Apa bukti IPTEK sebagai faktor pendorong bangsa barat ke Indonesia

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Penjajahan Bangsa Eropa. Foto: sportourism

Indonesia sempat dijajah oleh beberapa bangsa Barat atau Eropa selama lebih dari tiga abad. Pada masa penjajahan, sejumlah bangsa Barat merebut kekayaan Tanah Air dan mendatangkan penderitaan bagi rakyat Indonesia.

Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia sebenarnya dipicu oleh kekayaan alam Tanah Air. Kala itu, bangsa Barat sudah tertarik dengan Nusantara yang memiliki tanah subur, lautan luas, keanekaragaman hayati, hingga rempah-rempah yang melimpah.

Akhirnya, bangsa Barat pun berlayar dan mendatangi Nusantara untuk berdagang dan mendapat rempah-rempah. Kendati demikian, keinginan berdagang itu pupus karena sifat keserakahan.

Niat untuk berdagang akhirnya tergantikan dengan praktik penjajahan. Bangsa Barat berupaya menguasai Indonesia sebagai negara penghasil rempah terbaik dan terbesar di dunia.

Di sisi lain, praktik penjajahan bangsa Barat juga dipengaruhi dengan beberapa faktor, di antaranya:

3G atau Gold, Glory, Gospel

Ilustrasi Eropa Foto: Pixabay

Kolonialisme bangsa barat mengacu pada semboyan gold, glory, dan gospel, yaitu:

Bangsa barat ingin mendapatkan kekayaan sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan perkonomian negara. Karena itulah, mereka mendatangi Indonesia sebagai sumber rempah-rempah. Sebab, rempah memiliki harga yang tinggi jika dijual.

Selain mendapat kekayaan, bangsa Barat juga berupaya meraih kejayaan. Mereka hendak menjadi penguasa dari berbagai negara. Ini karena negara yang memenangkan perang dan banyak mengusasai tanah dianggap sebagai negara paling unggul.

Bangsa Barat berusaha memperluas keyakinannya di Asia untuk memenuhi tugas mulia sebagai umat Nasrani. Oleh karena itu, mereka menyiarkan ajaran agama Nasrani ke seluruh wilayah Nusantara.

Ilustrasi mesin uap foto:Pixabay

Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia didukung oleh revolusi industri. Awalnya, bangsa tersebut kesulitan mendatangi Indonesia karena transportasi yang terbatas.

Namun, perkembangan revolusi industri yang ada berhasil melahirkan penempuan baru seperti mesin uap. Teknologi tersebut pun memudahkan bangsa Barat untuk melakukan pelayaran ke Indonesia.

Konstantinopel Kekaisaran Turki Usmani

Penaklukan Konstantinopel Foto: Wikimedia Commons

Sebelumnya, konstantinopel dikuasai oleh Kekaisaran Romawi Timur sehingga bangsa Barat bebas berdagang. Namun, mereka mulai kesulitan berdagang setelah konstantinopel dikuasai oleh Turki Usmani.

Bangsa Barat pun memutar otak untuk tetap berdagang. Akhirnya, mereka memutuskan untuk mencari jalur perdagangan di luar kawasan laut tengah untuk mendapat sumber asli rempah-rempah.

Jakarta (22/) - Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) menjadi kunci untuk membangun kekuatan daya saing agar menghasilkan produk bernilai tambah dan memberikan keunggulan kompetitif. 

Demikian disampaikan Menko PMK, Puan Maharani yang diwakilkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kemenko PMK, Prof. Agus Sartono saat memberikan sambutan dalam LIPI Sarwono Award XVIII dan Sarwono Memorial Lecture XI Tahun 2019 yang diselenggarakan di Auditorium LIPI, Jakarta.

Prof. Agus melanjutkan, kesadaran akan pentingnya iptek telah disampaikan sejak 60 tahun yang lalu, dimana saat itu Presiden Soekarno, Dalam pidatonya pada kongres Ilmu Pengetahuan Indonesia yang pertama di Malang, tahun 1958, menyatakan bahwa “Bangsa ini hanya akan maju dan sejahtera jika pembangunannya dilandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi”. 

Menurut Prof. Agus, Kemajuan suatu bangsa dan negara yang ditopang oleh perekonomiannya, telah bergeser dari menguasai sumber daya alam menjadi penguasaan atas ilmu pngetahuan dan teknologi. "Saat ini Peringkat Daya Saing Indonesia naik 11 poin dari sebelumnya di posisi 43 pada 2018 menjadi 32 pada tahun ini," ujarnya. 

Salah satu pendorong dalam meningkatkan daya saing adalah bagaimana peran inovasi iptek dalam menggerakan efektifitas perekonomian."Apabila Saudara-Saudara terus menghasilkan inovasi, saya yakin peringkat kitaakan naik lebih tinggi lagi," kata Prof. Agus. 

Prof. Agus menyampaikan, kebijakan bidang iptek nasional memasuki era baru dengan ditetapkannya UU Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Dengan adanya UU Sinas Iptek ini, diharapkan riset menjadi lebih optimal.

Saat ini, kata Prof. Agus, Pemerintah telah mengalokasikan di dalam RAPBN tahun anggaran 2020 dana abadi penelitian, sebesar Rp 5 Triliun, dan secara bertahap akan terus ditingkatkan.  Pemerintah juga telah mendorong dunia industri untuk memperkuat inovasi berbasis riset nasional, dengan memberikan insentif melalui skema pemotongan pajak (hal ini diatur melalui PP Nomor 45 Tahun 2019 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan).

Prof. Agus menambahkan, bahwa penguatan riset juga akan dilakukan melalui pemanfaatan Dana pengembangan pendidikan nasional yang dikelola oleh LPDP, yang saat ini dana yang dikelola telah mencapai lebih dari Rp 66 Triliun. sehingga ruang untuk pengembangan inovasi dan riset, saat ini sudah lebih baik.

Oleh karena itu, lanjut Prof. Agus, menjadi harapan kita semua agar riset dan inovasi berbasis iptek dapat terus dikembangkan untuk dapat mendukung industri, teknologi tepat guna, dan ekonomi digital.  

"Dalam era kemajuan jaman yang sangat dinamis dan ditentukan oleh penguasaan kemajuan iptek, inovasi, dan kreatibitas. Ilmuwan dan peneliti, menjadi strategis perannya dalam mendorong kemajuan penguasaan iptek di Indonesia," jelas Prof. Agus.

Diakhir sambutannya, Prof. Agus menyampaikan apresiasi kepada LIPI atas terselenggaranya acara. "Teruslah berkarya dan memberi kontribusinyata untuk mempercepat kemajuan bangsa, sehingga kita menjadi negara yangvsejahtera, maju, dan berkebudayaan," pesanya.

Turut hadir dalam acara, Kepala LIPI Dr. Laksana Tri Handoko; Dirjen Risbang Kemenristek Dikti Dr. Dimyati; Prof. Dr. Terry Mart, Ilmuwan Fisika dari UI sebagai penerima Sarwono Award; Prof. Dr. Irwandi Jaswir dari Halal Industry Research Centre Universitas Islam Internasiona Malaysia, dan para peserta dari berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA