Tulislah simbol-simbol dalam perkawinan Katolik dan jelaskan apa makna dari simbol-simbol itu

apa hak mu sebagai warga desa​

pada pagi merupakan hari yang dinginubah lah menjadi kalimat deklaratif​

contoh mendeskripsikan tentang sekolah dan prestasi yang di dapat muridnya​

buatlah 3 berita sore iniTOLONG DI JAWAB YA KA MAU DI KUMPULKAN SEKARANG SOALNYA​

analisis cerpen "Impian Keabadian" oleh Satrio Arismunandar​

Apa manfaat yang diterima apabila kita mengikuti ajakan dalam iklan​

Mengapa najwa shihab tidak menggunakan jilbab sedangkan ayah adalah orang besar​

tolong bantu kak no 1dan 2​

kelelawar aktif pada malam hari, tapi tidak pada siang hari. pada kalimat di atas termasuk pada kalimat simpleks atau kompleks ​

1.tuliskan kalimat utama paragraf di atas! 2.bagaimana bakal anak yang dikembang biakan secara ovivar terlindungi?3.bagaimana bakal anak yang dikemban … g biakan dengan cara vivipar terlindungi?5.buatalah kesimpulan dari paragraf di atas! !!​

Symbol – Symbol Pernikahan.1.CicinCincin melambangkan kasih abadi Tuhan, sama seperti bentuk cincin tidak memiliki awal dan akhir. Simbol-simbol ini berdiri sebagai model cinta untuk suami dan istri yang baik berjanji komitmen mereka satu sama lain, dan karena mereka memakai cincin, mereka diingatkan cinta masing-masing.2.CadarCadar ditempatkan pada bahu pengantin pria dan di atas kepala pengantin wanita. Ini melambangkan peran yang diberikan dalam Efesus 6 - suami - untuk mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi dan memberikan nyawa-Nya bagi Gereja;. Untuk istri - untuk tunduk kepada kepemimpinan suami sebagai Kristus diakui sebagai kepala GerejaTanggung Jawab untuk kepemimpinan bertumpu pada bahu pria itu dan simbol penyerahan perempuan itu ditunjukkan dengan sempurna melalui simbol ini.3.Kain PengikatIni mengikat pria dan wanita, seperti yang terlihat di pernikahan pertama dalam Kejadian 2:27, "Untuk alasan ini seorang pria akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, dan mereka akan menjadi SATU daging."Serikat yang ditampilkan juga memiliki aplikasi praktis untuk pasangan. Suami tidak harus menarik bagiannya dari kabelnya terhadap dirinya sendiri agar tidak menggantikan keunikan istri. Demikian pula, istri tidak harus menarik bagian nya kabelnya terhadap dirinya sendiri agar tidak menggantikan keunikan suami.4.AlkitabUpacara adat sering tidak memiliki elemen ini. Dalam pernikahan Kristen, Alkitab, yang adalah manual Allah bagi kehidupan, diberikan kepada suami. Penerimaan-Nya terhadap Alkitab adalah simbolis bahwa dirinya menerima peran menjadi pemimpin rohani keluarga. Sangat menarik untuk melihat dalam tujuh bab pertama dari Amsal bahwa mereka semua (kecuali satu pasal di mana disebutkan dalam ayat 8) dimulai dengan 'Anakku' atau kata-kata seorang ayah kepada anaknya. Hal ini tersirat bahwa ayah (suami) harus memimpin keluarga rohani - dalam mengajarkan Alkitab, pergi ke gereja, melayani di gereja, dll Simbol ini sangat penting dalam upacara pernikahan Kristen..5. Lilin PersatuanMatius pasal 5 memberi Kristen judul, "terang dunia." Sebagai pengantin pria dan pengantin wanita harus mengaku bahwa mereka adalah pengikut Kristus, maka ini berarti bahwa setiap kehidupan seseorang berfungsi sebagai terang bagi orang-orang di sekitar mereka. Namun, seperti sepasang suami istri, dan sebagai kehidupan mereka bersatu, pernikahan dan keluarga Kristen mereka sekarang akan berfungsi sebagai cahaya, misalnya, untuk rakyat dan keluarga mereka menghubungi. Yang ideal adalah bahwa pernikahan mereka akan menjadi kesaksian yang besar, kasih kesetiaan Allah dan kasih sayang.6.MerpatiBurung merpati dalam tradisi Kristen terutama dipahami sebagai symbol kehadiran Roh Kudus yang mengingatkan kita pada peristiwa baptisan Yesus oleh Yohanis Pembaptis (Mat 3:16 bdk Mrk, Luk dan Yoh). Seekor burung merpati dengan sebuah ranting zaitun telah menjadi simbol universal untuk perdamaian dan mengingatkan pada kisah Nuh (Kej 8:11), di mana sehelai daun zaitun menjadi tanda bahwa air bah telah surut dan simbol untuk perjanjian Allah dengan umat manusia dan segala ciptaan-Nya. Kadang-kadang, dua ekor burung merpati juga digunakan sebagai simbol cinta kasih.7.HatiDalam bahasa Indonesia, hati (secara harafiah/anatomis: lever) mengandung makna simbolis dengan apa yang diidentifikasi sebagai “jantung” dalam kebanyakan bahasa lain (misalnya bhs. Inggris: heart). Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan anggapan budaya tentang di mana terletaknya pusat simbolis kehidupan manusia. Hati mensimbolkan jiwa, nurani dan emosi manusia, dan jika digambarkan dengan gambar “love” ini, terutama menunjuk pada cinta kasih. Cinta yang dimaksud adalah cinta kasih Allah, persahabatan yang mendalam, dan juga cinta yang bersifat erotis.*Syarat Pernikahan Dalam agama Kristen :1.Surat Baptisan (kedua pasangan).2.Foto Copy Surat Baptisan.3.Foto (4 X 6) 2 lembar (per orang).4.Konseling pra-Nikah.

5.Pemberitahuan nikah minim 3 bulan sebelum hari “H”.

Page 2

Simbol-simbol liturgi adalah simbol-simbol yang digunakan di dalam sebuah perayaan liturgi.[1] Simbol-simbol liturgi sangat diperlukan dalam perayaan liturgi karena perayaan liturgi itu merupakan sebuah perayaan kehidupan.[1] Kehidupan yang dirayakan adalah kehidupan bersama dengan Allah dan sesama.[1] Pertemuan umat dengan Allah dalam perayaan liturgi tidak bisa lepas dari simbol dan tanda.[2] Agama mistik mengatakan bahwa manusia tidak dapat membayangkan dan menggambarkan Allah, kecuali dengan memanfaatkan simbol.[2]

Simbol berasal dari bahasa Yunani symbolon, kata kerja: symbalein yang berarti tanda pengenal yang menjelaskan dan mengaktualisasikan suatu perjumpaan dan kebersamaan yang didasarkan oleh suatu kewajiban atau perjanjian.[1] Dapat juga dikatakan bahwa simbol adalah tanda indrawi, barang atau tindakan, yang menyatakan realita lain di luar dirinya.[3] Simbol memiliki lingkup makna dan kandungan isi yang amat luas, karena itu merupakan sarana ulung untuk mengungkapkan sesuatu tentang Tuhan.[3] Simbol berbeda dengan tanda.[2] Simbol melibatkan emosi individu, gairah, keterlibatan dan kebersamaan.[2] Selain itu, simbol juga terbuka terhadap berbagai arti dan tafsiran, tergantung bagaimana setiap individu memaknai simbol itu sendiri.[2] Simbol liturgi biasanya diberkati terlebih dahulu sebelum digunakan.[3]

Fungsi simbol yaitu menjembatani masa sekarang dan masa lalu.[2] Dengan demikian kita yang ada pada masa kini dapat hadir pada masa lalu dan sebaliknya, mereka yang ada pada masa lalu dapat hadir di tengah-tengah kita saat ini.[2] Melalui dan dalam simbol dapat terungkap apa yang disimbolkan yaitu realitas kehidupan Kristus yang menyelamatkan.[2] Simbol juga berfungsi sebagai alah satu bentuk komunikasi antara Allah dan sesama.[1] Komunikasi itu terjalin di dalam kebersamaan yang muncul di dalam perayaan kehidupan.[1]

Masa lalu yang ingin dihadirkan kembali pada saat ini secara simbolis antara lain:[2]

  • Perayaan atas peristiwa (kelahiran Yesus, kematian Yesus, kebangkitan Yesus, kenaikan Yesus).[2]
  • Tindakan atau tata gerak (prosesi, tanda salib, dll).[2] Prosesi di awal ibadah merupakan simbolisasi perarakan umat Israel dari Mesir ke tanah Perjanjian.[2] Tanda salib merupakan simbolisasi baptisan yang dilakukan bersamaan dengan mengucapkan “dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.”[2]
  • Tempat atau arah (tanah suci, negeri leluhur, kampung halaman, kiblat).[2] Gedung gereja bukan sekadar tempat berkumpul, tetapi juga tempat kehadiran Allah.[2] Ziarah kaum agamawan ke tanah suci bukan sekadar pelesir, tapi juga upaya menghadirkan kembali pengalaman orang lain pada masa lalu bagi diri sendiri pada masa kini.[2]
  • Benda (salib, air,roti-anggur).[2] Air yang biasa digunakan dalam pembaptisan melambangkan mati dan hidup (band. Roma 6:8) bersama Kristus.[2] Roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus merupakan simbol yang langsung membawa kaum beriman kepada peristiwa Kristus.[2] Patung-patung bukan untuk disembah tetapi untuk menghadirkan kembali pada masa kini pengajaran dan teladan sang kudus.[2]
  • Waktu. Gereja beribadah pada hari Minggu dimaksudkan agar gereja hadir pada peristiwa kebangkitan Kristus yang jatuh pada hari Minggu pertama.[2]
  • Kata-kata dalam formula liturgi (Alkitab, votum, leksionari).[2] Kata-kata liturgi memiliki simbol yakni, menghadirkan yang mengucapkan kata-kata tersebut pada waktu sekarang atau menghadirkan orang yang kepadanya kata-kata liturgis itu ditujukan.[2]
  • Pengharapan akan persaudaraan gereja di seluruh dunia disimpulkan dalam perjamuan kudus, berpuncak pada komuni.[2]

Manusia dapat dikatakan sebagai simbol liturgis.[1] Hal ini dikarenakan manusia dapat mengungkapkan dan melaksanakan dirinya dalam bentuk simbol.[1] Caranya dapat berupa kegiatan indrawi maupun melalui gerakan dan bahasa tubuh.[1] Kegiatan indrawi yang dimaksud misalkan mendengarkan, melihat, menyentuh, merasakan dan mencium. Gerakan dan bahasa badan seperti berdiri, berlutut, penumpangan tangan, pembasuhan tangan, dll.[1]

Benda dan gambar

Benda dan gambar bisa juga menjadi simbol maupun dihayati sebagai simbol.[2] Di dalam gereja, patung salib, mimbar, altar dan gambar-gambar para kudus adalah simbol kehadiran peristiwa Kristus.[2] Benda-benda tersebut bukan hanya sebagai hiasan tetapi juga mengandung arti dan dapat membangkitkan emosi.[2] Selain itu benda-benda lain seperti Roti dan Anggur, Air, Minyak, Garam juga digunakan sebagai simbol liturgis.[1] Simbol benda pun dapat dibagi menjadi dua yaitu simbol yang berasal dari benda alamiah dan yang berasal dari benda buatan.

Warna

Pemilihan warna liturgi dipengaruhi oleh penafsiran makna atas simbol tersebut.[1] Di dalam liturgi, warna melambangkan sifat dasar misteri iman yang dirayakan serta menegaskan perjalanan hidup Kristiani sepanjang tahun liturgi.[1] Warna-warna yang biasanya dipakai antara lain warna putih, kuning, merah, hijau, ungu, dan hitam.[1]

Contoh-contoh Simbol

Simbol dari gerakan tubuh

Contoh simbol yang menggunakan gerakan tubuh antara lain:

  • Penumpangan Tangan. Penumpangan tangan mempunyai makna pencurahan Roh Kudus. Biasanya dilakukan pada penahbisan pendeta atau imam.
  • Bersalaman, mengungkapkan wujud dari Kasih dan Persaudaraan. Bersalaman dilakukan oleh umat ketika kita saling memberikan Salam Damai.
  • Berlutut, merupakan salah satu sikap doa yang mengungkapkan kerendahan hati seseorang yang ingin memohon kepada Tuhan atau bersembah sujud kepada-Nya.[4]

Simbol dari benda alamiah

Roti dan Anggur, Air, Minyak, Garam merupakan contoh simbol liturgis dari benda alamiah.

  • Roti dan Anggur, yang digunakan dalam perayaan Ekaristi atau Perjamuan Kudus menyimbolkan persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus.
  • Air, dipakai dalam berbagai macam perayaan liturgi. Misalnya dalam baptisan memiliki makna simbolis yaitu untuk mengungkapkan pembersihan dosa dan penganugerahan keselamatan dan penciptaan baru
  • Minyak, yang biasa digunakan adalah minyak dari pohon zaitun (meskipun demikian, menurut buku-buku pontifikal Romawi minyak liturgi bisa berasal dari tumbuhan lain). Minyak dapat merupakan simbol bagi anugerah kepenuhan hidup dan kesuburan (Mazmur 128:3 dan Mazmur 133:2). Minyak dalam liturgi juga melambangkan daya kekuatan Allah yang memberi kekuatan bagi perjuangan hidup dan penyertaan Allah dalam tugas kepemimpinan.[1]
  • Garam, biasanya digunakan sebagai pembersih atau pengawet. Dalam liturgi merupakan simbol pembersihan dan digunakan secara fakultatif dalam persiapan perayaan pembaptisan dan pemberkatan air suci.

Simbol dari benda buatan

Simbol-simbol yang berasal dari benda buatan seperti:

  • Salib, merupakan simbol keselamatan. Pengorbanan Kristus yang rela mati untuk meenebus dosa-dosa manusia.
  • Lilin, sering dipakai juga dalam bermacam-macam perayaan liturgi dan salah satunya adalah saat perayaan Paska. Lilin Paska menyimbolkan kehidupan yang baru yang menyala. Api adalah lambang semangat yang berkobar-kobar. Yesus telah bangkit dan lilin itu menyimbolkan kebangkitan Yesus. Lilin juga berfungsi sebagai pendorong dan pembantu meditasi.[2]

Simbol warna

  • Warna putih

Warna putih mengungkapkan kegembiraan dan kesucian.[5] Warna putih juga dikaitkan dengan kehidupan baru.[1] Selain itu juga warna putih dapat melambangkan sebuah kesempurnaan, kejayaan dan kemuliaan abadi.[1] Biasanya warna ini dipertukarkan atau digunakan bersama-sama dengan warna kuning.[5] Warna putih dapat dipakai pada hari raya seperti Natal, Paska, Kamis Putih.[5]

  • Warna kuning

Hampir sama dengan warna putih, warna kuning mengungkapkan kemuliaan, kemenangan dan kegembiraan.[5] Warna kuning umumnya dilihat sebagai warna yang mencolok sehingga lebih kuat menunjukkan makna kemuliaan.[1] Warna ini juga dapat dipakai saat Natal, Paskah, Kamis Putih.[1]

  • Warna merah

Warna merah biasanya melambangkan api dan darah.[1] Selain itu juga dapat menyimbolkan Roh Kudus, cinta kasih, pengorbanan dan kekuatan.[1] Di dalam tradisi Romawi kuno, warna merah digunakan sebagai simbol kekuasaan tertinggi yaitu kaisar.[1] Warna merah biasanya digunakan ada saat hari raya Jumat Agung, Pentakosta, Minggu Palma.[5]

  • Warna hijau

Warna hijau pada umumnya menandakan sebuah ketenangan, kesegaran dan melegakan.[1] Selain itu juga dapat melambangkan harapan, syukur, dan kesuburan.[5] Warna ini dipilih dan dipakai dalam minggu biasa di dalam liturgi sepanjang tahun.[1] Pada masa-masa itu manusia dapat menghayati hidupnya dengan penuh ketenangan terhadap karya-karya Tuhan.[1]

  • Warna ungu

Warna ungu merupakan simbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati dan mawas diri.[1] Selain itu warna ini juga mengungkapkan pertobatan.[5] Digunakan pada masa Prapaska dan Adven[5] ketika manusia diundang untuk bertobat, mawas diri dan mempersiapkan diri bagi perayaan Natal dan Paska.[1]

  • Warna hitam

Warna hitam biasanya dipakai untuk melambangkan kematian, kegelapan,[1] kesedihan dan kedukaan.[5] Warna ini digunakan pada saat ibadah atau peristiwa kematian.[1]

Contoh-contoh Simbol Liturgi

 

Penumpangan tangan yang dilakukan oleh seorang pendeta, pastor atau imam.

 

Salib

 

Roti dan Anggur yang digunakan saat Perjamuan Kudus

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac E. Martasudjita. 1998, Memahami Simbol-simbol dalam Liturgi. Yogyakarta: Kanisius, 11.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab Rasid Rachman. 2005, Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 154.
  3. ^ a b c Ernest Maryanto, KAMUS LITURGI Sederhana. Yogyakarta: Kanisius, 2004.
  4. ^ Frans Sugiyono. 2010, Mencintai Liturgi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 137.
  5. ^ a b c d e f g h i I. Warsana Windhu. 1997, Mengenal Peralatan, Warna dan Pakaian Liturgi. Yogyakarta: Kanisius, 22-23.

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Simbol-simbol_liturgi&oldid=18929476"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA