Sebutkan dan jelaskan 3 dari 10 sifat Muhammadiyah

Menilik (a)Apakah Muhammadiyah itu, (b) Dasar Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah, dan (c) Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah, maka Muhammadiyah dalam kehidupannya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. "Beramal dan Berjuang Untuk Perdamaian dan Kesejahteraan".

Dengan sifat ini, Muhammadiyah tidak boleh mencela dan mendengki golongan lain. Sebaliknya, Muhammadiyah harus tabah menghadapi celaan dan kedengkian golongan lain tanpa mengabaikan hak untuk membela diri kalau perlu, dan itu pun harus dilakukan secara baik tanpa dipengaruhi perasaan aneh.

2."Memperbanyak Kawan dari Mengamalkan Ukhuwah lslamiyah"

Setiap warga Muhammadiyah, siapa pun orangnya, termasuk para pemimpin dan da'inya, harus memegang teguh sifat ini. Dalam rangka untuk "Memperbanyak Kawan dan Mengamalkan Ukhuwah Islamiyah". Inilah, pada umumnya ceramah atau kegiatan dakwah lainnya yang dilancarkan oleh dai-da'i Muhammadiyah memakai gaya "sejuk penuh senyum", bukan dakwah yang agitatif menebar kebencian ke sana ke mari. Di kalangan Muhammadiyah di Surakarta terkenal semboyan "Jiniwit Katut". Jiniwit artinya dijiwit (dicubit), tetapi justru lama-lama orang yang njiwit akan katut atau terpiat oleh Muhammadiyah yang selalu bertingkah simpatik kepada siapa pun. Dan tampaknya sifat inilah salah satu rahasia, mengapa Muhammadiyah terus berkembang makin mengakar dalam masyarakat.

3. "Lapang Dada, Luas Pandangdan Dengan Memectanct Teguh Ajaran Islam"

Lapang dada atau toleransi adalah satu keharusan bagi siapapun yang hidup dalam masyarakat, apalagi hidup dalam masyarakat yang majemuk seperti masyarakat Indonesia. Tanpa adanya lapang dada, kehidupan akan goncang. Dan prinsip "Memperbanyak Kawan" tentu berubah menjadi "Memperbanyak Musuh". Namun bagaimana, pun dalam berlapang dada, kita tidak boleh kehilangan identitas sebagai warga Muhammadiyah yang harus tetap memegang teguh ajaran Islam. Dengan demikian, bebas tetapi tetap terkendali.

4. "Bersifat Keagamaan Dan Kemasyarakatan "

Sifat "Keagamaan dan kemasyarakatan" sudah merupakan sifat Muhammadiyh sejak lahir. Karena ini sifat yang tidak mungkin terlepas dari jiwa dan raga Muhammadiyah. Mengapa? Muhammadiyah sejak lahir mengemban misi agama, sedang agama diturunkan oleh Allah melalui para Nabi-Nya juga untuk masyarakat, yakni untuk memperbaiki masyarakat. Masyarakat adalah "lahan" bagi segala aktivitas perjuangan Muhammadiyah. Dua sifat ini, yakni keagamaan dan kemasyarakatan, tidak boleh berdiri sendiri-sendiri. Harus berjalin berkelindan. Karena itu, Muhammadiyah bukan gerakan sosial semata-mata, dan bukan juga gerakan keagamaan semata-mata. Muhammadiyah adalah gerakan kedua-duanya, ya keagamaan ya kemasyarakatan. Tetapi Muhammadiyah juga bukan gerakan politik, sebab kalau gerakan politik, tercermin dalam berbagai amal usaha yang telah tertekuninya selama ini.

5. "Mengindahkan, segala Hukum, Undang-undang Serta dan Falsafah Negara Yang Sah"

Muhammadiyah sebagai satu organisasi, mempunyai sejumlah anggota. Anggota ini adalah warga negara dari suatu negara hukum. Hukum negara mempunyai kekuatan mengikat bagi segenap warga negaranya. Ini adalah kenyataan. Karena itu, Muhammadiyah mengindahkan semua itu.

