal dibandingkan kepentingan seluruh rakyat.[7] Hal itu terlihat dari model pembatasan kekuasaan negara yang menggunakan pembagian kekuasaan selang legislatif dan eksekutif, yang mana golongan eksekutif dan federatif didiami oleh raja dan para menteri, sedangkan golongan legislatif diisi golongan bangsawan dan orang-orang kaya.[7] Absen tempat bagi rakyat biasa di dalam model pembagian kekuasaan ini.[7] Jikalau absen tempat bagi rakyat biasa sebagai mengawasi jalannya pemerintahan, maka pembuatan Undang-Undang dan pelaksanaannya mampu saja disalahgunakan bagi kepentingan pemerintah dan kaum bangsawan saja.[7] Bila ini terjadi, rakyat tidak mampu memperjuangkan kepentingannya melewati sistem negara yang hadir, dan kesudahannya hanya akan membuat negara kembali ke "keadaan perang" karena terjadi ketidakadilan.[7] Padahal situasi "keadaan perang" itulah yang ingin diatasi Locke.[7] Kritik terhadap pemisahan negara dan agamaLocke merumuskan wewenang negara dan agama dengan amat ketat sehingga keduanya menjadi terpisah dan tidak boleh saling mencampuri wewenang lainnya.[7] Urusan agama yaitu keselamatan kehidupan setealh didunia sedang urusan negara yaitu keselamatan di dunia masa ini, ketika manusia masih hidup.[7] Persoalannya, menurut Simon Petrus L. Tjahjadi, apakah pemisahan itu berlandaskan dengan pandangan agama itu sendiri?[7] Kebanyakan agama hadir pandangan bahwa agama mesti ikut campur dalam soal-soal publik, seperti keadilan sosial, wewenang pemerintahan, dan tuntutan moral umum.[7] Perwujudan iman setiap pemeluk agama seringkali mesti berfungsi juga di dalam persoalan-persoalan umum, sehingga pemisahan selang agama dan agama seperti yang diusulkan Locke mampu melanggar keyakinan agama-agama tertentu dan tidak mampu diterima.[7] Bibliografi karya-karya utama Locke
Manuskrip yang belum dipublikasikan atau dipublikasikan setelah neninggal
Referensi
Tautan LuarKarya-Karya Locke
Sumber-Sumber tentang Locke
edunitas.com Page 4
John Locke (kelahiran 29 Agustus 1632 – meninggal 28 Oktober 1704 pada umur 72 tahun) yaitu seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari pendekatan empirisme. Selain itu, di dalam bidang filsafat politik, Locke juga dikenal sbg filsuf negara liberal.[2] Bersama dengan rekannya, Isaac Newton, Locke dipandang sbg salah satu figur terpenting di era Pencerahan.[3][4] Selain itu, Locke menandai lahirnya era Modern dan juga era pasca-Descartes (post-Cartesian), karena pendekatan Descartes tidak lagi menjadi satu-satunya pendekatan yang dominan di dalam pendekatan filsafat masa itu.[4][5][6] Akhir Locke juga menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya eksperimen-eksperimen di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.[6] Tulisan-tulisan Locke tidak hanya berkomunikasi dengan filsafat, tetapi juga tentang pendidikan, ekonomi, teologi, dan medis.[3] Karya-karya Locke yang terpenting yaitu "Esai tentang Pemahaman Manusia" (Essay Concerning Human Understanding), Tulisan-Tulisan tentang Toleransi" (Letters of Toleration), dan "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Government).[7][8][3] BiografiJohn Locke dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1632 di Wrington, Somerset.[6][9] Keluarganya berasal dari kelas menengah dan ayahnya hadir beberapa rumah dan tanah di sekitar Pensford, suatu kota kecil di bagian selatan Bristol.[9] Selain bekerja sbg pemilik tanah, ayah Locke bekerja juga sbg pengacara dan memperagakan tugas-tugas administratif di pemerintahan lokal.[6][9] Pada tahun 1647, Locke berupaya bisa di Sekolah Westminster, yang pada masa itu adalah sekolah terkenal di Inggris.[9][6] Pendidikan di sana berpusat pada pelajaran bahasa-bahasa kuno, yaitu pertama-tama bahasa Latin, akhir bahasa Yunani, dan juga bahasa Ibrani.[9] Setelah itu, pada tahun 1652, Locke mendapat beasiswa sebagai menempuh pendidikan di Sekolah Gereja Kristus (Christ Church), Oxford, dan tinggal di sana sejak bulan Mei 1652.[6][9] Di sekolah itu, Locke kurang menyukai cara skolastik dalam bertukar pikiran dan juga tema-tema metafisika dan logika.[6][9] Karena itu, Locke tidak mendapat nilai yang mengesankan ketika beliau mendapat gelar hingga strata dua.[9] Beliau banyakan menghabiskan masanya sebagai membaca karya-karya sastra, seperti drama, roman, dan sbgnya.[9] Setelah itu, Locke mulai menyenangi bidang medis, sebagaimana tertulis di dalam beberapa catatan pribadi Locke yang ditulis pada periode kesudahan dekade 1650-an.[9] Beliau membuat banyak catatan tentang hal-hal yang berkomunikasi dengan kesehatan dan pengobatan.[9] Melewati minatnya dalam bidang medis, Locke mulai meminati filsafat dunia sejak tahun 1658.[9] Pada awal tahun 1660, beliau berjumpa dengan Robert Boyle yang akan banyak memengaruhinya kelak.[6][9] Sejak tahun 1660, Locke menambah minatnya dengan membaca filsafat mekanis yang baru muncul, yang dimulai dengan membaca karya Boyle.[9] Selain itu, beliau juga mulai rajin membaca karya-karya Descartes.[9] Perhatian Locke pada waktu-waktu ini tidak terbatas pada bidang medis dan filsafat dunia saja, namun juga untuk bidang politik.[9] Situasi politik di Inggris pada masa itu memang sedang bergejolak.[9] Cromwell, yang pada masa itu telah mengubah sistem politik Inggris, meninggal pada tahun 1658 sehingga terjadi perubahan lagi di bawah pemerintahan Raja Charles II.[9] Charles II menghendaki pemerintahan yang dengan kuat menguasai negara dan gereja Inggris, dan Locke pada masa itu mendukung pemerintahan Charles II.[9] Pada bulan November hingga Desember 1660, beliau membuat suatu karangan singkat sebagai menanggapi pandangan Edward Bagshaw, yang menegaskan perlunya hakim sipil dalam menentukan bentuk-bentuk ibadah keagamaan.