Sebutkan unsur-unsur untuk mengonstruksi artikel

Lihat Foto

shutterstock.com

Ilustrasi teks eksposisi

KOMPAS.com - Artikel merupakan salah satu jenis karya tulis. Teks artikel ada yang berisikan persuasi, dan ada pula yang berupa informasi tambahan untuk pembaca.

Teks artikel biasanya ditulis secara singkat, padat dan jelas agar pembaca lebih mudah mengerti. Tidak hanya itu, biasanya dalam artikel ada opini yang turut didukung dengan fakta.

Artikel bersifat faktual dan informatif, karena sesuai dengan fakta di lapangan serta untuk memberi informasi atau pengetahuan kepada pembaca.

Mengutip dari Buku Cepat Menguasai Soal Bahasa Indonesia SMA dan MA (2019) karya Tomi Rianto, teks artikel memiliki tiga struktur, yaitu:

  1. Tesis
    Tesis adalah gagasan utama dari permasalahan yang akan dibahas. Tesis berangkat dari fakta yang ada.
  2. Argumentasi
    Argumentasi adalah pendapat yang disampaikan penulis yang juga harus disesuaikan dengan fakta.
  3. Penegasan ulang
    Penegasan ulang adalah bentuk penjelasan ulang untuk memperkuat argumentasi yang dibuat penulis dan harus sesuai dengan fakta.

Bagaimana contoh teks artikel beserta strukturnya?

Contoh 1:

Pentingnya melakukan Peregangan Sebelum Olahraga

Peregangan sebelum berolahraga sangatlah penting. Tujuannya untuk menghindari cedera serius dan ketegangan pada tubuh.

Melakukan peregangan sebelum berolahraga memang memiliki banyak manfaat yang sangat baik untuk kesehatan tubuh. Para ahli menyarankan jika sebaiknya peregangan dilakukan saat pagi hari, tepatnya sebelum memulai aktivitas fisik.

Bentuk peregangan yang paling mudah dan menyehatkan adalah berlari. Para ahli mengatakan jika berlari membawa dampak positif bagi orang yang melakukannya. Berlari dapat melatih kekuatan dan kesehatan otot jantung.

Baca juga: Teks Artikel: Pengertian, Ciri-ciri, Jenis, Struktur, dan Kebahasaan

Bentuk peregangan mudah lainnya adalah dengan memutar kepala, tangan, pundak dan kaki searah jarum jam. Peregangan ini sangat mudah untuk dilakukan di mana saja tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk melakukannya.

Contoh bentuk peregangan lainnya adalah dengan melakukan squat. Squat dapat melatih banyak fungsi tubuh dalam satu gerakan serta melatih kekuatan sendi serta ligamen dalam tubuh.

Maka disarankan untuk tidak lupa melakukan peregangan sebelum berolahraga agar tubuh tetap sehat dan tidak mengalami cedera. 

Tesis: 

Dalam contoh di atas, tesis berada di paragraf pertama karena gagasan utama dari permasalahan yang dibahas adalah dampak negatif jika tidak melakukan peregangan. 

Argumentasi: 

Dalam contoh di atas, argumentasi berada di paragraf ketiga karena penulis menyampaikan pendapat jika berlari merupakan olahraga yang paling mudah dan menyehatkan. Pendapat dari penulis ini dibuktikan dengan perkataan dari para ahli.

Penegasan ulang: 

Dalam contoh di atas, penegasan ulang berada di paragraf terakhir karena penulis ingin mengingatkan agar pembaca melakukan pemanasan sebelum berolahraga.


Ilustrasi Cara Menulis Artikel

Cara menulis artikel akan menentukan bagaimana suatu tulisan akan disajikan. Tempo mengutamakan bukan saja topik laporan yang memang dibutuhkan pembaca, tapi juga tulisan yang penyajiannya selalu mengasyikkan karena itulah berlaku moto enak dibaca dan perlu. Tradisi itu terus dipertahankan.

Artikel ini akan membahas tujuh langkah cara menulis artikel. Mulai dari menemukan ide, menetapkan angle, hingga mempublikasikan. Tahap-tahap ini akan disarikan dalam artikel ini, belum mendalam, tapi semoga bisa membantu Anda yang ingin mempelajari cara menulis artikel dari Tempo.

Tujuh Langkah Cara Menulis Artikel:

  1. Menemukan ide
  2. Menetapkan angle
  3. Mengumpulkan bahan tulisan
  4. Kerangka tulisan
  5. Menulis
  6. Editing
  7. Publikasi

Menemukan Ide

Tanpa ide, menulis adalah pekerjaan yang mustahil; seseorang tak bakal kesulitan menggoreskan kata apa pun. Dan bila kata-kata absen, bisa ditebak bagaimana lanjutannya, kan? Novelis Ernest Hemingway menggambarkan situasi “selembar kertas kosong” itu sebagai keadaan paling menakutkan dalam pekerjaan menulis. Tapi bagaimana menemukan ide?
Ide bukanlah hal ruwet yang harus selalu dicari-cari. Sering ide datang sendirinya di sela aktivitas sehari-hari. Cata ide yang muncul, misalnya ketika kita berada dalam perjalanan, atau sedang bekerja, membaca, berbincang, menghadiri seminar, dan menonton. Entah menarik entah tidak, itu perkara nanti. Sering pula ide yang pertama kali muncul belum solid, berantakan dan tidak runtut. Tak mengapa, yang penting tulislah dulu.

Menetapkan Angle

Langkah selanjutnya adalah memilih satu saja aspek dari ide tersebut yang paling menarik dan paling penting. Inilah yang disebut angle, yaitu membidik suatu persoalan hanya dari satu sudut pandang. Angle harus jelas, jernih, dan tajam. Agar mudah, rumuskan angle dalam kalimat tanya. Gunakan unsur 5W+1H, yaitu who, what, when, where, why, dan how. Dan, supaya bisa merumuskan angle secara jitu, kita perlu memahami kompleksitas persoalan dan menguraikannya secara sistematis. Hal ini membutuhkan data awal yang kuat dan relatif lengkap.

Mengumpulkan Bahan Tulisan

Seberapa pun bagusnya, ide hanya akan menjadi pepesan kosong jika tak diikuti penggalian bahan atau reportase. Seorang wartawan, atau penulis bisa menggunakan tiga senjata untuk mengumpulkan bahan: riset, observasi dan wawancara. Di Tempo, ketiga alat ini sama pentingnya karena merupakan kesatuan yang saling melengkapi.

Kerangka tulisan

Kerangka tulisan atau outline tulisan akan membantu penulis atau wartawan dalam dua hal: memetakan kronologi peristiwa, data yang dibutuhkan, serta informasi utama lain (berupa kesan atas narasumber hingga referensi tertulis) dan mengalirkan cerita jurnalistiknya. Di tahap ini Anda dapat memberikan gambaran dengan angle apa tulisan bisa disusun, model lead (paragraf pertama) yang dirasa menarik, meletakan urutan peristiwa agar tak menimbulkan data yang bias, hingga menutupnya dengan kesimpulan yang menggigit.

Menulis

Tahap berikutnya adalah menuliskan semua bahan yang telah terkumpul, berdasarkan ide dan angle yang tajam. Tuliskan dengan bantuan kerangka yang telah dibuat agar tulisan tak melantur. Dalam tahap ini, penulis tak perlu terlalu memikirkan detail-detail kecil yang bisa mengganggu fokus penulis. Tuliskan saja, kesalahan-kesalahan kecil dan detail bisa diperbaiki di tahap berikutnya, yaitu editing atau penyuntingan. Tapi bukan berarti penulis berhak menulis dengan sembarangan.

Editing

Editing atau penyuntingan tak hanya bertujuan menajamkan isi berita dengan gaya bahasa tertentu, tapi juga membuat berita jadi menarik. Di Tempo tulisan harus memenuhi semua persyaratan, berisi, enak dibaca dan perlu, sesuai dengan aturan Tempo. Jika sudah selesai, tulisan harus diperiksa aspek kebahasaannya. Tak berhenti di situ, tulisan diuji kembali dalam proses proof reading untuk mengecilkan resiko kesalahan dalam tulisan.

Publikasi

Tahap terakhir adalah menyebarkan tulisanmu ke pembaca. Jangan malu untuk menyebarkan tulisanmu, mulai dari orang-orang di sekitar. Anda bisa mendapatkan masukan dan komentar dari orang-orang di sekitar, dengan begitu Anda bisa memperbaiki dan terus menulis lebih baik lagi. Sebarkan seluas-luasnya, agar gagasanmu atau informasi yang kamu sampaikan didengar banyak orang.

Tips menulis ini diadaptasi dari Buku Jurnalistik Dasar: Resep dari Dapur Tempo.

Baca juga kiat menulis lainnya dari Tempo Institute: Kiat-kiat Menulis dari Tempo Institute.

Tertarik belajar menulis lebih dalam? Anda dapat mengasah kemampuan menulis di #KelasTanpaBatas, kelas online dari Tempo Institute. Atau ikut belajar langsung di ruang redaksi Tempo. Informasi lengkapnya klik di sini: Program

Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri

Secara umum, unsur-unsur artikel adalah sebagai berikut.

  1. Pernyataan pendapat (tesis): berisi topik yang akan dikemukakan.
  2. Argumentasi:  berisi pendapat atau pandangan penulis terhadap masalah yang dikemukakan.
  3. Penegasan ulang pendapat (reiterasi): berisi penegasan kembali pendapat yang telah dikemukakan agar pembaca yakin dengan pandangan atau pendapat tersebut. 

Artikel adalah jenis tulisan yang berisi pendapat, gagasan, pikiran, hingga kritik terhadap suatu persoalan yang tengah berkembang di masyarakat dan biasanya ditulis menggunakan bahasa ilmiah populer (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 131). Artinya, apa itu artikel adalah tulisan yang berisi pendapat mengenai fakta, fenomena, data, hingga kejadian tertentu yang ditulis menggunakan bahasa ilmiah namun tetap ringkas dan ringan untuk dibaca di surat kabar, majalah, hingga media online.

Dalam perkembangannya, terdapat dua jenis artikel yang paling populer, yakni artikel opini, dan artikel fakta, atau campuran dari keduanya. Pada dasarnya, artikel merupakan genre teks eksposisi, dan seperti eksposisi yang lainnya, suatu argumen itu terbagi menjadi dua jenis, yakni: fakta, dan opini.

Untuk itu, sangatlah penting untuk menyadari perbedaan antara keduanya. Terkadang sangatlah mudah bagi seseorang terjerumus oleh opini yang sebetulnya tidak terbukti. Sementara itu, berbagai fakta yang disajikan justru tidak digubris dan ditelaah karena sudah terlanjur menyetujui opininya yang kebetulan sama dengan pendapat pribadi pembacanya. Di bawah ini adalah penjelasan mengenai perbedaan fakta dan opini.

Perbedaan Fakta dan Opini

Fakta adalah kenyataan atau peristiwa yang benar-benar ada atau terjadi dan telah dibuktikan oleh data yang konkret dan mencukupi. Fakta dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, atau berapa. Fakta bersifat objektif dan tidak dapat diada-ada, artinya hal ini merupakan kenyataan yang terjadi dan bukan hanya sekedar pendapat.

Fakta memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. merupakan suatu kebenaran umum;
  2. menyertakan bukti berupa data-data yang akurat;
  3. mengungkapkan peristiwa yang benar-benar terjadi.

Contoh fakta:

  1. Tasikmalaya adalah salah satu kota yang berada di Jawa Barat.
  2. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan secara kuartalan atau dibandingkan dengan kuartal IV/2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus 2,41 persen.
  3. Indeks kebahagiaan Kota Bandung pada tahun 2017 adalah sebesar 73,42 yang berarti sangat bahagia dan naik sebanyak 0,15 dari tahun sebelumnya berdasarkan survei yang dilaksanakan oleh BPS.

Sementara itu, opini merupakan pendapat, pemikiran, atau pendirian seseorang terhadap suatu hal. Biasanya, opini digunakan untuk menjawab bagaimana dan mengapa. Tentunya opini bersifat sangat subjektif dan bukan berdasarkan fakta. Namun beberapa opini juga biasa diperkuat oleh data atau fakta kalau memang tersedia bukti konkretnya.

Contoh opini:

  1. Pendidikan Indonesia rasanya belum mengalami pertumbuhan juga.
  2. Seharusnya Bandung dapat menjadi salah satu tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan asing.
  3. Majalengka tampaknya akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dengan didirikannya bandar udara internasional Kertajati.

Lalu seperti apa bentuk atau struktur dari teks yang berbentuk artikel? Di bawah ini adalah penjabarannya.

Struktur Artikel

Artikel kebanyakan disampaikan melalui opini yang diperkuat oleh fakta. Oleh karena itu, strukturnya akan banyak memuat unsur-unsur yang terdapat pada teks eksposisi. Struktur artikel setidaknya akan memuat beberapa bagian di bawah ini.

  1. Tesis
    Merupakan pendapat dan opini umum yang meliputi pengenalan isu, masalah, ataupun pandangan penulis secara umum mengenai topik yang akan dibahas dalam artikel.
  2. Rangkaian argumen
    Berupa sejumlah pendapat, opini, atau argumen penulis sebagai penjelasan atas tesis yang telah dikemukakan. Bagian ini juga biasanya diperkuat oleh fakta dan data yang digunakan untuk memvalidasi argumen.
  3. Penegasan ulang
    Merupakan perumusan kembali secara ringkas mengenai tesis dan fakta yang telah disampaikan. Bagian ini juga dapat memuat rekomendasi berupa solusi konkret dari penulis.

Biasanya suatu artikel akan memiliki banyak rangkaian argumen untuk memperkuat tesis atau pendapat umum dan opini yang disajikan. Rangkaian argumen tersebut berupa berbagai opini mendetail dan spesifik dari pendapat umum yang telah disampaikan. Rangkaian argumen tersebut juga penting untuk disusun sekoheren (seterhubung dan sepadu) mungkin sehingga tidak mengaburkan inti dari opini yang disampaikan.

Unsur Kebahasaan Artikel

Unsur kebahasaan yang terdapat dalam artikel dan karya ilmiah memiliki persamaan karena penyajian isinya berdasarkan fakta yang dibeberkan melalui opini, bukan fiksi atau imajinasi. Berikut adalah unsur kebahasaan teks artikel yang harus dicermati menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 156).

Adverbia

Merupakan satuan bahasa yang dapat mengekspresikan sikap eksposisi. Agar artikel dapat lebih meyakinkan pembaca, diperlukan ekspresi kepastian, yang dapat dipertegas dengan penggunaan kata keterangan atau adverbia frekuentatif, seperti:  selalu, sering, kadang-kadang, biasanya, sebagian besar, dan jarang.

Konjungsi

Konjungsi atau kata sambung adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat, yaitu kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Jenis konjungsi yang digunakan haruslah tepat guna agar memperkuat kebahasaan yang digunakan dalam artikel. Berikut adalah beberapa jenis konjungsi yang sering dijumpai pada artikel.

  1. konjungsi untuk menata argumentasi, meliputi: pertama, kedua, berikutnya;
  2. konjungsi yang digunakan untuk memperkuat argumentasi, selain itu, misalnya, seperti, padahal, justru, sebagai contoh;
  3. konjungsi yang menyatakan hubungan sebab-akibat, seperti: sejak, sebelumnya, dan sebagainya;
  4. konjungsi yang menyatakan harapan, contohnya: supaya, dan sebagainya.

Kosakata

Kosakata yang dimaksud adalah perbendaharaan kata. Agar teks artikel mampu menarik perhatian pembaca, diperlukan kosakata yang luas dan menarik. Biasanya konten teks yang menarik akan mencakup dan mempertimbangkan hal-hal berikut ini.

  1. Aktual, topik yang dibahas sedang menjadi pembicaraan orang banyak atau baru saja terjadi.
  2. Fenomenal, yakni megah, besar, luar biasa, hebat, dan dapat dirasakan pancaindra.
  3. Editorial, artikel dalam surat kabar yang mengungkapkan pendirian editor atau pemimpin surat kabar.
  4. Imajinasi, memberikan dan memancing daya pikir untuk membayangkan suatu peristiwa terhadap pembacanya.
  5. Modalitas, cara pembicara atau penulis menyatakan sikap terhadap suatu imajinasi dalam komunikasi antarpribadi dibuat berkarakter atau menarik. (barangkali, harus, dan sebagainya).
  6. Nukilan, kutipan atau tulisan yang dicantumkan pada suatu benda.
  7. Tajuk rencana, karangan pokok dalam suatu kumpulan berita dan konten surat kabar.
  8. Teks opini, yang berarti teks yang menjadi wadah untuk mengemukakan berbagai pendapat atau pikiran.
  9. Keterangan aposisi, keterangan yang memberi penjelasan kata benda. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma atau tanda pisah atau tanda kurung.

Kaidah Kebahasaan Artikel

Selain unsur kebahasaan yang harus diperhatikan, teks artikel juga memiliki kaidah kebahasaan penanda yang menjadikan suatu teks menjadi artikel. Ciri-ciri kebahasaan tersebut meliputi beberapa poin di bawah ini.

  1. Menggunakan kata-kata denotatif, yakni kata yang bermakna sebenarnya. Kata itu tidak bermakna hal lain ataupun dilebihkan maknanya seperti kata konotatif. Namun sebagian artikel juga akan menggunakan kata konotatif untuk memperindah dan mempopulerkan tulisannya.
  2. Menggunakan kata peristilahan atau kata teknis yang berkenaan dengan topik pembahasan. Contohnya, jika topik yang dibawakan mengenai kesehatan maka istilah teknis yang digunakan adalah: virus, bakteri, pola makan, suhu tubuh, dsb.
  3. Banyak menggunakan konjungsi yang menunjukkan hubungan argumentasi atau kausalitas. contohnya: sebab, karena, jika, dengan demikian, oleh karena itu, akibatnya.
  4. Dapat pula menggunakan konjungsi yang menyatakan hubungan keterangan waktu atau kronologis, seperti: sebelum itu, kemudian, pada akhirnya.
  5. Dalam artikel pola perbandingan, banyak memuat konjungsi yang menyatakan perbandingan/pertentangan seperti: sebaliknya, berbeda halnya, namun.
  6. Menggunakan kata-kata kerja mental (mental verba), seperti: diharapkan, memperkirakan, memprihatinkan, menduga, menyimpulkan, berpendapat, berasumsi, dan mengagumkan.
  7. Banyak menggunakan kata-kata perujukan: menurut pendapat, berdasarkan data, merujuk pada pendapat.
  8. Menggunakan kata-kata persuasif, seperti: sebaiknya, hendaklah, sebaiknya, harus, perlu. Selain itu.

Pola Penyajian Artikel

Menurut tim Kemdikbud (2017, hlm. 181) terdapat beberapa pola penyajian artikel yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan penulisan artikel, yakni:

  1. Pola pemecahan topik
    Artikel memecah topik yang masih berada dalam lingkup pembicaraan yang ditemakan menjadi beberapa subbagian atau subtopik yang lebih mengerucut agar dapat dianalisis dengan lebih fokus terhadap masing-masing bagian yang telah dipecah.
  2. Pola masalah dan pemecahannya
    Pola ini lebih dahulu mengemukakan masalah yang di bahas, baik itu masalah pokok maupun beberapa masalah turunannya yang masih berada dalam lingkup pokok bahasan utama. Selanjutnya, penulis akan menganalisis sesuai dengan pendapat ahli atau pakar terkait dengan bidang ilmu yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
  3. Pola kronologi
    Pola kronologi akan menyajikan artikel sesuai dengan urutan waktu, kejadian, kebersinambungan, keberlanjutan bagaimana sesuatu itu terjadi yang dipaparkan secara runut dan runtut.
  4. Pola pendapat dan alasan pemikiran
    Pola ini baru dipakai jika penulis artikel ingin menyampaikan pendapat, gagasannya sendiri. Argumen langsung disampaikan dengan jelas dan bila perlu dapat ditambahkan perbandingan, atau bukti yang menguatkannya.
  5. Pola pembandingan
    Pembanding atau gaya penulisan komparatif membandingkan dua aspek atau lebih dari satu topik untuk menunjukkan persamaan atau perbedaannya, sehingga dapat menarik kesimpulan untuk suatu solusi atau gambaran yang lebih baik dari hal yang dibahas.

Referensi

  1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Buku Siswa Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAN Kelas XII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA