Apa makna dari puisi warisan Ki Hajar Dewantara kelas 4

Apa makna dari puisi warisan Ki Hajar Dewantara kelas 4

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) adalah hari yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hajar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan di Indonesia dan pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa, diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya. Sosok yang juga disebut sebagai bapak pendidikan nasional Indonesia ini juga memiliki ungkapan bijak berbahasa Jawa yang hingga kini masih dipakai.

Untuk diketahui terlebih dahulu bahwa Ki Hadjar Dewantara lahir dari keluarga kaya Indonesia selama era kolonialisme Belanda, ia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan.

Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda, dan ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa setelah kembali ke Indonesia. Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia.

(Baca juga: Kumpulan DP Hardiknas dan gambar Ki Hajar Dewantara)

Adapun filosofi yang terkenal terkait Ki Hadjar Dewantara adalah:

Ing Ngarso Sung Tulodho
Ing Madyo mangun karso
Tutwuri Handayani

Hal ini digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia.

Adapun arti dari masing-masing kalimat itu adalah sebagai berikut :

Ing Ngarso sung Tulodho

Orang tua sebaiknya memberi tauladan atau contoh terbaik buat anak anak. Harus selalu diingat bahwa, anak melakukan sesuatu bukan karena disuruh atau mengikuti perintah orang tua. Melainkan mencontoh dari apa yang dilihat pada perilaku orang tua.

Ing Madyo Mangun Karso

Sebaik baik orang tua adalah yang selalu memberikan bimbingan dan mendampingi anak anak kapanpun dan dimanapun. Bebasakan anak untuk memilih jalannya sediri, sebebas burung liar hendak terbang, namun pastikan bahwa jalan yang mereka pilih adalah terbaik diantara yang baik. Bukan buat orang tua, melainkan buat anak anak sendiri kelak.

Tutwuri Handayani

Dorongan buat anak anak agar maju kedepan, tampil, dan berani mengambil keputusan. Apapun resikonya (asal tidak membahayakan), orang tua wajib berada dibelakang mereka memberikan support. Dibelakang anak anak hebat, selalu ada orang tua yang kuat.

Ki Hajar sendiri wafat pada tanggal 26 April 1959. Untuk menghormati jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan Indonesia, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Meskipun bukan hari libur nasional, Hari Pendidikan Nasional dirayakan secara luas di Indonesia. Perayaannya biasanya ditandai dengan pelaksanaan upacara bendera di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, dari tingkat kecamatan hingga pusat, disertai dengan penyampaian pidato bertema pendidikan oleh pejabat terkait.

Puisi Hari Pendidikan

Dan berikutnya adalah kumpulan puisi bertema Hari Pendidikan Nasional yang dikutip dari berbagai sumber :
Cahaya Pendidikan

Dalam Keningku aku termangu Sebuah cahaya penentu masa depan menjadi sebuah motivator pergerakan

Dalam menjunjung tinggi pendidikan

Di saat mataku tertutup kebodohan Engkau hadir dengan sejuta harapan pembongkar sandi kegelapan

pendidikan,,, pengubah zaman

2 mei selalu kami rayakan mengharap selalu ada kemajuan menjadikan kami selalu terdepan

dalam segala aspek kehidupan

(Salamsatudata)

Pendidikan Milik Kita

Prito Windiarto

Pendidikan adalah hak semua Tak pandang muda, tua Kaya, papa Mendidik adalah keharusan semua

Orang tua, guru, lingkungan

Memajukan pendidikan adalah kewajiban semua
Pemerintah, masyarakat

Ketika pendidikan hanya parsial
Merasa bukan hak dan kewajiban:

Tunggulah kehancuran

Saat moral semakin bejat
Ketika karakter semakin rusak

Pendidikan adalah milik kita:
Semuanya

Jangan Takut

Prito Windiarto

Jangan takut, kawan
Saat orang-orang meragukan

Akan menjadi apa engkau kelak

Yakinlah, kawan

Kuasa Tuhan takkan sia-siakan

Kau adalah generasi brilian

Lahir di, dari dan untuk negeri

Jangan risau, kawan
Atas cemoohan orang-orang

Kau akan jadi bintang

Tetaplah tegak berjalan Mengayuh jejak pendidikan

Setahap demi sehasta

Pendidikan takkan pernah khianati Bagi sesiapa yang menapaki jalannya:

Pasti

Terus melangkah, kawan

Pendidikan adalah pintu gerbang
Menuju cerah kehidupan:

Masa depan

Janji Pahlawan Pendidikan
Prito Windiarto

Jangan jadi alasan
Jika fasilitas pendidikan yang didapatkan kurang

Jangan jadi alasan: kemalasan
Saat gedung belum memadai

Jangan jadi alasan
Ketika buku-buku pendukung belum datang

Orang hebat takkan rutuki keadaan Ia akan upayakan tetap bertahan

Di kondisi sedemikian

Pendidikan harus terus digaungkan
Meski keterbatasan membatasi

Pendidikan mesti tetap dijalankan
Walau banyak rintangan menghadang

Inilah komitmen sejati
Janji para pahlawan pendidikan

Berjuang untuk yang terbaik Sekuat tenaga:

Memngeluarkan segenap kemampuan

Patriot
Prito Windiarto

Ia memang tak segagah tentara Tak serapi direktur Tak seberotot kuli bangunan

Tak sepintar para profesor

Ia hanyalah orang biasa Manusia kebanyakan Hanya satu kelebihan:

Kesabaran, pengabdian

Kecintaan pada anak didik
Kasih sayang tiada tara

Sepenuh hati mengajarkan
Mendidik dari hati

Ialah patriot, tanpa gelar, tanpa bintang jasa, Ia lah guru-guru kita

PENOLONG DALAM KEGELAPAN (GURU)


Oleh Muhammad Hafiz Nur

Sosok yang tanpa mengenal lelah . Sosok yang menindas perlakuan kasar yang dilontarkan siswa-siswi kepadanya .

Sosok yang berlangkah tegap dan tegas walaupun kening dan pipi mereka sudah mulai memancarkan kekusutan dari raut wajahnya .

Wahai guruku .. Kau telah memberi warna pelangi didalam kehidupan kami. 7 warna yang telah berkumpul menjadi satu paduan . 7 kesempurnaan yang telah kau berikan untuk bekal kami kelak dimasa yang akan datangy .

Kau mengajarkan yang Awal mulanya kami tidak mengenal huruf abjad sampai kami bisa menjadi orang-orang yang kalian harapkan , orang-orang yang sukses dan orang-orang yang telah menyandang gelar terhormat seperti kalian bahkan akan lebih dari pada itu .

Guru .. Maafkan kami yang telah berbuat kesalahan kepada kalian .

Dari hal yang sekecil debu yang tak terlihat bahkan sampai kesalahan yang besar yang bisa terlihat dengan mata kasar .

Tak banyak serumpun do’a yang kami panjatkan .
Semoga kalian guru-guru kami tetap sabar dalam membina dan mendidik kami dan menjadi lah PAHLAWAN tanpa tanda jasa dan mengajar tanpa mengenal kata LELAH .

Kami sayang kalian bapak dan ibu guru kami yang tercinta .

(sumber : Loker puisi)

TERIMAKASIH GURU
Oleh Wahyu Aditya

Guru.. Diam-diam aku memperhatikanmu Ku lihat serius dalam anganmu

Memberi ajaran benarmu

Guru.. Aku belajar darimu Yang belum pernah kau ajarkan padaku Yaitu satu semangat darimu

Bahwa benar ilmu cerahkan kegelapanku

Guru.. Aku mengidolakanmu Dari jasa tanpa pamrihmu..

Terima kasih Guru..

BUKU
Oleh Erni Ristyanti

Buku … Kau adalah sumber ilmu Dimana aku belajar dan membaca

Dari aku tak tahu sampai tahu

Buku … Kau adalah jendela ilmu Jendela menuju kehidupan yang lebih sukses

Menuju kehidupan yang lebih indah

Halaman demi halaman Lembar demi lembar Kubaca dengan serius

Hingga aku lupa waktu

Terimakasih buku Engkau temaniku Dari kecil hingga besar

Tuk menggapai cita-citaku

(sumber : Loker puisi)

WAKTU YANG KUSESALI
Oleh Robiatul Adawiyah

Begitu cepat waktu berlalu Tak terasa perjumpaan ku sudah berlalu

Sangat cepat ,Sangat menyesal ,Sangat kecewa

Teringat dalam Memori yang lalu Menangis mengingat masa-masa yang lalu

Melukiskan canda tawa & kebahagiaan bersamamu

Sepanjang waktu berlalu Kenapa kami baru menaruh perhatian pada Guru Saat Guru tetah tiada

Karena di panggil oleh Sang Maha Kuasa

Begitu kejamnya kami melupakan jasa mu Maafkan kami guru Yang telah menggoreskan tinta hitam,di dalam hidupmu Andaikan waktu dapat terulang

Kami berjanji akan memberikan yang terbaik bagimu

Tangisan kami hanya untukmu Saat kami tak mengerti, Guru yang akan menjelaskannya Saat kami membuat kesalahan, Guru yang menasihatinya Saat kami mengingatmu,

Kau telah tiada

Jasamu kan abadi bersemayam di hati kami Begitu besar perhatianmu pada kami Yang selama ini menyusahkanmu

Hanya kata TERIMA KASIH & MAAF untuk Mu

(sumber : Loker puisi)

IBU GURUKU TERSAYANG
Oleh Anggie Rulistiyani

Ibu Guru … Kau yang telah mendidikku Kau yang telah menasehati ku

Dalam keadaan bingung

Ibu Guru … Engkau adalah pahlawanku Engkau bagaikan penyelamatku

Engkau tulus mengajariku

Ibu Guru … Terima kasih atas semua jasamu Aku sayang padamu

Seperti kau menyayangiku

GURUKU PAHLAWANKU
Oleh Cindy Agustin

Sinar pagi yang cerah .. Membuat aku bergegas untuk brngkat sekolah.

Sungguh senang hari ini,

Demi mendapat ilmu ,
aku rela berjalan kaki , untuk meraih suksesku,

Gurulah yang memberiku ilmu , Gurulah yang menyemangatiku,

Gurulah yang membimbing ku

Tanpa ilmu aku takkan sukses, tidak ada guru tidak ada pula ilmu , Terima kasih guru . Kau lah guru terhebat bgiku kaulah pahlawan ku

pahlawan tanpa tnda jasa

Jika suatu saat nanti aku sudah menjadi sepertimu , aku akan memberikan ilmu yang kau berikan kepada ku , untuk mereka yang membutuhkanku,

Guru jasa mu akan selalu kukenang, sumber : indoberita

Perjuangan mu akan kulanjutkan ( ilmu yang baik bermanfaat dari dunia sampai akhirat )

Ki Hajar dewantara , dulu engkau yang berjuang

Sekarang , biarkan kami yang terjun berperang

Bukan melawan penjajah , namun mengahalau jiwa yang gersang

Gersang akan curahan ilmu , dengan ilmu hidup takkan bimbang

agar generasimu ini , kembali kejalan yang terang

Dimana ilmu bukan hanya untuk uang

Namun lebih mulia dari sekedar uang

Sepercik ilmu kan menyelamatkan , hingga saat nya jiwa melayang (kematian)

Mengejar impian ( membangun bangsa )

Belajar yang dulunya begitu susah dirasakan

Sekarang bagaikan jamur di kebun pekarangan

Impian yang sempat tertahan kini ada didepan

Tinggal generasi sekarang , untuk berjalan

Berjalan kedepan , mengejar impian

membangun bangsa , yang berkepribadian

(sumber : Bina Syifa)

Taman Ilmu

Karya Nur Wachid

Musim kemarau panas berkepanjangan

Musim penghujan hujan berdatangan

Itulah hebatnya dirimu

Panas hujan tetap untuk kau berdiri

Kau hanya tumpukan bata merah

Tulang mu hanya dari besi

Seindah dirimu namamu sama

Seburuk bentukmu tidak kurangi gunamu

Kaulah taman kehidupan

Tempat tertanam berjuta ilmu

Bunga merekah terlahir darimu

Hiruk pikuk pendidikan tertelan olehmu

Tanpamu semua tampak bodoh

Alangkah indahnya….

Jika dirimu berdiri dimana-mana

Tanpa ada beda di desa dan kota

Sayangnya kau bukan manusia

Kakimu tertanam di bumi

Tak bisa jalan kemana-mana

Pahlawan Pendidikan

Karya Zaneta NAJ

Jika global kami nan dulu kosong

Tak pernah kau isi

Mungkin hanya ada rona hampa, gelap

tak dapat apa-apa, tidak dapat kemana-mana

Tapi kini global kami penuh warna

Dengan goresan garis-garis, juga kata

Yang dulu hanya jadi mimpi

Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi

Itu sebab kau nan mengajarkan

Tentang mana rona nan indah

Tentang garis nan harus dilukis

Juga tentang kata nan harus dibaca

Terimakasih guru dari hatiku

Untuk semua pejuang pendidikan

Dengan pendidikanlah kita dapat memperbaiki bangsa

Dengan pendidikanlah nasib kita dapat dirubah

Apa nan tidak mungkin kau jadikan mungkin

Hanya ucapan terakhir dari mulutku

Di hari pendidikan nasional ini

Gempitalah selalu jiwamu

Wahai pejuang pendidikan (sumber : Bina Syifa)
Pahlawan Tanpa Lencana

Karya Saifuddin Usman

Pagi nan latif deruan angin menerpa wajah

Dingin menyelimuti langkah penuh keikhlasan

Renungan hanya buat sebuah kejayaan

Berfikir hanya buat sebuah keberhasilan

Tiada lafaz seindah tutur katamu

Tiada penawar seindah senyumanmu

Tiada hari tanpa sebuah bakti

Menabur benih kasih tanpa rasa lelah

Hari demi hari begitu cepat berlalu

Tiada rasa jenuh terpancar di wajahmu

Semangat mu terus berkobar

Memberikan afeksi tiada rasa jemu

Jika engkau akan melangkah pergi

Ku tau langkahmu penuh pengorbanan

Jika dirimu telah tiada dirimu kan selalu di kenang

Kau ialah pahlawan tanpa lencana (sumber : Bina Syifa)

Ayo membaca

Karya Abdul Jalil

Sesobek kertas telah diberikan

Seuntai tulisan juga berada di dalamnya

Duhai nak nan malang

Kenapa engkau diam saja?

Kenapa kertas itu hanya kau simpan?

Sungguh banyak asa terpendam

Ilmu maha luas telah tertuliskan

Namun sayang kau malas membaca

Dunia begitu luas ilmu pun begitu terbentang

Sungguh global telah berkata,

Kau ingin tahu isiku?

Kau ingin mengeri apa tentang global ini?

Malang beribu malang kau malas membaca

Duhai anak nan malang

Bangkitlah sekarang

Wawasan luas telah menantimu

Lawanlah jiawa kotormu itu

Tuk mencapai impianmu (sumber: puisina)

Puisi Pendidikan

Apa jadinya dunia ini tanpamu Mungkin hanya ada kebodohan itu Yang selalu membelenggu

Menjadikan kami generasi bisu

Tapi setelah hari itu Dunia menjadi penuh warna Banyak huruf yang di eja

Banyak garis yang di lukis

Banyak hal yang engkau ajarkan Tentang mana warna keindahan Juga tentang mengeja kehidupan

Dan bagaimana meraih mimpi

Terima kasih guru ku Juga untuk semua pejuang pendidikan Ilmu yang kau ajarkan menjadi bekal

Untuk memperbaiki nasib dan perubahan bangsa

Di hari pendidikan nasional ini Dengan ketulusan dalam sanubari ku Ku aturkan beribu terima kasih padamu Gempitalah selalu guru Engkaulah pejuang pendidikan sampai akhir waktu

(sumber: brainly)

Sekolahku
karya :Muhammad Zakaria
Sklh adalah arena pembelajaran

Ilmu dicari sambil berkawan

Banyak atau sedikit tergantung muatan

Siswa yang rajin pastilah girang

Ilmu dunia ada disana Ilmu akhirat tesedia juga

Tergantung engkau pilih yang mana

Sebaiknya didapat dua-duanya

Bila engkau orang yang bijak

Akan mendapat tempat berpijak

Allah memberi hasil yang telak Dunia akhirat pasti berdampak

Bumi ini ibarat bola Salah langkah akan celaka

Sekolah tempat ilmu ditempa Bahagia kelak engkau merasa

Rajinlah engkau wahai kawan

Janganlah lupa wahai teman Dengan ilmu kita dapat berjalan

Pengaruh dunia kita takkan rawan. (sumber : reinhardtrisan)

Pahlawan Kehidupan
Karya : Nur Wachid

Ku lihat kau berbuat Ku dengar kau berbicara Ku rasakan kau merasakan Mata binar tak khayal menjadi panutan Sejuk terasa haluan kata – katamu Menjadi sugesti pada diri kami Hingga jiwa ini tak sanggup berlari Menjauhi jalan hakiki Lelah dirimu tak kau risaukan Hiruk pikuk kehidupan mengharu biru Itu jasa tentang pengabdian Bukan jasa tentang perekonomian Semangatmu menjadi penghidupan Untuk kami menjalani kehidupan Jangan pernah kau bosan Jadi haluan panutan Meski pertiwi dalam kesengsaraan Kaulah pelita cahaya kehidupan Terima kasih untukmu

Sang pahlawan kehidupan

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Pahlawan tanpa tanda jasa Ialah Guru Yang mendidik ku Yang membekali ku ilmu Dengan tulus dan sabar Senyummu memberikan semangat untuk kami Menyongsong masa depan yang lebih baik Setitik peluhmu Menandakan sebuah perjuangan yang sangat besar Untuk murid-muridnya Terima kasih Guru Perjuanganmu sangat berarti bagiku Tanpamu ku tak akan tahu tentang dunia ini Akan selalu ku panjatkan doa untukmu Terimakasih Guruku

Pahlawan Pendidikan

Jika dunia kami yang dulu kosong tak pernah kau isi Mungkin hanya ada warna hampa, gelap tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana Tapi kini dunia kami penuh warna Dengan goresan garis-garis, juga kata Yang dulu hanya jadi mimpi Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi Itu karena kau yang mengajarkan Tentang mana warna yang indah Tentang garis yang harus dilukis Juga tentang kata yang harus dibaca Terimakasih guruku dari hatiku Untuk semua pejuang pendidikan Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa Dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin Hanya ucapan terakhir dari mulutku Di hari pendidikan nasional ini Gempitakanlah selalu jiwamu

wahai pejuang pendidikan Indonesia

Pendidikan Untuk Siapa?
Oleh : Doni Swadarma

Pendidikan, apa khabarmu hari ini? Di tengah silih bergantinya istilah hebatmu CBSA, KBK, KTSP entah apa lagi nanti Namun masih terasa ganjalan di benakku

Untuk siapakah engkau dinikmati?

Upik pengamen cilik, Ni’an tukang asongan, Topan preman prapatan Mereka bukan anak sekolahan Mereka punya sebuah mimpi,

mimpi yang sederhana : bisa makan setelah kecapean

Sementara itu…. .di sekolahnya orang-orang penting Yang tarifnya bikin kepala pusing Michele, David dan Tobing asyik browsing sambil outting

Fasilitasnya lengkap ada yang backing

Selesai sd mereka kuliah Di kampus tercinta dambaan semua Bukannya cerdas akal dan jiwa

Bullying dan kekerasan malah mewabah!

Setelah lulus, mereka bekerja Menjadi Menteri, direktur, birokrat, politisi atau pengusaha Tapi mengapa bukannya membangun negeri tercinta

Sudah berpenghasilan tinggi, masih korupsi juga!

Aku bingung aku resah Dimanakah letaknya salah Sudah sekolah sudah kuliah

Keluar-keluar kok malah jadi lintah

Kami yang ada di sini Cuma bisa jadi pemimpi Bermimpi sepuas hati

Setelah bangun menangis lagi

Bukan itu yang kuharapkan Pendidikan murah yang kuinginkan Pendidikan yang bisa merubah Semua kezholiman menjadi keadilan!

Di Antara Dua

Di antara dua, aku harus memilih Entah satu baik atau buruk Aku tak bisa berdiri di antara keduanya

Dan aku menentukannya

Di antara dua, aku harus masuk Entah satu mudah atau sulit Aku tak bisa bergelut di antara keduanya

Dan aku meratapinya

Di antara dua,aku harus berjuang Entah satu manis atau pahit Aku tak berhenti meraih satunya

Dan aku tak ingin kalah

Aku
Karya : Nur Wachid

Aku berdiri ditengah penjuru Aku besar dengan nama itu Aku bukan manusia Aku hanya sebuah kata Namaku lambang kecerdasan Namaku membunuh kebodohan Betapa hebatnya aku ? Tak ada yang menandingiku Sampai ini ku tak merasa hebat Ini kali ku menangis Bukan yang pertama Bukan yang kedua Tiada pemakai namaku Yang menjadikanku hebat Disana – sini kebodohan Belum terbunuh olehku Tangisan ini penuh pilu Belum banyak kecerdasan Yang bertaburan Jadilah pahlawanku anak negeri Hentikan pilu tangisku Buatlah aku tersenyum

Merasa bangga akan namaku

Lilin Kegelapan
Karya : Nur Wachid

Titik air menitik Berbaris jarum jam berdetik Tak henti dalam putaran waktu Menembus masuk roda itu Menjadi pilar generasi penerus Bermuara menjelma sebagai arus Berbaris ditengah tangisan pertiwi Tak buat henti langkahkan kaki Baktiku hanya tuk negeri ini Ku akan jadi lilin ditengah kegelapan Melawan segala kemunafikan Semangatku bagai pejuang 45’ Penerus cita – cita pahlawan kita Wahai sang guruku Tuntunlah aku menjadi aku Jasamu tak tampak mata Berwujud dalam hati sanubari Titik air menitik Ilmu mu kan ku petik

Bukan buat negara munafik

Baca Tulis
Karya : Nur Wachid

Senja meradang kerinduan Goresan pena menyayat kalbu Tangisanku tak membuat pilu Hei .. wahai pemimpinku Pandanglah aku yang kusut ini Duduk di sekolah ku tak bisa Bagaimana ku tak bisa bodoh ? Hiduppun beralas tanah Tidurpun beratap langit Ahhh,…. Bosan ku tak dapat membaca Bingung ku tak dapat menulis Seandainya ada pemimpin menangis

Pasti ku dapat baca tulis

Puisi Hari Pendidikan Nasional Jika dunia kami yang dulu kosong Tak pernah kau isi Mungkin hanya ada warna hampagelap Tak bisa apa-apa Tak bisa kemana-mana Tapi kini dunia kami penuh Warna Dengan goresan garis-garis Juga kata-kata Yang dulu hanya jadi mimpi Kini mulai terlihat Bukan lagi mimpi Itu karena kau yang mengajarkan Tentang mana warna yang indah Tentang garis yang harus dilukis Juga tentang kata yang harus dibaca Terimakasih guruku dari hatiku untuk semua pejuang pendidikan

” Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa!”