6. "Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Segala Lapangan Serta Menjadi Contoh
Teladan Yang Baik"

Salah satu kewajiban tiap muslim ialah beramar ma'ruf dan bernahi munkar, yakni menyuruh berbuat baik dan mencegah kemunkaran. Yang dimaksud kemunkaran ialah semua kejahatan yang merusak dan menjijikkan dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya amar ma'ruf dan nahi munkar, tidak akan kebaikan dapat ditegakkan, dan tidak akan kejahatan dapat diberantas. Untuk itu, Muhammadiyah harus sanggup menjadi suri teladan dalam kegiatan ini, baik ke dalam tubuh sendiri ataupun ke luar, ke tengah-tengah masyarakat ramai, dengan penuh kebijaksanaan dan pendekatan yang simpatik. Amar ma'ruf nahi munkar, bagaimanapun harus kita lakukan dengan cara yang baik, sebab kalau tidak begitu, adalah Machiavellisme namanya.

7. "Aktif Dalam Perkembangan Masyarakat Dengan Maksud !slab dan Pembangunan Sesuai Dengan Ajaran Islam"

Kapan pun dan dimana pun Muhammadiyah memang harus selalu aktif dalam perkembangan masyarakat, sebab tanpa begitu, Muhammadiyah akan kehilangan peran dan akan ketinggalan oleh sejarah. Tetapi keaktifan Muhammadiyah dalam perkembangan masyarakat, tidak berarti sekedar ikut arus perkembangan masyarakat, Muhammadiyah adalah kekuatan ishlah dan pembangunan sesuai dengan ajaran.

8. "Kerjasama Dengan Golongan Lain Mana Pun, Dalam Usaha Menyiarkan Dan Mengamalkan Ajaran Islam Serta Membela Kepentingannya"

Menyiarkan Islam, mengamalkan dan membela kepentingan Islam, bukan hanya tugas Muhammadiyah, tetapi juga tugas semua umat Islam. Karena itu, Muhammadiyah perlu menjalin kerjasama dengan semua golongan umat Islam. Tanpa kerjasama ini, tidak mudah kita melaksanakan tugas yang berat ini.

9. "Membantu Pemerintah Serta Kerjasama Dengan Golongan Lain Dalam Memelihara Negara dan Membangunnya, Untuk Mencapai Masyarakat Yang Adil dan Makmur Yang Diridhai"

Negara Indonesia adalah memiliki semua warga negaranya, termasuk warga Muhammadiyah. Adalah suatu keharusan dijalinnya kerjasama di antara semua unsur pemilik negara, untuk membangun Negara dan bangsa menuju tercapainya masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah.

Muhammadiyah kemakmuran masyarakat ini, sebab kemakmuran mempersubur iman dan takwa, sedang kemelaratan mempersubur kriminalitas sosial dan kekufuran. Bukankah telah disabdakan oleh Nabi kita, "kada al-faqru ayyakuna kufran" (Kekafiran itu dapat menyebabkan kekufuran).

10. "Bersifat Adil Serta Korektif Ke Dalam dan Keluar, Dengan Bijaksana"

Dengan sifat adil dan korektif, Muhammadiyah tidak senang melihat sesuatu yang tidak semestinya, dan ingin mengubahnya dengan yang lebih tepat dan lebih baik, meskipun mengenai diri sendiri. Jadi Muhammadiyah tidak tinggal diam saja dan taqlid. Tetapi koreksi pada diri sendiri dan ke luar ini tidak boleh dilakukan dengan sembarangan, melainkan harus dengan adil dan bijaksana. Kesalahan adalah kesalahan, sekalipun ada pada orang atau golongan lain. Bukan sifat Muhammadiyah tetap bersikukuh membela suatu hal, padahal misalnya jelas-jelas yang dibelanya itu salah atau tidak baik. (Kamal Pasha dkk, 1971: 58-65).

Wallahu a'lam bish shawab.

Page 2

MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Dalam periode 1945-1960, Muhammadiyah dan Masyumi memiliki hubungan yang sangat erat dalam perpolitikan Nasional. Bagi Muhammadiyah, Masyumi merupakan medium aspirasi politiknya, sementara bagi Masyumi, Muhammadiyah adalah anggota istimewa yang sangat penting.

“Muhammadiyah merasa ada problem berat setelah berhimpitan dengan Masyumi. Terjadi perbedaan pendapat di antara umat Islam. Bukan semata-mata politik, tapi ada perbedaan pemikiran,” kata Haedar Nashir dalam diskusi bersama PCIM Jerman pada Sabtu (20/03).

Haedar mengungkapkan bahwa Amal Usaha Muhammadiyah kian tebengkalai dengan keaktifan Muhammadiyah di bidang politik praktis. Pada tahun 1971 Hasil muktamar Muhammadiyah ke-38 di Ujung Pandang memutuskan organisasi berfokus pada gerakan dakwah Islam. “Rezim boleh berganti, tapi Muhammadiyah tidak terjebak dalam pusaran politik,” tuturnya.

Haedar kemudian mengingatkan 10 Sifat kepribadian Muhammadiyah yang dirumuskan oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah yang justru pernah aktif di politik. 10 kepribadian ini lahir dari Keputusan Muktamar ke-35 tahun 1962, di antaranya: 1. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan;  2. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyyah;3. Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam; 4. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan; 5. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar dan falsafah negara yang sah; 6. Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta merujuk contoh teladan yang baik;

7. Aktif dalam arus perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan, sesuai dengan ajaran Islam; 8. Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam, dan membela kepentingannya;

9. Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah;  10. Bersifat adil dan kolektif kedalam keluar dengan kebijaksanaan.

10 sifat kepribadian Muhammadiyah ini harus ditanam dalam sanubari setiap kader terutama ketika berhadap-hadapan dengan politik praktis. Muhammadiyah tidak ingin bila terjebak dalam pusaran politik tetapi Haedar menegaskan bahwa Muhammadiyah tidak pasif dalam berpolitik.

“Itulah cara Muhammadiyah yang berbeda dengan cara lain, tapi kita tidak anti dengan cara lain,” kata Haedar.

Tags: headlinekepribadian Muhammadiyahpcim

Sepuluh sifat ‘kepribadian Muhammadiyah’ itu menjadi sifat kebangsaan Muhammadiyah sebagaimana moderasi itu diperlukan. Sifat moderat yang tercantum dalam 10 sifat kepribadian Muhammadiyah harus terus kita gelorakan di media sosial.

“Karena sekarang dunia medos menjadi arena yang paling keras termasuk untuk menyuarakan apa saja dengan terbuka dan bebas. Orang seperti tanpa redaksi menulis apa saja. Kalau hal itu terus terjadi, jangan-jangan perang dunia ke-3 lahir dari media sosial,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir.

Media sosial disebut Haedar juga deras dengan manipulasi kebenaran menjadi Simulacra. Adanya opini , hoaks dan prasangka diabsolutkan seakan benar melalui sebuah video singkat, atau ujaran-ujaran singkat.

“Dan sekarang orang menikmati Simulacra itu, entah tokoh agama dan siapa saja menikmati hal itu. Ini persis apa yang dikhawatirkan Kiai Dahlan ‘orang itu akan akan cenderung pada hasratnya’. Jadi kalau yang cocok itu di apresiasi, tetapi kalau tidak cocok biarpun benar tidak diapresiasi, “ tutur Haedar, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Sabtu 1 Juni 2019.

“Karakter Muhammadiyah perlu terus diimplementasikan, ditengah banyak gelombang perubahan. Para pendiri dan penjaga Muhammadiyah dari waktu-waktu selalu meletakkan pemikiran yang sering kita sebut sebagai ideologi Muhammadiyah,” kata Haedar

Adapun 10 Sifat ‘Kepribadian Muhammadiyah’ yang disampaikan Haedar Nahsir itu, adalah;

Pertama, Kepribadian Muhammadiyah itu beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan;

Kedua, Memberbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah islamiyyah;

Ketiga, Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam

Keempat, Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.

Kelima, Mengindahkan segala hukum, undang-undangan, peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah.

Keenam, Amar ma’ruf nahi mungkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik.

Ketujuh, Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan, sesuai dengan ajaran Islam.

Kedelapan, Kerja sama dengan semua golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingan.

Kesembilan, Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.

Sepuluh, Bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.

Perlu Implementasi

Kendati dunia Simulacra sudah benar-benar menjadi kehidupan sehari-hari, Haedar yakin Muhammadiyah didukung media massa bisa membuat moderasi sebanyak mungkin dengan narasi-narasi alternatif kehidupan diluar yang terminimalisasi.

Mereka yang dominan di media sosial dianggap sebagai representasi kebenaran. Inilah yang disebut Haedar sebagai Simulacra meminjam istilahnya Jean Baurdrillard.

Haedar mengingatkan, 10 Sifat kepribadian Muhammadiyah sebagai moderasi di era media sosial itu perlu terus menerus disuarakan dan diimpelementasikan karena Muhammadiyah sangat berkepentingan agar bangsa ini semakin cerdas tercerahkan, dan akhil baligh dalam berfikir sehingga kemudian tumbuh menjadi masyarakat yang maju, dan kemudian punya karakter dan kepribadian.

“Karakter Muhammadiyah perlu terus diimplementasikan, ditengah banyak gelombang perubahan. Para pendiri dan penjaga Muhammadiyah dari waktu-waktu selalu meletakkan pemikiran yang sering kita sebut sebagai ideologi Muhammadiyah,” kata Haedar, dalam Silaturahim dengan Awak Media Massa, pada Kamis 30 Mei di Aula PP Muhammaidyah, Yogyakarta.

Di antara ikatan dan frame ideologi Muhammadiyah itu ada yang disebut sebagai kepribadian Muhammadiyah dengan 10 sifat Muhammadiyah yang konteks lahirnya dulu dari pergumulan Muhammadiyah dalam politik bersama Masyumi lalu terjadi trust keras dengan kekuasaan para era orde lama kemudian lahirlah kepribadian Muhammadiyah.

Kepribadian Muhammadiyah, kata Headar dirumuskan oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah yang pernah di politik. Jadi justru bukan mereka yang tidak pernah di politik, seperti Faqih Usman dan lain-lain. Sehingga merasa betul latar belakangnya adalah setelah Muhammadiyah berhenti dari politik itu ada dampak ke Muhammadiyah, dimana orang-orang yang dulu di Masyumi kemudian aktif lagi, alam pikir dan cara perjuangannya seperti parpol maka supaya di framing lalu keluarlah 10 sifat ‘Kepribadian Muhammadiyah’.(*)

Page 2

Sepuluh sifat ‘kepribadian Muhammadiyah’ itu menjadi sifat kebangsaan Muhammadiyah sebagaimana moderasi itu diperlukan. Sifat moderat yang tercantum dalam 10 sifat kepribadian Muhammadiyah harus terus kita gelorakan di media sosial.

“Karena sekarang dunia medos menjadi arena yang paling keras termasuk untuk menyuarakan apa saja dengan terbuka dan bebas. Orang seperti tanpa redaksi menulis apa saja. Kalau hal itu terus terjadi, jangan-jangan perang dunia ke-3 lahir dari media sosial,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir.

Media sosial disebut Haedar juga deras dengan manipulasi kebenaran menjadi Simulacra. Adanya opini , hoaks dan prasangka diabsolutkan seakan benar melalui sebuah video singkat, atau ujaran-ujaran singkat.

“Dan sekarang orang menikmati Simulacra itu, entah tokoh agama dan siapa saja menikmati hal itu. Ini persis apa yang dikhawatirkan Kiai Dahlan ‘orang itu akan akan cenderung pada hasratnya’. Jadi kalau yang cocok itu di apresiasi, tetapi kalau tidak cocok biarpun benar tidak diapresiasi, “ tutur Haedar, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Sabtu 1 Juni 2019.

“Karakter Muhammadiyah perlu terus diimplementasikan, ditengah banyak gelombang perubahan. Para pendiri dan penjaga Muhammadiyah dari waktu-waktu selalu meletakkan pemikiran yang sering kita sebut sebagai ideologi Muhammadiyah,” kata Haedar

Adapun 10 Sifat ‘Kepribadian Muhammadiyah’ yang disampaikan Haedar Nahsir itu, adalah;

Pertama, Kepribadian Muhammadiyah itu beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan;

Kedua, Memberbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah islamiyyah;

Ketiga, Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam

Keempat, Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.

Kelima, Mengindahkan segala hukum, undang-undangan, peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah.

Keenam, Amar ma’ruf nahi mungkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik.

Ketujuh, Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan, sesuai dengan ajaran Islam.

Kedelapan, Kerja sama dengan semua golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingan.

Kesembilan, Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.

Sepuluh, Bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.

Perlu Implementasi

Kendati dunia Simulacra sudah benar-benar menjadi kehidupan sehari-hari, Haedar yakin Muhammadiyah didukung media massa bisa membuat moderasi sebanyak mungkin dengan narasi-narasi alternatif kehidupan diluar yang terminimalisasi.

Mereka yang dominan di media sosial dianggap sebagai representasi kebenaran. Inilah yang disebut Haedar sebagai Simulacra meminjam istilahnya Jean Baurdrillard.

Haedar mengingatkan, 10 Sifat kepribadian Muhammadiyah sebagai moderasi di era media sosial itu perlu terus menerus disuarakan dan diimpelementasikan karena Muhammadiyah sangat berkepentingan agar bangsa ini semakin cerdas tercerahkan, dan akhil baligh dalam berfikir sehingga kemudian tumbuh menjadi masyarakat yang maju, dan kemudian punya karakter dan kepribadian.

“Karakter Muhammadiyah perlu terus diimplementasikan, ditengah banyak gelombang perubahan. Para pendiri dan penjaga Muhammadiyah dari waktu-waktu selalu meletakkan pemikiran yang sering kita sebut sebagai ideologi Muhammadiyah,” kata Haedar, dalam Silaturahim dengan Awak Media Massa, pada Kamis 30 Mei di Aula PP Muhammaidyah, Yogyakarta.

Di antara ikatan dan frame ideologi Muhammadiyah itu ada yang disebut sebagai kepribadian Muhammadiyah dengan 10 sifat Muhammadiyah yang konteks lahirnya dulu dari pergumulan Muhammadiyah dalam politik bersama Masyumi lalu terjadi trust keras dengan kekuasaan para era orde lama kemudian lahirlah kepribadian Muhammadiyah.

Kepribadian Muhammadiyah, kata Headar dirumuskan oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah yang pernah di politik. Jadi justru bukan mereka yang tidak pernah di politik, seperti Faqih Usman dan lain-lain. Sehingga merasa betul latar belakangnya adalah setelah Muhammadiyah berhenti dari politik itu ada dampak ke Muhammadiyah, dimana orang-orang yang dulu di Masyumi kemudian aktif lagi, alam pikir dan cara perjuangannya seperti parpol maka supaya di framing lalu keluarlah 10 sifat ‘Kepribadian Muhammadiyah’.(*)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA