Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek yaitu

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berfaedah kawan, sahabat sedangkan Logos berfaedah ilmu ilmu. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan awal mulanya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak ciri utama tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu ilmu tentang penduduk.

Penduduk yaitu sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kebutuhan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi berhasrat mempelajari penduduk, perilaku penduduk, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku himpunan yang didirikannya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi yaitu ilmu kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan bisa di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Himpunan tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan beragam organisasi politik, ekonomi, sosial.

Sejarah istilah sosiologi

  • 1842: Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan pengahabisan dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang penduduk lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada ratus tahun ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu pengahabisan berupaya membangun suatu teori sosial berlandaskan ciri-ciri hakiki penduduk pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan selang sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi landasan keadaan penduduk dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan penduduk dalam guna pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh penduduk lapang, tampak dari tampilnya sebanyak ilmuwan mulia di bagian sosiologi. Mereka selang lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing bermanfaat mulia menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari penduduk yang amat bermanfaat sebagai perkembangan Sosiologi.
  • Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — sukses melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi beragam elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
  • 1876: Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami penduduk seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
  • Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan penduduk.
  • Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, keyakinan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.
  • Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.

Pokok bahasan sosiologi

Pokok bahasan sosiologi hadir empat: 1. Fakta sosial sebagai perkara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang hadir di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut.

Contoh, di sekolah seorang murid diwajibkan sebagai datang tepat kala, menggunakan seragam, dan bersikap hormat untuk guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut dapat diamankan keadaan perkara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang hadir di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).

2. Sikap yang dibuat sosial sebagai sikap yang dibuat yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.

Contoh, menanam bunga sebagai kesenangan pribadi bukan yaitu sikap yang dibuat sosial, tetapi menanam bunga sebagai diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, yaitu sikap yang dibuat sosial.

3. Khayalan sosiologis sebagai perkara sebagai memahami apa yang terjadi di penduduk maupun yang hadir dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita bisa memahami sejarah penduduk, riwayat hidup pribadi, dan hubungan selang keduanya. Alat sebagai menerapkan khayalan sosiologis yaitu permasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu yaitu ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu yaitu hal yang hadir di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.

Contoh, jika suatu kawasan hanya memiliki satu orang yang menganggur, karenanya pengangguran itu yaitu masalah. Masalah individual ini pemecahannya dapat lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut hadir 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang hadir, karenanya pengangguran tersebut yaitu isu, yang pemecahannya menuntut kajian semakin lapang lagi.

4. Realitas sosial yaitu penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan menerapkan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi

Sosiologi yaitu salah satu bagian ilmu sosial yang mempelajari penduduk. Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu ilmu. Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.[1]

  • Empiris, yaitu didasarkan pada observasi (pengamatan) dan ikhtiar sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulasi (menduga-duga).
  • Teoritis, yaitu selalu berupaya menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut yaitu kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan mempunyai tujuan menjalankan hubungan karena dampak sehingga menjadi teori.
  • Komulatif, yaitu disusun atas landasan teori-teori yang sudah hadir, pengahabisan diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
  • Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan adil atau buruk masalah tersebut, tetapi semakin mempunyai tujuan sebagai menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.

Hakikat sosiologi sebagai ilmu ilmu sebagai berikut.[2]

  • Sosiologi yaitu ilmu sosial, bukan ilmu ilmu alam atau ilmu pasti (eksakta) karena yang dipelajari yaitu gejala-gejala kemasyarakatan.
  • Sosiologi termasuk disiplin ilmu kategori, bukan yaitu disiplin ilmu normatif karena sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi.
  • Sosiologi termasuk ilmu ilmu murni (pure science) dan dalam perkembangannya sosiologi menjadi ilmu ilmu terapan (applied science).
  • Sosiologi yaitu ilmu ilmu mujarad dan bukan ilmu ilmu konkret. Berfaedah yang menjadi perhatian yaitu wujud dan pola peristiwa dalam penduduk secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
  • Sosiologi mempunyai tujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, wujud, isi, dan struktur penduduk manusia.
  • Sosiologi yaitu ilmu ilmu yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut perkara yang dipergunakan.
  • Sosiologi yaitu ilmu ilmu umum, berfaedah sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang hadir pada interaksi selang manusia.

Kegunaan Sosiologi

Kegunaan Sosiologi dalam masyarakat,antara lain:

Sosiologi bermanfaat sebagai memberikan data-data sosial yang diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembangunan

Tanpa penelitian dan penyelidikan sosiologis tidak akan diperoleh perencanaan sosial yang efektif atau pemecahan masalah-masalah sosial dengan adil

Objek Sosiologi

Sosiologi sebagai ilmu ilmu mempunyai beberapa objek.[3]

Objek material sosiologi yaitu kehidupan sosial, gejala-gejala dan babak hubungan selang manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.

Objek resmi sosiologi semakin ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau penduduk. Dengan demikian objek resmi sosiologi yaitu hubungan manusia selang manusia serta babak yang timbul dari hubungan manusia di dalam penduduk.

Objek budaya salah satu faktor yang bisa memengaruhi hubungan satu dengan lainnya.

Pengaruh dari objek dari agama ini bisa menjadi pemicu dalam hubungan sosial penduduk, dan banyak juga hal-hal ataupun dampak yang memengaruhi hubungan manusia.

Ruang Lingkup Kajian Sosiologi

Sebagai ilmu ilmu, sosiologi mengkaji semakin mendalam pada bagiannya dengan perkara bervariasi.[4] Misalnya seorang sosiolog mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia masa ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Nyaris semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota adil individu ataupun himpunan, yaitu ruang kajian yang cocok untuk sosiologi, asalkan menggunakan perkara ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi semakin lapang dari ilmu sosial lainnya.[5] Hal ini disebabkan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlaku selang individu dengan individu, individu dengan himpunan, serta himpunan dengan himpunan di sekeliling yang terkait penduduk. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya selang lain:[6]

  • Ekonomi beserta perkara usahanya secara prinsipil yang mengadakan komunikasi dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;
  • Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya;
  • Masalah sejarah yaitu mengadakan komunikasi dengan catatan kronologis, misalnya usaha perkara manusia beserta prestasinya yang tercatat, dsb-nya.

Sosiologi menggabungkan data dari beragam ilmu ilmu sebagai landasan penelitiannya. Dengan demikian sosiologi bisa dihubungkan dengan perihal berlakunya sejarah, sepanjang perihal berlakunya itu memberikan keterangan beserta uraian babak berlakunya hidup kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari himpunan manusia. Sebagai contoh, riwayat suatu negara bisa dipelajari dengan mengungkapkan latar balik terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara di masa yang akan datang. Sosiologi mempertumbuhkan semua sekeliling yang terkait dan adat manusia, sepanjang kenyataan yang hadir dalam kehidupan manusia dan bisa memengaruhi pengalaman yang dirasakan manusia, serta babak dalam himpunannya. Selama himpunan itu hadir, karenanya selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat himpunan tersebut. Semua faktor tersebut bisa memengaruhi hubungan selang manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.

Perkembangan sosiologi dari ratus tahun ke ratus tahun

Perkembangan pada ratus tahun pencerahan

Banyak ilmuwan-ilmuwan mulia pada 100 tahun dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa hadir yang dapat mencegah, penduduk merasakan perkembangan dan kemunduran.

Argumen itu pengahabisan ditegaskan lagi oleh para pemikir di ratus tahun pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak dapat mengetahui, lagi pula menentukan apa yang akan terjadi dengan penduduknya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan penduduk belum terpikirkan pada masa ini.

Mengembangnya ilmu ilmu di ratus tahun pencerahan (sekitar ratus tahun ke-17 M), ikut berpengaruh terhadap pandangan tentang perubahan penduduk, ciri-ciri ilmiah mulai tampak pada ratus tahun ini. Para mahir di 100 tahun itu berpendapat bahwa pandangan tentang perubahan penduduk mesti berpedoman pada budaya manusia.

Pengaruh perubahan yang terjadi pada ratus tahun pencerahan

Perubahan-perubahan mulia di ratus tahun pencerahan, terus mengembang secara revolusioner sapanjang ratus tahun ke-18 M. Dengan cepat struktur penduduk lama berubah dengan struktur yang semakin baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh alam. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam penduduk.

Gejolak ratus tahun revolusi

Perubahan yang terjadi dampak revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur penduduk yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangsawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, sekarang mesti memimpin berlandaskan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan mulia di Eropa yang jatuh dan terpecah.

Revolusi Perancis sukses mengubah struktur penduduk feodal ke penduduk yang lepas sama sekali

Gejolak ratus tahun revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan penduduk mesti bisa dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan penduduk yang mulia telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu bisa dicegah sekiranya perubahan penduduk sudah diantisipasi secara dini.

Perubahan drastis yang terjadi semasa ratus tahun revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan mulia dalam penduduk. Artinya :

  • Perubahan penduduk bukan yaitu nasib yang mesti diterima begitu saja, melainkan bisa dikenal penyebab dan dampaknya.
  • Mesti dicari perkara ilmiah yang jelas agar bisa menjadi alat bantu sebagai menjelaskan perubahan dalam penduduk dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk ikhtiar.
  • Dengan perkara ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berlandaskan pembuktian), perubahan penduduk sudah bisa diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah bisa dicegah.

Lahir sosiologi modern

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene yaitu tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).

Pada awal ratus tahun ke-20, gelombang mulia imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu mempunyai dampak pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan mulia penduduk pun tak terelakkan.

Perubahan penduduk itu menggugah para ilmuwan sosial sebagai berpikir keras, sebagai sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang berlandaskan dengan kondisi penduduk pada masa itu. Karenanya lahirlah sosiologi modern.

Berkebalikan dengan argumen sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering dinamakan pendekatan empiris). Artinya, perubahan penduduk bisa dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berlandaskan fakta sosial itu bisa ditarik kesimpulan perubahan penduduk secara menyeluruh. Sejak masa itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.

Referensi

  1. ^ William D Perdue. 1986. Sociological Theory: Explanation, Paradigm, and Ideology. Palo Alto, CA: Mayfield Publishing Company. Hlm. 20
  2. ^ Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Hlm. 5
  3. ^ James. M. Henslin, 2002. Essential of Sociology: A Down to Earth Approach Fourth Edition. Boston: Allyn and Bacon. Hlm 10
  4. ^ Pitirim Sorokin. 1928. Contemporary Sociological Theories. New York: Harper. Hlm. 25
  5. ^ Randall Collins. 1974. Conflict Sociology: Toward an Explanatory Science. New York: Academic Press. Hlm. 19
  6. ^ George Ritzer. 1992. Sociological Theory. New York: Mc Graw-Hill. Hlm. 28

  • (Indonesia) Sosiologi: KBBI. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2002
  • Andrey Korotayev, Artemy Malkov, and Daria Khaltourina, Introduction to Social Macrodynamics, Moscow: URSS, 2006. ISBN 5-484-00414-4 [1].

Lihat juga

Baca semakin lanjut

  • Aby, Stephen H. Sociology: A Guide to Reference and Information Sources, 3rd edn. Littleton, Colorado, Libraries Unlimited Inc., 2005, ISBN 1-56308-947-5 . OCLC 57475961. 
  • Babbie, Earl R... 2003. The Practice of Social Research, 10th edition. Wadsworth, Thomson Learning Inc., ISBN 0-534-62029-9 . OCLC 51917727. 
  • Collins, Randall. 1994. Four Sociological Traditions. Oxford, Oxford University Press ISBN 0-19-508208-7 . OCLC 28411490. 
  • Coser, Lewis A., Masters of Sociological Thought : Ideas in Historical and Social Context, New York, Harcourt Brace Jovanovich, 1971. ISBN 0-15-555128-0.
  • Giddens, Anthony. 2006. Sociology (5th edition), Polity, Cambridge. ISBN 0-7456-3378-1 . OCLC 63186308. 
  • Landis, Judson R (1989). Sociology: Concepts and Characteristics (7th ed.). Belmont, California: Wadsworth. ISBN 0-534-10158-5 
  • Macionis, John J (1991). Sociology (3rd ed.). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. ISBN 0-13-820358-X 
  • Merton, Robert K... 1959. Social Theory and Social Structure. Toward the codification of theory and research, Glencoe: Ill. (Revised and enlarged edition) . OCLC 4536864. 
  • Mills, C. Wright, The Sociological Imagination,1959. OCLC 165883. 
  • C. Wright Mills, Intellectual Craftsmanship Advices how to Work for young Sociologist
  • Mitchell, Geoffrey Duncan (2007, originally published in 1968). A Hundred Years of Sociology: A Concise History of the Major Figures, Ideas, and Schools of Sociological Thought. New Brunswick, New Jersey: Transaction Publishers. ISBN 978-0-202-36168-0. OCLC 145146341. 
  • Nisbet, Robert A. 1967. The Sociological Tradition, London, Heinemann Educational Books. ISBN 1-56000-667-6 . OCLC 26934810. 
  • Ritzer, George and Douglas J. Goodman. 2004. Sociological Theory, Sixth Edition. McGraw Hill. ISBN 0-07-281718-6 . OCLC 52240022. 
  • Scott, John & Marshall, Gordon (eds) A Dictionary of Sociology (3rd Ed). Oxford University Press, 2005, ISBN 0-19-860986-8, . OCLC 60370982. 
  • Wallace, Ruth A. & Alison Wolf. 1995. Contemporary Sociological Theory: Continuing the Classical Tradition, 4th ed., Prentice-Hall. ISBN 0-13-036245-X . OCLC 31604842. 
  • White, Harrison C... 2008. Identity and Control. How Social Formations Emerge. (2nd ed., Completely rev. ed.) Princeton, Princeton University Press. ISBN 978-0-691-13714-8 . OCLC 174138884. 
  • Willis, Evan. 1996. The Sociological Quest: An introduction to the study of social life, New Brunswick, New Jersey, Rutgers University Press. ISBN 0-8135-2367-2 . OCLC 34633406. 

Tautan Luar

Asosiasi Profesional

  • African Sociological Association (AfSA)
  • American Sociological Association (ASA)
  • Association for Humanist Sociology (AHS)
  • Australian Sociological Association (TASA)
  • Bangladesh Sociological Society (BSS)
  • British Sociological Association (BSA)
  • Canadian Sociological Association (CSA)
  • Canadian Association of French-speaking Sociologists and Anthropologists
  • European Sociological Association (ESA)
  • French Sociological Association
  • German Sociological Association (DGS)
  • Indian Sociological Society (ISS)
  • International Institute of Sociology (IIS)
  • International Sociological Association (ISA)
  • Latin American Sociological Association (ALAS)
  • Portuguese Sociological Association (APS)
  • Sociological Association of Ireland (SAI)
  • South African Sociological Association (SASA)


edunitas.com

Page 2

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berfaedah kawan, sahabat sedangkan Logos berfaedah ilmu ilmu. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan awal mulanya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak ruang lingkup tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu ilmu tentang warga.

Warga yaitu sekelompok individu yang mempunyai hubungan, mempunyai kepentingan bersama, dan mempunyai adat. Sosiologi berhasrat mempelajari warga, perilaku warga, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kumpulan yang didirikannya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan ilmu kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Kumpulan tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan beragam organisasi politik, ekonomi, sosial.

Sejarah istilah sosiologi

  • 1842: Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan pengahabisan dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang warga lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada seratus tahun ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu pengahabisan berupaya mendirikan suatu teori sosial berlandaskan ciri-ciri hakiki warga pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan selang sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang dibuat menjadi dasar mempunyainya warga dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan warga dalam guna pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh warga luas, tampak dari tampilnya sebanyak ilmuwan besar di ronde sosiologi. Mereka selang lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing bermanfaat besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari warga yang amat berjasa untuk perkembangan Sosiologi.
  • Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — sukses melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi beragam elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
  • 1876: Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami warga seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
  • Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial dibuat menjadi intisari perubahan dan perkembangan warga.
  • Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, keyakinan, tujuan, dan tingkah laku yang dibuat menjadi penuntun perilaku manusia.
  • Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.

Pokok bahasan sosiologi

Pokok bahasan sosiologi mempunyai empat: 1. Fakta sosial sebagai perkara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang mempunyai di luar individu dan mempunyai daya memaksa dan mengendalikan individu tersebut.

Contoh, di sekolah seorang murid diwajibkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah anggaran dan mempunyai sanksi tertentu bila dilanggar. Dari contoh tersebut bisa diamankan mempunyainya perkara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang mempunyai di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).

2. Gerakan sosial sebagai gerakan yang diterapkan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.

Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan gerakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan gerakan sosial.

3. Khayalan sosiologis sebagai perkara untuk memahami apa yang terjadi di warga maupun yang mempunyai dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah warga, riwayat hidup pribadi, dan hubungan selang keduanya. Alat untuk melaksanakan khayalan sosiologis yaitu permasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu merupakan hal yang mempunyai di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.

Contoh, bila suatu kawasan hanya mempunyai satu orang yang menganggur, karenanya pengangguran itu yaitu masalah. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara bila di kota tersebut mempunyai 12 juta masyarakat yang menganggur dari 18 juta jiwa yang mempunyai, karenanya pengangguran tersebut merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.

4. Realitas sosial yaitu penungkapan tabir dibuat menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melaksanakan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi

Sosiologi merupakan salah satu ronde ilmu sosial yang mempelajari warga. Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu ilmu. Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.[1]

  • Empiris, yaitu didasarkan pada observasi (pengamatan) dan pikiran sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulasi (menduga-duga).
  • Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan mempunyai tujuan menjalankan hubungan karena dampak sehingga dibuat menjadi teori.
  • Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah mempunyai, pengahabisan diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
  • Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan patut atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih mempunyai tujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.

Hakikat sosiologi sebagai ilmu ilmu sebagai berikut.[2]

  • Sosiologi yaitu ilmu sosial, bukan ilmu ilmu lingkungan kehidupan atau ilmu pasti (eksakta) karena yang dipelajari yaitu gejala-gejala kemasyarakatan.
  • Sosiologi termasuk disiplin ilmu kategori, bukan merupakan disiplin ilmu normatif karena sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi.
  • Sosiologi termasuk ilmu ilmu murni (pure science) dan dalam perkembangannya sosiologi dibuat menjadi ilmu ilmu terapan (applied science).
  • Sosiologi merupakan ilmu ilmu tidak terwujud dan bukan ilmu ilmu konkret. Gunanya yang dibuat menjadi perhatian yaitu wujud dan pola peristiwa dalam warga secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
  • Sosiologi mempunyai tujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, wujud, pokok, dan struktur warga manusia.
  • Sosiologi merupakan ilmu ilmu yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut perkara yang digunakan.
  • Sosiologi merupakan ilmu ilmu umum, gunanya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang mempunyai pada interaksi selang manusia.

Kegunaan Sosiologi

Kegunaan Sosiologi dalam masyarakat,antara lain:

Sosiologi berjasa untuk memberikan data-data sosial yang diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembangunan

Tanpa penelitian dan penyelidikan sosiologis tidak hendak diperoleh perencanaan sosial yang efektif atau pemecahan masalah-masalah sosial dengan patut

Objek Sosiologi

Sosiologi sebagai ilmu ilmu mempunyai beberapa objek.[3]

Objek material sosiologi yaitu kehidupan sosial, gejala-gejala dan ronde hubungan selang manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.

Objek resmi sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau warga. Dengan demikian objek resmi sosiologi yaitu hubungan manusia selang manusia serta ronde yang timbul dari hubungan manusia di dalam warga.

Objek adat salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan lainnya.

Pengaruh dari objek dari agama ini dapat dibuat menjadi pemicu dalam hubungan sosial warga, dan banyak juga hal-hal ataupun dampak yang memengaruhi hubungan manusia.

Ruang Lingkup Kajian Sosiologi

Sebagai ilmu ilmu, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada rondenya dengan perkara bervariasi.[4] Misalnya seorang sosiolog mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia ketika ini, mereka hendak mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Nyaris semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota patut individu ataupun kumpulan, merupakan ruang kajian yang cocok untuk sosiologi, asalkan menggunakan perkara ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya.[5] Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlanjut selang individu dengan individu, individu dengan kumpulan, serta kumpulan dengan kumpulan di ronde yang terkait warga. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut bila dirincikan dibuat menjadi beberapa hal, misalnya selang lain:[6]

  • Ekonomi beserta perkara usahanya secara prinsipil yang mengadakan komunikasi dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;
  • Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya;
  • Masalah sejarah yaitu mengadakan komunikasi dengan catatan kronologis, misalnya usaha perkara manusia beserta prestasinya yang tercatat, dsb-nya.

Sosiologi menggabungkan data dari beragam ilmu ilmu sebagai dasar penelitiannya. Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan peristiwa sejarah, sepanjang peristiwa itu memberikan keterangan beserta uraian ronde berlanjutnya hidup kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kumpulan manusia. Sebagai contoh, riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan latar belakangan terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara di masa yang hendak datang. Sosiologi mempertumbuhkan semua ronde yang terkait dan adat manusia, sepanjang kenyataan yang mempunyai dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi pengalaman yang dirasakan manusia, serta ronde dalam kumpulannya. Selama kumpulan itu mempunyai, karenanya selama itu pula hendak terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat kumpulan tersebut. Semua faktor tersebut dapat memengaruhi hubungan selang manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.

Perkembangan sosiologi dari seratus tahun ke seratus tahun

Perkembangan pada seratus tahun pencerahan

Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada masa waktu seratus tahun dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa mempunyai yang bisa mencegah, warga mengalami perkembangan dan kemunduran.

Pendapat itu pengahabisan ditegaskan lagi oleh para pemikir di seratus tahun pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, lebih-lebih menentukan apa yang hendak terjadi dengan warganya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan warga belum terpikirkan pada masa ini.

Mengembangnya ilmu ilmu di seratus tahun pencerahan (sekitar seratus tahun ke-17 M), ikut berpengaruh terhadap pandangan tentang perubahan warga, ciri-ciri ilmiah mulai tampak pada seratus tahun ini. Para berbakat di masa waktu seratus tahun itu berpendapat bahwa pandangan tentang perubahan warga harus berpedoman pada aturan sejak dahulu kala istiadat manusia.

Pengaruh perubahan yang terjadi pada seratus tahun pencerahan

Perubahan-perubahan besar di seratus tahun pencerahan, terus mengembang secara revolusioner sapanjang seratus tahun ke-18 M. Dengan cepat struktur warga lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di semua dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam warga.

Gejolak seratus tahun revolusi

Perubahan yang terjadi dampak revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur warga yang sudah berjalan ratusan tahun rusak. Bangsawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berlandaskan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.

Revolusi Perancis sukses mengubah struktur warga feodal ke warga yang lepas sama sekali

Gejolak seratus tahun revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan warga harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan warga yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan warga sudah diantisipasi secara dini.

Perubahan drastis yang terjadi semasa seratus tahun revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam warga. Artinya :

  • Perubahan warga bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat dikenal penyebab dan kesudahannya.
  • Harus dicari perkara ilmiah yang jelas supaya dapat dibuat menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam warga dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk pikiran.
  • Dengan perkara ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berlandaskan pembuktian), perubahan warga sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

Lahir sosiologi modern

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).

Pada awal seratus tahun ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu mengakibatkan pesatnya pertumbuhan masyarakat, munculnya kota-kota industri baru, lebihnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar warga pun tak terelakkan.

Perubahan warga itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi warga pada ketika itu. Karenanya lahirlah sosiologi modern.

Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan warga dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berlandaskan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan warga secara menyeluruh. Sejak ketika itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.

Referensi

  1. ^ William D Perdue. 1986. Sociological Theory: Explanation, Paradigm, and Ideology. Palo Alto, CA: Mayfield Publishing Company. Hlm. 20
  2. ^ Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Hlm. 5
  3. ^ James. M. Henslin, 2002. Essential of Sociology: A Down to Earth Approach Fourth Edition. Boston: Allyn and Bacon. Hlm 10
  4. ^ Pitirim Sorokin. 1928. Contemporary Sociological Theories. New York: Harper. Hlm. 25
  5. ^ Randall Collins. 1974. Conflict Sociology: Toward an Explanatory Science. New York: Academic Press. Hlm. 19
  6. ^ George Ritzer. 1992. Sociological Theory. New York: Mc Graw-Hill. Hlm. 28

  • (Indonesia) Sosiologi: KBBI. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2002
  • Andrey Korotayev, Artemy Malkov, and Daria Khaltourina, Introduction to Social Macrodynamics, Moscow: URSS, 2006. ISBN 5-484-00414-4 [1].

Lihat pula

Baca lebih lanjut

  • Aby, Stephen H. Sociology: A Guide to Reference and Information Sources, 3rd edn. Littleton, Colorado, Libraries Unlimited Inc., 2005, ISBN 1-56308-947-5 . OCLC 57475961. 
  • Babbie, Earl R... 2003. The Practice of Social Research, 10th edition. Wadsworth, Thomson Learning Inc., ISBN 0-534-62029-9 . OCLC 51917727. 
  • Collins, Randall. 1994. Four Sociological Traditions. Oxford, Oxford University Press ISBN 0-19-508208-7 . OCLC 28411490. 
  • Coser, Lewis A., Masters of Sociological Thought : Ideas in Historical and Social Context, New York, Harcourt Brace Jovanovich, 1971. ISBN 0-15-555128-0.
  • Giddens, Anthony. 2006. Sociology (5th edition), Polity, Cambridge. ISBN 0-7456-3378-1 . OCLC 63186308. 
  • Landis, Judson R (1989). Sociology: Concepts and Characteristics (7th ed.). Belmont, California: Wadsworth. ISBN 0-534-10158-5 
  • Macionis, John J (1991). Sociology (3rd ed.). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. ISBN 0-13-820358-X 
  • Merton, Robert K... 1959. Social Theory and Social Structure. Toward the codification of theory and research, Glencoe: Ill. (Revised and enlarged edition) . OCLC 4536864. 
  • Mills, C. Wright, The Sociological Imagination,1959. OCLC 165883. 
  • C. Wright Mills, Intellectual Craftsmanship Advices how to Work for young Sociologist
  • Mitchell, Geoffrey Duncan (2007, originally published in 1968). A Hundred Years of Sociology: A Concise History of the Major Figures, Ideas, and Schools of Sociological Thought. New Brunswick, New Jersey: Transaction Publishers. ISBN 978-0-202-36168-0. OCLC 145146341. 
  • Nisbet, Robert A. 1967. The Sociological Tradition, London, Heinemann Educational Books. ISBN 1-56000-667-6 . OCLC 26934810. 
  • Ritzer, George and Douglas J. Goodman. 2004. Sociological Theory, Sixth Edition. McGraw Hill. ISBN 0-07-281718-6 . OCLC 52240022. 
  • Scott, John & Marshall, Gordon (eds) A Dictionary of Sociology (3rd Ed). Oxford University Press, 2005, ISBN 0-19-860986-8, . OCLC 60370982. 
  • Wallace, Ruth A. & Alison Wolf. 1995. Contemporary Sociological Theory: Continuing the Classical Tradition, 4th ed., Prentice-Hall. ISBN 0-13-036245-X . OCLC 31604842. 
  • White, Harrison C... 2008. Identity and Control. How Social Formations Emerge. (2nd ed., Completely rev. ed.) Princeton, Princeton University Press. ISBN 978-0-691-13714-8 . OCLC 174138884. 
  • Willis, Evan. 1996. The Sociological Quest: An introduction to the study of social life, New Brunswick, New Jersey, Rutgers University Press. ISBN 0-8135-2367-2 . OCLC 34633406. 

Tautan Luar

Asosiasi Profesional

  • African Sociological Association (AfSA)
  • American Sociological Association (ASA)
  • Association for Humanist Sociology (AHS)
  • Australian Sociological Association (TASA)
  • Bangladesh Sociological Society (BSS)
  • British Sociological Association (BSA)
  • Canadian Sociological Association (CSA)
  • Canadian Association of French-speaking Sociologists and Anthropologists
  • European Sociological Association (ESA)
  • French Sociological Association
  • German Sociological Association (DGS)
  • Indian Sociological Society (ISS)
  • International Institute of Sociology (IIS)
  • International Sociological Association (ISA)
  • Latin American Sociological Association (ALAS)
  • Portuguese Sociological Association (APS)
  • Sociological Association of Ireland (SAI)
  • South African Sociological Association (SASA)


edunitas.com

Page 3

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berfaedah kawan, kenalan sedangkan Logos berfaedah ilmu ilmu. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak ruang lingkup tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu ilmu tentang warga.

Warga yaitu sekelompok individu yang mempunyai hubungan, mempunyai kepentingan bersama, dan mempunyai adat. Sosiologi berhasrat mempelajari warga, perilaku warga, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kumpulan yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan ilmu kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Kumpulan tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial.

Sejarah istilah sosiologi

  • 1842: Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan pengahabisan dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang warga lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada seratus tahun ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu pengahabisan berupaya membangun suatu teori sosial berlandaskan ciri-ciri hakiki warga pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan selang sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang diproduksi menjadi dasar mempunyainya warga dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan warga dalam guna pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh warga lapang, tampak dari tampilnya sebanyak ilmuwan besar di ronde sosiologi. Mereka selang lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing bermanfaat besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari warga yang amat berfaedah untuk perkembangan Sosiologi.
  • Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — sukses melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
  • 1876: Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami warga seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
  • Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial diproduksi menjadi intisari perubahan dan perkembangan warga.
  • Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, keyakinan, tujuan, dan sikap yang diproduksi menjadi penuntun perilaku manusia.
  • Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.

Pokok bahasan sosiologi

Pokok bahasan sosiologi mempunyai empat: 1. Fakta sosial sebagai perkara berperan, berpikir, dan berperasaan yang mempunyai di luar individu dan mempunyai daya memaksa dan mengendalikan individu tersebut.

Contoh, di sekolah seorang murid diwajibkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah anggaran dan mempunyai sanksi tertentu bila dilanggar. Dari contoh tersebut bisa diamankan mempunyainya perkara berperan, berpikir, dan berperasaan yang mempunyai di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).

2. Gerakan sosial sebagai gerakan yang diterapkan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.

Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan gerakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan gerakan sosial.

3. Khayalan sosiologis sebagai perkara untuk memahami apa yang terjadi di warga maupun yang mempunyai dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah warga, riwayat hidup pribadi, dan hubungan selang keduanya. Alat untuk melaksanakan khayalan sosiologis yaitu permasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu merupakan hal yang mempunyai di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.

Contoh, bila suatu kawasan hanya mempunyai satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu yaitu masalah. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara bila di kota tersebut mempunyai 12 juta masyarakat yang menganggur dari 18 juta jiwa yang mempunyai, maka pengangguran tersebut merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian semakin lapang lagi.

4. Realitas sosial yaitu penungkapan tabir diproduksi menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melaksanakan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi

Sosiologi merupakan salah satu ronde ilmu sosial yang mempelajari warga. Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu ilmu. Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.[1]

  • Empiris, yaitu didasarkan pada observasi (pengamatan) dan pikiran sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulasi (menduga-duga).
  • Teoritis, yaitu selalu berupaya menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan mempunyai tujuan menjalankan hubungan karena dampak sehingga diproduksi menjadi teori.
  • Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah mempunyai, pengahabisan diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
  • Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan patut atau buruk masalah tersebut, tetapi semakin mempunyai tujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.

Hakikat sosiologi sebagai ilmu ilmu sebagai berikut.[2]

  • Sosiologi yaitu ilmu sosial, bukan ilmu ilmu lingkungan kehidupan atau ilmu pasti (eksakta) karena yang dipelajari yaitu gejala-gejala kemasyarakatan.
  • Sosiologi termasuk disiplin ilmu kategori, bukan merupakan disiplin ilmu normatif karena sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi.
  • Sosiologi termasuk ilmu ilmu murni (pure science) dan dalam perkembangannya sosiologi diproduksi menjadi ilmu ilmu terapan (applied science).
  • Sosiologi merupakan ilmu ilmu tidak terwujud dan bukan ilmu ilmu konkret. Gunanya yang diproduksi menjadi perhatian yaitu wujud dan pola peristiwa dalam warga secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
  • Sosiologi mempunyai tujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, wujud, pokok, dan struktur warga manusia.
  • Sosiologi merupakan ilmu ilmu yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut perkara yang digunakan.
  • Sosiologi merupakan ilmu ilmu umum, gunanya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang mempunyai pada interaksi selang manusia.

Kegunaan Sosiologi

Kegunaan Sosiologi dalam masyarakat,antara lain:

Sosiologi berfaedah untuk memberikan data-data sosial yang diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembangunan

Tanpa penelitian dan penyelidikan sosiologis tidak hendak diperoleh perencanaan sosial yang efektif atau pemecahan masalah-masalah sosial dengan patut

Objek Sosiologi

Sosiologi sebagai ilmu ilmu mempunyai beberapa objek.[3]

Objek material sosiologi yaitu kehidupan sosial, gejala-gejala dan ronde hubungan selang manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.

Objek resmi sosiologi semakin ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau warga. Dengan demikian objek resmi sosiologi yaitu hubungan manusia selang manusia serta ronde yang timbul dari hubungan manusia di dalam warga.

Objek adat salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain.

Pengaruh dari objek dari agama ini dapat diproduksi menjadi pemicu dalam hubungan sosial warga, dan banyak juga hal-hal ataupun dampak yang memengaruhi hubungan manusia.

Ruang Lingkup Kajian Sosiologi

Sebagai ilmu ilmu, sosiologi mengkaji semakin mendalam pada rondenya dengan perkara bervariasi.[4] Misalnya seorang sosiolog mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia saat ini, mereka hendak mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Nyaris semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota patut individu ataupun kumpulan, merupakan ruang kajian yang cocok untuk sosiologi, asalkan menggunakan perkara ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi semakin lapang dari ilmu sosial lainnya.[5] Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlanjut selang individu dengan individu, individu dengan kumpulan, serta kumpulan dengan kumpulan di ronde yang terkait warga. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut bila dirincikan diproduksi menjadi beberapa hal, misalnya selang lain:[6]

  • Ekonomi beserta perkara usahanya secara prinsipil yang mengadakan komunikasi dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;
  • Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya;
  • Masalah sejarah yaitu mengadakan komunikasi dengan catatan kronologis, misalnya usaha perkara manusia beserta prestasinya yang tercatat, dsb-nya.

Sosiologi menggabungkan data dari berbagai ilmu ilmu sebagai dasar penelitiannya. Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan peristiwa sejarah, sepanjang peristiwa itu memberikan keterangan beserta uraian ronde berlanjutnya hidup kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kumpulan manusia. Sebagai contoh, riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan latar belakangan terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara di masa yang hendak datang. Sosiologi mempertumbuhkan semua ronde yang terkait dan adat manusia, sepanjang kenyataan yang mempunyai dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi pengalaman yang dirasakan manusia, serta ronde dalam kumpulannya. Selama kumpulan itu mempunyai, maka selama itu pula hendak terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat kumpulan tersebut. Semua faktor tersebut dapat memengaruhi hubungan selang manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.

Perkembangan sosiologi dari seratus tahun ke seratus tahun

Perkembangan pada seratus tahun pencerahan

Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada masa waktu seratus tahun dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa mempunyai yang bisa mencegah, warga mengalami perkembangan dan kemunduran.

Pendapat itu pengahabisan ditegaskan lagi oleh para pemikir di seratus tahun pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, lebih-lebih menentukan apa yang hendak terjadi dengan warganya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan warga belum terpikirkan pada masa ini.

Mengembangnya ilmu ilmu di seratus tahun pencerahan (sekitar seratus tahun ke-17 M), ikut berpengaruh terhadap pandangan tentang perubahan warga, ciri-ciri ilmiah mulai tampak pada seratus tahun ini. Para berbakat di masa waktu seratus tahun itu berpendapat bahwa pandangan tentang perubahan warga harus berpedoman pada aturan sejak dahulu kala istiadat manusia.

Pengaruh perubahan yang terjadi pada seratus tahun pencerahan

Perubahan-perubahan besar di seratus tahun pencerahan, terus mengembang secara revolusioner sapanjang seratus tahun ke-18 M. Dengan cepat struktur warga lama berproses dan berganti dengan struktur yang semakin baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di semua dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam warga.

Gejolak seratus tahun revolusi

Perubahan yang terjadi dampak revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur warga yang sudah berjalan ratusan tahun rusak. Bangsawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berlandaskan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.

Revolusi Perancis sukses mengubah struktur warga feodal ke warga yang lepas sama sekali

Gejolak seratus tahun revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan warga harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan warga yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan warga sudah diantisipasi secara dini.

Perubahan drastis yang terjadi semasa seratus tahun revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam warga. Artinya :

  • Perubahan warga bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat dikenal penyebab dan kesudahannya.
  • Harus dicari perkara ilmiah yang jelas supaya dapat diproduksi menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam warga dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk pikiran.
  • Dengan perkara ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berlandaskan pembuktian), perubahan warga sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

Lahir sosiologi modern

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).

Pada awal seratus tahun ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu mengakibatkan pesatnya pertumbuhan masyarakat, munculnya kota-kota industri baru, semakinnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar warga pun tak terelakkan.

Perubahan warga itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi warga pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.

Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan warga dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berlandaskan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan warga secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.

Referensi

  1. ^ William D Perdue. 1986. Sociological Theory: Explanation, Paradigm, and Ideology. Palo Alto, CA: Mayfield Publishing Company. Hlm. 20
  2. ^ Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Hlm. 5
  3. ^ James. M. Henslin, 2002. Essential of Sociology: A Down to Earth Approach Fourth Edition. Boston: Allyn and Bacon. Hlm 10
  4. ^ Pitirim Sorokin. 1928. Contemporary Sociological Theories. New York: Harper. Hlm. 25
  5. ^ Randall Collins. 1974. Conflict Sociology: Toward an Explanatory Science. New York: Academic Press. Hlm. 19
  6. ^ George Ritzer. 1992. Sociological Theory. New York: Mc Graw-Hill. Hlm. 28

  • (Indonesia) Sosiologi: KBBI. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2002
  • Andrey Korotayev, Artemy Malkov, and Daria Khaltourina, Introduction to Social Macrodynamics, Moscow: URSS, 2006. ISBN 5-484-00414-4 [1].

Lihat pula

Baca semakin lanjut

  • Aby, Stephen H. Sociology: A Guide to Reference and Information Sources, 3rd edn. Littleton, Colorado, Libraries Unlimited Inc., 2005, ISBN 1-56308-947-5 . OCLC 57475961. 
  • Babbie, Earl R... 2003. The Practice of Social Research, 10th edition. Wadsworth, Thomson Learning Inc., ISBN 0-534-62029-9 . OCLC 51917727. 
  • Collins, Randall. 1994. Four Sociological Traditions. Oxford, Oxford University Press ISBN 0-19-508208-7 . OCLC 28411490. 
  • Coser, Lewis A., Masters of Sociological Thought : Ideas in Historical and Social Context, New York, Harcourt Brace Jovanovich, 1971. ISBN 0-15-555128-0.
  • Giddens, Anthony. 2006. Sociology (5th edition), Polity, Cambridge. ISBN 0-7456-3378-1 . OCLC 63186308. 
  • Landis, Judson R (1989). Sociology: Concepts and Characteristics (7th ed.). Belmont, California: Wadsworth. ISBN 0-534-10158-5 
  • Macionis, John J (1991). Sociology (3rd ed.). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. ISBN 0-13-820358-X 
  • Merton, Robert K... 1959. Social Theory and Social Structure. Toward the codification of theory and research, Glencoe: Ill. (Revised and enlarged edition) . OCLC 4536864. 
  • Mills, C. Wright, The Sociological Imagination,1959. OCLC 165883. 
  • C. Wright Mills, Intellectual Craftsmanship Advices how to Work for young Sociologist
  • Mitchell, Geoffrey Duncan (2007, originally published in 1968). A Hundred Years of Sociology: A Concise History of the Major Figures, Ideas, and Schools of Sociological Thought. New Brunswick, New Jersey: Transaction Publishers. ISBN 978-0-202-36168-0. OCLC 145146341. 
  • Nisbet, Robert A. 1967. The Sociological Tradition, London, Heinemann Educational Books. ISBN 1-56000-667-6 . OCLC 26934810. 
  • Ritzer, George and Douglas J. Goodman. 2004. Sociological Theory, Sixth Edition. McGraw Hill. ISBN 0-07-281718-6 . OCLC 52240022. 
  • Scott, John & Marshall, Gordon (eds) A Dictionary of Sociology (3rd Ed). Oxford University Press, 2005, ISBN 0-19-860986-8, . OCLC 60370982. 
  • Wallace, Ruth A. & Alison Wolf. 1995. Contemporary Sociological Theory: Continuing the Classical Tradition, 4th ed., Prentice-Hall. ISBN 0-13-036245-X . OCLC 31604842. 
  • White, Harrison C... 2008. Identity and Control. How Social Formations Emerge. (2nd ed., Completely rev. ed.) Princeton, Princeton University Press. ISBN 978-0-691-13714-8 . OCLC 174138884. 
  • Willis, Evan. 1996. The Sociological Quest: An introduction to the study of social life, New Brunswick, New Jersey, Rutgers University Press. ISBN 0-8135-2367-2 . OCLC 34633406. 

Tautan Luar

Asosiasi Profesional

  • African Sociological Association (AfSA)
  • American Sociological Association (ASA)
  • Association for Humanist Sociology (AHS)
  • Australian Sociological Association (TASA)
  • Bangladesh Sociological Society (BSS)
  • British Sociological Association (BSA)
  • Canadian Sociological Association (CSA)
  • Canadian Association of French-speaking Sociologists and Anthropologists
  • European Sociological Association (ESA)
  • French Sociological Association
  • German Sociological Association (DGS)
  • Indian Sociological Society (ISS)
  • International Institute of Sociology (IIS)
  • International Sociological Association (ISA)
  • Latin American Sociological Association (ALAS)
  • Portuguese Sociological Association (APS)
  • Sociological Association of Ireland (SAI)
  • South African Sociological Association (SASA)


edunitas.com

Page 4

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berfaedah kawan, kenalan sedangkan Logos berfaedah ilmu ilmu. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak ruang lingkup tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu ilmu tentang warga.

Warga yaitu sekelompok individu yang mempunyai hubungan, mempunyai kepentingan bersama, dan mempunyai adat. Sosiologi berhasrat mempelajari warga, perilaku warga, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kumpulan yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan ilmu kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Kumpulan tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial.

Sejarah istilah sosiologi

  • 1842: Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan pengahabisan dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang warga lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada seratus tahun ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu pengahabisan berupaya membangun suatu teori sosial berlandaskan ciri-ciri hakiki warga pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan selang sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang diproduksi menjadi dasar mempunyainya warga dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan warga dalam guna pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh warga lapang, tampak dari tampilnya sebanyak ilmuwan besar di ronde sosiologi. Mereka selang lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing bermanfaat besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari warga yang amat berfaedah untuk perkembangan Sosiologi.
  • Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — sukses melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
  • 1876: Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami warga seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
  • Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial diproduksi menjadi intisari perubahan dan perkembangan warga.
  • Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, keyakinan, tujuan, dan sikap yang diproduksi menjadi penuntun perilaku manusia.
  • Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.

Pokok bahasan sosiologi

Pokok bahasan sosiologi mempunyai empat: 1. Fakta sosial sebagai perkara berperan, berpikir, dan berperasaan yang mempunyai di luar individu dan mempunyai daya memaksa dan mengendalikan individu tersebut.

Contoh, di sekolah seorang murid diwajibkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah anggaran dan mempunyai sanksi tertentu bila dilanggar. Dari contoh tersebut bisa diamankan mempunyainya perkara berperan, berpikir, dan berperasaan yang mempunyai di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).

2. Gerakan sosial sebagai gerakan yang diterapkan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.

Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan gerakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan gerakan sosial.

3. Khayalan sosiologis sebagai perkara untuk memahami apa yang terjadi di warga maupun yang mempunyai dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah warga, riwayat hidup pribadi, dan hubungan selang keduanya. Alat untuk melaksanakan khayalan sosiologis yaitu permasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu merupakan hal yang mempunyai di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.

Contoh, bila suatu kawasan hanya mempunyai satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu yaitu masalah. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara bila di kota tersebut mempunyai 12 juta masyarakat yang menganggur dari 18 juta jiwa yang mempunyai, maka pengangguran tersebut merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian semakin lapang lagi.

4. Realitas sosial yaitu penungkapan tabir diproduksi menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melaksanakan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi

Sosiologi merupakan salah satu ronde ilmu sosial yang mempelajari warga. Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu ilmu. Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.[1]

  • Empiris, yaitu didasarkan pada observasi (pengamatan) dan pikiran sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulasi (menduga-duga).
  • Teoritis, yaitu selalu berupaya menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan mempunyai tujuan menjalankan hubungan karena dampak sehingga diproduksi menjadi teori.
  • Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah mempunyai, pengahabisan diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
  • Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan patut atau buruk masalah tersebut, tetapi semakin mempunyai tujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.

Hakikat sosiologi sebagai ilmu ilmu sebagai berikut.[2]

  • Sosiologi yaitu ilmu sosial, bukan ilmu ilmu lingkungan kehidupan atau ilmu pasti (eksakta) karena yang dipelajari yaitu gejala-gejala kemasyarakatan.
  • Sosiologi termasuk disiplin ilmu kategori, bukan merupakan disiplin ilmu normatif karena sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi.
  • Sosiologi termasuk ilmu ilmu murni (pure science) dan dalam perkembangannya sosiologi diproduksi menjadi ilmu ilmu terapan (applied science).
  • Sosiologi merupakan ilmu ilmu tidak terwujud dan bukan ilmu ilmu konkret. Gunanya yang diproduksi menjadi perhatian yaitu wujud dan pola peristiwa dalam warga secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
  • Sosiologi mempunyai tujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, wujud, pokok, dan struktur warga manusia.
  • Sosiologi merupakan ilmu ilmu yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut perkara yang digunakan.
  • Sosiologi merupakan ilmu ilmu umum, gunanya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang mempunyai pada interaksi selang manusia.

