Tuliskan lima tari tradisional klasik berasal dari daerahnya

Disamping Tari Rakyat dan juga Tari Kreasi Baru, ada juga yang disebut dengan Tari Klasik. Tari klasik merupakan suatu jenis tarian yang pada umumnya berkembang di suatu tempat/daerah tertentu yang berpijak pada kebiasaan masayrakat secara turun temurun. Tari klasik adalah suatu tarian yang diwariskan secara turun temurun dan menjadi budaya untuk masyarakat tersebut. Tari klasik sendiri dikembangkan, oleh kaum bangsawan yang tinggal di Istana. Hampir seluruh penggawa istana mengadakan kegiatan yang penting dengan diiringi pertunjukan tari klasik. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya Tari klasik untuk mengisi sebuah acara para bangsawanan. Perkembangan tari Klasik ini sulit karena hanya dipelajari oleh para bangsawan saja. Mengenai rias, busana, irama dan penghayatannya  juga terkesan lebih mewah dan estetis.

Gerakan Tari Klasik cenderung baku dan tak bisa diubah. Ada larangan besar untuk merubah gerakan tari, sebab setiap gerakan tari klasik yang tercipta memiliki unsur-unsur filosofis yang berbeda-beda. Tari Klasik juga sering disebut dengan tari daerah, hal ini karena tari tersebut mempunyai keunikan tersendiri. Setiap daerah akan membuat gerakan  tari yang berbeda-beda. Hal tersebut menunjukkan  jika  tari daerah mempunyai keunikan tersendiri. Ciri-ciri tari klasik sendiri adalah memiliki nilai seni yang tinggi, gerakanya sudah ditentukan, perkembangannya hanya di kalangan bangsawan saja dan setiap gerakan tari mengandung arti. Berikut ini macam-macam tari klasik yang ada di Indonesia:

1. Tari Topeng Klana dari Cirebon

Tari Topeng Klana Cirebon merupakan salah satu jenis tarian di tatar Parahyangan. Ini merupakan kesenian khas daerah Cirebon. Di Cirebon, sendiri tari topeng memiliki banyak jenis, dalam hal gerakan ataupun cerita yang disampaikan. Biasanya tari topeng dimainkan oleh 1 penari tunggal, tapi kadang juga dimainkan oleh beberapa orang penari. Tarian ini adalah bagian lain dari jenis tari topeng yang lainnya yakni Tari Topeng Kencana Wungu. Tari Topeng Klana adalah serangkaian gerakan tari yang bercerita mengenai Prabu Minakjingga (Klana) yang tergila-gila akan kecantikan Ratu Kencana Wungu, dan berusaha untuk mendapatkan cinta dari pujaan hatinya. Tapi upaya pengejarannya tak membuahkan hasil. Pada umumnya, bentuk dan juga warna topeng mewakili watak tokoh yang sedang dimainkan. Klana, biasanya dimainkan dengan topeng dan juga kostum yang didominasi dengan warna merah mewakili sifat yang tempramental. Dalam tarian tersebut, Klana adalah orang yang serakah, tak bisa menjaga keinginan yang menggebu-nggebu dan penuh amarah. Sebagian gerak tarinya juga menggambarkan seseorang yang gagah, marah, mabuk, dan tertawa terbahak-bahak.

Tuliskan lima tari tradisional klasik berasal dari daerahnya

Tari Topeng Klana dari Cirebon

2. Tari Serimpi dari Yogyakarta
Tari Serimpi merupakan salah satu jenis dari macam-macam tari klasik yang berasal dari Yogyakarta yang dimainkan oleh beberapa penari wanita yang cantik. Tarian ini menggambarkan kelemah lembutan  dan kesopanan, yang bisa dilihat dari gerakan yang lembut dan pelan oleh setiap penarinya. Tari Serimpi ini pada awalnya adalah jenis tarian yang sakral dan hanya dipertunjukan di lingkungan Keraton Yogyakarta saja. Menurut sejarahnya, Tari Serimpi sudah ada semenjak masa kejayaan kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung. Karena memiliki sifat yang sangat sakral, penarinya pun bukan penari yang sembarangan dan dipilih langsung oleh keluarga Kerajaan. Tapi setelah Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua yakni Kesultanan Yogyakarta dan juga Kesunanan Surakarta, tarian tersebut mulai mengalami beberapa perubahan dalam gerakan meskipun inti dari tarian tersebut masih sama.

Tari Serimpi dari Yogyakarta

3. Tari Bedhaya Ketawang dari Surakarta Tari Bedhaya Ketawang merupakan tarian kebesaran yang hanya dipentaskan saat penobatan tahta raja di Kasunanan Surakarta yang sering disebut dengan tarian sakral. Tari itu sendiri menggambarkan hubungan cinta antara Kangjeng Ratu Kidul dan Raja Mataram. Semua itu diperlihatkan dalam gerak tarinya. Lalu kata–kata yang tersirat dalam lagu pengiring tarian ini juga menggambarkan curahan hati dari Kangjeng Ratu Kidul untuk sang Raja. Tarian tersebut pada umumnya di mainkan oleh 9 penari wanita. Menurut kepercayaan yang dianut masyarakat, setiap pementasan Tari Bedhaya Ketawang dipercaya akan ada kehadiran kangjeng Ratu Kidul yang ikut menari sebagai penari yang kesepuluh.

Tari Bedhaya Ketawang dari Surakarta

4. Tari Rejang dari Bali Menurut beberapa sumber, Tari Rejang sudah ada pada zaman pra-Hindu. Tarian ini sendiri dilakukan untuk persembahan suci dalam menyambut kedatangan para dewa yang datang ke Bumi. Pada masyarakat Hindu di Bali, Tari Rejang ini biasnaya ditampilkan di berbagai upacara adat dan juga keagamaan yang diadakan di pura seperti upacara Odalan. Disamping itu di beberapa area di Bali juga menampilkan tarian setiap tahunnya, sebagai salah satu bagian dari upacara peringatan tertentu. Tarian ini juga berfungsi sebagai rasa ungkapan syukur dan juga penghormatan mereka terhadap dewa yang mau turun ke Bumi.

Tari Rejang dari Bali

Itulah tadi macam-macam tari klasik yang ada di negeri tercinta kita. Selain itu ada juga sebuah tarian yang sudah ada sejak dulu dan diwariskan secara turun-temuruh hingga saat ini. Tarian itu disebut dengan tarian rakyat, seperti apa saja tarian rakyat itu?.. simak ulasannya pada artikel macam-macam tarian rakyat.

Ragam kesenian tari tradisional di Indonesia memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Tari tradisional adalah tari yang telah lama berkembang dalam kehidupan masyarakat dan selalu menggambarkan pola-pola tradisi dan kebudayaan masyarakat.

Tari tradisional telah menjadi budaya bagi etnik tertentu dan identitas yang mampu menyatukan masyarakat. Tarian tradisional diikat oleh norma dan aturan adat tempat bernaungnya keberadaan tari tersebut, sehingga tarian tersebut tidak dapat dipisahkan dengan adat istiadat atau tradisi lainnya.

Mengutip buku Mengenal Seni Tari Indonesia, sejarah perkembangan seni tari dapat dilihat melalui empat masa, yaitu:

Masyarakat Indonesia pada zaman prasejarah masih menganut kepercayaan animisme, dinamisme, dan ateisme yang kuat. Tari tradisional yang tercipta masih menggunakan gerakan kaki dan tangan yang sederhana.

Instrumen pengiring tari yang digunakan adalah nekara. Pada zaman ini, tari tradisional dikaitkan dengan kepercayaan yang dapat memberi kekuatan di luar kemampuan, sehingga gerakannya menjadi magis dan sakral.

Tari tradisional masa prasejarah merupakan ungkapan kegembiraan, kesederhanaan, dan upacara-upacara, serta gerakannya cenderung menirukan alam, seperti suara, tingkah laku, dan tata kehidupan sehar-hari.

Advertising

Advertising

Pada masa Indonesia-Hindu, seni tari banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan India. Perkembangan tari mengalami kemajuan yang sangat pesat dan menjadi bagian penting dalam pelaksanaan upacara keagamaan.

Jenis tari tradisional yang berkembang pada masa ini meliputi tarian untuk upacara adat, keagamaan, dan hiburan. Seni tari pada masa Indonesia-Hindu bersumber dari cerita Mahabharata dan Ramayana sehingga bentuk gerak disusun selaras dengan kebutuhan upacara yang dilandasi atas kepercayaan bahwa seni tari berasal dari para dewa.

Tari tradisional pada masa Indonesia-Hindu dikelompokkan menjadi dua, yaitu seni tari kerajaan dan seni tari rakyat.

Pada masa Indonesia-Islam, beberapa fungsi seni tari disesuaikan mengikuti perubahan peradaban masyarakat yang mulai menganut ajaran agama Islam. Tokoh Islam seperti Sunan Kalijaga menciptakan tari Bedoyo Sapto dengan jumlah penari tujuh orang. Angka tujuh melabangkan bidadari dari kayangan, yaitu Suprobo, Wilutomo, Rasiki, Surendro, Bagan Mayang, Irim-Irim, dan Tunjung Biru.

Pada zaman penjajahan, seni tari mengalami kemunduran. Hanya lingkungan keraton atau istana yang masih memelihara seni tari. Tujuan tari tradisional untuk kepentingan istana meliputi:

Sebagai rangkaian acara pernikahan putra/putri raja.

Penobatan putra/putri raja.

Akibat penjajahan, rakyat yang sengsara menciptakan jenis tari untuk meningkatkan semangat kepahlawanan, di antaranya:

Terdapat tiga jenis tari tradisional sebagaimana dijelaskan dalam buku Tari Tradisi Melayu, Eksistensi dan Revitalisasi Seni. Jenis tari tradisional dibagi menjadi tari primitif, tari klasik, dan tari rakyat.

Tari primitif merupakan ungkapan kehendak atau keyakinan. Tari primitif sangat sederhana, baik dalam unsur gerak, busana, rias, iringan, atau tempat pertunjukannya. Gerakan tari mempunyai tujuan tertentu. Sedangkan iringan tari primitif berupa pukulan-pukulan ritmis dari alat musik pengiring.

Tari klasik adalah tarian yang telah mencapai keindahan yang tinggi. Tari klasik merupakan tarian yang dipelihara dengan baik di istana dan kalangan bangsawan. Gerakan tari klasik memiliki aturan tertentu.

Bentuk gerak tari klasik diatur secara teliti, mengikat, dan tidak boleh dilanggar. Jika penari melakukan gerakan yang tidak sesuai aturan, dianggap salah. Dalam tari klasik, unsur pendukung juga diatur, seperti busana, iringan musik, pola lantai, bahkan dialog.

Tari rakyat adalah tarian yang hidup dan berkembang di kalangan rakyat. Tari rakyat sangat sederhana dan gerakannya tidak mengikuti aturan. Namun, jika dibandingkan dengan tari primitif, tari rakyat lebih variatif.

Bersumber dari Statistika Kebudayaan 2016 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, berikut daftar tari tradisional Indonesia dan daerah asalnya.

Demikian penjelasan tari tradisional beserta sejarah, jenis, dan nama-nama tari serta daerah asalnya.