[9] Akhir pada tahun 1661-1662, Locke menulis dua karya lagi dalam bahasa Latin.[9] Karya pertama menegaskan lagi tesis yang dipakai sebagai melawan argumentasi Bagshaw, dan karya kedua hadir isinya penolakan terhadap posisi Gereja Katolik Roma yang mencetuskan Alkitab perlu ditafsir tanpa hadir kekeliruan melewati lembaga magisterium.[9] Di sini, Locke menggunakan teologi Gereja Anglikan dalam mempertahankan gagasannya.[9] Pada tahun 1661, Locke dinaikkan menjadi dosen di sekolah Gereja Kristus tempatnya berupaya bisa dahulu.[6][9] Beliau mengajar bahasa Yunani dan bahasa Latin.[6][9] Akhir pada tahun 1664, beliau menjadi petugas sensor dalam bidang filsafat moral.[6][9] Selama periode ini, Locke melanjutkan minatnya pada bidang pengobatan dan filsafat dunia.[9] Akhir Locke berupaya bisa untuk Thomas Willis selama tahun 1661-1662 dan mempelajari kimia pada tahun 1663 untuk Boyle.[9] Selain itu, Locke juga menolong penelitian-penelitian yang mereka lakukan.[9] Pada tahun 1665, Locke mendapat kesempatan sebagai menjadi sekretaris Walter Vane yang bekerja memperagakan misi diplomatik ke beberapa negara.[6][9] Locke meninggalkan Inggris pada bulan November dan kembali pada bulan Februari.[9] Melewati surat yang dikirimnya, tampak bahwa Locke menikmati kunjungan luar negeri pertamanya itu.[9] Setelah itu, Locke dinegosiasikan pekerjaan menjadi sekretaris sebagai pekerjaan diplomasi ke Spanyol namun beliau menolak.[9][6] Sekembalinya Locke ke Oxford, beliau melanjutkan studinya dalam bidang kimia dan fisiologi.[9] Pada tahun 1666, Locke bertemu dengan Lord Ashley yang di akhir hari membuat perubahan mulia dalam hidup Locke.[9] Pada tahun 1667, Locke pindah dari Oxford menuju London sebagai bekerja di rumah Lord Ashley.[6][9][3] Locke tinggal di sini selama delapan tahun.[9] Selama di London, Locke juga membaca buku-buku pengobatan, namun di situ beliau mendapat pengalaman langsung dalam soal-soal klinis karena beliau menjadi asisten dari Thomas Sydenham yang yaitu seorang dokter.[9][6] Locke menemani Sydenham dalam perjalanan-perjalanannya dan juga membuat catatan-catatan tentang soal-soal kesehatan.[9] Di sini, Locke membuat catatan yang kesudahannya dibukukan dengan judul De Arte Medica, yang di dalamnya dipakai pendekatan empiris.[9] Pada tahun 1668, Lord Ashley merasakan gangguan kesehatan yang cukup parah.[9] Locke memperagakan operasi terhadap liver Lord Ashley dan hal adanya semakin membaik.[9] Karena itu, Lord Ashley menganggap Locke sbg penyelamat hidupnya.[9] Setelah itu, sebagai mendukung studi Locke dalam bidang kimia, Lord Ashley menyediakan laboratorium di rumahnya.[9] Selain meningkatkan kemampuan dalam bidang kesehatan dengan praktik langsung bersama Sydenham, perkenalan Locke dengan Lord Ashley juga menambah pengalaman Locke dalam bidang politik.[9] Setahun setelah datang ke London, Locke menulis "Essay tentang Toleransi" yang pokoknya amat berbeda dengan dua karya yang beliau tulis pada tahun 1660-1662.[9] Pada tahun 1669, Lord Ashley melibatkan Locke dalam urusan pendirian koloni baru di Carolina, khususnya dalam membuat konstitusi Carolina.[6][9] Locke menjalani tugasnya dalam menolong Lord Ashley hingga beliau meninggalkan Inggris menuju Perancis pada tahun 1675.[6][9] Di PerancisHingga tahun 1670, Locke belum mampu diceritakan sbg seorang filsuf.[9] Akan tetapi, beliau mulai mengorganisir suatu pertemuan dengan beberapa temannya sebagai bertanya tentang topik-topik tertentu.[9] Hadir tulisan tentang epistemologi yang ditulis pada tahun 1671 berlandaskan diskusi-diskusi yang dilakukan Locke.[9] Selama tahun 1672 hingga 1675, kebanyakan masa Locke dipakai sebagai mengerjakan tugas-tugas administratif.[9] Pada bulan Maret 1672, Lord Ashley dinaikkan sbg pangeran dari Shaftesbury dan Locke tetap menolongnya hingga Lord Ashley keluar dari posisi tersebut pada tahun 1673.[9] Pada bulan November 1675, tugas Locke bubar dan Locke pergi ke Perancis.[6] Locke tinggal di sana selama kurang semakin tiga setengah tahun.[9] Pada tanggal 4 Januari 1676, Locke tiba di Montpellier, di mana beliau tinggal selama setahun.[9] Beliau berteman dengan dua dokter Protestan yang bernama Charles Barbeyrac dan Pierre Magnol, serta seorang filsuf Cartesian, Sylvain Regis, yang menjadi guru bahasa Perancis bagi Locke.[9] Setelah mempelajari bahasa Perancis, Locke mulai membaca buku-buku dalam bahasa Perancis.[9] Selama di Montpellier, Locke meneruskan pembelajarannya dalam bidang filsafat, sebagaimana tertulis di dalam jurnal pribadinya.[9] Bulan Februari 1677, Locke meninggalkan Montpellier dan menuju Paris.[9] Beliau bermukim sebentar di Paris lalu pergi ke beberapa tempat hingga tahun 1678 kembali ke Inggris.[9] Kembali ke Inggris dan pergi ke BelandaKetika Locke memutuskan kembali ke Inggris pada bulan Mei 1679, situasi politik Inggris sedang merasakan krisis.[6] Terdapat rumor yang mencetuskan akan terjadinya pembunuhan terhadap Raja Charles II sebagai dialihkan dengan saudaranya, James, yang beragama Katolik.[9] Selama empat tahun berikutnya, hingga Locke melarikan diri ke Belanda sebagai mencari suaka politik, Locke memusatkan perhatian untuk politik.[9] Hal itu diakibatkan Lord Ashley, yang adalah sahabat Locke, yaitu salah satu pimpinan kaum yang anti terhadap pemerintahan Raja Charles II.[9] Raja Charles II melihat Lord Ashley sbg musuhnya yang amat berbahaya dan ingin membunuhnya, namun beberapa kali usahanya gagal.[9] Hal itu mendorong Lord Ashley sebagai melarikan diri dari Inggris menuju Belanda pada kesudahan tahun 1682 dan meninggal di Belanda pada bulan Januari 1683.[6][9] Kehidupan Locke di Inggris turut terancam karena gerakan-gerakan dari kaum anti pemerintahan Charles II masih terus hadir sehingga beliau terus dicurigai sbg pengkhianat oleh pemerintah.[9] Akhirnya, Locke meninggalkan Inggris pada tahun 1683 dan menuju Rotterdam, Belanda.[6][9][3] Buku Locke yang terkenal berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" ditulis ketika Locke hadir di Belanda.[6][9] Tentu saja bagian penulisan buku itu telah dimulai sebelumnya.[9] Di dalam karya ini, Locke memberikan kritik terhadap buku "Patriarcha" karangan Robert Filmer karena Filmer menganjurkan monarki absolut.[3][9] Buku tersebut bukan satu-satunya karya Locke dalam bidang politik pada periode ini.[9] Pada periode ini, Locke juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, yang menulis buku sebagai menyerang kaum Protestan Inggris yang tidak mau menerima Gereja Anglikan.[9] Jikalau pada tahun 1660-1662 Locke pernah bertukar pikiran sebagai membela Gereja Anglikan, sekarang justru Locke menyanggah posisi Gereja Anglikan.[9] Locke menulis karya yang menyanggah buku Stillingfleet bersama dengan seorang teman dari Oxford yang bernama James Tyrrell.[9] Di Belanda, Locke memperagakan kontak untuk beberapa politikus Inggris yang sedang melarikan diri juga.[9] Pada tahun 1684, nama Locke tercantum di dalam daftar pencarian orang dari pemerintahan Belanda sehingga Locke mesti bersembunyi dan berpindah-pindah tempat hingga bulan Mei 1685.[9] Di sinilah Locke menyelesaikan karya terpenting lainnya, "Essay tentang Pemahaman Manusia", yang mana beliau kirim salinannya ke Inggris pada tahun 1686 dengan amat hati-hati.[9] Pada kesudahan tahun 1686, naskah-naskah dari tulisan itu nyaris selesai dan menyerupai wujud kesudahan yang hadir masa ini.[9] Dalam mengerjakan buku tersebut, Locke sempat terinterupsi karena pekerjaannya dalam menulis karya lain, "Surat Perihal Toleransi".[6][9] Karya itu dikerjakan selama tahun 1685 hingga 1686 di Amsterdam.[9] Locke memang telah lama bergumul soal toleransi agama berlandaskan konteks politik Inggris, namun dorongan langsung terhadap pembuatan karya itu yaitu pencabutan kembali Edik Nantes pada bulan Oktober 1685.[9] Pemilihan bahasa Latin dalam karya itu menunjukkan bahwa karya itu ditujukan Locke untuk pembaca Eropa secara luas.[9] Karya itu terbit pada bulan Mei 1689, setelah Locke kembali ke Inggris, dan diterbitkan secara anonim.[6][9] Kembali ke Inggris pada periode pemerintahan William dari OrangeJohn Locke pada tahun 1697 Situasi politik Inggris kembali berubah ketika William dari Orange berhasil menjadi pimpinan Inggris dan mengakibatkan James II mesti melarikan diri dari Inggris.[9] Locke sekarang mampu pulang dengan tenang ke Inggris pada bulan Februari 1689, bahkan ditawari posisi sbg diplomat namun beliau menolak karena argumen kesehatan.[6][9][3] Pada tahun 1689, Locke bertemu dan menjalin hubungan dengan Newton.[9] Locke menjadi salah satu pembaca pertama dari "Principia", karya penting Newton.[9] Keduanya juga sering bertemu sebagai bertanya dan mengirim surat sebagai membahas topik-topik tertentu.[9] Topik yang menjadi minat utama mereka berdua bukanlah ilmu dunia tetapi penafsiran Alkitab.[9] Setelah bukunya "Essay tentang Pemahaman Manusia" terbit, beliau segera mempersiapkan revisi dari buku itu dan juga buku "Dua Tulisan tentang Pemerintahan".[9] Selain itu, buku "Surat-Surat Perihal Toleransi" juga sedang diartikan dalam bahasa Inggris oleh William Popple.[9] Setelah diterbitkan pada bulan Oktober 1689, buku itu terjual keras dan menimbulkan beragam reaksi.[9] Salah satu yang menanggapi buku itu dengan keras yaitu Jonas Proast pada tahun 1690 dan ditanggapi kembali oleh Locke pada tahun yang sama.[9] Akan tetapi, identitas Locke tetap menjadi rahasia.[9] Perdebatan mereka berlanjut hingga Juni 1692 ketika Locke menulis "Surat Ketiga tentang Toleransi", dan Proast tidak menanggapi lagi.[9] Setelah Locke kembali ke Inggris, Locke menetap beberapa masa di London.[9] Beliau kehilangan posisinya di Sekolah Gereja Kristus dan tidak pernah berupaya mengambilnya kembali.[9] Pada awal tahun 1691, beliau diundang sebagai tinggal di Oates, Essex bagian utara, yang adalah kediaman Francis Masham.[9] Istri Masham, Damaris, yaitu anak dari Ralph Cudworth dan adalah teman dialog Locke melewati surat selama bertahun-tahun.[9] Akhirnya, Oates menjadi kediaman Locke sepanjang sisa hidupnya, meski pada dekade 1690-an, Locke sempat tinggal di London karena beberapa urusannya di pemerintahan.[9] Setelah itu, Locke berupaya menyelesaikan karya lainnya dalam bidang pendidikan, "Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan".[9] Karya itu dipublikasikan pada bulan Juli 1693 dan edisi baru hadir isinya penambahan materi terbit dua tahun akhir.[9] Pada tahun 1695, Locke menerbitkan lagi tulisan yang berjudul "Kerasionalan Agama Kristen" (The Reasonableness of Christianity).[9] Sebagaimana "Surat-Surat tentang Toleransi", karya ini juga diterbitkan secara anonim dan segera menimbulkan kontroversi.[9] Kontroversi itu muncul karena pemikiran-pemikiran Locke di dalam buku itu dinilai terlalu melemahkan agama Kristen.[9] Lawan polemik Locke kali ini yaitu John Edwards, dan polemik mereka berdua terjadi hingga tahun 1697.[9] Pada bulan-bulan awal tahun 1696, Locke menghabiskan masanya sebagai beristirahat di Oates.[9] Pada bulan Juni, beliau mulai memperagakan pekerjaannya sebagai pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi dan koloni-koloni Inggris, selama empat tahun berikutnya.[9] Selain mengurus masalah-masalah negara, Locke pada periode ini juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, seorang uskup Gereja Anglikan.[6][9] Polemik mereka berlanjut dari bulan November 1696 hingga kesudahan tahun 1698 ketika kesehatan Stillingfleet menurun dan tidak memungkinkannya menanggapi pandangan Locke lagi.[9] Kesudahan hidupPada bulan Juni 1700, Locke pensiun dari pekerjaannya di pemerintahan.[9] Beliau menjalani sisa kehidupannya selama 4 tahun dengan tenang dan tidak terlalu sering mengunjungi London.[9] Walaupun demikian, Locke masih mengerjakan tulisan lainnya yang berjudul "Parafrase dan Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (Paraphrase and Notes on the Epistles of St Paul).[9] Karya ini mencetuskan kedalaman watak religius dari pemikiran Locke.[9] Kesehatan Locke makin menurun dalam tahun-tahun terakhir kehidupannya dan beliau menderita penyakit asma.[9] Kunjungan terakhirnya ke London pada bulan Januari 1698 karena dipanggil oleh Raja William III membuat kesehatannya semakin buruk.[9] Bulan-bulan kesudahan tahun 1704 adalah saat-saat terakhir kehidupannya.[6][9] Beliau meninggal tanggal 28 Oktober 1704 dan dikuburkan di High Laver.[6][9] PemikiranTentang pengetahuanSampul depan buku "Essay tentang Pemahaman Manusia". Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh di dalam sejarah filsafat yaitu tentang bagian manusia mendapat pengetahuan. Beliau berupaya menjelaskan bagaimana bagian manusia mendapat pengetahuannya.[10] Menurut Locke,[7][2][11] seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Posisi ini yaitu posisi empirisme yang menolak gagasan kaum rasionalis yang menyebut sumber pengetahuan manusia yang terutama berasal dari rasio atau pikiran manusia. Walaupun demikian, rasio atau pikiran berperan juga di dalam bagian manusia mendapat pengetahuan. Dengan demikian, Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia merasakan sesuatu, pikiran atau rasio manusia itu belum berfungsi atau masih kosong. Situasi tersebut diibaratkan Locke seperti suatu kertas putih (tabula rasa) yang akhir mendapat pokoknya dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia hanya berfungsi sebagai mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber utama pengetahuan menurut Locke yaitu pengalaman. Ragam pengalaman ManusiaSemakin lanjut, Locke mencetuskan hadir dua macam pengalaman manusia, yakni pengalaman lahiriah (sense atau eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense atau reflection).[7][11] Pengalaman lahiriah yaitu pengalaman yang menangkap aktivitas indrawi yaitu segala aktivitas material yang berkomunikasi dengan panca indra manusia.[7] Akhir pengalaman batiniah terjadi ketika manusia hadir kesadaran terhadap aktivitasnya sendiri dengan cara 'mengingat', 'menghendaki', 'meyakini', dan sbgnya.[7] Kedua wujud pengalaman manusia inilah yang akan membentuk pengetahuan melewati bagian berikutnya.[7] Bagian manusia mendapat pengetahuanDari perpaduan dua wujud pengalaman manusia, pengalaman lahiriah dan pengalaman batiniah, diperoleh apa yang Locke sebut 'pandangan-pandangan sederhana' (simple ideas) yang berfungsi sbg data-data empiris.[7][11] Hadir empat jenis pandangan sederhana:[7]
Di dalam bagian terbentuknya pandangan-pandangan sederhana ini, rasio atau pikiran manusia bersifat pasif atau belum berfungsi.[11] Setelah pandangan-pandangan sederhana ini tersedia, baru rasio atau pikiran bekerja membentuk 'pandangan-pandangan kompleks' (complex ideas).[7][11] Rasio bekerja membentuk pandangan kompleks dengan cara membandingkan, mengabstraksi, dan menghubung-hubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut.[7] Hadir tiga jenis pandangan kompleks yang terbentuk:[7][11]
Tentang negaraSampul depan buku "Dua Tulisan tentang Pemerintahan". Pandangan Locke tentang negara terdapat di dalam bukunya yang berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Civil Government).[7] Beliau menjelaskan pandangannya itu dengan menganalisis tahap-tahap perkembangan masyarakat.[7] Locke membagi perkembangan masyarakat menjadi tiga, yakni kondisi alamiah (the state of nature), kondisi perang (the state of war), dan negara (commonwealth).[7] Tahap kondisi alamiahKondisi alamiah yaitu tahap pertama dari perkembangan masyarakat.[7] Pemikiran Locke ini serupa dengan pemikiran Hobbes namun bila Hobbes mencetuskan kondisi alamiah sbg kondisi "perang seluruh lawan semua", maka Locke berbeda.[11][7] Menurut Locke, kondisi alamiah suatu masyarakat manusia yaitu situasi harmonis, di mana seluruh manusia hadir kebebasan dan kesamaan hak yang sama.[11][7] Dalam kondisi ini, setiap manusia tidak terikat menentukan dirinya dan menggunakan apa yang dimilikinya tanpa bergantung untuk kehendak orang lain.[11] Walaupun masing-masing orang tidak terikat terhadap sesamanya, namun tidak terjadi kekacauan karena masing-masing orang hidup berlandaskan ketentuan hukum kodrat yang diberikan oleh Tuhan.[11] Yang dimaksud hukum kodrat dari Tuhan menurut Locke yaitu larangan sebagai merusak dan memusnahkan kehidupan, kebebasan, dan harta milik orang lain.[7] Dengan demikian, Locke menyebut hadir hak-hak dasariah yang terikat di dalam kodrat setiap manusia dan adalah pemberian Allah.[7] Pemikiran ini serupa dengan pemikiran Hak Asasi Manusia (HAM) di dalam masyarakat modern.[7] Tahap kondisi perangTahap kedua yaitu kondisi perang.[7] Locke menyebutkan bahwa ketika kondisi alamiah telah mengenal hubungan-hubungan sosial maka situasi harmoni mulai berubah.[7] Penyebab utamanya yaitu terciptanya uang.[7] Dengan uang, manusia mampu mengumpulkan kekayaan secara amat sangat, sedangkan di dalam kondisi alamiah absen perbedaan kekayaan yang mencolok karena setiap orang mengumpulkan secukupnya sebagai makanan masing-masing.[7] Ketidaksamaan harta kekayaan membuat manusia mengenal status tuan-budak, majikan-pembantu, dan status-status yang hierarkis lainnya.[7] Sebagai mempertahankan harta miliknya, manusia menjadi iri, saling bermusuhan, dan berlomba.[11][7] Masing-masing orang menjadi hakim dan mempertahankan miliknya sendiri.[11] Kondisi alamiah yang harmonis dan penuh damai tersebut akhir berubah menjadi kondisi perang yang ditandai dengan permusuhan, kedengkian, kekerasan, dan saling menghancurkan.[7] Situasi seperti ini berpotensi memusnahkan kehidupan manusia bila absen jalan keluar dari kondisi perang.[7] Tahap terbentuknya negaraLocke mencetuskan bahwa sebagai membuat jalan keluar dari kondisi perang sambil menjamin milik pribadi, maka masyarakat sepakat sebagai menyelenggarakan "perjanjian asal".[11][7] Inilah masa lahirnya negara persemakmuran (commonwealth).[7] Dengan demikian, tujuan berdirinya negara bukanlah sebagai membuat kesamarataan setiap orang, melainkan sebagai menjamin dan melindungi milik pribadi setiap warga negara yang menyelenggarakan perjanjian tersebut.[7] Di dalam perjanjian tersebut, masyarakat memberikan dua kekuasaan penting yang mereka miliki di dalam kondisi alamiah untuk negara.[7] Kedua kuasa tersebut yaitu hak sebagai menentukan bagaimana setiap manusia mempertahankan diri, dan hak sebagai menghukum setiap pelanggar hukum kodrat yang berasal dari Tuhan.[7] Nasihat Locke ini menimbulkan dua konsekuensi:[7]
Dengan demikian, Locke menentang pandangan Hobbes tentang kekuasaan negara yang absolut dan mengatasi seluruh warga negara.[11] Pembatasan kekuasaan negaraNegara di dalam pandangan Locke dibatasi oleh warga masyarakat yang adalah pembuatnya.[7] Sebagai itu, sistem negara perlu didirikan dengan hadirnya pembatasan kekuasaan negara, dan wujud pembatasan kekuasaan tersebut mampu dilakukan dengan dua cara.[7] Cara pertama yaitu dengan membentuk konstitusi atau Undang-Undang Landasan yang ditentukan oleh Parlemen berlandaskan prinsip mayoritas.[7] Cara kedua yaitu hadirnya pembagian kekuasaan dalam tiga unsur: legistlatif, eksekutif, dan federatif.[11] Unsur legislatif yaitu kekuasaan sebagai membuat undang-undang dan adalah kekuasaan tertinggi.[7] Kekuasaan ini dijalankan oleh Parlemen yang mewakili golongan kaya dan kaum bangsawan karena mereka, dengan kekayaannya, paling banyak menyumbangkan sesuatu untuk negara.[7] Dalam membuat undang-undang, kekuasaan legislatif terikat untuk tuntutan hukum dunia yaitu keharusan menghormati hak-hak landasan manusia.[7] Unsur eksekutif yaitu pemerintah yang menerapkan undang-undang, yaitu raja dan para bawahannya.[7] Terakhir, unsur federatif yaitu kekuasaan yang mengatur masalah-masalah bilateral, seperti menyelenggarakan perjanjian damai, kesepakatan kerja sama, atau mencetuskan perang.[7] Menurut Locke, kekuasaan federatif mampu dipegang oleh pihak eksekutif, di mana dalam kondisi darurat pihak eksekutif mampu mengambil sikap yang dibuat yang melampaui wewenang hukum yang dimilikinya.[7] Di dalam sistem kenegaraan Locke di atas, tetap hadir kemungkinan penyalahgunaan wewenang oleh pihak-pihak yang berkuasa atas rakyat.[7] Oleh karena itu, menurut Locke, rakyat hadir hak sebagai menyelenggarakan perlawanan dan menyingkirkan pihak eksekutif dengan kekerasan bila mereka telah bertindak di luar wewenang mereka.[7] Di sini, rakyat merebut kembali hak yang telah mereka berikan.[7] Tentang hubungan agama dan negaraTulisan Locke yang berjudul "Surat-Surat tentang Toleransi". Pandangan Locke lain yang penting dan masih berkomunikasi dengan pemikiran negara yaitu tentang hubungan selang agama dan negara.[7] Pemikiran Locke tentang hal ini terdapat di dalam tulisannya yang berjudul 'Surat-Surat Tentang Toleransi' (Letters of Toleration).[7] Locke mencetuskan bahwa perlu hadir pemisahan tegas selang urusan agama dan urusan negara karena tujuan masing-masing sudah berbeda.[7] Negara tidak boleh menganut agama apapun, lebih-lebih bila membatasi atau meniadakan suatu agama.[11] Tujuan negara yaitu melindungi hak-hak landasan warganya di dunia ini sedangkan tujuan agama yaitu mengusahakan keselamatan jiwa manusia sebagai kehidupan tidak berkesudahan di kehidupan setealh didunia kelak setelah kematian.[7] Jadi, negara berfungsi sebagai memelihara kehidupan di dunia sekarang, sedangkan agama berfungsi sebagai menjalankan ibadah untuk Tuhan dan sampai kehidupan abadi.[7] Agama yaitu urusan pribadi, berbeda dengan negara yang adalah urusan masyarakat umum.[7] Pemisahan selang keduanya haruslah ditegaskan, dan masing-masing tidak boleh mencampuri urusan lainnya.[7] Negara tidak boleh mencampuri urusan keyakinan religius manusia, sedangkan agama tidak boleh memperagakan sesuatu yang mampu menghalangi atau menggagalkan pelaksanaan tujuan negara.[7] Bila negara akan menghalangi kebebasan beragama dari warganya, maka rakyat berhak sebagai melawan.[7] Tentang agamaPandangan Locke tentang agama bersifat deistik.[11] Beliau menganggap agama Kristen yaitu agama yang paling masuk jalan melakukan sesuatu dibandingkan agama-agama lain, karena ajaran-ajaran Kristen mampu dibuktikan oleh jalan melakukan sesuatu manusia.[11] Pengertian tentang Allah juga disusun oleh pembuktian-pembuktian.[11] Locke berangkat dari kenyataan bahwa manusia yaitu makhluk berakal budi, sehingga pastilah diakibatkan karena hadirnya 'Tokoh Pencipta' yang mutlak dan maha kuasa, yaitu Allah.[11] Beliau meyakini bahwa Alkitab ditulis oleh ilham Ilahi, namun beliau juga mencetuskan bahwa setiap wahyu Ilahi haruslah diuji oleh rasio manusia.[6] PengaruhDalam filsafat pengetahuanHume, seorang filsuf empiris radikal yang dipengaruhi oleh Locke Pemikiran Locke tentang pengetahuan hadir pengaruh mulia terhadap para filsuf setelahnya, khususnya David Hume di Inggris dan Kant di Jerman.[7][4] Pandangan Locke tentang bagian manusia mendapat pengetahuan hadir dua implikasi penting.[2] Pertama, munculnya anggapan bahwa seluruh pengetahuan manusia berasal dari pengalaman, dan tiadanya pengetahuan secara apriori (sebelum pengalaman) sebagaimana yang diceritakan Descartes.[2] Kedua, seluruh hal yang manusia ketahui melewati pengalaman, bukanlah obyek atau benda pada dirinya sendiri, melainkan hanya kesan-kesan indrawi dari hal itu yang diterima oleh panca indra manusia.[2] Kant, filsuf mulia masa Pencerahan Pertama, tentang pengatahuan yang berasal dari pengalaman, berfaedah segala pengetahuan manusia sebenarnya hanya adalah kait-mengait dari pengalaman-pengalaman sederhana.[2] Pemikiran ini akan memengaruhi dan dipertajam oleh David Hume di akhir hari, dan kesudahannya mendapat wujud paling tajam di dalam filsafat Kant, yang adalah seorang filsuf paling berpengaruh di era filsafat modern.[2] Kant menolak seluruh kemungkinan metafisika, maksudnya manusia tidak mampu mengetahui sesuatu apapun di luar panca-indranya.[2] Semakin jauh, Kant mencetuskan bahwa pengetahuan atau pemikiran tentang Allah telah kehilangan legitimasi karena tidak mungkin lagi, karena Allah hadir di luar jangkauan indrawi manusia.[2] Tentu saja pandangan Kant ini telah banyak dikritik, namun pengaruhnya tetap mulia.[2] Kedua, bahwa manusia dalam pengalamannya sebenarnya hanya menerima kesan-kesan indrawi yang ditangkap oleh panca indra kita dari benda-benda atau hal-hal tertentu, hadir implikasi terhadap kecenderungan subyektivisme.[2] Maksudnya subyektivisme yaitu pandangan yang menolak hadirnya sesuatu yang obyektif, yang berlangsung umum, dan hal itu akan mengarah ke relativisme.[2] Hal itu diakibatkan manusia yang satu dengan lainnya mampu menarik kesimpulan berbeda tentang kesan-kesan indrawi mereka masing-masing terhadap suatu hal atau benda.[2] Apa yang obyektif, yakni benda tersebut sesungguhnya pada dirinya sendiri, tidak mampu diketahui oleh manusia.[2] Dalam bidang politikPengaruh pemikiran Locke dalam bidang politik amat mulia di negara-negara Eropa, seperti Inggris, Perancis, Jerman, bahkan hingga Amerika Serikat.[6] Bapak-bapak pendiri negara Amerika Serikat, seperti Jonathan Edwards, Hamilton, dan Thomas Jefferson dipengaruhi oleh ide-ide politik Locke.[6] Akhir para filsuf Pencerahan Perancis, seperti Voltaire dan Montesquieu, juga dipengaruhi oleh Locke.[6][7] Dengan demikian, mampu diceritakan bahwa pemikiran-pemikiran politik Locke juga memengaruhi munculnya Revolusi Perancis tanggal 14 Juli 1789.[6][7] Dalam bidang keagamaanPandangan Locke tentang agama memengaruhi perkembangan deisme atau agama alamiah.[11] Pandangan tersebut semakin luas di Barat pada seratus tahun ke-19 dan ke-20.[11] Munculnya negara-negara sekularistikPandangan Locke yang memisahkan urusan negara dan urusan agama dengan sangat ketat adalah awal dari munculnya negara-negara sekularistik di akhir hari.[7] Negara-negara yang menganut paham sekular memisahkan dengan ketat urusan negara dan urusan agama.[7] Terhadap psikologi dan epistemologiPemikiran-pemikiran Locke terhadap pikiran manusia telah membawa pengaruh dalam bidang psikologi dan epistemologi.[3] Beberapa filsuf dan pemikir setelahnya yang dipengaruhi Locke yaitu David Hartley (1705-1757), Joseph Priestley (1733-1804), Francis Hutcheson (1694-1747), James Mill (1733-1836), dan Étienne Condillac (1715-1780).[3] Mereka mendapat pengaruh Locke dalam hal menganalisis pengalaman manusia berlandaskan unsur-unsur pengalaman, kombinasi unsur-unsur tersebut, dan asosiasi-asosiasi yang terjadi.[3] Kritik terhadap LockeKritik terhadap model negara LockeMenurut Simon Petrus L. Tjahjadi, gagasan Locke tentang model negara terlalu mengedepankan kepentingan kaum bangsawan dan kaum pemodal dibandingkan kepentingan seluruh rakyat.[7] Hal itu terlihat dari model pembatasan kekuasaan negara yang menggunakan pembagian kekuasaan selang legislatif dan eksekutif, yang mana golongan eksekutif dan federatif didiami oleh raja dan para menteri, sedangkan golongan legislatif diisi golongan bangsawan dan orang-orang kaya.[7] Absen tempat bagi rakyat biasa di dalam model pembagian kekuasaan ini.[7] Jikalau absen tempat bagi rakyat biasa sebagai mengawasi jalannya pemerintahan, maka pembuatan Undang-Undang dan pelaksanaannya mampu saja disalahgunakan bagi kepentingan pemerintah dan kaum bangsawan saja.[7] Bila ini terjadi, rakyat tidak mampu memperjuangkan kepentingannya melewati sistem negara yang hadir, dan kesudahannya hanya akan membuat negara kembali ke "keadaan perang" karena terjadi ketidakadilan.[7] Padahal situasi "keadaan perang" itulah yang ingin diatasi Locke.[7] Kritik terhadap pemisahan negara dan agamaLocke merumuskan wewenang negara dan agama dengan amat ketat sehingga keduanya menjadi terpisah dan tidak boleh saling mencampuri wewenang lainnya.[7] Urusan agama yaitu keselamatan kehidupan setealh didunia sedang urusan negara yaitu keselamatan di dunia masa ini, ketika manusia masih hidup.[7] Persoalannya, menurut Simon Petrus L. Tjahjadi, apakah pemisahan itu berlandaskan dengan pandangan agama itu sendiri?[7] Kebanyakan agama hadir pandangan bahwa agama mesti ikut campur dalam soal-soal publik, seperti keadilan sosial, wewenang pemerintahan, dan tuntutan moral umum.[7] Perwujudan iman setiap pemeluk agama seringkali mesti berfungsi juga di dalam persoalan-persoalan umum, sehingga pemisahan selang agama dan agama seperti yang diusulkan Locke mampu melanggar keyakinan agama-agama tertentu dan tidak mampu diterima.[7] Bibliografi karya-karya utama Locke
Manuskrip yang belum dipublikasikan atau dipublikasikan setelah neninggal
Referensi
Tautan LuarKarya-Karya Locke
Sumber-Sumber tentang Locke
edunitas.com Page 5Tags (tagged): unkris, john, maynard, keynes, raya, kebangsaan, britania, bidang, ekonomi, politik, 62, tahun, seorang, ahli, inggris, ide, idenya, ekonom, dosen, universitas, cambridge, interest, and, money, 1936, s, career, biographical, center, of, studies, june, 1998, australia, by, donald, markwell, reserve, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian, encyclopedia Page 6Tags (tagged): unkris, john, maynard, keynes, merupakan, reaksi, terhadap, depresi, besar, amerika, serikat, pada, jangka, panjang, kita, semua, telah, mati, j, m, the, theory, of, employment, interest, and, money, 1936, s, their, intellectual, life, spans, convergence, center, studies, don, t, call, it, a, comeback, by, salon, magazine, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian, encyclopedia Page 7Tags (tagged): unkris, john, maynard, keynes, merupakan, reaksi, terhadap, depresi, besar, amerika, serikat, pada, jangka, panjang, kita, semua, telah, mati, j, m, the, theory, of, employment, interest, and, money, 1936, s, their, intellectual, life, spans, convergence, pusat, ilmu, pengetahuan, don, t, call, it, a, comeback, by, salon, magazine, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, indonesia, ensiklopedia Page 8Tags (tagged): unkris, john, maynard, keynes, raya, kebangsaan, britania, bidang, ekonomi, politik, 62, tahun, seorang, ahli, inggris, ide, idenya, ekonom, dosen, universitas, cambridge, interest, and, money, 1936, s, career, biographical, pusat, ilmu, pengetahuan, june, 1998, australia, by, donald, markwell, reserve, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, indonesia, ensiklopedia Page 9John Maynard Keynes, pencetus Keynesianisme Keynesianisme, atau ekonomi ala Keynes atau Teori Keynes, adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada ide ekonom Inggris seratus tahun ke-20, John Maynard Keynes. Teori ini memasarkan suatu ekonomi campuran, di mana berpihak kepada yang benar negara maupun sektor swasta memegang peranan penting. Kebangkitan ekonomi Keynesianisme menandai akhirnyanya ekonomi laissez-faire, suatu teori ekonomi yang berlandaskan pada keyakinan bahwa pasar dan sektor swasta bisa berlanjut sendiri tanpa campur tangan negara. Teori ini menyalakan bahwa trend ekonomi makro bisa memengaruhi perilaku individu ekonomi mikro. Berlainan dengan teori ekonom klasik yang menyalakan bahwa ronde ekonomi didasari oleh pengembangan output potensial, Keynes menekankan pentingnya permintaan agregat sbg faktor utama penggerak perekonomian, terutama dalam perekonomian yang sedang lesu. Dia berpendapat bahwa kebijakan pemerintah bisa dipakai sbg meningkatkan permintaan pada level makro, sbg mengurangi pengangguran dan deflasi. Bila pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang beredar di warga hendak semakin sehingga warga hendak terdorong sbg berbelanja dan meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan juga hendak meningkat sehingga bisa dipakai sbg modal investasi, dan kondisi perekonomian hendak kembali ke tingkat normal. Kesimpulan utama dari teori ini adalah bahwa tidak mempunyai kecenderungan otomatis sbg menggerakan output dan lapangan pekerjaan ke kondisi full employment (lapangan kerja penuh). Kesimpulan ini bertentangan dengan prinsip ekonomi klasik seperti ekonomi supply-side yang menganjurkan sbg tidak menambah peredaran uang di warga sbg menjaga titik keseimbangan di titik yang ideal. Pranala luar
edunitas.com Page 10John Maynard Keynes, pencetus Keynesianisme Keynesianisme, atau ekonomi ala Keynes atau Teori Keynes, adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada ide ekonom Inggris seratus tahun ke-20, John Maynard Keynes. Teori ini memasarkan suatu ekonomi campuran, di mana berpihak kepada yang benar negara maupun sektor swasta memegang peranan penting. Kebangkitan ekonomi Keynesianisme menandai akhirnyanya ekonomi laissez-faire, suatu teori ekonomi yang berlandaskan pada keyakinan bahwa pasar dan sektor swasta bisa berlanjut sendiri tanpa campur tangan negara. Teori ini menyalakan bahwa trend ekonomi makro bisa memengaruhi perilaku individu ekonomi mikro. Berlainan dengan teori ekonom klasik yang menyalakan bahwa ronde ekonomi didasari oleh pengembangan output potensial, Keynes menekankan pentingnya permintaan agregat sbg faktor utama penggerak perekonomian, terutama dalam perekonomian yang sedang lesu. Dia berpendapat bahwa kebijakan pemerintah bisa dipakai sbg meningkatkan permintaan pada level makro, sbg mengurangi pengangguran dan deflasi. Bila pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang beredar di warga hendak semakin sehingga warga hendak terdorong sbg berbelanja dan meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan juga hendak meningkat sehingga bisa dipakai sbg modal investasi, dan kondisi perekonomian hendak kembali ke tingkat normal. Kesimpulan utama dari teori ini adalah bahwa tidak mempunyai kecenderungan otomatis sbg menggerakan output dan lapangan pekerjaan ke kondisi full employment (lapangan kerja penuh). Kesimpulan ini bertentangan dengan prinsip ekonomi klasik seperti ekonomi supply-side yang menganjurkan sbg tidak menambah peredaran uang di warga sbg menjaga titik keseimbangan di titik yang ideal. Pranala luar
edunitas.com Page 11John Maynard Keynes, pencetus Keynesianisme Keynesianisme, atau ekonomi ala Keynes atau Teori Keynes, adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada ide ekonom Inggris seratus tahun ke-20, John Maynard Keynes. Teori ini memasarkan suatu ekonomi campuran, di mana berpihak kepada yang benar negara maupun sektor swasta memegang peranan penting. Kebangkitan ekonomi Keynesianisme menandai akhirnyanya ekonomi laissez-faire, suatu teori ekonomi yang berlandaskan pada keyakinan bahwa pasar dan sektor swasta bisa berlanjut sendiri tanpa campur tangan negara. Teori ini menyalakan bahwa trend ekonomi makro bisa memengaruhi perilaku individu ekonomi mikro. Berlainan dengan teori ekonom klasik yang menyalakan bahwa ronde ekonomi didasari oleh pengembangan output potensial, Keynes menekankan pentingnya permintaan agregat sbg faktor utama penggerak perekonomian, terutama dalam perekonomian yang sedang lesu. Dia berpendapat bahwa kebijakan pemerintah bisa dipakai sbg meningkatkan permintaan pada level makro, sbg mengurangi pengangguran dan deflasi. Bila pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang beredar di warga hendak semakin sehingga warga hendak terdorong sbg berbelanja dan meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan juga hendak meningkat sehingga bisa dipakai sbg modal investasi, dan kondisi perekonomian hendak kembali ke tingkat normal. Kesimpulan utama dari teori ini adalah bahwa tidak mempunyai kecenderungan otomatis sbg menggerakan output dan lapangan pekerjaan ke kondisi full employment (lapangan kerja penuh). Kesimpulan ini bertentangan dengan prinsip ekonomi klasik seperti ekonomi supply-side yang menganjurkan sbg tidak menambah peredaran uang di warga sbg menjaga titik keseimbangan di titik yang ideal. Pranala luar
edunitas.com Page 12John Maynard Keynes, pencetus Keynesianisme Keynesianisme, atau ekonomi ala Keynes atau Teori Keynes, adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada ide ekonom Inggris seratus tahun ke-20, John Maynard Keynes. Teori ini memasarkan suatu ekonomi campuran, di mana berpihak kepada yang benar negara maupun sektor swasta memegang peranan penting. Kebangkitan ekonomi Keynesianisme menandai akhirnyanya ekonomi laissez-faire, suatu teori ekonomi yang berlandaskan pada keyakinan bahwa pasar dan sektor swasta bisa berlanjut sendiri tanpa campur tangan negara. Teori ini menyalakan bahwa trend ekonomi makro bisa memengaruhi perilaku individu ekonomi mikro. Berlainan dengan teori ekonom klasik yang menyalakan bahwa ronde ekonomi didasari oleh pengembangan output potensial, Keynes menekankan pentingnya permintaan agregat sbg faktor utama penggerak perekonomian, terutama dalam perekonomian yang sedang lesu. Dia berpendapat bahwa kebijakan pemerintah bisa dipakai sbg meningkatkan permintaan pada level makro, sbg mengurangi pengangguran dan deflasi. Bila pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang beredar di warga hendak semakin sehingga warga hendak terdorong sbg berbelanja dan meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan juga hendak meningkat sehingga bisa dipakai sbg modal investasi, dan kondisi perekonomian hendak kembali ke tingkat normal. Kesimpulan utama dari teori ini adalah bahwa tidak mempunyai kecenderungan otomatis sbg menggerakan output dan lapangan pekerjaan ke kondisi full employment (lapangan kerja penuh). Kesimpulan ini bertentangan dengan prinsip ekonomi klasik seperti ekonomi supply-side yang menganjurkan sbg tidak menambah peredaran uang di warga sbg menjaga titik keseimbangan di titik yang ideal. Pranala luar
edunitas.com Page 13Tags (tagged): confidence and trust, confidence and, trust, unkris, ditunjukkan oleh, manusia saat, ia, merasa cukup tahu, manusia pernah, meyakini, bahwa bumi merupakan, pusat tata, indeks, jakarta 28 hal, 5 schwitzgebel, eric, 26 belief, of, philosophy oleh, schwitzgebel beliefnet belief, o, center, studies to beliefs, at all, religious, beliefs submit a, belief and, confidence, and Page 14Tags (tagged): confidence and trust, confidence and, trust, unkris, ditunjukkan oleh, manusia saat, ia, merasa cukup tahu, manusia pernah, meyakini, bahwa bumi merupakan, pusat tata, indeks, jakarta 28 hal, 5 schwitzgebel, eric, 26 belief, of, philosophy oleh, schwitzgebel beliefnet belief, o, center, studies to beliefs, at all, religious, beliefs submit a, belief and, confidence, and Page 15Tags (tagged): keyakinan kepercayaan, keyakinan, kepercayaan, unkris, ditunjukkan, oleh manusia saat, ia merasa, cukup, tahu, manusia pernah, meyakini bahwa, bumi, merupakan pusat tata, indeks jakarta, 28, hal 5 schwitzgebel, eric 26, belief, of philosophy oleh, eric schwitzgebel, beliefnet, belief o, pusat, ilmu pengetahuan, to, beliefs at all, religious beliefs, submit, a belief and Page 16Tags (tagged): keyakinan kepercayaan, keyakinan, kepercayaan, unkris, ditunjukkan, oleh manusia saat, ia merasa, cukup, tahu, manusia pernah, meyakini bahwa, bumi, merupakan pusat tata, indeks jakarta, 28, hal 5 schwitzgebel, eric 26, belief, of philosophy oleh, eric schwitzgebel, beliefnet, belief o, pusat, ilmu pengetahuan, to, beliefs at all, religious beliefs, submit, a belief and Page 17
edunitas.com Page 18
edunitas.com Page 19
edunitas.com Page 20
edunitas.com Page 21
edunitas.com Page 22
edunitas.com Page 23
edunitas.com Page 24
edunitas.com Page 25[+] Linguistik komputasional Page 26[+] Linguistik komputasional |