Kegunaan Sosiologi

Kegunaan Sosiologi dalam masyarakat,antara lain:

Sosiologi berfaedah untuk memberikan data-data sosial yang diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembangunan

Tanpa penelitian dan penyelidikan sosiologis tidak hendak diperoleh perencanaan sosial yang efektif atau pemecahan masalah-masalah sosial dengan patut

Objek Sosiologi

Sosiologi sebagai ilmu ilmu mempunyai beberapa objek.[3]

Objek material sosiologi yaitu kehidupan sosial, gejala-gejala dan ronde hubungan selang manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.

Objek resmi sosiologi semakin ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau warga. Dengan demikian objek resmi sosiologi yaitu hubungan manusia selang manusia serta ronde yang timbul dari hubungan manusia di dalam warga.

Objek adat salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain.

Pengaruh dari objek dari agama ini dapat diproduksi menjadi pemicu dalam hubungan sosial warga, dan banyak juga hal-hal ataupun dampak yang memengaruhi hubungan manusia.

Ruang Lingkup Kajian Sosiologi

Sebagai ilmu ilmu, sosiologi mengkaji semakin mendalam pada rondenya dengan perkara bervariasi.[4] Misalnya seorang sosiolog mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia saat ini, mereka hendak mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Nyaris semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota patut individu ataupun kumpulan, merupakan ruang kajian yang cocok untuk sosiologi, asalkan menggunakan perkara ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi semakin lapang dari ilmu sosial lainnya.[5] Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlanjut selang individu dengan individu, individu dengan kumpulan, serta kumpulan dengan kumpulan di ronde yang terkait warga. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut bila dirincikan diproduksi menjadi beberapa hal, misalnya selang lain:[6]

  • Ekonomi beserta perkara usahanya secara prinsipil yang mengadakan komunikasi dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;
  • Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya;
  • Masalah sejarah yaitu mengadakan komunikasi dengan catatan kronologis, misalnya usaha perkara manusia beserta prestasinya yang tercatat, dsb-nya.

Sosiologi menggabungkan data dari berbagai ilmu ilmu sebagai dasar penelitiannya. Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan peristiwa sejarah, sepanjang peristiwa itu memberikan keterangan beserta uraian ronde berlanjutnya hidup kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kumpulan manusia. Sebagai contoh, riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan latar belakangan terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara di masa yang hendak datang. Sosiologi mempertumbuhkan semua ronde yang terkait dan adat manusia, sepanjang kenyataan yang mempunyai dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi pengalaman yang dirasakan manusia, serta ronde dalam kumpulannya. Selama kumpulan itu mempunyai, maka selama itu pula hendak terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat kumpulan tersebut. Semua faktor tersebut dapat memengaruhi hubungan selang manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.

Perkembangan sosiologi dari seratus tahun ke seratus tahun

Perkembangan pada seratus tahun pencerahan

Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada masa waktu seratus tahun dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa mempunyai yang bisa mencegah, warga mengalami perkembangan dan kemunduran.

Pendapat itu pengahabisan ditegaskan lagi oleh para pemikir di seratus tahun pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, lebih-lebih menentukan apa yang hendak terjadi dengan warganya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan warga belum terpikirkan pada masa ini.

Mengembangnya ilmu ilmu di seratus tahun pencerahan (sekitar seratus tahun ke-17 M), ikut berpengaruh terhadap pandangan tentang perubahan warga, ciri-ciri ilmiah mulai tampak pada seratus tahun ini. Para berbakat di masa waktu seratus tahun itu berpendapat bahwa pandangan tentang perubahan warga harus berpedoman pada aturan sejak dahulu kala istiadat manusia.

Pengaruh perubahan yang terjadi pada seratus tahun pencerahan

Perubahan-perubahan besar di seratus tahun pencerahan, terus mengembang secara revolusioner sapanjang seratus tahun ke-18 M. Dengan cepat struktur warga lama berproses dan berganti dengan struktur yang semakin baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di semua dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam warga.

Gejolak seratus tahun revolusi

Perubahan yang terjadi dampak revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur warga yang sudah berjalan ratusan tahun rusak. Bangsawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berlandaskan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.

Revolusi Perancis sukses mengubah struktur warga feodal ke warga yang lepas sama sekali

Gejolak seratus tahun revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan warga harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan warga yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan warga sudah diantisipasi secara dini.

Perubahan drastis yang terjadi semasa seratus tahun revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam warga. Artinya :

  • Perubahan warga bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat dikenal penyebab dan kesudahannya.
  • Harus dicari perkara ilmiah yang jelas supaya dapat diproduksi menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam warga dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk pikiran.
  • Dengan perkara ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berlandaskan pembuktian), perubahan warga sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

Lahir sosiologi modern

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).

Pada awal seratus tahun ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu mengakibatkan pesatnya pertumbuhan masyarakat, munculnya kota-kota industri baru, semakinnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar warga pun tak terelakkan.

Perubahan warga itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi warga pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.

Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan warga dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berlandaskan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan warga secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.

Referensi

  1. ^ William D Perdue. 1986. Sociological Theory: Explanation, Paradigm, and Ideology. Palo Alto, CA: Mayfield Publishing Company. Hlm. 20
  2. ^ Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Hlm. 5
  3. ^ James. M. Henslin, 2002. Essential of Sociology: A Down to Earth Approach Fourth Edition. Boston: Allyn and Bacon. Hlm 10
  4. ^ Pitirim Sorokin. 1928. Contemporary Sociological Theories. New York: Harper. Hlm. 25
  5. ^ Randall Collins. 1974. Conflict Sociology: Toward an Explanatory Science. New York: Academic Press. Hlm. 19
  6. ^ George Ritzer. 1992. Sociological Theory. New York: Mc Graw-Hill. Hlm. 28

  • (Indonesia) Sosiologi: KBBI. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2002
  • Andrey Korotayev, Artemy Malkov, and Daria Khaltourina, Introduction to Social Macrodynamics, Moscow: URSS, 2006. ISBN 5-484-00414-4 [1].

Lihat pula

Baca semakin lanjut

  • Aby, Stephen H. Sociology: A Guide to Reference and Information Sources, 3rd edn. Littleton, Colorado, Libraries Unlimited Inc., 2005, ISBN 1-56308-947-5 . OCLC 57475961. 
  • Babbie, Earl R... 2003. The Practice of Social Research, 10th edition. Wadsworth, Thomson Learning Inc., ISBN 0-534-62029-9 . OCLC 51917727. 
  • Collins, Randall. 1994. Four Sociological Traditions. Oxford, Oxford University Press ISBN 0-19-508208-7 . OCLC 28411490. 
  • Coser, Lewis A., Masters of Sociological Thought : Ideas in Historical and Social Context, New York, Harcourt Brace Jovanovich, 1971. ISBN 0-15-555128-0.
  • Giddens, Anthony. 2006. Sociology (5th edition), Polity, Cambridge. ISBN 0-7456-3378-1 . OCLC 63186308. 
  • Landis, Judson R (1989). Sociology: Concepts and Characteristics (7th ed.). Belmont, California: Wadsworth. ISBN 0-534-10158-5 
  • Macionis, John J (1991). Sociology (3rd ed.). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. ISBN 0-13-820358-X 
  • Merton, Robert K... 1959. Social Theory and Social Structure. Toward the codification of theory and research, Glencoe: Ill. (Revised and enlarged edition) . OCLC 4536864. 
  • Mills, C. Wright, The Sociological Imagination,1959. OCLC 165883. 
  • C. Wright Mills, Intellectual Craftsmanship Advices how to Work for young Sociologist
  • Mitchell, Geoffrey Duncan (2007, originally published in 1968). A Hundred Years of Sociology: A Concise History of the Major Figures, Ideas, and Schools of Sociological Thought. New Brunswick, New Jersey: Transaction Publishers. ISBN 978-0-202-36168-0. OCLC 145146341. 
  • Nisbet, Robert A. 1967. The Sociological Tradition, London, Heinemann Educational Books. ISBN 1-56000-667-6 . OCLC 26934810. 
  • Ritzer, George and Douglas J. Goodman. 2004. Sociological Theory, Sixth Edition. McGraw Hill. ISBN 0-07-281718-6 . OCLC 52240022. 
  • Scott, John & Marshall, Gordon (eds) A Dictionary of Sociology (3rd Ed). Oxford University Press, 2005, ISBN 0-19-860986-8, . OCLC 60370982. 
  • Wallace, Ruth A. & Alison Wolf. 1995. Contemporary Sociological Theory: Continuing the Classical Tradition, 4th ed., Prentice-Hall. ISBN 0-13-036245-X . OCLC 31604842. 
  • White, Harrison C... 2008. Identity and Control. How Social Formations Emerge. (2nd ed., Completely rev. ed.) Princeton, Princeton University Press. ISBN 978-0-691-13714-8 . OCLC 174138884. 
  • Willis, Evan. 1996. The Sociological Quest: An introduction to the study of social life, New Brunswick, New Jersey, Rutgers University Press. ISBN 0-8135-2367-2 . OCLC 34633406. 

Tautan Luar

Asosiasi Profesional

  • African Sociological Association (AfSA)
  • American Sociological Association (ASA)
  • Association for Humanist Sociology (AHS)
  • Australian Sociological Association (TASA)
  • Bangladesh Sociological Society (BSS)
  • British Sociological Association (BSA)
  • Canadian Sociological Association (CSA)
  • Canadian Association of French-speaking Sociologists and Anthropologists
  • European Sociological Association (ESA)
  • French Sociological Association
  • German Sociological Association (DGS)
  • Indian Sociological Society (ISS)
  • International Institute of Sociology (IIS)
  • International Sociological Association (ISA)
  • Latin American Sociological Association (ALAS)
  • Portuguese Sociological Association (APS)
  • Sociological Association of Ireland (SAI)
  • South African Sociological Association (SASA)


edunitas.com

Page 5

Tags (tagged): socio technology, socio, technology, unkris, baru, berusaha melihat pengaruh, evolusi teknologi, pembagian, aristotelian dalam disiplin, ilmu contohnya, sosio, teknologi kira kira, lahir dalam, lingkungan, sering menimbulkan pertanyaan, pertanyaan, center, of, studies khusus negara, negara berkembang, seperti, indonesia socio technology, center of, studies, program, kuliah, pegawai, kelas weekend, of studies, kelas eksekutif, indonesian, encyclopedia

Page 6

Tags (tagged): sosus, unkris, sepanjang samudra atlantik, utara dekat, greenland, islandia, agar mereka, disergap sebelah, barat, lokasi lain, winter, 25 vol, 7, no 2 article, by edward, c, whitman the, from, joe worzel, to, lamont doherty earth, observatory, center, of, studies of american, scientists intelligence, resource, program edunitas sosus

Page 7

Hidangan soto betawi di sebuah warung di Jakarta

Soto, sroto, atau coto adalah makanan khas Indonesia yang terbuat dari kaldu daging dan sayuran. Daging yang paling sering dipergunakan adalah sapi dan ayam, tapi juga babi dan kambing. Bermacam kawasan di Indonesia ada jenis soto sendiri, dengan kandungan yang berbeda-beda, misalnya Soto Sekengkel Banyumas,Soto Kediri, soto Madura, Soto Lamongan, soto Jepara, soto Betawi, soto Padang, soto Bandung, soto Sokaraja, soto Banjar, soto Medan, coto Makassar. Soto juga dinamai menurut kandungannya, misalnya soto ayam, soto babat, soto kambing. Soto ada banyak kemiripan dengan sop.

Karena ada beberapa jenis soto di Indonesia, masing-masing ada cara penyajian yang berbeda-beda. Soto bisa dihidangkan dengan bermacam macam lauk, misalnya kerupuk, perkedel, emping melinjo, sambal, saus kacang, dan lain-lain. Dan juga pula dengan tambahan lainnya seperti sate telur pindang, sate kerang, jeruk limau, koya (campuran tumpukan kerupuk dengan bawang putih) dan lain-lain. Seperti kita ketahui bahwa makanan pokok orang Indonesia adalah nasi, sehingga soto biasanya dihidangkan dengan nasi sebagai menu utama. Namun, ada perbedaan dalam hal menu utama nasi tersebut. Kebanyakan soto dihidangkan secara terpisah dengan nasi, seperti Soto Betawi, Soto Padang, dan lain-lain. Namun, ada juga yang dihidangkan bersama dengan nasi atau soto campur nasi, misalnya Soto Kudus. Selain itu, ada juga soto yang dihidangkan dengan lontong atau nasi yang sudah dimasak dengan dibungkus daun pisang, misalnya Coto Makassar. Kemudian, ada juga yang memakai mie, dan bukan nasi sebagai menu pokoknya, misalnya Soto Mie Bogor.

Galeri

  • Soto Sekengkel Pak Jon's


edunitas.com

Page 8

Hidangan soto betawi di sebuah warung di Jakarta

Soto, sroto, atau coto adalah makanan khas Indonesia yang terbuat dari kaldu daging dan sayuran. Daging yang paling sering digunakan adalah sapi dan ayam, tapi juga babi dan kambing. Bermacam kawasan di Indonesia ada jenis soto sendiri, dengan kandungan yang berbeda-beda, misalnya Soto Sekengkel Banyumas,Soto Kediri, soto Madura, Soto Lamongan, soto Jepara, soto Betawi, soto Padang, soto Bandung, soto Sokaraja, soto Banjar, soto Medan, coto Makassar. Soto juga dinamai menurut kandungannya, misalnya soto ayam, soto babat, soto kambing. Soto ada banyak kemiripan dengan sop.

Karena ada beberapa jenis soto di Indonesia, masing-masing ada cara penyajian yang berbeda-beda. Soto bisa dihidangkan dengan bermacam macam lauk, misalnya kerupuk, perkedel, emping melinjo, sambal, saus kacang, dan lain-lain. Dan juga pula dengan tambahan lainnya seperti sate telur pindang, sate kerang, jeruk limau, koya (campuran tumpukan kerupuk dengan bawang putih) dan lain-lain. Seperti kita ketahui bahwa makanan pokok orang Indonesia adalah nasi, sehingga soto biasanya dihidangkan dengan nasi sebagai menu utama. Namun, ada perbedaan dalam hal menu utama nasi tersebut. Kebanyakan soto dihidangkan secara terpisah dengan nasi, seperti Soto Betawi, Soto Padang, dan lain-lain. Namun, ada juga yang dihidangkan bersama dengan nasi atau soto campur nasi, misalnya Soto Kudus. Selain itu, ada juga soto yang dihidangkan dengan lontong atau nasi yang sudah dimasak dengan dibungkus daun pisang, misalnya Coto Makassar. Kemudian, ada juga yang memakai mie, dan bukan nasi sebagai menu pokoknya, misalnya Soto Mie Bogor.

Galeri

  • Soto Sekengkel Pak Jon's


edunitas.com

Page 9

Hidangan soto betawi di sebuah warung di Jakarta

Soto, sroto, atau coto adalah makanan khas Indonesia yang terbuat dari kaldu daging dan sayuran. Daging yang paling sering digunakan adalah sapi dan ayam, tapi juga babi dan kambing. Bermacam kawasan di Indonesia ada jenis soto sendiri, dengan kandungan yang berbeda-beda, misalnya Soto Sekengkel Banyumas,Soto Kediri, soto Madura, Soto Lamongan, soto Jepara, soto Betawi, soto Padang, soto Bandung, soto Sokaraja, soto Banjar, soto Medan, coto Makassar. Soto juga dinamai menurut kandungannya, misalnya soto ayam, soto babat, soto kambing. Soto ada banyak kemiripan dengan sop.

Karena ada beberapa jenis soto di Indonesia, masing-masing ada cara penyajian yang berbeda-beda. Soto bisa dihidangkan dengan bermacam macam lauk, misalnya kerupuk, perkedel, emping melinjo, sambal, saus kacang, dan lain-lain. Dan juga pula dengan tambahan lainnya seperti sate telur pindang, sate kerang, jeruk limau, koya (campuran tumpukan kerupuk dengan bawang putih) dan lain-lain. Seperti kita ketahui bahwa makanan pokok orang Indonesia adalah nasi, sehingga soto biasanya dihidangkan dengan nasi sebagai menu utama. Namun, ada perbedaan dalam hal menu utama nasi tersebut. Kebanyakan soto dihidangkan secara terpisah dengan nasi, seperti Soto Betawi, Soto Padang, dan lain-lain. Namun, ada juga yang dihidangkan bersama dengan nasi atau soto campur nasi, misalnya Soto Kudus. Selain itu, ada juga soto yang dihidangkan dengan lontong atau nasi yang sudah dimasak dengan dibungkus daun pisang, misalnya Coto Makassar. Kemudian, ada juga yang memakai mie, dan bukan nasi sebagai menu pokoknya, misalnya Soto Mie Bogor.

Galeri

  • Soto Sekengkel Pak Jon's


edunitas.com

Page 10

Hidangan soto betawi di sebuah warung di Jakarta

Soto, sroto, atau coto adalah makanan khas Indonesia yang terbuat dari kaldu daging dan sayuran. Daging yang paling sering dipergunakan adalah sapi dan ayam, tapi juga babi dan kambing. Bermacam kawasan di Indonesia ada jenis soto sendiri, dengan kandungan yang berbeda-beda, misalnya Soto Sekengkel Banyumas,Soto Kediri, soto Madura, Soto Lamongan, soto Jepara, soto Betawi, soto Padang, soto Bandung, soto Sokaraja, soto Banjar, soto Medan, coto Makassar. Soto juga dinamai menurut kandungannya, misalnya soto ayam, soto babat, soto kambing. Soto ada banyak kemiripan dengan sop.

Karena ada beberapa jenis soto di Indonesia, masing-masing ada cara penyajian yang berbeda-beda. Soto bisa dihidangkan dengan bermacam macam lauk, misalnya kerupuk, perkedel, emping melinjo, sambal, saus kacang, dan lain-lain. Dan juga pula dengan tambahan lainnya seperti sate telur pindang, sate kerang, jeruk limau, koya (campuran tumpukan kerupuk dengan bawang putih) dan lain-lain. Seperti kita ketahui bahwa makanan pokok orang Indonesia adalah nasi, sehingga soto biasanya dihidangkan dengan nasi sebagai menu utama. Namun, ada perbedaan dalam hal menu utama nasi tersebut. Kebanyakan soto dihidangkan secara terpisah dengan nasi, seperti Soto Betawi, Soto Padang, dan lain-lain. Namun, ada juga yang dihidangkan bersama dengan nasi atau soto campur nasi, misalnya Soto Kudus. Selain itu, ada juga soto yang dihidangkan dengan lontong atau nasi yang sudah dimasak dengan dibungkus daun pisang, misalnya Coto Makassar. Kemudian, ada juga yang memakai mie, dan bukan nasi sebagai menu pokoknya, misalnya Soto Mie Bogor.

Galeri

  • Soto Sekengkel Pak Jon's


edunitas.com

Page 11

Tags (tagged): unkris, sosus, sepanjang samudra, atlantik, utara dekat greenland, islandia, agar, mereka, disergap sebelah barat, lokasi lain, winter, 25 vol 7, no 2, article, by edward c, whitman the, from, joe worzel to, lamont doherty, earth, observatory, pusat ilmu, pengetahuan of, american, scientists intelligence resource, program edunitas, pusat ilmu pengetahuan

Page 12

Tags (tagged): unkris, sosus, sepanjang samudra, atlantik, utara dekat greenland, islandia, agar, mereka, disergap sebelah barat, lokasi lain, winter, 25 vol 7, no 2, article, by edward c, whitman the, from, joe worzel to, lamont doherty, earth, observatory, pusat ilmu, pengetahuan of, american, scientists intelligence resource, program edunitas, pusat ilmu pengetahuan

Page 13

Tags (tagged): unkris, sosus, sepanjang samudra, atlantik, utara dekat greenland, islandia, agar, mereka, disergap sebelah barat, lokasi lain, winter, 25 vol 7, no 2, article, by edward c, whitman the, from, joe worzel to, lamont doherty, earth, observatory, center of, studies of, american, scientists intelligence resource, program edunitas, center of studies

Page 14

Tags (tagged): unkris, sosus, sepanjang samudra, atlantik, utara dekat greenland, islandia, agar, mereka, disergap sebelah barat, lokasi lain, winter, 25 vol 7, no 2, article, by edward c, whitman the, from, joe worzel to, lamont doherty, earth, observatory, center of, studies of, american, scientists intelligence resource, program edunitas, center of studies

Page 15

Tags (tagged): socio, technology, center of, studies, unkris, baru berusaha, melihat pengaruh, evolusi, teknologi, pembagian aristotelian, dalam disiplin, ilmu, contohnya, sosio teknologi, kira kira, lahir, dalam lingkungan, sering, menimbulkan pertanyaan, pertanyaan, center of studies, khusus negara, negara, berkembang seperti indonesia, socio technology

Page 16

Tags (tagged): socio, technology, center of, studies, unkris, baru berusaha, melihat pengaruh, evolusi, teknologi, pembagian aristotelian, dalam disiplin, ilmu, contohnya, sosio teknologi, kira kira, lahir, dalam lingkungan, sering, menimbulkan pertanyaan, pertanyaan, center of studies, khusus negara, negara, berkembang seperti indonesia, socio technology

Page 17

Tags (tagged): sosioteknologi, pusat ilmu pengetahuan, unkris, baru, berusaha melihat pengaruh, evolusi teknologi, pembagian, aristotelian dalam disiplin, ilmu contohnya, sosio, teknologi kira kira, lahir dalam, lingkungan, sering menimbulkan pertanyaan, pertanyaan, pusat, ilmu, pengetahuan khusus negara, negara berkembang, seperti, indonesia sosioteknologi

Page 18

Tags (tagged): sosioteknologi, pusat ilmu pengetahuan, unkris, baru, berusaha melihat pengaruh, evolusi teknologi, pembagian, aristotelian dalam disiplin, ilmu contohnya, sosio, teknologi kira kira, lahir dalam, lingkungan, sering menimbulkan pertanyaan, pertanyaan, pusat, ilmu, pengetahuan khusus negara, negara berkembang, seperti, indonesia sosioteknologi

Page 19

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berfaedah kawan, kenalan sedangkan Logos berfaedah ilmu ilmu. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak ruang lingkup tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sbg ilmu ilmu tentang warga.

Warga adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kebutuhan bersama, dan memiliki aturan sejak dahulu kala istiadat. Sosiologi ingin mempelajari warga, perilaku warga, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kumpulan yang dibangunnya. Sbg sebuah ilmu, sosiologi merupakan ilmu kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Kumpulan tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan beragam organisasi politik, ekonomi, sosial.

Sejarah istilah sosiologi

  • 1842: Istilah Sosiologi sbg cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sbg Bapak Sosiologi. Sosiologi sbg ilmu yang mempelajari tentang warga lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada masa zaman ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya mendirikan suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki warga pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan sela sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar benarnya warga dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan warga dalam guna pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh warga luas, terlihat dari tampilnya sebanyak ilmuwan akbar di bagian sosiologi. Mereka diantaranya Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing bermanfaat akbar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari warga yang amat bermanfaat untuk perkembangan Sosiologi.
  • Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — sukses melembagakan Sosiologi sbg disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi beragam elemen sosial sbg pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
  • 1876: Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami warga seperti tubuh manusia, sbg suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
  • Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan warga.
  • Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, keyakinan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.
  • Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.

Pokok bahasan sosiologi

Pokok bahasan sosiologi benar empat: 1. Fakta sosial sbg cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang benar di luar individu dan mempunyai daya memaksa dan mengendalikan individu tersebut.

Contoh, di sekolah seorang murid diwajibkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah perhitungan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut dapat dilihat dan diteliti benarnya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang benar di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).

2. Tindakan sosial sbg tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.

Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.

3. Khayalan sosiologis sbg cara untuk memahami apa yang terjadi di warga maupun yang benar dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah warga, riwayat hidup pribadi, dan hubungan sela keduanya. Alat untuk memainkan khayalan sosiologis adalah permasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu merupakan hal yang benar di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.

Contoh, jika suatu kawasan hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah masalah. Masalah individual ini pemecahannya dapat lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut benar 12 juta warga yang menganggur dari 18 juta jiwa yang benar, maka pengangguran tersebut merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian semakin luas lagi.

4. Realitas sosial adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan memainkan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi

Sosiologi merupakan salah satu bagian ilmu sosial yang mempelajari warga. Sosiologi sbg ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu ilmu. Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sbg ilmu mempunyai ciri-ciri, sbg berikut.[1]

  • Empiris, yaitu didasarkan pada observasi (pengamatan) dan daya pikir sehat yang hasilnya tak bersifat spekulasi (menduga-duga).
  • Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan mempunyai tujuan menjalankan hubungan sebab dampak sehingga menjadi teori.
  • Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah benar, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
  • Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tak mempersoalkan patut atau buruk masalah tersebut, tetapi semakin mempunyai tujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.

Hakikat sosiologi sbg ilmu ilmu sbg berikut.[2]

  • Sosiologi adalah ilmu sosial, bukan ilmu ilmu dunia atau ilmu pasti (eksakta) karena yang dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.
  • Sosiologi termasuk disiplin ilmu kategori, bukan merupakan disiplin ilmu normatif karena sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi.
  • Sosiologi termasuk ilmu ilmu murni (pure science) dan dalam perkembangannya sosiologi menjadi ilmu ilmu terapan (applied science).
  • Sosiologi merupakan ilmu ilmu niskala dan bukan ilmu ilmu konkret. Gunanya yang menjadi perhatian adalah bangun dan pola peristiwa dalam warga secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
  • Sosiologi mempunyai tujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bangun, pokok, dan susunan warga manusia.
  • Sosiologi merupakan ilmu ilmu yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut cara yang dipakai.
  • Sosiologi merupakan ilmu ilmu umum, gunanya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang benar pada interaksi sela manusia.

Kegunaan Sosiologi

Kegunaan Sosiologi dalam masyarakat,antara lain:

Sosiologi bermanfaat untuk memberikan data-data sosial yang diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembangunan

Tanpa penelitian dan penyelidikan sosiologis tak akan diperoleh perencanaan sosial yang efektif atau pemecahan masalah-masalah sosial dengan patut

Objek Sosiologi

Sosiologi sbg ilmu ilmu mempunyai beberapa objek.[3]

Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan ronde hubungan sela manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.

Objek formal sosiologi semakin ditekankan pada manusia sbg makhluk sosial atau warga. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia sela manusia serta ronde yang timbul dari hubungan manusia di dalam warga.

  • Objek aturan sejak dahulu kala istiadat

Objek aturan sejak dahulu kala istiadat salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain.

Pengaruh dari objek dari agama ini dapat menjadi pemicu dalam hubungan sosial warga, dan banyak juga hal-hal ataupun dampak yang memengaruhi hubungan manusia.

Ruang Lingkup Kajian Sosiologi

Sbg ilmu ilmu, sosiologi mengkaji semakin mendalam pada bagiannya dengan cara bervariasi.[4] Misalnya seorang sosiolog mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia saat ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Nyaris semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota patut individu ataupun kumpulan, merupakan ruang kajian yang cocok untuk sosiologi, asalkan menggunakan cara ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi semakin luas dari ilmu sosial lainnya.[5] Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlanjut sela individu dengan individu, individu dengan kumpulan, serta kumpulan dengan kumpulan di bagian yang terkait warga. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya sela lain:[6]

  • Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;
  • Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya;
  • Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sbgnya.

Sosiologi menggabungkan data dari beragam ilmu ilmu sbg dasar penelitiannya. Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan peristiwa sejarah, sepanjang peristiwa itu memberikan keterangan beserta uraian ronde berlanjutnya hidup kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kumpulan manusia. Sbg contoh, riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan latar belakangan terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara di masa yang akan datang. Sosiologi mempertumbuhkan semua bagian yang terkait dan kebiasaan manusia, sepanjang kenyataan yang benar dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi pengalaman yang dirasakan manusia, serta ronde dalam kumpulannya. Selama kumpulan itu benar, maka selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat kumpulan tersebut. Semua faktor tersebut dapat memengaruhi hubungan sela manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.

Perkembangan sosiologi dari masa zaman ke masa zaman

Perkembangan pada masa zaman pencerahan

Banyak ilmuwan-ilmuwan akbar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa benar yang dapat mencegah, warga mengalami perkembangan dan kemunduran.

Argumen itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di masa zaman pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sbg makhluk hidup yang fana, manusia tak dapat mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan warganya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan warga belum terpikirkan pada masa ini.

Mengembangnya ilmu ilmu di masa zaman pencerahan (sekitar masa zaman ke-17 M), ikut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan warga, ciri-ciri ilmiah mulai terlihat pada masa zaman ini. Para berbakat di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan warga harus berpedoman pada budaya manusia.

Pengaruh perubahan yang terjadi pada masa zaman pencerahan

Perubahan-perubahan akbar di masa zaman pencerahan, terus mengembang secara revolusioner sapanjang masa zaman ke-18 M. Dengan cepat susunan warga lama berubah dengan susunan yang semakin baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam warga.

Gejolak masa zaman revolusi

Perubahan yang terjadi dampak revolusi benar-benar mencengangkan. Susunan warga yang sudah berlanjut ratusan tahun rusak. Bangsawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan akbar di Eropa yang jatuh dan terpecah.

Revolusi Perancis sukses mengubah susunan warga feodal ke warga yang lepas

Gejolak masa zaman revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan warga harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan warga yang akbar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan warga sudah diantisipasi secara dini.

Perubahan drastis yang terjadi semasa masa zaman revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan akbar dalam warga. Artinya :

  • Perubahan warga bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat dikenal penyebab dan pengahabisan suatu peristiwanya.
  • Harus dicari cara ilmiah yang jelas supaya dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam warga dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk daya pikir.
  • Dengan cara ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan warga sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

Lahir sosiologi modern

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).

Pada permulaan masa zaman ke-20, gelombang akbar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan warga, munculnya kota-kota industri baru, semakinnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan akbar warga pun tak terelakkan.

Perubahan warga itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi warga pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.

Berkebalikan dengan argumen sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan warga dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan warga secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.

Referensi

  1. ^ William D Perdue. 1986. Sociological Theory: Explanation, Paradigm, and Ideology. Palo Alto, CA: Mayfield Publishing Company. Hlm. 20
  2. ^ Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Hlm. 5
  3. ^ James. M. Henslin, 2002. Essential of Sociology: A Down to Earth Approach Fourth Edition. Boston: Allyn and Bacon. Hlm 10
  4. ^ Pitirim Sorokin. 1928. Contemporary Sociological Theories. New York: Harper. Hlm. 25
  5. ^ Randall Collins. 1974. Conflict Sociology: Toward an Explanatory Science. New York: Academic Press. Hlm. 19
  6. ^ George Ritzer. 1992. Sociological Theory. New York: Mc Graw-Hill. Hlm. 28

  • (Indonesia) Sosiologi: KBBI. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2002
  • Andrey Korotayev, Artemy Malkov, and Daria Khaltourina, Introduction to Social Macrodynamics, Moscow: URSS, 2006. ISBN 5-484-00414-4 [1].

Lihat juga

  • Warga
  • Organisasi
  • Kebudayaan
  • Asimilasi
  • Konflik
  • perubahan sosial

Baca semakin lanjut

  • Aby, Stephen H. Sociology: A Guide to Reference and Information Sources, 3rd edn. Littleton, Colorado, Libraries Unlimited Inc., 2005, ISBN 1-56308-947-5 . OCLC 57475961. 
  • Babbie, Earl R... 2003. The Practice of Social Research, 10th edition. Wadsworth, Thomson Learning Inc., ISBN 0-534-62029-9 . OCLC 51917727. 
  • Collins, Randall. 1994. Four Sociological Traditions. Oxford, Oxford University Press ISBN 0-19-508208-7 . OCLC 28411490. 
  • Coser, Lewis A., Masters of Sociological Thought : Ideas in Historical and Social Context, New York, Harcourt Brace Jovanovich, 1971. ISBN 0-15-555128-0.
  • Giddens, Anthony. 2006. Sociology (5th edition), Polity, Cambridge. ISBN 0-7456-3378-1 . OCLC 63186308. 
  • Landis, Judson R (1989). Sociology: Concepts and Characteristics (7th ed.). Belmont, California: Wadsworth. ISBN 0-534-10158-5 
  • Macionis, John J (1991). Sociology (3rd ed.). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. ISBN 0-13-820358-X 
  • Merton, Robert K... 1959. Social Theory and Social Structure. Toward the codification of theory and research, Glencoe: Ill. (Revised and enlarged edition) . OCLC 4536864. 
  • Mills, C. Wright, The Sociological Imagination,1959. OCLC 165883. 
  • C. Wright Mills, Intellectual Craftsmanship Advices how to Work for young Sociologist
  • Mitchell, Geoffrey Duncan (2007, originally published in 1968). A Hundred Years of Sociology: A Concise History of the Major Figures, Ideas, and Schools of Sociological Thought. New Brunswick, New Jersey: Transaction Publishers. ISBN 978-0-202-36168-0. OCLC 145146341. 
  • Nisbet, Robert A. 1967. The Sociological Tradition, London, Heinemann Educational Books. ISBN 1-56000-667-6 . OCLC 26934810. 
  • Ritzer, George and Douglas J. Goodman. 2004. Sociological Theory, Sixth Edition. McGraw Hill. ISBN 0-07-281718-6 . OCLC 52240022. 
  • Scott, John & Marshall, Gordon (eds) A Dictionary of Sociology (3rd Ed). Oxford University Press, 2005, ISBN 0-19-860986-8, . OCLC 60370982. 
  • Wallace, Ruth A. & Alison Wolf. 1995. Contemporary Sociological Theory: Continuing the Classical Tradition, 4th ed., Prentice-Hall. ISBN 0-13-036245-X . OCLC 31604842. 
  • White, Harrison C... 2008. Identity and Control. How Social Formations Emerge. (2nd ed., Completely rev. ed.) Princeton, Princeton University Press. ISBN 978-0-691-13714-8 . OCLC 174138884. 
  • Willis, Evan. 1996. The Sociological Quest: An introduction to the study of social life, New Brunswick, New Jersey, Rutgers University Press. ISBN 0-8135-2367-2 . OCLC 34633406. 

Tautan Luar

Asosiasi Profesional

  • African Sociological Association (AfSA)
  • American Sociological Association (ASA)
  • Association for Humanist Sociology (AHS)
  • Australian Sociological Association (TASA)
  • Bangladesh Sociological Society (BSS)
  • British Sociological Association (BSA)
  • Canadian Sociological Association (CSA)
  • Canadian Association of French-speaking Sociologists and Anthropologists
  • European Sociological Association (ESA)
  • French Sociological Association
  • German Sociological Association (DGS)
  • Indian Sociological Society (ISS)
  • International Institute of Sociology (IIS)
  • International Sociological Association (ISA)
  • Latin American Sociological Association (ALAS)
  • Portuguese Sociological Association (APS)
  • Sociological Association of Ireland (SAI)
  • South African Sociological Association (SASA)


edunitas.com

Page 20

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berfaedah kawan, sahabat sedangkan Logos berfaedah ilmu ilmu. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sbg ilmu ilmu tentang warga.

Warga yaitu sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kebutuhan bersama, dan memiliki aturan sejak dahulu kala istiadat. Sosiologi mau mempelajari warga, perilaku warga, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kumpulan yang didirikannya. Sbg suatu ilmu, sosiologi yaitu ilmu kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan mampu di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Kumpulan tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan beragam organisasi politik, ekonomi, sosial.

Sejarah istilah sosiologi

  • 1842: Istilah Sosiologi sbg cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sbg Bapak Sosiologi. Sosiologi sbg ilmu yang mempelajari tentang warga lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada masa zaman ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya mendirikan suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki warga pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan sela sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar benarnya warga dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan warga dalam guna pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh warga luas, terlihat dari tampilnya sebanyak ilmuwan besar di bagian sosiologi. Mereka diantaranya Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari warga yang amat berjasa untuk perkembangan Sosiologi.
  • Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — sukses melembagakan Sosiologi sbg disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi beragam elemen sosial sbg pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
  • 1876: Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami warga seperti tubuh manusia, sbg suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
  • Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan warga.
  • Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, keyakinan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.
  • Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.

Pokok bahasan sosiologi

Pokok bahasan sosiologi benar empat: 1. Fakta sosial sbg cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang benar di luar individu dan mempunyai daya memaksa dan mengendalikan individu tersebut.

Contoh, di sekolah seorang murid diwajibkan untuk datang tepat waktu, memakai seragam, dan bersikap hormat untuk guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam suatu perhitungan dan memiliki sanksi tertentu bila dilanggar. Dari contoh tersebut mampu dilihat dan diteliti benarnya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang benar di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).

2. Tindakan sosial sbg tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.

Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan yaitu tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam suatu lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, yaitu tindakan sosial.

3. Khayalan sosiologis sbg cara untuk memahami apa yang terjadi di warga maupun yang benar dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah warga, riwayat hidup pribadi, dan hubungan sela keduanya. Alat untuk memainkan khayalan sosiologis yaitu permasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu yaitu ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu yaitu hal yang benar di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.

Contoh, bila suatu kawasan hanya memiliki satu orang yang menganggur, karenanya pengangguran itu yaitu masalah. Masalah individual ini pemecahannya mampu lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara bila di kota tersebut benar 12 juta warga yang menganggur dari 18 juta jiwa yang benar, karenanya pengangguran tersebut yaitu isu, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.

4. Realitas sosial yaitu penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan memainkan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi

Sosiologi yaitu salah satu bagian ilmu sosial yang mempelajari warga. Sosiologi sbg ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu ilmu. Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sbg ilmu mempunyai ciri-ciri, sbg berikut.[1]

  • Empiris, yaitu didasarkan pada observasi (pengamatan) dan daya pikir sehat yang hasilnya tak bersifat spekulasi (menduga-duga).
  • Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut yaitu kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan mempunyai tujuan menjalankan hubungan sebab dampak sehingga menjadi teori.
  • Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah benar, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
  • Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tak mempersoalkan patut atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih mempunyai tujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.

Hakikat sosiologi sbg ilmu ilmu sbg berikut.[2]

  • Sosiologi yaitu ilmu sosial, bukan ilmu ilmu dunia atau ilmu pasti (eksakta) karena yang dipelajari yaitu gejala-gejala kemasyarakatan.
  • Sosiologi termasuk disiplin ilmu kategori, bukan yaitu disiplin ilmu normatif karena sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi.
  • Sosiologi termasuk ilmu ilmu murni (pure science) dan dalam perkembangannya sosiologi menjadi ilmu ilmu terapan (applied science).
  • Sosiologi yaitu ilmu ilmu niskala dan bukan ilmu ilmu konkret. Gunanya yang menjadi perhatian yaitu bangun dan pola peristiwa dalam warga secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
  • Sosiologi mempunyai tujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bangun, pokok, dan susunan warga manusia.
  • Sosiologi yaitu ilmu ilmu yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut cara yang dipakai.
  • Sosiologi yaitu ilmu ilmu umum, gunanya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang benar pada interaksi sela manusia.

Kegunaan Sosiologi

Kegunaan Sosiologi dalam masyarakat,antara lain:

Sosiologi berjasa untuk memberikan data-data sosial yang diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembangunan

Tanpa penelitian dan penyelidikan sosiologis tak akan diperoleh perencanaan sosial yang efektif atau pemecahan masalah-masalah sosial dengan patut

Objek Sosiologi

Sosiologi sbg ilmu ilmu mempunyai beberapa objek.[3]

Objek material sosiologi yaitu kehidupan sosial, gejala-gejala dan ronde hubungan sela manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.

Objek resmi sosiologi lebih ditekankan pada manusia sbg makhluk sosial atau warga. Dengan demikian objek resmi sosiologi yaitu hubungan manusia sela manusia serta ronde yang timbul dari hubungan manusia di dalam warga.

  • Objek aturan sejak dahulu kala istiadat

Objek aturan sejak dahulu kala istiadat salah satu faktor yang mampu memengaruhi hubungan satu dengan yang lain.

Pengaruh dari objek dari agama ini mampu menjadi pemicu dalam hubungan sosial warga, dan banyak juga hal-hal ataupun dampak yang memengaruhi hubungan manusia.

Ruang Lingkup Kajian Sosiologi

Sbg ilmu ilmu, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bagiannya dengan cara bervariasi.[4] Misalnya seorang sosiolog mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia kala ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Nyaris semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota patut individu ataupun kumpulan, yaitu ruang kajian yang cocok untuk sosiologi, asalkan memakai cara ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya.[5] Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlanjut sela individu dengan individu, individu dengan kumpulan, serta kumpulan dengan kumpulan di bagian yang terkait warga. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut bila dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya sela lain:[6]

  • Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;
  • Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya;
  • Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sbgnya.

Sosiologi menggabungkan data dari beragam ilmu ilmu sbg dasar penelitiannya. Dengan demikian sosiologi mampu dihubungkan dengan peristiwa sejarah, sepanjang peristiwa itu memberikan keterangan beserta uraian ronde berlanjutnya hidup kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kumpulan manusia. Sbg contoh, riwayat suatu negara mampu dipelajari dengan mengungkapkan latar belakangan terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara di masa yang akan datang. Sosiologi mempertumbuhkan semua bagian yang terkait dan kebiasaan manusia, sepanjang kenyataan yang benar dalam kehidupan manusia dan mampu memengaruhi pengalaman yang dirasakan manusia, serta ronde dalam kumpulannya. Selama kumpulan itu benar, karenanya selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat kumpulan tersebut. Semua faktor tersebut mampu memengaruhi hubungan sela manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.

Perkembangan sosiologi dari masa zaman ke masa zaman

Perkembangan pada masa zaman pencerahan

Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa benar yang mampu mencegah, warga merasakan perkembangan dan kemunduran.

Argumen itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di masa zaman pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sbg makhluk hidup yang fana, manusia tak mampu mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan warganya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan warga belum terpikirkan pada masa ini.

Mengembangnya ilmu ilmu di masa zaman pencerahan (sekitar masa zaman ke-17 M), ikut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan warga, ciri-ciri ilmiah mulai terlihat pada masa zaman ini. Para berbakat di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan warga mesti berpedoman pada daya pikir budi manusia.

Pengaruh perubahan yang terjadi pada masa zaman pencerahan

Perubahan-perubahan besar di masa zaman pencerahan, terus mengembang secara revolusioner sapanjang masa zaman ke-18 M. Dengan cepat susunan warga lama berubah dengan susunan yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam warga.

Gejolak masa zaman revolusi

Perubahan yang terjadi dampak revolusi benar-benar mencengangkan. Susunan warga yang sudah berlanjut ratusan tahun rusak. Bangsawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, sekarang mesti memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.

Revolusi Perancis sukses mengubah susunan warga feodal ke warga yang lepas

Gejolak masa zaman revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan warga mesti mampu dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan warga yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu mampu dicegah sekiranya perubahan warga sudah diantisipasi secara dini.

Perubahan drastis yang terjadi semasa masa zaman revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam warga. Artinya :

  • Perubahan warga bukan yaitu nasib yang mesti diterima begitu saja, melainkan mampu dikenal penyebab dan pengahabisan suatu peristiwanya.
  • Mesti dicari cara ilmiah yang jelas supaya mampu menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam warga dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk daya pikir.
  • Dengan cara ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan warga sudah mampu diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah mampu dicegah.

Lahir sosiologi modern

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene yaitu tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).

Pada permulaan masa zaman ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu mempunyai dampak pesatnya pertumbuhan warga, munculnya kota-kota industri baru, lebihnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar warga pun tak terelakkan.

Perubahan warga itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi warga pada kala itu. Karenanya lahirlah sosiologi modern.

Berkebalikan dengan argumen sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan warga mampu dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu mampu ditarik kesimpulan perubahan warga secara menyeluruh. Sejak kala itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.

Pustaka

  1. ^ William D Perdue. 1986. Sociological Theory: Explanation, Paradigm, and Ideology. Palo Alto, CA: Mayfield Publishing Company. Hlm. 20
  2. ^ Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Hlm. 5
  3. ^ James. M. Henslin, 2002. Essential of Sociology: A Down to Earth Approach Fourth Edition. Boston: Allyn and Bacon. Hlm 10
  4. ^ Pitirim Sorokin. 1928. Contemporary Sociological Theories. New York: Harper. Hlm. 25
  5. ^ Randall Collins. 1974. Conflict Sociology: Toward an Explanatory Science. New York: Academic Press. Hlm. 19
  6. ^ George Ritzer. 1992. Sociological Theory. New York: Mc Graw-Hill. Hlm. 28

  • (Indonesia) Sosiologi: KBBI. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2002
  • Andrey Korotayev, Artemy Malkov, and Daria Khaltourina, Introduction to Social Macrodynamics, Moscow: URSS, 2006. ISBN 5-484-00414-4 [1].

Lihat juga

  • Warga
  • Organisasi
  • Kebudayaan
  • Asimilasi
  • Konflik
  • perubahan sosial

Baca lebih lanjut

  • Aby, Stephen H. Sociology: A Guide to Reference and Information Sources, 3rd edn. Littleton, Colorado, Libraries Unlimited Inc., 2005, ISBN 1-56308-947-5 . OCLC 57475961. 
  • Babbie, Earl R... 2003. The Practice of Social Research, 10th edition. Wadsworth, Thomson Learning Inc., ISBN 0-534-62029-9 . OCLC 51917727. 
  • Collins, Randall. 1994. Four Sociological Traditions. Oxford, Oxford University Press ISBN 0-19-508208-7 . OCLC 28411490. 
  • Coser, Lewis A., Masters of Sociological Thought : Ideas in Historical and Social Context, New York, Harcourt Brace Jovanovich, 1971. ISBN 0-15-555128-0.
  • Giddens, Anthony. 2006. Sociology (5th edition), Polity, Cambridge. ISBN 0-7456-3378-1 . OCLC 63186308. 
  • Landis, Judson R (1989). Sociology: Concepts and Characteristics (7th ed.). Belmont, California: Wadsworth. ISBN 0-534-10158-5 
  • Macionis, John J (1991). Sociology (3rd ed.). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. ISBN 0-13-820358-X 
  • Merton, Robert K... 1959. Social Theory and Social Structure. Toward the codification of theory and research, Glencoe: Ill. (Revised and enlarged edition) . OCLC 4536864. 
  • Mills, C. Wright, The Sociological Imagination,1959. OCLC 165883. 
  • C. Wright Mills, Intellectual Craftsmanship Advices how to Work for young Sociologist
  • Mitchell, Geoffrey Duncan (2007, originally published in 1968). A Hundred Years of Sociology: A Concise History of the Major Figures, Ideas, and Schools of Sociological Thought. New Brunswick, New Jersey: Transaction Publishers. ISBN 978-0-202-36168-0. OCLC 145146341. 
  • Nisbet, Robert A. 1967. The Sociological Tradition, London, Heinemann Educational Books. ISBN 1-56000-667-6 . OCLC 26934810. 
  • Ritzer, George and Douglas J. Goodman. 2004. Sociological Theory, Sixth Edition. McGraw Hill. ISBN 0-07-281718-6 . OCLC 52240022. 
  • Scott, John & Marshall, Gordon (eds) A Dictionary of Sociology (3rd Ed). Oxford University Press, 2005, ISBN 0-19-860986-8, . OCLC 60370982. 
  • Wallace, Ruth A. & Alison Wolf. 1995. Contemporary Sociological Theory: Continuing the Classical Tradition, 4th ed., Prentice-Hall. ISBN 0-13-036245-X . OCLC 31604842. 
  • White, Harrison C... 2008. Identity and Control. How Social Formations Emerge. (2nd ed., Completely rev. ed.) Princeton, Princeton University Press. ISBN 978-0-691-13714-8 . OCLC 174138884. 
  • Willis, Evan. 1996. The Sociological Quest: An introduction to the study of social life, New Brunswick, New Jersey, Rutgers University Press. ISBN 0-8135-2367-2 . OCLC 34633406. 

Tautan Luar

Asosiasi Profesional

  • African Sociological Association (AfSA)
  • American Sociological Association (ASA)
  • Association for Humanist Sociology (AHS)
  • Australian Sociological Association (TASA)
  • Bangladesh Sociological Society (BSS)
  • British Sociological Association (BSA)
  • Canadian Sociological Association (CSA)
  • Canadian Association of French-speaking Sociologists and Anthropologists
  • European Sociological Association (ESA)
  • French Sociological Association
  • German Sociological Association (DGS)
  • Indian Sociological Society (ISS)
  • International Institute of Sociology (IIS)
  • International Sociological Association (ISA)
  • Latin American Sociological Association (ALAS)
  • Portuguese Sociological Association (APS)
  • Sociological Association of Ireland (SAI)
  • South African Sociological Association (SASA)


edunitas.com

Page 21

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berfaedah kawan, sahabat sedangkan Logos berfaedah ilmu ilmu. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sbg ilmu ilmu tentang warga.

Warga yaitu sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kebutuhan bersama, dan memiliki aturan sejak dahulu kala istiadat. Sosiologi mau mempelajari warga, perilaku warga, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kumpulan yang didirikannya. Sbg suatu ilmu, sosiologi yaitu ilmu kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan mampu di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Kumpulan tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan beragam organisasi politik, ekonomi, sosial.

Sejarah istilah sosiologi

  • 1842: Istilah Sosiologi sbg cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sbg Bapak Sosiologi. Sosiologi sbg ilmu yang mempelajari tentang warga lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada masa zaman ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya mendirikan suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki warga pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan sela sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar benarnya warga dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan warga dalam guna pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh warga luas, terlihat dari tampilnya sebanyak ilmuwan besar di bagian sosiologi. Mereka diantaranya Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari warga yang amat berjasa untuk perkembangan Sosiologi.
  • Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — sukses melembagakan Sosiologi sbg disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi beragam elemen sosial sbg pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
  • 1876: Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami warga seperti tubuh manusia, sbg suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
  • Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan warga.
  • Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, keyakinan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.
  • Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.

Pokok bahasan sosiologi

Pokok bahasan sosiologi benar empat: 1. Fakta sosial sbg cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang benar di luar individu dan mempunyai daya memaksa dan mengendalikan individu tersebut.

Contoh, di sekolah seorang murid diwajibkan untuk datang tepat waktu, memakai seragam, dan bersikap hormat untuk guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam suatu perhitungan dan memiliki sanksi tertentu bila dilanggar. Dari contoh tersebut mampu dilihat dan diteliti benarnya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang benar di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).

2. Tindakan sosial sbg tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.

Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan yaitu tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam suatu lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, yaitu tindakan sosial.

3. Khayalan sosiologis sbg cara untuk memahami apa yang terjadi di warga maupun yang benar dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah warga, riwayat hidup pribadi, dan hubungan sela keduanya. Alat untuk memainkan khayalan sosiologis yaitu permasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu yaitu ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu yaitu hal yang benar di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.

Contoh, bila suatu kawasan hanya memiliki satu orang yang menganggur, karenanya pengangguran itu yaitu masalah. Masalah individual ini pemecahannya mampu lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara bila di kota tersebut benar 12 juta warga yang menganggur dari 18 juta jiwa yang benar, karenanya pengangguran tersebut yaitu isu, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.

4. Realitas sosial yaitu penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan memainkan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi

Sosiologi yaitu salah satu bagian ilmu sosial yang mempelajari warga. Sosiologi sbg ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu ilmu. Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sbg ilmu mempunyai ciri-ciri, sbg berikut.[1]

  • Empiris, yaitu didasarkan pada observasi (pengamatan) dan daya pikir sehat yang hasilnya tak bersifat spekulasi (menduga-duga).
  • Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut yaitu kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan mempunyai tujuan menjalankan hubungan sebab dampak sehingga menjadi teori.
  • Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah benar, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
  • Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tak mempersoalkan patut atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih mempunyai tujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.

Hakikat sosiologi sbg ilmu ilmu sbg berikut.[2]

  • Sosiologi yaitu ilmu sosial, bukan ilmu ilmu dunia atau ilmu pasti (eksakta) karena yang dipelajari yaitu gejala-gejala kemasyarakatan.
  • Sosiologi termasuk disiplin ilmu kategori, bukan yaitu disiplin ilmu normatif karena sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi.
  • Sosiologi termasuk ilmu ilmu murni (pure science) dan dalam perkembangannya sosiologi menjadi ilmu ilmu terapan (applied science).
  • Sosiologi yaitu ilmu ilmu niskala dan bukan ilmu ilmu konkret. Gunanya yang menjadi perhatian yaitu bangun dan pola peristiwa dalam warga secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
  • Sosiologi mempunyai tujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bangun, pokok, dan susunan warga manusia.
  • Sosiologi yaitu ilmu ilmu yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut cara yang dipakai.
  • Sosiologi yaitu ilmu ilmu umum, gunanya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang benar pada interaksi sela manusia.

Kegunaan Sosiologi

Kegunaan Sosiologi dalam masyarakat,antara lain:

Sosiologi berjasa untuk memberikan data-data sosial yang diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembangunan

Tanpa penelitian dan penyelidikan sosiologis tak akan diperoleh perencanaan sosial yang efektif atau pemecahan masalah-masalah sosial dengan patut

Objek Sosiologi

Sosiologi sbg ilmu ilmu mempunyai beberapa objek.[3]

Objek material sosiologi yaitu kehidupan sosial, gejala-gejala dan ronde hubungan sela manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.

Objek resmi sosiologi lebih ditekankan pada manusia sbg makhluk sosial atau warga. Dengan demikian objek resmi sosiologi yaitu hubungan manusia sela manusia serta ronde yang timbul dari hubungan manusia di dalam warga.

  • Objek aturan sejak dahulu kala istiadat

Objek aturan sejak dahulu kala istiadat salah satu faktor yang mampu memengaruhi hubungan satu dengan yang lain.

Pengaruh dari objek dari agama ini mampu menjadi pemicu dalam hubungan sosial warga, dan banyak juga hal-hal ataupun dampak yang memengaruhi hubungan manusia.

Ruang Lingkup Kajian Sosiologi

Sbg ilmu ilmu, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bagiannya dengan cara bervariasi.[4] Misalnya seorang sosiolog mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia kala ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Nyaris semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota patut individu ataupun kumpulan, yaitu ruang kajian yang cocok untuk sosiologi, asalkan memakai cara ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya.[5] Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlanjut sela individu dengan individu, individu dengan kumpulan, serta kumpulan dengan kumpulan di bagian yang terkait warga. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut bila dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya sela lain:[6]

  • Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;
  • Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya;
  • Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sbgnya.

Sosiologi menggabungkan data dari beragam ilmu ilmu sbg dasar penelitiannya. Dengan demikian sosiologi mampu dihubungkan dengan peristiwa sejarah, sepanjang peristiwa itu memberikan keterangan beserta uraian ronde berlanjutnya hidup kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kumpulan manusia. Sbg contoh, riwayat suatu negara mampu dipelajari dengan mengungkapkan latar belakangan terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara di masa yang akan datang. Sosiologi mempertumbuhkan semua bagian yang terkait dan kebiasaan manusia, sepanjang kenyataan yang benar dalam kehidupan manusia dan mampu memengaruhi pengalaman yang dirasakan manusia, serta ronde dalam kumpulannya. Selama kumpulan itu benar, karenanya selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat kumpulan tersebut. Semua faktor tersebut mampu memengaruhi hubungan sela manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.

Perkembangan sosiologi dari masa zaman ke masa zaman

Perkembangan pada masa zaman pencerahan

Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa benar yang mampu mencegah, warga merasakan perkembangan dan kemunduran.

Argumen itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di masa zaman pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sbg makhluk hidup yang fana, manusia tak mampu mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan warganya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan warga belum terpikirkan pada masa ini.

Mengembangnya ilmu ilmu di masa zaman pencerahan (sekitar masa zaman ke-17 M), ikut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan warga, ciri-ciri ilmiah mulai terlihat pada masa zaman ini. Para berbakat di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan warga mesti berpedoman pada daya pikir budi manusia.

Pengaruh perubahan yang terjadi pada masa zaman pencerahan

Perubahan-perubahan besar di masa zaman pencerahan, terus mengembang secara revolusioner sapanjang masa zaman ke-18 M. Dengan cepat susunan warga lama berubah dengan susunan yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam warga.

Gejolak masa zaman revolusi

Perubahan yang terjadi dampak revolusi benar-benar mencengangkan. Susunan warga yang sudah berlanjut ratusan tahun rusak. Bangsawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, sekarang mesti memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.

Revolusi Perancis sukses mengubah susunan warga feodal ke warga yang lepas

Gejolak masa zaman revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan warga mesti mampu dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan warga yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu mampu dicegah sekiranya perubahan warga sudah diantisipasi secara dini.

Perubahan drastis yang terjadi semasa masa zaman revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam warga. Artinya :

  • Perubahan warga bukan yaitu nasib yang mesti diterima begitu saja, melainkan mampu dikenal penyebab dan pengahabisan suatu peristiwanya.
  • Mesti dicari cara ilmiah yang jelas supaya mampu menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam warga dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk daya pikir.
  • Dengan cara ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan warga sudah mampu diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah mampu dicegah.

Lahir sosiologi modern

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene yaitu tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).

Pada permulaan masa zaman ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu mempunyai dampak pesatnya pertumbuhan warga, munculnya kota-kota industri baru, lebihnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar warga pun tak terelakkan.

Perubahan warga itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi warga pada kala itu. Karenanya lahirlah sosiologi modern.

Berkebalikan dengan argumen sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan warga mampu dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu mampu ditarik kesimpulan perubahan warga secara menyeluruh. Sejak kala itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.

Pustaka

  1. ^ William D Perdue. 1986. Sociological Theory: Explanation, Paradigm, and Ideology. Palo Alto, CA: Mayfield Publishing Company. Hlm. 20
  2. ^ Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Hlm. 5
  3. ^ James. M. Henslin, 2002. Essential of Sociology: A Down to Earth Approach Fourth Edition. Boston: Allyn and Bacon. Hlm 10
  4. ^ Pitirim Sorokin. 1928. Contemporary Sociological Theories. New York: Harper. Hlm. 25
  5. ^ Randall Collins. 1974. Conflict Sociology: Toward an Explanatory Science. New York: Academic Press. Hlm. 19
  6. ^ George Ritzer. 1992. Sociological Theory. New York: Mc Graw-Hill. Hlm. 28

  • (Indonesia) Sosiologi: KBBI. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2002
  • Andrey Korotayev, Artemy Malkov, and Daria Khaltourina, Introduction to Social Macrodynamics, Moscow: URSS, 2006. ISBN 5-484-00414-4 [1].

Lihat juga

  • Warga
  • Organisasi
  • Kebudayaan
  • Asimilasi
  • Konflik
  • perubahan sosial

Baca lebih lanjut

  • Aby, Stephen H. Sociology: A Guide to Reference and Information Sources, 3rd edn. Littleton, Colorado, Libraries Unlimited Inc., 2005, ISBN 1-56308-947-5 . OCLC 57475961. 
  • Babbie, Earl R... 2003. The Practice of Social Research, 10th edition. Wadsworth, Thomson Learning Inc., ISBN 0-534-62029-9 . OCLC 51917727. 
  • Collins, Randall. 1994. Four Sociological Traditions. Oxford, Oxford University Press ISBN 0-19-508208-7 . OCLC 28411490. 
  • Coser, Lewis A., Masters of Sociological Thought : Ideas in Historical and Social Context, New York, Harcourt Brace Jovanovich, 1971. ISBN 0-15-555128-0.
  • Giddens, Anthony. 2006. Sociology (5th edition), Polity, Cambridge. ISBN 0-7456-3378-1 . OCLC 63186308. 
  • Landis, Judson R (1989). Sociology: Concepts and Characteristics (7th ed.). Belmont, California: Wadsworth. ISBN 0-534-10158-5 
  • Macionis, John J (1991). Sociology (3rd ed.). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. ISBN 0-13-820358-X 
  • Merton, Robert K... 1959. Social Theory and Social Structure. Toward the codification of theory and research, Glencoe: Ill. (Revised and enlarged edition) . OCLC 4536864. 
  • Mills, C. Wright, The Sociological Imagination,1959. OCLC 165883. 
  • C. Wright Mills, Intellectual Craftsmanship Advices how to Work for young Sociologist
  • Mitchell, Geoffrey Duncan (2007, originally published in 1968). A Hundred Years of Sociology: A Concise History of the Major Figures, Ideas, and Schools of Sociological Thought. New Brunswick, New Jersey: Transaction Publishers. ISBN 978-0-202-36168-0. OCLC 145146341. 
  • Nisbet, Robert A. 1967. The Sociological Tradition, London, Heinemann Educational Books. ISBN 1-56000-667-6 . OCLC 26934810. 
  • Ritzer, George and Douglas J. Goodman. 2004. Sociological Theory, Sixth Edition. McGraw Hill. ISBN 0-07-281718-6 . OCLC 52240022. 
  • Scott, John & Marshall, Gordon (eds) A Dictionary of Sociology (3rd Ed). Oxford University Press, 2005, ISBN 0-19-860986-8, . OCLC 60370982. 
  • Wallace, Ruth A. & Alison Wolf. 1995. Contemporary Sociological Theory: Continuing the Classical Tradition, 4th ed., Prentice-Hall. ISBN 0-13-036245-X . OCLC 31604842. 
  • White, Harrison C... 2008. Identity and Control. How Social Formations Emerge. (2nd ed., Completely rev. ed.) Princeton, Princeton University Press. ISBN 978-0-691-13714-8 . OCLC 174138884. 
  • Willis, Evan. 1996. The Sociological Quest: An introduction to the study of social life, New Brunswick, New Jersey, Rutgers University Press. ISBN 0-8135-2367-2 . OCLC 34633406. 

Tautan Luar

Asosiasi Profesional

  • African Sociological Association (AfSA)
  • American Sociological Association (ASA)
  • Association for Humanist Sociology (AHS)
  • Australian Sociological Association (TASA)
  • Bangladesh Sociological Society (BSS)
  • British Sociological Association (BSA)
  • Canadian Sociological Association (CSA)
  • Canadian Association of French-speaking Sociologists and Anthropologists
  • European Sociological Association (ESA)
  • French Sociological Association
  • German Sociological Association (DGS)
  • Indian Sociological Society (ISS)
  • International Institute of Sociology (IIS)
  • International Sociological Association (ISA)
  • Latin American Sociological Association (ALAS)
  • Portuguese Sociological Association (APS)
  • Sociological Association of Ireland (SAI)
  • South African Sociological Association (SASA)


edunitas.com

Page 22

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berfaedah kawan, kenalan sedangkan Logos berfaedah ilmu ilmu. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak ruang lingkup tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sbg ilmu ilmu tentang warga.

Warga adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kebutuhan bersama, dan memiliki aturan sejak dahulu kala istiadat. Sosiologi ingin mempelajari warga, perilaku warga, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kumpulan yang dibangunnya. Sbg sebuah ilmu, sosiologi merupakan ilmu kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Kumpulan tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan beragam organisasi politik, ekonomi, sosial.

Sejarah istilah sosiologi

  • 1842: Istilah Sosiologi sbg cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sbg Bapak Sosiologi. Sosiologi sbg ilmu yang mempelajari tentang warga lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada masa zaman ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya mendirikan suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki warga pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan sela sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar benarnya warga dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan warga dalam guna pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh warga luas, terlihat dari tampilnya sebanyak ilmuwan akbar di bagian sosiologi. Mereka diantaranya Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing bermanfaat akbar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari warga yang amat bermanfaat untuk perkembangan Sosiologi.
  • Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — sukses melembagakan Sosiologi sbg disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi beragam elemen sosial sbg pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
  • 1876: Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami warga seperti tubuh manusia, sbg suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
  • Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan warga.
  • Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, keyakinan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.
  • Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.

Pokok bahasan sosiologi

Pokok bahasan sosiologi benar empat: 1. Fakta sosial sbg cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang benar di luar individu dan mempunyai daya memaksa dan mengendalikan individu tersebut.

Contoh, di sekolah seorang murid diwajibkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah perhitungan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut dapat dilihat dan diteliti benarnya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang benar di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).

2. Tindakan sosial sbg tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.

Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.

3. Khayalan sosiologis sbg cara untuk memahami apa yang terjadi di warga maupun yang benar dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah warga, riwayat hidup pribadi, dan hubungan sela keduanya. Alat untuk memainkan khayalan sosiologis adalah permasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu merupakan hal yang benar di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.

Contoh, jika suatu kawasan hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah masalah. Masalah individual ini pemecahannya dapat lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut benar 12 juta warga yang menganggur dari 18 juta jiwa yang benar, maka pengangguran tersebut merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian semakin luas lagi.

4. Realitas sosial adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan memainkan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi

Sosiologi merupakan salah satu bagian ilmu sosial yang mempelajari warga. Sosiologi sbg ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu ilmu. Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sbg ilmu mempunyai ciri-ciri, sbg berikut.[1]

  • Empiris, yaitu didasarkan pada observasi (pengamatan) dan daya pikir sehat yang hasilnya tak bersifat spekulasi (menduga-duga).
  • Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan mempunyai tujuan menjalankan hubungan sebab dampak sehingga menjadi teori.
  • Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah benar, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
  • Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tak mempersoalkan patut atau buruk masalah tersebut, tetapi semakin mempunyai tujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.

Hakikat sosiologi sbg ilmu ilmu sbg berikut.[2]

  • Sosiologi adalah ilmu sosial, bukan ilmu ilmu dunia atau ilmu pasti (eksakta) karena yang dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.
  • Sosiologi termasuk disiplin ilmu kategori, bukan merupakan disiplin ilmu normatif karena sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi.
  • Sosiologi termasuk ilmu ilmu murni (pure science) dan dalam perkembangannya sosiologi menjadi ilmu ilmu terapan (applied science).
  • Sosiologi merupakan ilmu ilmu niskala dan bukan ilmu ilmu konkret. Gunanya yang menjadi perhatian adalah bangun dan pola peristiwa dalam warga secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
  • Sosiologi mempunyai tujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bangun, pokok, dan susunan warga manusia.
  • Sosiologi merupakan ilmu ilmu yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut cara yang dipakai.
  • Sosiologi merupakan ilmu ilmu umum, gunanya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang benar pada interaksi sela manusia.

Kegunaan Sosiologi

Kegunaan Sosiologi dalam masyarakat,antara lain:

Sosiologi bermanfaat untuk memberikan data-data sosial yang diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembangunan

Tanpa penelitian dan penyelidikan sosiologis tak akan diperoleh perencanaan sosial yang efektif atau pemecahan masalah-masalah sosial dengan patut

Objek Sosiologi

Sosiologi sbg ilmu ilmu mempunyai beberapa objek.[3]

Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan ronde hubungan sela manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.

Objek formal sosiologi semakin ditekankan pada manusia sbg makhluk sosial atau warga. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia sela manusia serta ronde yang timbul dari hubungan manusia di dalam warga.

  • Objek aturan sejak dahulu kala istiadat

Objek aturan sejak dahulu kala istiadat salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain.

Pengaruh dari objek dari agama ini dapat menjadi pemicu dalam hubungan sosial warga, dan banyak juga hal-hal ataupun dampak yang memengaruhi hubungan manusia.

Ruang Lingkup Kajian Sosiologi

Sbg ilmu ilmu, sosiologi mengkaji semakin mendalam pada bagiannya dengan cara bervariasi.[4] Misalnya seorang sosiolog mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia saat ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Nyaris semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota patut individu ataupun kumpulan, merupakan ruang kajian yang cocok untuk sosiologi, asalkan menggunakan cara ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi semakin luas dari ilmu sosial lainnya.[5] Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlanjut sela individu dengan individu, individu dengan kumpulan, serta kumpulan dengan kumpulan di bagian yang terkait warga. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya sela lain:[6]

  • Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;
  • Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya;
  • Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sbgnya.

Sosiologi menggabungkan data dari beragam ilmu ilmu sbg dasar penelitiannya. Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan peristiwa sejarah, sepanjang peristiwa itu memberikan keterangan beserta uraian ronde berlanjutnya hidup kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kumpulan manusia. Sbg contoh, riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan latar belakangan terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara di masa yang akan datang. Sosiologi mempertumbuhkan semua bagian yang terkait dan kebiasaan manusia, sepanjang kenyataan yang benar dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi pengalaman yang dirasakan manusia, serta ronde dalam kumpulannya. Selama kumpulan itu benar, maka selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat kumpulan tersebut. Semua faktor tersebut dapat memengaruhi hubungan sela manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.

Perkembangan sosiologi dari masa zaman ke masa zaman

Perkembangan pada masa zaman pencerahan

Banyak ilmuwan-ilmuwan akbar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa benar yang dapat mencegah, warga mengalami perkembangan dan kemunduran.

Argumen itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di masa zaman pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sbg makhluk hidup yang fana, manusia tak dapat mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan warganya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan warga belum terpikirkan pada masa ini.

Mengembangnya ilmu ilmu di masa zaman pencerahan (sekitar masa zaman ke-17 M), ikut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan warga, ciri-ciri ilmiah mulai terlihat pada masa zaman ini. Para berbakat di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan warga harus berpedoman pada budaya manusia.

Pengaruh perubahan yang terjadi pada masa zaman pencerahan

Perubahan-perubahan akbar di masa zaman pencerahan, terus mengembang secara revolusioner sapanjang masa zaman ke-18 M. Dengan cepat susunan warga lama berubah dengan susunan yang semakin baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam warga.

Gejolak masa zaman revolusi

Perubahan yang terjadi dampak revolusi benar-benar mencengangkan. Susunan warga yang sudah berlanjut ratusan tahun rusak. Bangsawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan akbar di Eropa yang jatuh dan terpecah.

Revolusi Perancis sukses mengubah susunan warga feodal ke warga yang lepas

Gejolak masa zaman revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan warga harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan warga yang akbar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan warga sudah diantisipasi secara dini.

Perubahan drastis yang terjadi semasa masa zaman revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan akbar dalam warga. Artinya :

  • Perubahan warga bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat dikenal penyebab dan pengahabisan suatu peristiwanya.
  • Harus dicari cara ilmiah yang jelas supaya dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam warga dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk daya pikir.
  • Dengan cara ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan warga sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

Lahir sosiologi modern

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).

Pada permulaan masa zaman ke-20, gelombang akbar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan warga, munculnya kota-kota industri baru, semakinnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan akbar warga pun tak terelakkan.

Perubahan warga itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi warga pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.

Berkebalikan dengan argumen sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan warga dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan warga secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.

Referensi

  1. ^ William D Perdue. 1986. Sociological Theory: Explanation, Paradigm, and Ideology. Palo Alto, CA: Mayfield Publishing Company. Hlm. 20
  2. ^ Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Hlm. 5
  3. ^ James. M. Henslin, 2002. Essential of Sociology: A Down to Earth Approach Fourth Edition. Boston: Allyn and Bacon. Hlm 10
  4. ^ Pitirim Sorokin. 1928. Contemporary Sociological Theories. New York: Harper. Hlm. 25
  5. ^ Randall Collins. 1974. Conflict Sociology: Toward an Explanatory Science. New York: Academic Press. Hlm. 19
  6. ^ George Ritzer. 1992. Sociological Theory. New York: Mc Graw-Hill. Hlm. 28

  • (Indonesia) Sosiologi: KBBI. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2002
  • Andrey Korotayev, Artemy Malkov, and Daria Khaltourina, Introduction to Social Macrodynamics, Moscow: URSS, 2006. ISBN 5-484-00414-4 [1].

Lihat juga

  • Warga
  • Organisasi
  • Kebudayaan
  • Asimilasi
  • Konflik
  • perubahan sosial

Baca semakin lanjut

  • Aby, Stephen H. Sociology: A Guide to Reference and Information Sources, 3rd edn. Littleton, Colorado, Libraries Unlimited Inc., 2005, ISBN 1-56308-947-5 . OCLC 57475961. 
  • Babbie, Earl R... 2003. The Practice of Social Research, 10th edition. Wadsworth, Thomson Learning Inc., ISBN 0-534-62029-9 . OCLC 51917727. 
  • Collins, Randall. 1994. Four Sociological Traditions. Oxford, Oxford University Press ISBN 0-19-508208-7 . OCLC 28411490. 
  • Coser, Lewis A., Masters of Sociological Thought : Ideas in Historical and Social Context, New York, Harcourt Brace Jovanovich, 1971. ISBN 0-15-555128-0.
  • Giddens, Anthony. 2006. Sociology (5th edition), Polity, Cambridge. ISBN 0-7456-3378-1 . OCLC 63186308. 
  • Landis, Judson R (1989). Sociology: Concepts and Characteristics (7th ed.). Belmont, California: Wadsworth. ISBN 0-534-10158-5 
  • Macionis, John J (1991). Sociology (3rd ed.). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. ISBN 0-13-820358-X 
  • Merton, Robert K... 1959. Social Theory and Social Structure. Toward the codification of theory and research, Glencoe: Ill. (Revised and enlarged edition) . OCLC 4536864. 
  • Mills, C. Wright, The Sociological Imagination,1959. OCLC 165883. 
  • C. Wright Mills, Intellectual Craftsmanship Advices how to Work for young Sociologist
  • Mitchell, Geoffrey Duncan (2007, originally published in 1968). A Hundred Years of Sociology: A Concise History of the Major Figures, Ideas, and Schools of Sociological Thought. New Brunswick, New Jersey: Transaction Publishers. ISBN 978-0-202-36168-0. OCLC 145146341. 
  • Nisbet, Robert A. 1967. The Sociological Tradition, London, Heinemann Educational Books. ISBN 1-56000-667-6 . OCLC 26934810. 
  • Ritzer, George and Douglas J. Goodman. 2004. Sociological Theory, Sixth Edition. McGraw Hill. ISBN 0-07-281718-6 . OCLC 52240022. 
  • Scott, John & Marshall, Gordon (eds) A Dictionary of Sociology (3rd Ed). Oxford University Press, 2005, ISBN 0-19-860986-8, . OCLC 60370982. 
  • Wallace, Ruth A. & Alison Wolf. 1995. Contemporary Sociological Theory: Continuing the Classical Tradition, 4th ed., Prentice-Hall. ISBN 0-13-036245-X . OCLC 31604842. 
  • White, Harrison C... 2008. Identity and Control. How Social Formations Emerge. (2nd ed., Completely rev. ed.) Princeton, Princeton University Press. ISBN 978-0-691-13714-8 . OCLC 174138884. 
  • Willis, Evan. 1996. The Sociological Quest: An introduction to the study of social life, New Brunswick, New Jersey, Rutgers University Press. ISBN 0-8135-2367-2 . OCLC 34633406. 

Tautan Luar

Asosiasi Profesional

  • African Sociological Association (AfSA)
  • American Sociological Association (ASA)
  • Association for Humanist Sociology (AHS)
  • Australian Sociological Association (TASA)
  • Bangladesh Sociological Society (BSS)
  • British Sociological Association (BSA)
  • Canadian Sociological Association (CSA)
  • Canadian Association of French-speaking Sociologists and Anthropologists
  • European Sociological Association (ESA)
  • French Sociological Association
  • German Sociological Association (DGS)
  • Indian Sociological Society (ISS)
  • International Institute of Sociology (IIS)
  • International Sociological Association (ISA)
  • Latin American Sociological Association (ALAS)
  • Portuguese Sociological Association (APS)
  • Sociological Association of Ireland (SAI)
  • South African Sociological Association (SASA)


edunitas.com

Page 23

Tags (tagged): socio technology, unkris, baru berusaha, melihat, pengaruh evolusi teknologi, pembagian aristotelian, dalam, disiplin ilmu contohnya, sosio teknologi, kira, kira lahir dalam, lingkungan, sering, menimbulkan, pertanyaan pertanyaan, center, of studies, khusus, negara negara berkembang, seperti indonesia, socio, technology

Page 24

Tags (tagged): sosus, unkris, sepanjang, samudra atlantik, utara, dekat greenland islandia, agar mereka, disergap, sebelah barat lokasi, lain, winter, 25, vol 7 no, 2 article, by, edward c whitman, the, from, joe, worzel to lamont, doherty earth, observatory, center of studies, of american, scientists, intelligence resource program, edunitas sosus

Page 25

Tags (tagged): sosus, unkris, sepanjang, samudra atlantik, utara, dekat greenland islandia, agar mereka, disergap, sebelah barat lokasi, lain, winter, 25, vol 7 no, 2 article, by, edward c whitman, the, from, joe, worzel to lamont, doherty earth, observatory, center of studies, of american, scientists, intelligence resource program, edunitas sosus

Page 26

Tags (tagged): sosus, unkris, sepanjang, samudra atlantik, utara, dekat greenland islandia, agar mereka, disergap, sebelah barat lokasi, lain, winter, 25, vol 7 no, 2 article, by, edward c whitman, the, from, joe, worzel to lamont, doherty earth, observatory, pusat ilmu pengetahuan, of american, scientists, intelligence resource program, edunitas sosus

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA