Salah satu perbedaan relief antara candi Hindu dan candi budha adalah brainly

Salah satu perbedaan relief antara candi Hindu dan candi budha adalah brainly
Salah satu perbedaan relief antara candi Hindu dan candi budha adalah brainly

Indonesiabaik.id - Candi Borobudur menjadi salah satu destinasi paling populer di Magelang, Jawa Tengah dan masuk dalam 10 destinasi wisata prioritas di Indonesia. Keberadaannya tidak hanya terkenal di kancah nasional saja, namun juga tingkat international.

Fakta Menarik Candi Borobudur

Candi Buddha terbesar di Indonesia ini menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia. Candi Borobudur hingga kini diperkirakan berusia sekitar 12 abad atau 1200 tahun an. Hal ini didukung dari penemuan-penemuan yang menyatakan pembuatan candi ini dimulai pada abad 8 atau 9 masehi.

Pada tahun 1991, candi Borobudur ditetapkan sebagai salah satu benda budaya peninggalan masa lampau atau situs warisan dunia. Candi ini merupakan benda budaya yang mewakili mahakarya manusia jenius dan kreatif.

Total ada sekitar 2.672 pahatan relief yang tersebar di Candi berukuran 123 x 123 meter. Sebanyak 1.460 di antaranya bercerita tentang kisah Buddha, sisanya sekadar relief dekoratif. Selain itu, terdapat 504 arca Buddha yang terletak dalam 432 relung dan 72 stupa berlubang. Ada pula 100 talang berbentuk patung ikan berkepala gajah sebagai saluran air. 

Candi Borobudur juga menjadi salah satu objek wisata yang tak pernah sepi pengunjung. Sepanjang tahun candi ini selalu dipadati oleh turis yang datang dari berbagai daerah dan negara. Pesona keindahan Candi Borobudur juga pernah menarik perhatian Mark Zuckerberg, Obama, Petro Poroshenko, hingga Tenzin Gyatso.

KOMPAS.com - Kedatangan agama Hindu-Buddha pada zaman kuno memiliki pengaruh yang besar bagi perjalanan sejarah Indonesia.

Pengaruh Hindu-Buddha dibuktikan dengan banyaknya kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang berdiri di Indonesia, seperti Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno, dan Majapahit.

Setiap kerajaan tersebut memiliki peninggalan yang menjadi sumber sejarah sekaligus bukti bahwa kerajaan mereka pernah eksis.

Peninggalannya dapat berupa prasasti, kitab kuno, dan bangunan seperti candi. Candi peninggalan kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia pun tidak untuk ditemukan.

Tetapi, candi bercorak Hindu dan Buddha ternyata memiliki beberapa perbedaan, baik dari segi fungsinya, struktur bangunan, juga bentuk arsitekturnya.

Baca juga: Perbedaan Candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur

Fungsi

Perbedaan utama antara candi Hindu dan candi Buddha adalah terletak pada fungsinya.

Candi-candi yang bercorak Hindu biasanya berfungsi sebagai makam, khususnya makam para raja.

Beberapa contoh candi Hindu yang digunakan sebagai tempat penghormatan orang meninggal dan sebagai makam raja adalah Candi Penataran, Candi Arjuna, dan Candi Gedongsongo.

Selain itu, candi Hindu juga sering digunakan sebagai tempat penyembahan kepada dewa.

Sedangkan candi bercorak Buddha umumnya hanya berfungsi sebagai tempat pemujaan atau beribadah kepada dewa.

Contohnya adalah Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Kalasa, dan Candi Pawon yang berada di dekat Magelang.

Baca juga: Candi Penataran: Sejarah, Fungsi, dan Kompleks Bangunan

Struktur bangunan

Salah satu hal mencolok yang membedakan candi Hindu dan Buddha adalah struktur bangunannya.

Candi Hindu biasanya memiliki struktur yang sederhana, baik dalam bangunan, seni arca, dan ornamennya. Bentuknya terkesan ramping dan menjulang tinggi.

Sedangkan candi Buddha terkesan megah, kolosal, mewah seni arcanya, dan ornamennya. Sementara bentuk bangunannya biasanya lebih melebar dan tidak terlalu tinggi.

Pada candi Hindu terdapat arca Dewa Trimurti, yakni Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma. Selain itu, biasanya juga dilengkapi arca Dewa Ganesha, Dewi Durga, dan lain sebagainya.

Pada candi Buddha biasanya terdapat tiga jenis arca, yakni Dyani-Buddha, Manusi-Buddha, serta Dhyani-Bodisattwa, yang melambangkan arca Buddha dalam bentuk kesederhanannya.

Selain itu, bentuk puncak candi juga berbeda. Candi Hindu puncaknya berbentuk meruncing atau disebut ratna/amalaka. Sedangkan pada candi Buddha, puncak candinya berupa stupa.

Baca juga: Candi Cangkuang: Sejarah, Fungsi, dan Bentuk Bangunan

Relief

Perbedaan lainnya juga dapat ditemukan pada relief candi, di mana candi Hindu biasanya menceritakan kisah Ramayana, Mahabharata, dan Garudeya.

Sedangkan candi Buddha, dalam reliefnya menceritakan kisah-kisah Buddha, seperti Jataka dan Lalitavistara.

Selain itu, candi Buddha juga menggambarkan kisah tertentu yang ingin disampaikan. Misalnya pada relief Candi Borobudur, yang menceritakan tentang perjuangan kehidupan manusia untuk meninggalkan sisi duniawinya.

Baca juga: Relief Candi Borobudur: Susunan dan Maknanya

Candi Hindu dan Buddha sama-sama terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki candi, tubuh candi, dan atap. Namun, terdapat perbedaan dalam penyebutan ketiga tingkatan tersebut.

Pada candi bercorak Hindu, tingkatannya disebut Bhurloka (kaki candi tempat makhluk hidup tinggal), Bhuvarloka (bagian tengah candi melambangkan manusia yang sedang disucikan dan menuju kesempurnaan batiniah), dan Svarloka (perlambang dunia dewa).

Sedangkan pada candi bercorak Buddha tingkatan itu disebut dengan istilah Kamadhatu (melambangkan manusia penuh dosa), Rupadhatu (melambangkan kehidupan manusia yang penuh dengan hawa nafsu), dan Arupadhatu (melambangkan manusia yang mencapai nirwana).

Baca juga: Candi Gedong Songo: Sejarah, Fungsi, dan Kompleks Bangunan

Tata letak

Candi Hindu dan Buddha juga terdapat perbedaan dalam tata letaknya.

Biasanya, pada candi Hindu, letak candi utamanya berada di belakang dan berada di dataran yang paling tinggi.

Sedangkan candi Buddha bangunan utamanya terletak di tengah kompleks candi dan dikelilingi candi-candi perwara yang lebih kecil.

Pintu masuk candi Hindu biasanya menghadap arah barat dan pada pintunya disertai kepala kala dengan rahang bagian bawah.

Sementara pintu candi Buddha menghadap timur dan bagian pintunya disertai kepala kala dengan posisi mulut menganga tanpa rahang bawah.

Referensi:

  • Moh. Oemar. (1994). Sejarah Daerah Jawa Tengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Candi Prambanan. Foto: instagram.com/@prambananpark

Indonesia memiliki banyak peninggalan sejarah Hindu-Budha berupa candi. Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah ini bahkan menjadi candi Budha terbesar di dunia dan pernah masuk tujuh keajaiban dunia. Sedangkan candi Prambanan banyak dipuji sebagai salah satu candi terindah di Asia Tenggara.

Namun, tahukah Anda bahwa candi-candi Hindu dan Budha memiliki perbedaan? Dilihat dari fungsinya, candi Hindu dibangun sebagai makam para raja. Ritual yang dilakukan di candi kebanyakan berhubungan dengan pemakaman atau pemujaan roh nenek moyang.

Sedangkan candi Budha berfungsi sebagai tempat peribadahan umat Budha. Oleh sebab itu, candi-candi Budha umumnya dibangun sebagai bentuk pengabdian kepada agama.

Apa perbedaan lainnya? Nah, berikut ini adalah penjelasan tentang perbedaan candi Hindu dan Budha selengkapnya:

Bentuk puncak candi Hindu dan Budha memiliki perbedaan. Pada candi Budha, puncaknya berbentuk kubus atau biasa disebut stupa. Sedangkan pada candi Hindu, bentuk puncaknya meruncing berbentuk tabung atau disebut ratna.

Perbedaan Penyebutan Tingkatan Candi

Candi Borobudur. Foto: Pinterest

Dikutip dari situs Kemendikbud, Candi Hindu dan Buddha sama-sama terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki candi, tubuh candi, dan atap. Namun terdapat perbedaan istilah untuk menyebut tingkatan tersebut.

Pada candi Hindu, ketiga tingkatan disebut dengan istilah Bhurloka, Bhuvarloka dan Svarloka. Pada candi yang bernafaskan agama Buddha, ketiga tingkatan tersebut disebut dengan istilah Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu.

Namun, makna dari tiga tingkatan tersebut sama. Bhurloka dan Kamadhatu memiliki arti dunia manusia yang masih terikat dengan hawa nafsu. Sedangkan Bhuvarloka dan Rupadhatu merupakan dunia di mana manusia mulai mensucikan diri namun masih terikat dengan rupa.

Tingkat terakhir, Svarloka dan Arupadhatu merupakan tingkatan tertinggi dari perjalanan hidup manusia, atau bisa juga diartikan sebagai tempat para dewa.

Candi Hindu memiliki relief yang menceritakan kisah Ramayana, Mahabharata, Garudeya, dan kisah-kisah Hindu lainnya. Sedangkan relief pada candi Budha menggambarkan kisah-kisah Buddha seperti Jataka, Lalitavistara, dan lain-lain.

Candi Borobudur. Foto: Shutter Stock

Pada candi Hindu, bangunan utama biasanya terletak di belakang dan jaraknya cukup jauh dari pintu masuk. Candi utama terletak di dataran yang paling tinggi dibandingkan bangunan lain.

Sedangkan pada candi Budha, bangunan utama bersifat mandala konsentris. Bangunan ini terletak tepat di tengah kompleks candi dan dikelilingi candi-candi perwara yang lebih kecil dalam barisan yang rapi.