Sikap yang mencerminkan pengalaman dari firman Allah surat AN Nisa ayat 8 adalah

Berbuat Baik

Dalam ajaran Islam, kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada seluruh makhluk Allah swt, termasuk di dalamnya sesama manusia baik yang muslim maupun non-muslim, tanpa perbedaan dan diskriminasi. Tidak ada larangan bagi umat Islam untuk berbuat baik kepada non-muslim selama mereka tidak mengajak kepada penyimpangan dan kemaksiatan atau hal-hal yang dapat merusak akidah.

Dalam konteks bermasyarakat, Al-Qur’an bahkan memerintahkan umat Islam agar senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi di antara umat beragama guna menciptakan lingkungan yang aman, tentram, damai, dan bebas dari tindakan diskriminasi. Sebab dengan itu, masing-masing pemeluk agama akan mampu menjalankan ajaran-ajaran agamanya secara sempurna.

Adanya perbedaan agama, pendapat, visi, dan misi hidup bukan berarti harus ada pertikaian dan pertentangan. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang tak mungkin dihindari, karena itulah ia mesti dihadapi dengan bijaksana. Keragaman manusia merupakan sunatullah yang telah ditetapkan dan kita (manusia) hanya bertugas untuk menjaga persatuan-kesatuan agar keragaman itu tidak menjadi polemik berkepanjangan.

Baca Juga: Dia yang Berlaku Baik Kepadamu, Lebih Baiklah Kepadanya! Pesan Surat An-Nisa Ayat 86

Umat Islam sebagai agen ajaran Islam seyogyanya menampilkan nilai-nilai kedamaian, toleran dan kebaikan. Misalnya, berbuat baik kepada non-muslim sebagai sesama manusia selama itu tidak membuat mereka melenceng dari nilai-nilai substansial ajaran Islam. Selain itu, perilaku dan perbuatan baik juga merupakan bagian dakwah bil hal yang dapat memupuk simpati orang lain terhadap Islam.

Tafsir Surat Al-Mumtahanah [60] Ayat 8-9: Kebolehan Berbuat Baik Kepada Non-Muslim

Salah satu ayat Al-Qur’an yang mengindikasikan kebolehan umat Islam untuk berbuat baik kepada non-muslim adalah surat al-Mumtahanah [60] ayat 8-9 yang berbunyi:

لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ ٨ اِنَّمَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْا عَلٰٓى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْۚ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ ٩

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. al-Mumtahanah [60] ayat 8-9)

Menurut Ibnu Katsir, ayat ini merupakan informasi kebolehan untuk berbuat baik kepada pemeluk agama lain, bahwa Allah swt tidak melarang umat Islam berbuat baik kepada non-muslim yang tidak memerangi mereka, seperti berbuat baik kepada wanita dan orang yang lemah di antara mereka. Hendaklah manusia berbuat baik dan adil, karena Allah menyukai orang yang berbuat adil (Tafsir Al-Quran Al-Azhim [7]: 247).

Menurut Quraish Shihab, boleh jadi perintah sebelumnya agar memusuhi kaum kafir yang memerangi umat Islam memberi kesan bahwa semua non-muslim harus dimusuhi tanpa terkecuali. Untuk menampik kesimpulan keliru ini (melalui kata lafaz la yanhakumullah), surat al-Mumtahanah [60] ayat 8-9 datang dengan membawa prinsip dasar hubungan interaksi antara kaum Muslimin dan non-muslim.

Pada ayat ini Allah swt seakan-akan berfirman, “Allah yang memerintahkan kamu bersikap tegas terhadap orang kafir, namun Dia tidak melarang kamu menjalin hubungan dan berbuat baik terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negeri kamu. Allah tidak melarang kamu berbuat baik dalam bentuk apapun bagi mereka dan tidak juga melarang kamu berlaku adil kepada mereka.”

“Kalau demikian, jika dalam interaksi sosial mereka (non-muslim) berada di pihak yang benar, sedang salah seorang dari kamu (umat Islam) berada di pihak yang salah, maka kamu harus membela dan memenangkan mereka (non-muslim) sebagai bentuk penegakan keadilan di muka bumi sebagaimana yang telah Allah perintahkan. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Tafsir Al-Misbah [14]: 168).

“Allah hanya melarang kamu menyangkut orang-orang yang memerangi kamu dalam agama dan mengusir kamu dari negeri kamu dan membantu orang lain dalam pengusiran kamu. Dia juga melarang kamu untuk menjadikan mereka teman-teman akrab, tempat menyimpan rahasia dan penolong-penolong yang kamu andalkan. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan dan tidak mematuhi perintah Allah ini, mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Ayat ini sebenarnya ingin menjelaskan secara rinci bahwa umat Islam tidak dilarang berbuat baik kepada non-muslim yang tidak memerangi mereka atau non-muslim yang ingin hidup dengan damai seperti di Indonesia. Quraish Shihab menegaskan perang yang dimaksud ayat ini adalah perang dalam agama, bukan perang yang disebabkan oleh kepentingan duniawi seperti perebutan sumber daya dan sebagainya.

Baca Juga: Ingin Dikenang Baik di Dunia dan Akhirat? Amalkan Doa Nabi Ibrahim Ini!

Kata tabarruhum pada surat al-Mumtahanah [60] ayat 8-9 terambil dari kata birr yang bermakna kebajikan yang luas. Penggunaan kata tersebut mencerminkan kebolehan melakukan aneka kebaikan bagi non-muslim selama tidak membawa dampak negatif bagi umat Islam. Dengan demikian, tidak ada batasan berinteraksi dan berbuat baik kepada non-muslim selain persoalan akidah dan aspek kepentingan umat Islam (Tafsir Al-Misbah [14]: 168).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa surat al-Mumtahanah [60] ayat 8-9 menginformasikan kepada umat Islam – terutama mereka yang memilik perspektif negatif terhadap semua pemeluk agama lain – bahwa mereka tidak dilarang untuk berbuat baik kepada non-muslim dalam selama itu tidak merusak akidah dan dapat membahayakan umat Islam. Non-muslim juga berhak diperlakukan secara adil sebagaimana umat Islam. Wallahu a’lam.

Jakarta -

Surat Al Maidah adalah surat yang ke-5 dalam susunan mushaf Al Quran dan tergolong dalam surat Madaniyah. Pasalnya, buku Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur Jilid 1 dari Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy menyebutkan, semua ayat yang diturunkan sesudah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah dianggap sebagai surat Madaniyah, meskipun lokasi turunnya di Mekah.

Menurut hitungan ulama Kuffah, surat Al Maidah terdiri dari 120 ayat. Salah satu ayatnyam yakni surah Al Maidah ayat 8 berisi tentang perintah Allah SWT kepada orang-orang yang beriman untuk berlaku adil.

Berikut bacaan lengkap surat Al Maidah ayat 8 beserta latin dan artinya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Bacaan latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ kụnụ qawwāmīna lillāhi syuhadā`a bil-qisṭi wa lā yajrimannakum syana`ānu qaumin 'alā allā ta'dilụ, i'dilụ, huwa aqrabu lit-taqwā wattaqullāh, innallāha khabīrum bimā ta'malụn

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Berdasarkan penjelasan dari tafsir Al Quran Kementerian Agama (Kemenag), ayat di atas merupakan perintah Allah SWT kepada orang mukmin agar melaksanakan segala urusan dengan cermat, jujur, dan ikhlas. Baik untuk urusan duniawi maupun urusan agama.

Terdapat tiga poin utama yang menjadikan umat muslim harus berlaku adil dalam surat Al Maidah ayat 8 ini. Rangkuman poin-poinnya adalah sebagai berikut,

  1. Sikap jujur dan adil menjadi salah satu kunci sukses dan memperoleh hasil yang diharapkan
  2. Berlaku adil karena dalam segala hal untuk mencapai ketenteraman, kemakmuran dan kebahagiaan dunia dan akhirat
  3. Berlaku adil sebagai wujud jalan terdekat untuk mencapai tujuan bertakwa kepada Allah SWT. Orang-orang bertakwa inilah yang dijanjikan Allah SWT berupa ampunan dan pahala yang besar di akhir ayat 8

Konsep berlaku adil secara konkrit juga telah diungkapkan dalam ayat ini. Terutama konsep berlaku adil dalam memberikan persaksian. Dijelaskan bahwa kebencian pada suatu kelompok atau seseorang tidak boleh menjadi landasan untuk memberi kesaksian yang tidak adil dan tidak jujur.

"Dalam persaksian, mereka harus adil menerangkan apa yang sebenarnya, tanpa memandang siapa orangnya, sekalipun akan menguntungkan lawan dan merugikan sahabat dan kerabat," tulis Kemenag.

Konsep berlaku adil dalam persaksian juga dijelaskan dalam surat An Nisa ayat 135 yang berbunyi,

۞ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰ أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ ۚ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَىٰ بِهِمَا ۖ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَىٰ أَنْ تَعْدِلُوا ۚ وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا

Bacaan latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ kụnụ qawwāmīna bil-qisṭi syuhadā`a lillāhi walau 'alā anfusikum awil-wālidaini wal-aqrabīn, iy yakun ganiyyan au faqīran fallāhu aulā bihimā, fa lā tattabi'ul-hawā an ta'dilụ, wa in talwū au tu'riḍụ fa innallāha kāna bimā ta'malụna khabīrā

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan."

Keduanya sama-sama menerangkan tentang seseorang yang berlaku adil dan jujur dalam persaksian. Namun, yang membedakan, surat An Nisa ini lebih cenderung menjelaskan kewajiban berlaku adil dan jujur kepada kerabat terdekat. Meskipun harus merugikan diri sendiri, ibu, bapak dan kerabat.

Berbeda dengan surat Al Maidah ayat 8 yang berisi tentang perintah Allah SWT kepada orang-orang yang beriman untuk berlaku adil sekalipun kepada lawan atau musuh.

Simak Video "KuTips: Tips Betah Baca Al-Qur'an Biar Khatam Pas Ramadan!"



(rah/row)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA