Sebutkan kebijakan Privasi 7 media sosial yang Paling populer di Indonesia saat ini

Ilustrasi aplikasi TikTok (ANTARA/Arindra Meodia)

Jakarta (ANTARA) - Penyedia riset pasar intelligence untuk ekonomi aplikasi global, Sensor Tower, merilis hasil penelitian daftar media sosial terpopuler di dunia pada kuartal kedua tahun 2020. Riset Sensor Tower tersebut menunjukkan lima media sosial paling populer antara lain TikTok, Facebook, Instagram, Snapchat dan Likee. 1. TikTok Saat ini aplikasi video singkat yang dilengkapi dengan berbagai filter dan musik, TikTok, menjadi aplikasi media sosial dengan pertumbuhan pesat baik berdasarkan unduhan di Google Play Store maupun AppStore. Berdasarkan riset Sensor Tower kuartal kedua 2020, TikTok telah diunduh lebih dari 300 juta pengguna pada kuartal pertama dan kedua tahun 2020.

Baca juga: Google Photos tak lagi cadangkan folder media sosial secara default

Baca juga: Twitter buka rekrutmen untuk garap layanan berlangganan

2. Facebook Menjadi salah satu pelopor media sosial, Facebook tetap populer sejak tahun 2004 karena fitur-fiturnya yang mudah digunakan untuk saling terhubung dan berkomunikasi satu sama lain. Laporan Facebook kuartal kedua 2020 menyebutkan bahwa pengguna aktif bulanan Facebook mencapai lebih dari 2,7 miliar. 3. Instagram Instagram disebut menjadi platform visual terbesar saat ini, dengan pengguna aktif lebih dari satu miliar per bulan berdasarkan penelitian We Are Social 2020. 4. Snapchat Riset We Are Social 2020 mendapati pengguna Snapchat mencapai lebih dari 300 juta per bulannya. Snapchat merupakan aplikasi pesan mobile di mana pengguna dapat saling berkirim video dan foto, dengan menambahkan teks atau coretan pensil, yang kemudian secara otomatis akan terhapus dalam beberapa detik, atau dapat dikirimkan ke teman yang ada di dalam kontak. 5. Likee Aplikasi media sosial terpopuler lainnya adalah LIkee, platform pembuatan video pendek asal Singapura di bawah naungan BIGO Technology Pte., Ltd. Berdiri pada 2017, Likee memiliki lebih dari 2.000 efek video. Likee telah tersedia di Google Play Store dan AppStore di lebih dari 200 negara dan kawasan, termasuk Indonesia, Rusia, Cina, Amerika Serikat, dan Brazil. Hingga saat ini Likee tercatat telah memiliki lebih dari 150 juta total pengguna di seluruh dunia. Sementara itu, penelitian We Are Social 2020 menemukan rata-rata waktu yang dihabiskan pengguna Indonesia usia 16-64 dalam mengakses media sosial mencapai 3 jam 26 menit sehari. Penetrasi pengguna media sosial juga terus meningkat termasuk Indonesia, yang kini 59 persen dari 272,1 juta total penduduk Indonesia adalah pengguna media sosial. Angka ini meningkat lebih dari 8,1 persen atau setara dengan lebih dari 12 juta pengguna dari April 2019. Saat ini Indonesia mempunyai 160 juta pengguna aktif media sosial yang 99 persen penggunanya mengakses media sosial melalui ponsel.

Baca juga: Tips aman dan nyaman berinteraksi di sosial media

Baca juga: Mengupas peran media massa di era media sosial dalam diskusi virtual

Baca juga: Indonesia tidak akan ikut-ikutan larang TikTok

Pewarta: Arindra MeodiaEditor: Maria Rosari Dwi Putri

COPYRIGHT © ANTARA 2020

Liputan6.com, Jakarta Twitter pada pekan lalu meluncurkan sebuah browser game yang bertujuan untuk mempermudah penjelasan soal pengaturan privasinya, yang berjudul Twitter Data Dash.

"Twitterverse bisa menjadi rumit untuk dinavigasi jika Anda tidak tahu jalan. Jadi kami membuat gim untuk membantu Anda memahami kebijakan privasi kami sedikit lebih baik," tulis Twitter.

Di keterangan yang terdapat di laman gim ini yaitu twitterdatadash.com, dikutip Selasa (17/5/2022), gim ini akan berlatar di sebuah tempat bernama PrivaCity. Pemain akan memainkan tokoh yang membawa seekor anjing bernama Data.

"Hindari kucing iklan, berenang melalui lautan DM, pertempuran troll, dan pelajari cara mengendalikan pengalaman Twitter Anda di sepanjang jalan," tulis Twitter dalam deskripsinya.

Mengutip The Verge, game ini dikembangkan oleh Momo Pixel. Nantinya, pemain akan memilih bahasa yang diinginkan, lalu memilih salah satu dari empat karakter yang akan menemani si anjing bernama Data, di beberapa level.

Gim ini sendiri berjenis side-scrolling, dengan setiap level dapat digambarkan sebagai hal-hal yang ada di Twitter, misalnya menampilkan kucing dengan papan iklan, atau mengharuskan pemain menghindari troll.

Tujuan pemain adalah mengumpulkan lima tulang dengan secepat mungkin. Jika semuanya berhasil didapatkan, gim akan menampilkan pesan yang terkait dengan pengaturan privasi Twitter yang terkait tema level yang dimainkan.

Misalnya, di level kucing, saat mengumpulkan lima tulang, pemain akan melihat pesan tentang bagaimana Twitter menyesuaikan pengalaman dan menunjukkan tempat pengguna bisa mengaktifkan atau mematikan iklan yang dipersonalisasi.

Gim ini sendiri diperkenalkan sebagai bagian dari dorongan yang lebih besar terhadap kebijakan privasinya, yang telah ditulis ulang oleh perusahaaan.

"Mulai hari ini, Anda dapat melihat pembaruan kebijakan privasi dan persyaratan layanan kami di aplikasi melalui pengaturan dan di situs kebijakan privasi kami yang didesain ulang," kata Twitter di akun Twitter Safety.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

JawaPos.com – Perusahaan riset dan keamanan siber Kaspersky baru-baru ini menganalisis sebuah data anonim, yang disediakan secara sukarela oleh Privacy Checker. Hasilnya, diketahui layanan dan platform mana yang paling dianggap berisiko bagi privasi oleh para pengguna internet. Dan data menunjukkan, sebagian besar pengguna mengkhawatirkan keamanan sistem operasi seluler populer (21,2 persen) dan tingkat privasi Google (18,3 persen).

Pengguna internet meninggalkan jejak digital ketika menggunakan berbagai layanan online. Jejak ini dapat mencakup situs web yang dikunjungi, foto yang diunggah, dan interaksi di media sosial (seperti komentar, postingan, dan reaksi). Pengaturan privasi yang tepat dalam berbagai layanan digital diklaim dapat membantu mengurangi jumlah jejak online, dan membantu Anda mengendalikan informasi pribadi.

Penelitian Kaspersky ini kemudian mengeksplorasi layanan dan platform mana yang paling dikhawatirkan oleh pengguna terkait privasi serta keamanan data pribadi. Statistik diperoleh berdasarkan data anonim pada kunjungan ke situs web Kaspersky Privacy Checker antara Desember 2019 hingga Agustus 2021.

Kaspersky menganalisis layanan dan platform mana yang petunjuk pengaturan keamanannya (security setting instructions) paling banyak dibuka oleh pengguna. Di antara paling banyak permintaan privasi yang paling populer adalah pengaturan Google di Android (11,1 persen), aturan keamanan untuk OS Android (7,3 persen), dan pengaturan WhatsApp di Android (5,9 persen).

Dalam hal jejaring sosial, pengguna paling sering melihat halaman keamanan Facebook di berbagai platform (15,7 persen). Instagram adalah jejaring sosial kedua yang paling banyak ditinjau dalam hal jumlah permintaan untuk pengaturan privasi (9,9 persen).

TikTok menempati posisi ketiga dengan 8,1 persen pangsa permintaan untuk pengaturan keamanan. Mengingat pengguna aktif bulanannya empat kali lebih kecil dari Facebook (689 juta berbanding 2,9 miliar), angka tersebut menunjukkan bahwa privasi yang ditawarkan oleh TikTok juga menjadi perhatian besar bagi pengguna.

Di antara layanan messenger, pengguna paling menaruh perhatian terhadap tingkat keamanan WhatsApp dengan pangsa permintaan tentang kebijakan keamanannya adalah 13,9 persen. Sementara itu, jejaring sosial Rusia VK juga berhasil menjadi kueri global teratas, dengan 7,7 persen.

VK sendiri adalah jejaring sosial paling populer di Rusia, dan pangsa permintaan instruksi keamanan di antara pengguna Rusia adalah 25,3 persen.

“Sebagian besar tindakan sehari-hari yang dilakukan pengguna di web dapat menyebabkan akumulasi jejak digital. Ini dapat mencakup alamat IP, komentar, foto dan tag lokasi, atau data biometrik yang diambil dari foto-foto tersebut,” komentar Sergey Malenkovich, kepala media sosial di Kaspersky.

Dia melanjutkan, kemudian statistik pengunjung dalam proyek Privacy Checker menunjukkan bahwa pengguna mulai menaruh minat aktif pada privasi dan keamanan akun mereka dan berusaha mengurangi jejak digital jika memungkinkan. “Tingginya pangsa permintaan kebijakan keamanan TikTok menunjukkan minat pada platform itu sendiri dan sekaligus kekhawatiran pengguna tentang beberapa praktik pengumpulan data mereka, yang baru-baru ini disorot di media,” lanjut Malenkovich.

Untuk bisa terhindar dari potensi penyelewengan privasi oleh penyelenggara platform digital, Kaspersky pertama menyarankan untuk hati-hati menggunakan penyimpanan cloud publik. Penyimpanan cloud publik disebut bukanlah tempat terbaik untuk menyimpan informasi pribadi seperti pemindaian paspor atau daftar kata sandi.

Pilihan yang lebih baik adalah menyimpan data ini dalam arsip terenkripsi. Kemudian, lakukan metode private browsing, dan menggunakan solusi keamanan yang terpercaya untuk menghindari risiko pelacakan di internet.

Yang paling penting, jaga kerahasiaan alamat email utama dan nomor telepon Anda. Sebaiknya buat akun email tambahan dan membeli kartu SIM tambahan yang dapat digunakan untuk keperluan berbelanja online dan situasi lainnya yang mengharuskan Anda berbagi data dengan orang asing/pihak ketiga.

Tinjau juga izin untuk setiap aplikasi seluler dan ekstensi browser. Sebaiknya hindari memasang ekstensi browser kecuali Anda benar-benar membutuhkannya. Periksa dengan cermat izin yang Anda berikan kepada fitur tersebut.

Amankan ponsel dan komputer Anda dengan kata sandi atau kode sandi. Opsi yang aman adalah menggunakan kata sandi atau otentikasi biometrik untuk mengunci ponsel, tablet, dan komputer.

Editor : Nurul Adriyana Salbiah

Reporter : Rian Alfianto

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA