Sejauh mana fungsi PERKEBUNAN dalam upaya meningkatkan devisa negara dan kesejahteraan masyarakat

Sebagai negara yang bercorak agraris; bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, sebagai karunia dan amanat Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan potensi yang sangat besar untuk pengembangan perkebunan dalam rangka mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, perkebunan harus diselenggarakan berdasarkan atas asas manfaat dan berkelanjutan, keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan, serta berkeadilan.

Mentan SYL ingin pembangunan perkebunan dari hulu hingga hilir.

Selasa , 05 Nov 2019, 08:28 WIB

kementan

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam pertemuannya dengan jajaran Direktorat Jenderal (Ditjen), Senin (4/11).

Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan perkebunan merupakan subsektor yang paling menjanjikan untuk peningkatan devisa dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Badan pusat Statistika (BPS) mencatat kontribusi sektor perkebunan  terhadap perekonomian nasional  tahun 2018 naik 22,48 persen dibandingkan dengan kontribusi ditahun 2014.

Sedangkan PDB perkebunan 2014 – 2018 sebesar Rp 2.192,9 triliun. Angka sementara, PDB sektor pertanian pada triwulan satu tahun 2019 mencapai Rp 3,7 triliun dimana tanaman perkebunan menyumbang Rp 106,95 miliar. Karena itu, Kementan mendorong masuknya investsi dan peningkatan produksi melalui inovasi teknologi dan penyediaan bibit unggulan serta  berupaya meningkatkan ekspor komoditas perkebunan.

Sektor perkebunan di Indonesia sebenarnya hal yang menjanjikan bagi saya. Negara ini memiliki kemampuan dan kekayaan bagi rakyat yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan devisa bagi negeri ini,” ucap  Syahrul dalam pertemuannya dengan jajaran Direktorat Jenderal (Ditjen), Senin (4/11).

Baca Juga

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam pertemuannya dengan jajaran Direktorat Jenderal (Ditjen), Senin (4/11).

Menurutnya, saat ini perlu ada daerah sentra-sentra produk komoditas perkebunan yang mencakup hulu sampai hillir. Dengan cashflow dan perencanaan yang baik, usaha di subsektor perkebunan akan berjalan dengan baik dan menguntungkan. Selain itu, sektor ini diharapkan dapat menarik investor sebanyak mungkin.

“Ujung dari sektor perkebunan adalah industri hilirnya karena nilainya akan jauh lebih tinggi dibandingkan jika hanya di hulu saja. Jadi memang harus  dihitung sampai kepasarnya, karena pada saat kita tidak menghitung pasar dan industrinya, di sana biasanya terjadi kegagalan,” ujar Syahrul.

Syahrul menekankan saat ini perlu inovasi dalam pemikiran dan aplikasi program-program perkebunan. Penerapan ilmu dan teknologi baru menjadi penting pemanfaatan teknologi informasi, aplikasi android, digitalisasi, IoT dan hightbteach terus ditingkatkan.

Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono menjelaskan salah satu fokus kegiatan tahun 2020 – 2024  pada sektor perkebunan yakni membangun logistik benih perkebunan  dalam rangka peningkatan penyediaan benih berkualitas. Kegiatan ini guna meningkatkan produksi yang memiliki kualitas ekspor dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.

“Penyediaan benih ini kita wujudkan dengan membangun Kebun entres dan nursery.  Kedepan kebun bibit ini dibangun disetiap daerah sehingga daerah menghasilkan benih sendiri, tidak perlu didatangkan dari luar daerah,” kata dia.

  • kementan
  • sektor perkebunan
  • devisa negara

Konawe Selatan, Gatra.com - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan, peran penting komoditi pertanian khususnya perkebunan, terhadap perekonomian nasional. Pasalnya, selama ini ekspor perkebunan menyumbang devisa negara, salah satu yang terbesar dari produk perkebunan, baik yang masih berupa bahan baku maupun produk olahan. Selain itu, sebagai sumber mata pencaharian utama bagi petani dan penyedia lapangan pekerjaan di sektor hulu hingga hilir.

"Para gubernur, bupati, Kapolda, Pangdam tolong bantu pertanian karena dibutuhkan kekuatan khusus untuk menangani komoditas perkebunan. Lembaga riset juga harus kita optimalkan. Saya mau di setiap provinsi ada percontohan pengembangan kawasan pertanian dari hulu ke hilir," kata Syahrul dalam sambutan sekaligus membuka Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-39 yang dihelat di Puudambu, Kecamatan Angantan, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Sabtu (2/11).

Terlebih, kata Syahrul, Kementan memiliki lembaga riset di setiap provinsi. Ia mengingkan pemerintah daerah dan perguruan tinggi bekerja sama melalukan riset dan mengembangkan inovasi pertanian, agar memberikan nilai tambah dan kemajuan pertanian serta dapat menyejahterakan petani.  

Di sisi lain, Syahrul menegaskan pentingnya menjunjung tinggi pada tradisi dan nilai-nilai luhur dalam proses pembangunan pertanian. Sebab, pertanian Indonesia selama ini telah memiliki tradisi dan nilai-nilai luhur yang lekat dengan alam yang harus dilestarikan. 

"Karena itu, kita menggunakan teknologi pertanian yang modern, seperti mekanisasi tapi tidak meninggalkan nilai kearifan lokal," ujarnya. 

Oleh karena itu, mantan Gubernur Sulawesi Selatan ini berharap agar pelaksanaan HPS tahun 2019 ini dapat menumbuhkan kesadaran seluruh lapisan masyarakat terhadap potensi sumberdaya alam serta tantangan dalam mewujudkan ketahanan pangan. 

Selain itu, ia mengingatkan, agar ajang HPS juga dapat dimanfaatkan untuk mendorong dan menjaring investasi pertanian di dalam dan luar negeri. 

Senada dengan Mentan, Gubernur Sulawesi tenggara, Ali Mazi menyatakan, Peringatan HPS ke 39 ini harus dapat memperkuat kerja sama dan membangun koordinasi fungsional dengan melibatkan seluruh komponen pemerintah dan elemen masyarakat untuk menjaga kedaulatan pangan. Dengan demikian, semua pihak dapat berpartisipasi aktif dalam membangun kemandirian dan ketahanan pangan di tengah ancaman krisis pangan dunia. 

"Potensi pangan di Sulawesi Tenggara menjadi modal penting untuk memajukan daerah dan sekaligus memberikan kontribusi pangan secara nasional. Untuk itu, kami sangat membutuhkan dukungan dari Kementan dan kementerian terkait agar menempatkan program-program strategis nasional sehingga dapat memberikan nilai tambah dan meningkat perekonomian masyarakat," ujarnya.

Di tempat yang sama, Direktur Jenderal FAO, Stephen Rudgard, mengapresiasi semangat pemerintah Indonesia melalui Kementan telah mengetahui langkah-langkah yang harus diambil untuk meningkatkan mata pencaharian petani kecil. Selain itu, langkah untuk memperkuat ketahanan mereka terhadap guncangan atau bencana dan perbaikan akses terhadap kredit usaha pertanian akan mendorong kaum muda untuk tetap bertani.

"Perserikatan Bangsa-Bangsa meluncurkan Dekade Pertanian Keluarga pada Mei 2019, dan Indonesia telah menerima ajakan untuk bertindak terkait hal ini. Saya sangat senang melihat komitmen Bapak Menteri terhadap rencana nasional untuk memberdayakan keluarga petani guna menghadapi tantangan di masa depan," katnya. 

Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan perkebunan merupakan subsektor yang paling menjanjikan untuk peningkatan devisa dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Badan pusat Statistika (BPS) mencatat kontribusi sektor perkebunan terhadap perekonomian nasional? tahun lalu naik 22,48% dibandingkan dengan kontribusi di 2014. Sementara PDB perkebunan 2014?2018 sebesar Rp2.192,9 triliun.

Angka sementara, PDB sektor pertanian pada triwulan I 2019 mencapai Rp3,7 triliun, di mana tanaman perkebunan menyumbang Rp106,95 miliar.

Baca Juga: Ini Langkah Kementan untuk Swasembada Daging Sapi

"Karena itu, Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong masuknya investasi dan peningkatan produksi melalui inovasi teknologi dan penyediaan bibit unggulan serta berupaya meningkatkan ekspor komoditas perkebunan," tegas Syahrul dalam pertemuannya dengan jajaran Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan di Kantor Pusat Kementan, Senin (4/11/19) kemarin.

"Sektor perkebunan di Indonesia sebenarnya hal yang menjanjikan bagi saya. Negara ini memiliki kemampuan dan kekayaan bagi rakyat yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan devisa bagi negeri ini," tambahnya.

Menurutnya, saat ini perlu ada daerah sentra-sentra produk komoditas perkebunan, yang mencakup hulu sampai hillir. Dengan cashflow dan perencanaan yang baik, usaha di subsektor perkebunan akan berjalan dengan baik, menguntungkan, dan dapat menarik investor sebanyak mungkin karena investasi yang dikeluarkan cukup kecil dan memerlukan waktu yang tidak begitu lama untuk mendapatkan hasil.

"Ujung dari sektor perkebunan adalah industri hilirnya karena nilainya akan jauh lebih tinggi dibandingkan jika hanya di hulu saja. Jadi, memang harus dihitung sampai ke pasarnya karena saat kita tidak menghitung pasar dan industrinya, di sana biasanya terjadi kegagalan," jelas Syahrul.

Baca Juga: SYL Dukung Riset dan Pengembangan Komoditas Pertanian

Oleh karena itu, Syahrul menekankan, saat ini perlu inovasi dalam pemikiran dan aplikasi program-program perkebunan. Penerapan ilmu dan teknologi baru menjadi penting sehingga pemanfaatan teknologi informasi, aplikasi Android, digitalisasi, dan IoT terus ditingkatkan.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perkebunan Kasdi Subagyono menjelaskan, salah satu fokus kegiatan 2020?2024 pada sektor perkebunan, yakni Membangun Logistik Benih Perkebunan dalam rangka peningkatan penyediaan benih berkualitas. Kegiatan ini guna meningkatkan produksi yang memiliki kualitas ekspor dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.

"Penyediaan benih ini kita wujudkan dengan membangun kebun entres dan nursery. Ke depan kebun bibit ini dibangun di setiap daerah sehingga daerah menghasilkan benih sendiri, tidak perlu didatangkan dari luar daerah," jelasnya.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA